FM-UII-AA-FKU-01/R0 MESIN BUBUT 2.1. TUJAN PRAKTIKUM

dokumen-dokumen yang mirip
M O D U L T UT O R I A L

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan

Gambar 1. Kepala tetap, tampak spindel utam a mesin

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

2 1. Jenis Mesin bubut berdasarkan ukurnnya secara garis besar dibedakan menjadi:

Gambar 1.1 Hasil-hasil dari pembubutan

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

Jumlah Halaman : 20 Kode Training Nama Modul` Simulation FRAIS VERTIKAL

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

BAB II Mesin Bubut I II. 1. Proses Manufaktur II

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur)

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm

MESIN BOR. Gambar Chamfer

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

BAB II LANDASAN TEORI

PBAB II MESIN BUBUT. (Laboratorium Teknik Industri Universitas Gunadarma, 2011) Gambar 2.1 Mesin Bubut

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

BAHAN AJAR BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

MODUL PROSES PEMESINAN I SEKSI MESIN BUBUT. Oleh : Purgiyanto

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING)

MAKALAH MESIN BUBUT DAN MESIN GURDI

TUGAS TEKNIK PERAWATAN MESIN MAKALAH MESIN BUBUT, SEKRAP DAN FRAIS

Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais

c. besar c. besar Figure 1

3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN MEMPERGUNAKAN MESIN BUBUT (KOMPLEK)

B. Sentot Wijanarka, Teknik Pemesinan Dasar, BAB 2

RENCANA IMPLEMENTASI MEMBUBUT DI LABORATORIUM PRODUKSI JURUSAN MESIN. Oleh: Nama : Dwi Pujo L NIM : Prodi : PTMSI

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

TAHAP AWAL PEMBUATAN PEMBUBUTAN HOUSE BEARING RODA ROLI

Teknik Pemesinan Bubut 1

TURBO Vol. 6 No p-issn: , e-issn: X

PROSES SEKRAP ( (SHAPING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT Mesin FT UNY

SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN

ANALISA KEDATARAN GUIDE WAYS TERHADAP PENGARUH GERAK CARRIAGE PADA MESIN BUBUT G.D.W LZ 350 DENGAN ALAT UKUR DIGI- PAS DWL-200

TEKNIK PEMESINAN BUBUT 1 Program Studi: Teknik Teknik Pemeliharaan Mekanik Industri Kode: TM.TPMI-TPL 1 (Kelas XI-Semester 3)

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

M O D U L T UT O R I A L

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan

MESIN FRAIS HORIZONTAL

SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

LAPORAN HASIL PRAKTEK PEMESINAN (MESIN BUBUT)

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK

SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

TEKNIK PRODUKSI MESIN INDUSTRI

SOAL LATIHAN 6 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

Materi Kuliah PROSES GERINDA. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY

PENULIS. Drs. Zaki Santoso, M.Pd Widyaiswara PPPPTK BMTI

BUKU 2 PROSES BUBUT (TURNING) ALAN ANDIKA PRIYATAMA, M.Pd

BAB IV MESIN SEKRAP. Laporan Akhir Proses Produksi ATA 2010/2011. Pengertian Mesin Sekrap

LAPORAN PRAKTEK PEMESINAN LANJUT. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Praktek Pemesinan Lanjut. Disusun Oleh :

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1)

BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING

D a s a r P e m e s i n a n P e r k a k a s

BAB 6 MENGENAL PROSES BUBUT (TURNING)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Mesin bubut (Turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas

Materi 3 Seting Benda Kerja, Pahat, dan Zero Offset Mesin Bubut CNC Tujuan :

2. Mesin Frais/Milling

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

MENGGUNAKAN MESIN UNTUK OPERASI DASAR

MATERI MATAKULIAH PROSES PEMESINAN I

DRIL I LIN I G N SEMESTER 2

commit to user BAB II DASAR TEORI

MATERI KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

TUGAS MAKALAH TEKNOLOGI MEKANIK I PEMBUATAN RODA GIGI CACING

BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

Dalam menentukan ukuran utama mesin skrap ini, hal yang berpengaruh antara lain:

