PRES I DEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2OL7 TENTANG KAWASAN SAINS DAN TEKNOLOGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN SAINS DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNURJAWATENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH 76 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAANKAWASANSAINS DAN TEKNOLOGI DI JAWA TENGAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN INKUBATOR WIRAUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN INKUBATOR WIRAUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRES I DEN REPLJBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2017 TENTANG

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK IN DO N ESIA PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH. sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

i ri=,.,. rl a. bahwa untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal yang layak huni bagi mahasiswa di lingkungan

BERITA NEGARA. KEMENKOP-UKM. Inkubator Wirausaha. Kriteria Penyelenggaraan. Prosedur. Standar. Norma. Pencabutan.

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Inovasi Daerah adalah semua bentuk pembaharuan da

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara R

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana. Mengingat : 1. Fusat, Pemerintah Daerah, dan para pemangku. Menimbang : a.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

b. bahwa upaya pemerataan dokter spesialis dilakukan melalui wajib kerja dokter spesialis

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 149 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI

$-,D PRESIDEN REPUBLIK IN DO N ESIA INOVASI DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA PADA TINGKAT

SALINAN. Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (l) Undang-Undang Dasar Negara. lingkungan Badan Informasi Geospasial, perlu

2017, No Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lem

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

PRE S IOE N REFUSLIK INOONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PRESIDEN REPUBLIK IN DON ES IA NOMOR 104 TAHUN 2017 TENTANG. sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, DAN BEKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PRES IDEN REFI,IRI.. IK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN TENTANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN TERHADAP PELAKU USAHA DALAM RANGKA PENGEMBANGAN EKSPOR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2015 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2015 KEUANGAN. Tunjangan Kinerja. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pencabutan.

PRE S IO EN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG

PR ES I DEN REPUELIK INDONESIA TENTANG. mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila perlu dilakukan pembinaan ideotogi Pancasila melalui

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indo

PRES I DEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR,118 TAHUN 2OL6 TENTANG TUNJANGAN J.ABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS KEMETROLOGIAN

PRES I DEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2017 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, masyarakat Indonesia seluruhnya, yang dapat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN INDUSTRI PERTAHANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 142 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA SANDI NEGARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGEL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2017 TENTANG INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: 11 /Per/M.KUKM/ XII /2013

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA

PRE S IDEN REPUBLIK INOONESIA NOMOR 38 TAHUN 2017 TENTANG

2 Mengingat Menetapka : 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 167 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PRES IDEN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 93 TAHUN 2.0t6 TENTANG. tanggungjawab jabatan anggota Konsil Kedokteran Indonesia dan Majelis Kehormatan Disiplin

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 159 TAHUN TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : 1. Pengumpulan sumbangan masyarakat adalah penghimpunan dan/atau

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN INDUSTRI PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

2017, No Indonesia Nomor 5360); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi (Lembaran Negara Republik Indones

PRESIOEN REPUBLIK INOONESIA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG. tentang Universitas Islam Negeri Mataram;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 156 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

SATINAN PRES I DEN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 106 TAHUN 2OL7 TENTANG KAWASAN SAINS DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. b. c. bahwa dalam rangka memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya industri, khususnya industri kecil menengah berbasis inovasi, perlu menyediakan layanan bagi industri dalam suatu kawasan yang disiapkan secara khusus, dan wahana yang akan memfasilitasi aliran invensi menjadi inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing; bahwa Kawasan Sains dan Teknologi mempermudah terjadinya interaksi dan komunikasi antar pelaku utama yang terlibat dalam penciptaan inovasi, baik pengembang teknologi, pengguna teknologi, maupun fasilitator atau intermediator; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalarn huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Kawasan Sains dan Teknologi; Mengingat...

PRESIDEN REPUBLIK IN DO N ESIA -2- Mengingat Pasal 4 ayat (i) Undang-Undang Dasar Negara Repubiik Indonesia Tahun 1945; MEMUTUSI{AN: MenetapKan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KAWASAN SAINS DAN TEKNOLOGI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: 1. Kawasan Sains dan Teknologi (Sci.ence and Technologg Park), yang selanjutnya disingkat KST adalah wahana yang dikelola secara profesional untuk mengembangkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan melalui pengembangan, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan penumbuhan perusahaan pemula berbasis teknologi. 2. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah se cara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. 3. Inovasi

