BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatannya mengolah. Menurut BAPEDAL (1995) menyebutkan bahwa B3 adalah setiap bahan

dokumen-dokumen yang mirip
Skripsi. Evaluasi Penerapan ISO (Sistem Manajemen Lingkungan) di PT. Apac Inti Corpora

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ini dapat terlihat dari banyaknya industri baru yang tumbuh dan berkembang

BAB II DASAR-DASAR PENGELOLAAN LIMBAH B3

Petunjuk Keselamatan Umum Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Pedoman berikut dibuat untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya di

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah derasnya arus globalisasi, pengaruh perubahan di lingkungan bisnis

2 masyarakat sekitarnya akan sangat berbahaya dan menimbulkan masalah kesehatan baru diantaranya tetanus, infeksi, pencemaran udara dan pencemaran air

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999).

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat, dan pesatnya perkembangan teknologi. Berdasarkan data

MANAJEMEN TEKNIK LINGKUNGAN. Pengertian ISO 14000

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DASAR HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH B3

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN. Menimbang :

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi perubahan cara pandang

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 151 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Keputusan Kepala Bapedal No. 2 Tahun 1998 Tentang : Tata Laksana Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Di Daerah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH) PROVINSI BALI Jl. D.I. Panjaitan No. 1 Telp , Fax Denpasar 80233

BAB I PENDAHULUAN. Persediaan (Inventory) merupakan aktiva perusahaan yang menempati

BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH) PROVINSI BALI Jl. D.I. Panjaitan No. 1 Telp , Fax Denpasar 80233

PEMANTAUAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI PROVINSI BANTEN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem keuangan yang kurang dapat diandalkan. memadai kepada manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH B3

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG

IDQAN FAHMI BUDI SUHARDJO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 76 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhanpun juga berkembang seiring jaman. Banyak produkproduk

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Permasalahan lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang harus kita

termasuk manusia dan prilakunya

DAN TATA KERJA MENTERI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi tahun 2020 mendatang kesehatan dan

BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 339 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

Karakteristik Limbah Padat

Versi 27 Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan baik

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan calon

Globalisasi perekonomian menimbulkan pencemaran dan memunculkan kepedulian terhadap lingkungan. ISO mengembangkan standar spesifik lingkungan bagi

DAFTAR ISI ABSTRAK.. KATA PENGANTAR. DAFTAR GAMBAR...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMULIHAN LAHAN TERKONTAMINASI LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya yang meliputi

1 st INDONESIA INDUSTRY RESEARCH FORUM 2009 ( 1 ST IIRF 2009 )

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang terkait dengan isu green accounting tersebut di tahun 1980-an. Di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin

BAB I PENDAHULUAN. Negara memiliki tujuan untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah

RKL-RPL RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTU TANJUNG JATI B UNIT 5 DAN 6 (2 X MW) DI KABUPATEN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 02 TAHUN 2008 TENTANG PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2010

AUDIT LINGKUNGAN SEBAGAI INSTRUMEN DALAM MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN TERHADAP PENGELOLAAN KUALITAS LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memiliki

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lebih unggul akan mampu menarik perhatian para konsumen dan dapat bertahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Jika di masa lalu perusahaan berorientasi pada konsumen (customer oriented) yaitu

PERBEDAAN AMDAL DAN ANDAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi bagi negara. Seiring bertambahnya pembangunan perusahaan, sumbersumber

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

Keputusan Kepala Bapedal No. 2 Tahun 1995 Tentang : Dokumen Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Linda Maulidia Kosasih, 2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PERKANTORAN

BAB I PENDAHULUAN. Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di kawasan benua Eropa yang bertujuan membangun kekuatan ekonomi. bersama. Mengandalkan produk-produk berkualitas sebagai penyedia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

Penjelasan dan Proses Sertifikasi ISO 14001

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STANDAR INDUSTRI HIJAU

BAB I PENDAHULUAN. nilai kualitas lingkungan hidup Indonesia pada tahun 2011 sebesar 60,25 dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatannya mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi agar memberikan nilai tambah yang lebih besar. Proses industri dari perusahaan manufaktur menghasilkan berbagai macam limbah. Limbah tersebut harus dikelola dengan baik dan benar karena dapat mencemari dan merusak lingkungan, khususnya limbah B3. Menurut BAPEDAL (1995) menyebutkan bahwa B3 adalah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. Dari hal tersebut jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi semula. Perkembangan industri dewasa ini telah menyebabkan krisis lingkungan dan energi. Bermula dari dampak industri inilah maka 1