BAB III MESIN FRAIS. ( Gambar-gambar Mesin. 2011) Gambar 3.1 Bentuk-bentuk Hasil Frais

PROSES PEMBUATAN PIRINGAN PISAU PADA MESIN PERAJANG SINGKONG

PROSES GURDI (DRILLING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY

MODUL PEMBELAJARAN BIDANG KEAHLIAN : TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN : TEKNIK MESIN PERKAKAS PROGRAM DIKLAT : PEKERJAAN PERMESINAN TINGKAT : II ( DUA )

MATERI KULIAH CNC Memasang Pahat. Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

MODUL 9 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGEBOR DAN MELUASKAN) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH :

MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT

PENGGUNAAN ALAT PENDUKUNG PRAKTIK PADA KOMPETENSI MENGUNAKAN MESIN BUBUT KOMPLEKS

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING)

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. bentuk poros transmisi horisontal dan poros transmisi. vertikal yang benar dan sesuai ukuran yang diinginkan.

MAKALAH PERMESINAN ( MESIN BUBUT, FRAIS, & GERINDA )

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014

Penjepit Pisau Dan Benda Kerja

Merupakan bagian yang terpenting dari mesin milling. Tempat untuk mencekam alat potong. Di bagi menjadi 3 jenis :

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR

Transkripsi:

MODUL II 2.1. TUJAN PRAKTIKUM MESIN BUBUT 1. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja pada mesin bubut. 2. Mahasiswa dapat memahami fungsi dari mesin bubut. 3. Mahasiswa dapat memahami jenis-jenis mesin bubut. 4. Mahasiswa dapat memahami bagian-bagian mesin bubut. 5. Mahasiswa dapat memahami ukuran mesin bubut. 6. Mahasiswa mampu menentukan kecepatan spindle dan kecepatan penyayatan (feed rate). 7. Mahasiswa mampu mengoprasikan mesin bubut. 2.2. DASAR TEORI Mesin bubut (turining machine) adalah suatu jenis mesin perkakas yang dalam proses kerjanya bergerak memutar benda kerja dan menggunakan mata potong pahat (tools) sebagai alat untuk menyayat benda kerja tersebut. Mesin bubut merupakan salah satu mesin proses produksi yang dipakai untuk membentuk benda kerja yang berbentuk silindris. Pada prosesnya benda kerja terlebih dahulu dipasang pada chuck (pencekam) yang terpasang pada spindel mesin, kemudian spindel dan benda kerja diputar dengan kecepatan sesuai perhitungan. Alat potong (pahat) yang dipakai untuk membentuk benda kerja akan disayatkan pada benda kerja yang berputar. Gambar 1. 1 Gerakan pada proses pembubutan Prinsip kerja mesin bubut adalah benda kerja yang berputar, sedangkan pisau bubut bergerak memanjang dan melintang. Dari kerja ini dihasilkan sayatan dan benda 1

kerja yang umumnya simetris. Fungsi mesin bubut pada prinsipnya sama dengan mesin bubut lainnya yaitu untuk membubut muka/facing, rata lurus/bertingkat, tirus, alur, ulir, bentuk, mengebor, memperbesar lubang, memotong, dll. (Gambar 1.1) Gambar 1. 2 Fungsi mesin bubut 2.3. JENIS-JENIS MESIN BUBUT Jenis mesin bubut pada garis besarnya diklasifikasikan dalam empat kelompok yaitu : a. Mesin Bubut Ringan Mesin bubut ringan dapat diletakan di atas meja, dan mudah dipindahkan sesuai dengan kebutuhan, Benda kerjanya berdimensi kecil (mini). Jenis ini umumnya digunakan untuk membubut benda-benda kecil dan biasanya dipergunakan untuk industri rumah tangga (home industri). Panjangnya mesin umumnya tidak lebih dari 1200 mm, dan karena bebanya ringan dapat diangkat oleh satu orang. 2