3. 4. 5. 6. 7. PRES I DEN REPUELIK INDONESIA -3- Inovasi adalah kegiatan Penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi. Spin Off adalah proses penciptaan organisasi, objek, atau entitas baru yang merupakan hasil pemisahan atau pemecahan dari bentuk yang lebih besar. Inkubasi adalah suatu proses pembinaan, pendampingan, dan pengembangan yang diberikan oleh inkubator wirausaha kepada peserta inkubasi. Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi adalah usaha mikro, kecil, dan menengah berbasis teknologi yang berada pada tahap awal kelahirannya dan memerlukan berbagai dukungan untuk tumbuh. Maturitas adalah tingkatan tahapan kinerja dari Kawasan Sains dan Teknologi yang mencerminkan tingkat keberhasilan atas operasionalisasi pengelolaan sesuai dengan rencana induk dan rencana aksi sehingga menghasilkan kinerja awal dan secara berkesinambungan diharapkan dapat terus mencapai kinerja yang mandiri. 8. Badan Usaha adalah badan atau lembaga berbadan hukum yang melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 9. Perguruan

-4-9. 10. 11. L2. Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan Pendidikan Tinggi. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. BAB II TUJUAN, SASARAN, DAN FUNGSI Bagian Kesatu Tujuan Pasal 2 KST bertujuan mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Bagian Kedua

-5- Bagian Kedua Sasaran Pasal 3 Sasaran pembangunan dan pengembangan KST adalah: a. terwujudnya sinergi fungsi dan peran akademisi, bisnis, dan pemerintah; b. tersedianya lingkungan yang kondusif bagi berlangsungnya kegiatan Penelitian, pengembangan, dan bisnis teknologi yang berkelanjutan; c. tumbuh dan terbinanya Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi; d. terwujudnya perusahaan baru yang merupakan hasil Spin Off, dan e. tersedianya layanan teknologi untuk mendukung daya saing industri. Bagian Ketiga Fungsi Pasal 4 KST mempunyai fungsi sebagai: a. wahana untuk kerja sama Penelitian dan pengembangan berkelanjutan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, dan industri; b. fasilitator penumbuhan perusahaan berbasis Inovasi melalui Inkubasi dan/atau Spin Off; dan c. penyedia.

-6- c. penyedia layanan bernilai tambah dan berkualitas kepada penerima layanan KST. (2) Pasal 5 Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, KST menyediakan layanan: a. teknis; b. pengembangan teknologi; c. Inkubasi bisnis teknologi; dan d. layanan pendukung. Layanan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat huruf a paling sedikit mencakup: a. pelatihan; b. peragaan; c. konsultasi teknis; dan d. informasi. Layanan pengembangan teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat huruf b paling sedikit mencakup: a. desain teknologi; b. purwarllpa; c. manajemen kekayaan intelektual; dan d. konsultasi hukum. (4) Layanan Inkubasi bisnis teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat huruf c berupa dukungan teknologi dan manajemen bagi Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi. (5) Layanan

(s) PRES I DEN -7 - Layanan pendukung sebagaimana dimaksud ayat huruf d paling sedikit mencakup: a. fasilitas produksi skala terbatas; b. ruang kantor; dan c. ruang konferensi/seminar f pameran. pada BAB III PENYELENGGARAAN KST Bagian Kesatu Umum Pasal 6 Penyelenggaraan KST dilaksanakan berdasarkan prinsip: a. tata kelola yang baik; b. akuntabel; c. transparan; dan d. profesional. Pasal 7 Penyelenggaraan KST meliputi : a. pendirian; b. pengelolaan; dan c. pengembangan. Pasal 8 KST dapat berupa: a. zona terintegrasi; atau b. zorra terkoneksi. (2) Zona

PRESIDEN -8- (21 (4) Zona terintegrasi sebagaimana dimaksud pada ayat huruf a merupakan area yang menyatu dalam menyediakan sarana dan prasarana untuk pengembangan dan penumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Zona terkoneksi sebagaimana dimaksud pada ayat huruf b merupakan kawasan yang berada di beberapa lokasi yang terpisah namun saling terhubung dalam menyediakan sarana dan prasarana untuk pengembangan dan penumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat harus mempertimbangkan efektivitas dan aksesibilitas masing-masing lokasi. Bagian Kedua Pendirian pasal 9 Tahapan pendirian terdiri atas: a. persiapan; dan b. pembangunan. Paragraf 1