perusahaan dituntut untuk meningkatkan pertanggungjawaban terhadap konservasi lingkungan. Berdasarkan kondisi ini, maka peraturan pemerintah Indonesia terhadap pertanggungjawaban perusahaan dalam pengelolaan lingkungan menjadi semakin ketat. Hal ini dibuktikan dengan adanya PROPER, audit, sidak dari Kementerian Lingkungan Hidup, dan Undangundang yang berlaku tentang pengelolaan lingkungan. Oleh sebab itu, isu lingkungan penting bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Menurut ISO 14001 (ISO 14001, 1996) mendefinisikan sistem manajemen lingkungan adalah bagian dari manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab, praktek, prosedur, proses dan sumber daya untuk mengembangkan, menerapkan, mencapai, mengkaji dan memelihara kebijakan lingkungan. Sistem manajemen lingkungan yang baik telah menjadi tuntutan dari konsumen dan pemerintah negara maju yang semakin kritis tentang sistem produksi dari negara berkembang yang salah satunya berkaitan dengan isu lingkungan. Komisi Eropa pada tanggal 17 Februari 1999 mengeluarkan keputusan yang menyangkut Ecolabel sebuah produk dan ditujukan kepada semua produk tekstil yang masuk pasar Eropa. Semua produk tekstil yang akan masuk pasar Eropa harus mengikuti semua ketentuan yang tertera pada keputusan tersebut untuk mendukung program Eropa dalam menjaga kelestarian lingkungan. Umumnya terkait dengan ketentuan ISO 14000 yang menyangkut lingkungan. 2

Selain sebagai standar dari negara maju, implementasi sistem manajemen lingkungan juga bermanfaat untuk menentukan pengembangan strategi perusahaan baik di pasar domestik maupun luar negeri. Hal ini dapat dibuktikan dengan menggunakan matriks analisis SWOT dan diagram SWOT. Dari matriks analisis SWOT dan diagram SWOT dapat diketahui bagaimana posisi perusahaan tersebut. PT APAC INTI CORPORA merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang industri tekstil. Kegiatan utamanya adalah memproduksi Yarn, Greige, Denim, Jasa Laundry dan Garment. PT APAC INTI CORPORA mengekspor produknya ke lebih dari 70 negara di lima benua ke seluruh dunia. Oleh sebab itu, perlu dilaksanakan sistem manajemen lingkungan yang baik karena konsumen di dominasi oleh konsumen luar negeri yang semakin kritis menyadari isu lingkungan. Dari penjelasan tersebut penulis tertarik untuk menjadikan topik dalam penulisan tugas akhir ini yang berjudul Implementasi Sistem Manajemen Lingkungan Sebagai Pengembangan Strategi Perusahaan di Pasar Internasional. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil suatu perumusan masalah sebagai berikut: 1. Sejauh mana komitmen PT APAC INTI CORPORA dalam mengimplementasikan sistem manajemen lingkungan?. 3

2. Bagaimana strategi pengembangan perusahaan di pasar internasional?. 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah pada penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Penulis hanya membahas mengenai implementasi pengelolaan limbah sisa/bekas kemasan Bahan Berbahaya dan Beracun. 2. Pasar internasional yang dimaksudkan, yaitu Amerika dan Eropa. 1.4 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui sejauh mana komitmen PT APAC INTI CORPORA dalam mengimplementasikan sistem manajemen lingkungan. 2. Menentukan strategi pengembangan perusahaan di pasar internasional. 1.5 Manfaat Penulisan Manfaat yang diharapkan dari penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: a. Bagi PT APAC INTI CORPORA Sebagai kontribusi yang penulis lakukan agar dapat dijadikan kajian bagi perusahaan untuk mengambil keputusan selanjutnya. 4

b. Bagi Universitas Tugas akhir ini dapat dijadikan sebagai sarana tambahan referensi di perpustakaan Universitas Gadjah Mada mengenai permasalahan yang terkait dengan penulisan tugas akhir ini. c. Bagi Penulis Menerapkan dan mengembangkan ilmu dan pengetahuan yang didapat selama belajar. 1.6 Kerangka Penulisan Penulisan tugas akhir ini akan disusun berdasarkan kerangka penulisan yang dijabarkan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Bab ini memuat latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, kerangka penulisan, dan kerangka pemikiran. BAB II Gambaran Umum Bab ini menguraikan tentang landasan teori yang dipakai dalam penulisan tugas akhir ini, yaitu mengenai: pengertian sistem manajemen lingkungan, bentuk sistem manajemen lingkungan, hak dan kewajiban konsumen, pengertian pemasaran internasional, pasar ekspor internasional, standar ekspor ke pasar Amerika dan Eropa. 5

Selain itu, bab ini juga menguraikan tentang metodologi, jenis/sumber data yang dipakai, yaitu mengenai: jenis penelitian, teknik analisis data, dan sumber data. BAB III Analisis dan Pembahasan Bab ini memaparkan penjelasan dan analisis mengenai implementasi sistem manajemen lingkungan sebagai pengembangan strategi di pasar internasional yang dilakukan oleh PT APAC INTI CORPORA. BAB IV Penutup Bab ini merupakan penutup dar tugas akhir ini, hasil analisis dan pembahasan akan disimpulkan dan saran-saran yang dapat dipertimbangkan oleh manajemen PT APAC NTI CORPORA. 6

1.7 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran tugas akhir ini adalah sebagai berikut: Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Mulai Observasi Selama Magang Menggali Ide/ Gagasan Mencari Topik/ Judul TA Pembuatan Proposal TA Pengajuan Proposal TA Tidak Setuju/ Tidak Setuju Pengumpulan Data Cek dan Evaluasi Data Implementasi SML di perusahaan Menganalisis implementasi SML dengan SWOT Kesimpulan dan Saran Selesai 7