Gambar 1. 3 Mesin Bubut Ringan b. Mesin Bubut Sedang Jenis mesin bubut sedang dapat membubut diameter benda kerja sampai dengan 200 mm dan panjang sampai dengan 100 mm cocok untuk industri kecil atau bengkel-bengkel perawatan dan pembuatan komponen. Umumnya digunakan pada dunia pendidikan atau pusat pelatihan, karena harganya terjangkau dan mudah dioperasikan. Gambar 1. 4 Mesin Bubut Sedang c. Mesin Bubut Standar Jenis mesin bubut mesin bubut standar disebut sebagai mesin bubut standar karena di samping memiliki komponen seperti pada mesin ringan dan sedang juga telah dilengkapi berbagai kelengkapan tambahan yaitu keran pendingin, lampu kerja, bak penampung beram dan rem untuk menghentikan mesin dalam keadaan darurat. 3

Gambar 1. 5 Mesin Bubut Standar 2.4. BAGIAN-BAGIAN MESIN BUBUT Untuk dapat digunakan secara maksimal, mesin bubut standar harus memilki bagian-bagian utama yang standar. Bagian-bagian mesin bubut standar diantaranya: Gambar 1. 6 Gambar skematis Mesin Bubut dan nama bagianbagiannya 1. Headstock Kepala tetap (head stock), terdapat spindle utama mesin yang berfungsi sebagai dudukan beberapa perlengkapan mesin bubut diantaranya: cekam (chuck), kollet, senter tetap, atau pelat pembawa rata (face plate) dan pelat pembawa berekor (driving plate). Alat-alat perlengkapan tersebut dipasang pada spindel mesin berfungsi sebagai pengikat atau penahan benda kerja yang akan dikerjakan pada mesin bubut. 4

Gambar 1. 7 Spindel utama mesin bubut Gambar 1. 8Kepala tetap terpasang cekam (chuck) pada spindle utama mesin bubut 2. Tools post Penjepit/pemegang pahat (Tools Post) digunakan untuk menjepit atau memegang pahat. Bentuknya atau modelnya secara garis besar ada dua macam yaitu, pemegang pahat standar dan pemegang dapat dosetel (justable tool post). Gambar 1. 9 Tools post 5

3. Tail Stock Kepala lepas (tail stock) yang ditunjukkan pada (Gambar 1.10), digunakan sebagai dudukan senter putar (rotary centre), senter tetap, cekam bor (chuck drill) dan mata bor bertangkai tirus yang pemasanganya dimasukkan pada lubang tirus (sleeve) kepala lepas. Senter putar (rotary centre) atau senter tetap dipasang pada kepala lepas dengan tujuan untuk mendukung ujung benda kerja agar putarannya stabil, sedangkan cekam bor atau mata bor dipasang pada kepala lepas dengan tujuan untuk proses pengeboran. Untuk dapat melakukan dorongan senter tetap/senter putar pada saat digunakan untuk menahan benda kerja dan mealkukan pengeboran pada kedalaman tertentu sesuai tuntutan pekerjaan, kepala lepas dilengkapai roda putar yang disertai sekala garis ukur (nonius) dengan ketelitian tertentu, yaitu antara 0,01 s.d 0,05 mm (Gambar 1.11). Gambar 1. 10 Kepala Lepas dan fungsinya Gambar 1. 11 Roda Putar pada kepala lepas 6

4. Bad Mechine Alas/meja mesin bubut digunakan sebagai tempat kedudukan kepala lepas, eretan, penyangga diam (steady rest) dan merupakan tumpuan gaya pemakanan pada waktu pembubutan. Bentuk alas/meja mesin bubut bermacam-macam, ada yang datar dan ada yang salah satu atau kedua sisinya mempunyai ketinggian tertentu. Selain itu, alat/meja mesin bubut memilki permukaannya yang sangat halus, rata dan kedataran serta kesejajaranya dengan ketelitian sangat tinggi, sehingga gerakan kepala lepas dan eretan memanjang diatasnya pada saat melakukan penyayatan dapat berjalan lancar dan stabil sehingga dapat menghasilkan pembubutan yang presisi. Apabila alas ini sudah aus atau rusak, akan mengakibatkan hasil pembubutan yang tidak baik atau sulit mendapatkan hasil pembubutan yang sejajar. Gambar 1. 12 Alas/bed mesin 5. Spindel Speed Selector Tuas pengatur kecepatan digunakan untuk mengatur kecepatan poros transporter dan sumbu pembawa. Ada dua pilihan kecepatan yaitu kecepatan tinggi dan kecepatan rendah. Kecepatan tinggi digunakan untuk pengerjaan benda-benda berdiameter kecil dan pengerjaan penyelesaian sedangkan kecepatan rendah digunakan untuk pengerjaan pengasaran, ulir, alur, mengkartel dan pemotongan (cut off). 7