PRES IDEN -9 - Paragraf 1 Penyelenggara Pasal 10 (2t (4) Penyelenggara KST terdiri atas: a. Pemerintah Pusat dan/atau pemerintah Daerah; b. Perguruan Tinggi; dan c. masyarakat. Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat huruf c meliputi: a. Badan Usaha; b. perserikatan; atau c. perkumpulan. Penyelenggara KST sebagaimana dimaksud pada ayat dapat menyelenggarakan KST secara sendirisendiri atau secara bersama-sama. Dalam penyelenggaraan KST, penyelenggara KST sebagaimana dimaksud pada ayat, ayat (2), d,an ayat membentuk pengelola KST. Paragraf 2 Persyaratan Pasal 11 Syarat pendirian KST paling sedikit memiliki: a. sumber tekrrologi; b. sumber daya manusia; c. sumber.

- 10- c. sumber pendanaan; d. lahan/tempat; dan e. bidang fokus yang akan dikembangkan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan pendirian KST diatur dengan Peraturan Menteri. Paragraf 3 Tahapan Persiapan Pasal 12 Tahapan persiapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal t huruf a mencakup paling sedikit: a. pemetaan potensi sumber teknologi; dan b. pemetaan prospek pengembangan kawasan. (2) Pemetaan potensi sumber teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat huruf a meliputi: a. dukungan lembaga penelitian dan pengembangan terhadap beroperasinya KST; b. tingkat kesiapan teknologi yang tersedia dan siap dihilirkan oleh KST; c. ketersediaan tenaga ahli/pakar yang akan mendukung beroperasinya KST; dan d. potensi terjadinya alih teknologi di dalam KST. Pemetaan prospek pengembangan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat huruf b meliputi: a. komoditas unggulan lokal; b. rencana

REPUBLIK INOONESIA - 11- b. rencana pengembangan industri; c. rantai pasokan; d. budaya masyarakat; e. jenis wirausaha yang ada di daerah sekitar; dan f. prospek pasar dari produk yang akan dihasilkan oleh KST. Pasal 13 Pemetaan potensi sumber teknologi dan pemetaan prospek pengembangan kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 melibatkan unsur akademisi, bisnis, Pemerintah Pusat, dan Pemerintah Daerah. Paragraf 4 Tahapan Pembangunan Pasal 14 Tahapan pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal t huruf b mencakup: a. penyusunan dan pembentukan kelembagaan dan b. c. d. manajemen operasional; penyusunan rencana induk; penyusunan rencana aksi; dan pembangunan sarana dan prasarana. Pasal 15

_t2_ Pasal 15 (21 KST harus memiliki sarana dan prasarana untuk: a. pengembangan teknologi; b. Inkubasi bisnis teknologi; dan c. layanan teknologi. Sarana dan prasarana pengembangan teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat huruf a dapat berupa pusat desain, pusat purwarupa Qtrototype centre), ruang untuk konsultasi hukum dan kekayaan intelektual, atau bentuk layanan lainnya yang mendukung pengembangan teknologi. Sarana dan prasarana Inkubasi bisnis teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat huruf b dapat berupa kantor bersama, ruang usaha, fasilitasi produksi percontohan, pusat layanan bisnis, ruang pelatihan, akses pembiayaan, atau bentuk layanan (41 lainnya yang mendukung Inkubasi bisnis teknologi. Sarana dan prasarana layanan teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat huruf c dapat berupa ruang pelatihan, fasilitas uji produksi, ruang pamer, ruang data dan informasi/dokumentasi, laboratorium uji, jejaring tenaga ahli/pakar, atau bentuk layanan lainnya yang mendukung layanan (s) teknologi. Penyediaan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat sampai dengan ayat (41 dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Pasal 16

-13- Pasal 16 Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah menyediakan, mengelola, dan mengembangkan sarana dan prasarana dasar KST khususnya jalan akses, jalan kawasan, drainase, dan pengelolaan limbah, infrastruktur air bersih, listrik, dan teknologi informasi dan komunikasi, serta akses transportasi, baik orang maupun barang menuju KST sesuai dengan tugas dan fungsinya berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 17 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara tahapan pendirian KST diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Ketiga Pengelolaan Pasal 18 Pengelolaan KST sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b meliputi: a. fasilitasi penelitian dan pengembangan yang b. C. berkelanjutan yang berorientasi pada kebutuhan pasar; fasilitasi kekayaan intelektual; Inkubasi untuk menumbuhkembangkan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi; d. fasilitasi

-t4- d. fasilitasi pengembangan jejaring kerja dan kerja sama; e. fasilitasi alih teknologi; f. fasilitasi konsultasi hukum; g. fasilitasi pengembangan akses permodalan; dan h. fasilitasi pengembangan akses pemasaran. Pasal 19 (21 (4) Pengelola KST yang diselerrggarakan oleh Pemerintah Pusat dapat berbentuk: a. unit pelaksana teknis di bawah kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian; atau b. bentuk lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengelola KST yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dapat berbentuk: a. unit pelaksana teknis di bawah salah satu satuan kerja perangkat daerah atau lembaga teknis daerah setingkat satuan kerja perangkat daerah; atau b. bentuk lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengelola KST yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi bentuknya mengikuti ketentuan bentuk pengelolaan Perguruan Tinggi penyelenggara. Pengelola KST yang diselenggarakan oleh masyarakat berbentuk Badan Usaha. Bagian Keempat.

- 15- Bagian Keempat Pengembangan Pasal 20 Pengembangan KST sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c meliputi: a. pengembangan Inkubasi dan pengembangan bisnis berkelanjutan; b. pengembangan kapasitas sumber daya manusia; c. pengembangan konsultasi, bimbingan teknis, dan kapasitas informasi; dan d. pengembangan teknologi untuk mendukung Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi. Pasal 21 Untuk mendukung pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pada KST dapat mengikutsertakan organisasi profesi dan lembaga penunjang lainnya. (2) Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat merupakan organisasi profesi yang terkait dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta industri. Lembaga penunjang lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat merupakan lembaga penunjang yang terkait dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta industri. BAB IV

-16- BAB IV PENERIMA LAYANAN KST Pasal 22 (21 Penerima layanan KST dapat berupa: a. tenant KST; dan b. non tenant KST. Tenant KST sebagaimana dimaksud pada ayat huruf a merupakan pihak yang mendapatkan layanan dari KST dalam jangka waktu tertentu sesuai perjanjian kerja sama. Non tenant KST sebagaimana dimaksud pada ayat huruf b merupakan pihak yang mendapat layanan dari KST tanpa perjanjian kerja sama. Pasal 23 Tenant KST dan non tenant KST sebagaimana 22 ayat huruf a dan dimaksud dalam Pasal huruf b dapat berupa: a. industri; b. Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi; c. inkubator; d. lembaga alih teknologr; e. lembaga penelitian dan pengembangan; f. lembaga pembiayaan; g. lembaga pelatihan; h. kementerian/lembagalpemerintah Daerah; i. masyarakat (perseorangan atau kelompok); j. Perguruan Tinggi; atau k. lembaga penunjang ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya. (2) Syarat...

-L7- (2) Syarat dan ketentuan tenant KST dan non tenant KST ditetapkan oleh pengelola KST. BAB V PENJAMINAN MUTU Bagian Kesatu Umum Pasal24 Penjaminan mutu pengelolaan a. pendaftaran; b. penilaian; c. pemberian rekomendasi; d. pemeringkatan; e. pembinaan; dan f. pengawasan. KST dilakukan melalui: Bagian Kedua Pendaftaran Pasal 25 (2) Pendaftaran KST dilakukan sebagai tindak lanjut dari pendirian KST. Pendaftaran KST sebagaimana dimaksud pada ayat dikelola oleh Menteri. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran KST diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Ketiga.

PRES IDEN -18- Bagian Ketiga Penilaian Pasal 26 (2) (4) (s) (6) Penilaian dilakukan terhadap: a. administrasi; b. teknis; dan c. kinerja. Penilaian administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat huruf a dilakukan untuk memastikan bahwa KST memenuhi syarat sesuai ketentuan pendirian. Penilaian teknis sebagaimana dimaksud pada ayat huruf b dilakukan untuk menjamin proses pelayanan kepada penerima layanan sesuai ketentuan. Penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat huruf c dilakukan untuk mengukur hasil dan dampak dari kegiatan/pelayanan KST. Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat dilakukan oleh tim penilai. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penilaian dan pembentukan tim penilai ditetapkan oleh Menteri. Bagian Keempat Pemberian Rekomendasi Pasal27 Menteri memberikan rekomendasi kepada penyelenggara dan pengelola KST berdasarkan hasil penilaian sebagaimana dinraksud dalam Pasal 26. (2) Rekomendasi