Gambar 1. 13 Tuas Pengatur Kecepatan Adapaun untuk mengatur kecepatan putar sumbu utama dapat dihitung dengan rumus : Vc.1000 n. D RPM Keterangan : n : kecepatan putar spindle (rpm) Vc : kecepatan potong (m/menit) : konstanta (3,14) D : diameter benda kerja (mm) 1000 : diperoleh dari 1m = 1000 mm Sedangkan untuk menghitung kecepatan pemotonganya (Cs) dapat dihitung dengan rumus :. D. n Cs 1000 M menit Keterangan : Cs n D : Kecepatan potong (M/menit) : Potaran poros utama (RPM) : Diameter benda kerja (mm) 8

1/1000 : didapat dari 1 mm = 1/1000 m Untuk lebih jelasnya mengenai harga kecepatan potong dari tiap material dapat anda lihat pada table dibawah ini. Tabel 1 1 Kecepatan Potong Untuk Beberapa Jenis Bahan. Bahan Pahat HSS Pahat Karbida Halus Kasar Halus Kasar Baja Perkakas 75-100 25-45 185-230 110-140 Baja Karbon Rendah 70-90 25-40 170-215 90-120 Baja karbon Menengah 60-85 20-40 140-185 75-110 Besi Cor Kelabu 40-45 25-30 110-140 60-75 Kuningan 85-110 45-70 185-215 120-150 Alumunium 70-110 30-45 140-215 60-90 6. Carriage Eretan (Carriage) terdiri atas eretan memanjang (longitudinal carriage) yang bergerak sepanjang alas mesin, eretan melintang (cross carriage) yang bergerak melintang alas mesin dan eretan atas (top carriage), yang bergerak sesuai dengan posisi penyetelan di atas eretan melintang. Kegunaan eretan ini adalah untuk memberikan pemakanan yang besarnya dapat diatur menurut kehendak operator yang dapat terukur dengan ketelitian tertentu yang terdapat pada roda pemutarnya. Gambar 1. 14 Eretan mesin bubut 9

7. Poros Transportir dan Poros Pembawa Poros transportir adalah sebuah poros berulir berbentuk segi empat atau trapesium dengan jenis ulir whitehworth (inchi) atau metrik (mm), berfungsi untuk membawa eretan pada waktu pembubutan secara otomatis, misalnya pembubutan arah memanjang/melintang dan ulir. Poros transporter untuk mesin bubut standar pada umumnya kisar ulir transportirnya antara dari 6 8 mm. Poros pembawa adalah poros yang selalu berputar untuk membawa atau mendukung jalannya eretan dalam proses pemakanan secara otomatis. Gambar 1. 15 Poros Transportir dan Poros Pembawa 8. Keran Pendingin. Keran pendingin digunakan untuk menyalurkan pendingin (collant) kepada benda kerja yang sedang dibubut dengan tujuan untuk mendinginkan pahat pada waktu penyayatan sehingga dapat menjaga pahat tetap tajam dan panjang umurnya. Hasil bubutannya pun halus. 10

Gambar 1. 16 Keran Pendingin 2.5. JENIS-JENIS MATA PAHAT/PISAU Menurut fungsinya, pahat bubut terdapat enam jenis yaitu, pahat bubut rata, sisi/ muka, potong, alur, champer dan ulir. o Pahat Rata Pahat bubut jenis ini digunakan untuk membubut permukaan rata pada bidang memanjang. Sistem kerjanya adlah dengan menggerakan pahat dari ujung luar benda kerja kearah cekam atau sebaliknya tergantung pahat kanan atau kri. o Pahat Sisi/Muka Pahat bubut jenis ini yang digunakan untuk membubut pada permukaan benda kerja. Sistem kerjanya adalah dengan menggerakkan dari tengah benda kerja kearah keluar atau sebaliknya tergantung dari arah putarannya. o Pahat Potong Pahat jenis ini digunakan khusus untuk memotong suatu benda kerja hingga ukuran panjang tertentu. o Pahat Alur Pahat jenis ini digunakan untuk membentuk profil alur pada permukaan benda kerja. Bentuk tergantung dari pahat alur yang digunakan. o Pahat Champer Pahat jenis ini digunakan untuk menchamper pada ujung permukaan benda kerja. Besar sudut champer pada umumnya 45º. o Pahat Ulir Pahat jenis ini digunakan untuk membuat ulir pada permukaan benda kerja, baik pembuatan ulir dalam maupun ulir luar. 11

Ilustrasi penggunaan dari berbagai jenis pahat bubut dapat dilihat pada gambar dibawah. Gambar 1. 17 Ilustrasi penggunaan dari berbagai jenis pahat bubut Sedangkan jenis pahat bubut menurut standar ISO, terdapat 9 (sembilan) type diantaranya: ISO 1, ISO 2, ISO 3, ISO 4, ISO 5, ISO 6, ISO 7, ISO 8 dan ISO 9. Ilustrasi penggunaan dari berbagai jenis pahat bubut standar ISO dapat dilihat pada gambar dibawah. 12

Gambar 1. 18 Ilustrasi penggunaan berbagai jenis pahat bubut standar ISO Keterangan: o Pahat ISO 1 Pahat ISO 1 digunakan untuk proses pembubutan memanjang dengan hasil sudut bidangnya (plane angle)sebesar 75 0. Pada umumnya pahat jenis ini digunakan untuk membubut pengasaran yang hasil sudut bidangnya tidak memerlukan siku atau 90º. o Pahat ISO 2 Pahat ISO 2 digunakan untuk pembubutan memanjang dan melintang (pembubutan permukaan/ facing) dengan hasil sudut bidangnya (plane angle) sebesar 45º. Pahat jenis ini juga dapat digunakan untuk membubut champer atau menghilangkan ujung bidang yang tajam (debured). o Pahat ISO 3 Pahat ISO 3 digunakan untuk proses pembubutan memanjang dan melintang dengan sudut bidang samping (plane angle) sebesar 93º. Pada proses pembubutan melintang tujuannya adalah untuk mendapatkan hasil yang siku (90º) pada sudut bidangnya, yaitu dengan cara menggerakan pahat menjahui sumbu senter. 13

o Pahat ISO 4 Pahat ISO 4 digunakan untuk proses pembubutan memanjang dengan pemakanan relatif kecil dengan hasil sudut bidangnya (plane angle) sebesar 0º.Pahat jenis ini pada umumnya hanya digunakan untuk proses finising. o Pahat ISO 5 Pahat ISO 5 digunakan untuk proses pembubutan melintang menuju sumbu center dengan hasil sudut bidangnya (plane angle) sebesar 0º. Jenis pahat ini pada umumnya hanya digunakan untuk meratakan permukaan benda kerja atau memfacing. o Pahat ISO 6 Pahat ISO 6 digunakan untuk proses pembubutan memanjang dengan hasilsudut bidangnya (plane angle) sebesar 90º, sehingga padaproses pembubutan bertingkat yang selisih diameternya tidak terlalu besar dan hasil sudut bidangnya dikehendaki siku (90º) pahatnya tidak perlu digerakkan menjahui sumbu senter. o Pahat ISO 7 Pahat ISO 7 digunakan untuk proses pembubutan alur menuju sumbu center dengan hasil sudut bidangnya (plane angle) sebesar0º. Pahat jenis ini dapat juga digunakan untuk memotong pada benda kerja yang memilki diameter nominal tidak lebih dari dua kali lipat panjang mata pahatnya. o Pahat ISO 8 Pahat ISO 8 digunakan untuk proses pembesaran lubang tembus dengan hasil sudut bidangnya (plane angle) sebesar 75º. o Pahat ISO 9 Pahat ISO 9 digunakan untukproses pembesaran lubang tidak tembus dengan hasil sudut bidangnya (plane angle) sebesar 95 0. 14