PRES IDEN _19_ (2) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat dapat berupa: a. peningkatan kapasitas KST; b. peningkatan pengelolaan KST; atau c. peningkatan kinerja pengelola KST. Dalam hal rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dilaksanakan oleh penyelenggara dan/atau pengelola KST, Menteri dapat mencabut status KST. Bagian Kelima Pemeringkatan Pemeringkatan Maturitas KST. (2) Pasal 28 dilakukan untuk mengukur Pemeringkatan sebagaimana dimaksud pada ayat didasarkan pada dimensi relevansi, keberlanjutan, dan kemandirian dengan indikator keberhasilan kinerja. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeringkatan KST diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Keenam Pembinaan Pasal29 Menteri melakukan pembinaan dalam penyelenggaraan KST. (2) Pembinaan

-20- (21 (41 Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat ditujukan untuk meningkatkan kinerja KST. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat dapat berupa: a. pemberian insentif; b. bimbingan teknis; dan/atau c. penciptaan iklim yang kondusif bagi pembangunan dan pengembangan KST dengan dukungan keterlibatan pemangku kepentingan. Dalam rangka pelaksanaan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat Menteri menetapkan: a. norma, standar, prosedur, dan kriteria KST; dan b. rencana induk pengembangan KST nasional. Pasal 30 Pemberian insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat huruf a dapat berupa: a. pembiayaan penelitian dan pengembangan; b. modal awal; c. akses pemasaran; d. fasilitas kekayaan intelektual; e. dana Inkubasi; f. bantuan pengembangan sarana dan prasarana; g. pemanfaatan fasilitas laboratorium lembaga penelitian dan pengembangan pemerintah; h. kemudahan perizinan; dan/atau i. kemudahan di bidang perpajakan. (2) Pemberian...

-2t- (21 (4) Pemberian insentif yang berasal dari penerimaan negara bukan pajak dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemberian kemudahan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat huruf h dan kemudahan bidang perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat huruf i dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai insentif sebagaimana dimaksud pada ayat huruf a sampai dengan huruf g diatur dengan Peraturan Menteri. Pasal 31 (21 Bimbingan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat huruf b meliputi: a. pengembangan kapasitas substansi dan manajemen pengelola KST; dan/atau b. penempatan tenaga ahli. Menteri dapat menunjuk kementerian/lembaga terkait untuk melakukan bimbingan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat. Menteri menyusun dan menetapkan pedoman bimbingan teknis. Bagian Ketujuh Pengawasan Pasal 32 Untuk menjamin mutu penyelenggaraan KST, Menteri melakukan pengawasan. (2) Pengawasan

_22_ (21 Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat meliputi administrasi, teknis, dan kinerja. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VI PELAPORAN, PEMANTAUAN, DAN EVALUASI Bagian Kesatu Pelaporan Pasai 33 Pengelola KST wajib menyampaikan laporan kemajuan setiap tahun secara tertulis kepada Menteri. (21 Laporan kemajuan setiap tahun sebagaimana dimaksud pada ayat dilakukan melalui sistem database dan informasi yang dikelola oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Kedua

-23- Bagian Kedua Pemantauan Pasal 34 (2) (4) Pemantauan terhadap penyelenggaraan KST dilakukan secara berkala oleh Menteri. Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat ditujukan untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan KST. Efektivitas penyelenggaraan KST sebagaimana dimaksud pada ayat (21 diukur dengan 3 (tiga) dimensi pengukuran kinerja Yaitu: a. dimensi relevansi; b. dimensi keberlanjutan; dan c. dimensi kemandirian. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemantauan penyelenggaraan KST diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Ketiga Evaluasi Pasal 35 Menteri melakukan evaluasi untuk menilai Maturitas KST, (21 Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat dilakukan berdasarkan indikator pertumbuhan dan perkembangan kinerja KST. Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi, indikator, dan Maturitas KST diatur dengan Peraturan Menteri. BAB VII

-24- BAB VII PENDANAAN Pasal 36 Pendanaan penyelenggaraan KST bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 37 Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, Penyelenggara KST yang telah ada tetap dapat menyelenggarakan KST dan harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden ini paling lama 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Presiden ini diundangkan. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 38 Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar

REPUJ'T,t=,'55f;*u=,o -25- Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 22 November 2Ol7 PRESIDEN, ttd. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 22 November 2Ol7 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA, JOKO WIDODO ttd. YASONNA H. LAOLY LEMBARAN NEGARA TAHUN 2OI7 NOMOR 243 Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Asisten De ti Bidang Pembangunan Manusia an Kebudayaan dan Perundang-undangan, ung Cahyono