2.6. POSISI PISAU MESIN BUBUT Persyaratan utama dalam melakukan proses pembubutan adalah pemasangan pahat/pisau mesin bubut ketinggiannya harus sama dengan pusat senter. Persyaratan tersebut harus dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi perubahan geometri pada pahat bubut yang sedang digunakan. Gambar 1. 19 Pemasangan ketinggian pahat bubut Perubahan geomertri yang terjadi pada pahat bubut dapat merubah besarnya sudut bebas potong dan sudut buang tatalnya, sehingga akan berpengaruh terhadap hasil pembubutan menjadi kurang maksimal. Pada proses pembubutan permukaan/facing, bila pemasangan pahat bubutnya dibawah sumbu senter akan berakibat permuakaannya tidak dapat rata, dan bila pemasangan pahat bubutnya diatas sumbu senter akan berakibat pahat tidak dapat memotong dengan baik karena sudut bebas potongnya tambah kecil. Gambar 1. 20 Pemasangan pahat bubut tidak setinggi sumbu senter Untuk menghindari terjadinya perubahan ketinggian pahat bubut setelah dilakukan pemasangan, pada saat melakukan pengikatan harus kuat dan kokoh, selain itu untuk 15

menghindari terjadinya getaran dan patahnya pahat akibat beban gaya yang diterima terlalu besar, maka pemasangan pahat tidak boleh terlalu menonjol keluar atau terlalu panjang keluar dari dudukannya. 2.7. PENGOPRASIAN MESIN BUBUT Untuk dapat mengoperasikan mesin bubut dengan baik dan benar serta mampu menghasilkan suatu benda kerja yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Langkah-langkah yang harus dilakukan antara lain : 1. Melakukan pemasangan benda kerja pada spindle dan pemasangan pahat pada toolpost. Pemasangan pahat pada toolpost menggunakan alat bantu yaitu kunci toolpost. Berikut adalah gambar proses pemasangan pahat pada toolpost. Gambar 1. 21 pemasangan toolpost 2. Setelah memasang pahat pada toolpost, kemudian dilakukan pengaturan posisi pahat sesuai dengan center pahat sampai posisi pahat sejajar. 16

Gambar 1. 22 Pemasangan pahat pada toolpost Jika pahat tidak sejajar maka pahat harus di ganjal dengan plat tipis. Setelah benar benar sejajar kemudian toolpost di kencangkan menggunakan kunci toolpost. 3. Menghitung cutting speed dari bahan yang akan kita kerjakan. 4. Menghitung kecepatan putar spindle sesuai dengan ukuran diameter yang kita kerjakan. 5. Setelah semua proses diatas dilakukan, kemudian atur pahat agar tegak lurus dengan benda kerja. Setelah pahat lurus dengan benda kerja, kemudian mengatur pahat agar didekatkan dengan benda kerja. Gambar 1. 23 Penguturan Pahat 6. Pahat yang telah mendekati benda kerja, kemudian menyalakan spindle pada mesin. Saat benda kerja pada spindle berputar, kemudian putar handle sampai pahat dekat ke permukaan benda kerja dan sampai menggores benda kerja. 17

Gambar 1. 24 Proses pemakanan benda kerja 7. Setelah proses cutting pada benda kerja selesai, pahat dijauhkan dari benda kerja dengan memutar cross slide dan kemudian mematikan mesin. Gambar 1. 25 Pengoprasian mesin bubut Setelah kita mampu menentukan langkah-langkah diatas serta dapat menentukan urutan langkah kerja yang tepat sesuai dengan gambar kerja maka kita akan dapat mengoperasikan mesin bubut tersebut dengan benar. 18

Referensi :, 2004, Mempergunakan mesin bubut, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta Rahdiyanta Dwi, (2010), Proses bubut (Turning), Jurusan Teknik Mesin Universitas Negri Jaogyakarta. Widarto, (2008), Teknik Pemesinan Juilid 1, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Direktirat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Wirawan Sumbodo dkk, (2008).Teknik Produksi Mesin Industri jilid II. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Direktirat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dr-dwi-rahdiyanta-mpd/teoripemesinan-dasar-pengoperasian-mesin-bubut.pdf 19