ANALISIS KERENTANAN SOSIAL GEMPABUMI DI KECAMATAN GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KERENTANAN SOSIAL GEMPABUMI DI KECAMATAN GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Boyolali disebelah utara, Kabupaten Sukoharjo disebelah timur, Kabupaten Gunung Kidul (DI Yogyakarta) disebelah selatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan baik oleh faktor alam dan/ faktor non-alam maupun faktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim

KAJIAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS DI KECAMATAN KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat disebabkan oleh faktor. alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Klaten merupakan bagian dariprovinsi Jawa Tengah, yang

ANALISIS KERENTANAN BANGUNAN TERHADAP BENCANA GEMPA BUMI DI KECAMATAN GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan 10 Kelurahan, dengan luas ha. Kabupaten Klaten merupakan BT dan LS LS.

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-undang nomor 24 tahun 2007). Australia yang bergerak relative ke Utara dengan lempeng Euro-Asia yang

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

KAJIAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS DI KECAMATAN KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan,

ANALISIS KERENTANAN BANGUNAN TERHADAP BENCANA GEMPA BUMI DI KECAMATAN GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. satu bukti kerawanan gempa tersebut adalah gempa tektonik yang terjadi pada

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gempabumi yang terjadi pada 27 mei 2006 yang melanda DIY-Jateng

BAB I PEDAHULUAN. yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 ).

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

BAB I PENDAHULUAN. pada episentrum LU BT (

Empowerment in disaster risk reduction

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta merupakan kota dengan wilayah yang berbatasan dengan

ANALISA TINGKAT BAHAYA DAN KERENTANAN BENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

PELATIHAN TEKNIK MITIGASI BENCANA GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SMPN 2 BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada di tiga lempeng tektonik dunia, yaitu: Lempeng Indo-

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Gerakan ketiga

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 0 15 cm setiap tahunnya. Lempeng Indo-Australia di bagian selatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

KERENTANAN (VULNERABILITY)

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGETAHUAN SISWA SMA MTA SURAKARTA KELAS X DAN KELAS XI TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN. Pengantar. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GABUNGAN KELOMPOKTANI (GAPOKTAN) DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA BULU KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak diantara pertemuan Lempeng Eurasia dibagian utara,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

KERENTANAN DAN KESIAPSIAGAAN DI DESA BAWAK KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN TERHADAP BENCANA BANJIR NASKAH PUBLIKASI

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulstiwa dan berada pada

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I PENDAHULUAN pulau besar dan kecil dan diantaranya tidak berpenghuni.

by : Muhammad Alfi* Helfia Edial** Afrital Rezki**

BENTUK KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI TEKTONIK DI DESA DENGKENG KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. tiga lempeng tektonik dunia yaitu Hindia-Australia di Selatan, Pasifik di

BAB I PENDAHULUAN. atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2016), bencana tanah longsor

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi

BAB III LANDASAN TEORI

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEJADI AN GEMPA LEBAK, 23 JANUARI 2018 MENUNJUKAN KESI APSI AGAAN KHUSUSNYA WARGA KOTA JAKARTA BELUM SI AP MENGANTI SI PASI BAHAYA GEMPABUMI

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS X TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI DI SMK TUNAS BANGSA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang terdapat zona subduksi atau zona pertemuan antara 2 lempeng

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada garis Ring of Fire yang menyebabkan banyak

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah geografis Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng benua

KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS X DI SMA BERBUDI KECAMATAN GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI ARTIKEL PUBLIKASI

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA BERO KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT

Transkripsi:

ANALISIS KERENTANAN SOSIAL GEMPABUMI DI KECAMATAN GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Geografi Fakultas GEOGRAFI Oleh: DWI PUJI HASTUTI E 100 130 023 PROGRAM STUDI GEOGRAFI FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017 1

2 i

ii 3

iii 4

ANALISIS KERENTANAN SOSIAL GEMPABUMI DI KECAMATAN GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN Abstrak Masyarakat merupakan salah satu elemen penting dalam pengukuran risiko suatu kejadian bencana (Styaningrum dan Giyarsih, 2012).Tinggi rendahnya risiko masyarakat akibat gempabumi dipengaruhi oleh tingkat kerentanan masyarakat.terdapat empat jenis kerentanan, yaitu kerentanan fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Kerentaan sosial masyarakat harus mendapat perhatian penting dalam upaya pengurangan risiko gempabumi. Gempabumi hingga saat ini merupakan bencana alam yang belum bisa diprediksi waktu terjadinya secara akurat, Sehingga perlu adanya upaya untuk memperkecil kerentanan masyarakat. Upaya tersebut salah satunya dengan memperkecil tingkat kerentanan sosial. Kerentanan sosial sering kali terlupakan dalam proses pengelolaan bencana gempabumi, beberapa kegiatan yang lebih sering difokuskan sebatas pada upaya pengetahuan struktur bangunan dan permasalahan yang bersifat fisik. Analisis kerentanan sosial adalah keadaan suatu wilayah yang dipengaruhi oleh fisik, sosial, budaya, lingkungan untuk mencegah, meredam dalam menanggapi bencana. Analisis kerentanan merupakan komponen dari analisis risiko bencana, dengan salah satu tujuannya untuk mengetahui tingkat kerentanan dan persebarannya, menganalisis keterkaitan kerawanan gempa terhadap tingkat kerentanan. Penetapan indikator kerentanan sosial menggunakan tiga variabel yaitu kepedatan penduduk, penduduk lansia dan balita, pendduk wanita. Hasil penelitian menunjukan tingkat kelas kernentanan sosial gempabumi sedang, rendah, tinggi dan keterkaitan kerentanan sosial dengan kerawanan gempabumi di Kecamatan Gantiwarno Kabupaten Klaten. Kata Kunci: Kerentanan sosial, fisik, kerawanan dan gempabumi Abstracts Communityis one important element in the measurement of risk of a catastrophic incident (Styaningrum dan Giyarsih, 2012). Society due to the earthquake risk is affected by the level of vulnerability of communities, be found for types of vulnerabilities, namely the physical, social, economic, social decrepitude communities have an important concern in earthquake risk reduction. Earthquake today is a natural disaster that can not be predicated accurately the time, so the need for efforts to reduce the vulnerability of communities. The effort is one of to reduce the level of social vulnerability is often overlooked in the process of knowledge of disaster management activities more often focused merely on efforts e al structures and problems of a physical nature. Social susceptibility analysis is the condition of region which be affected by physic, social, culture, and environment to avoid, reduce the disaster risk. Susceptibility analysis is the component of disaster risk analysis, with purpose to know susceptibility rate and its distribution. The determination of social susceptibility indicator uses three variables for population density, elder and infant population, and woman 1

population. The result shows the classifications of social susceptibility of earthquake are medium, low, and high, and relation between social susceptibility and earthquake susceptibility in Gantiwarno Sub-District, Klaten. Keywords: Social Susceptibility, Physic, Susceptibility, Earthquake 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan titik temu antara tiga lempeng besar dunia, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Eruasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim disebut Triple Junction. Pergerakan Lempeng Hindia-Auatralia setiap tahunnya sekitar 7 cm ke arah utara dan Lempeng Pasifik sekitar 12 cm tiap tahunnya ke arah barat daya. Dampak pergerakan lempeng triple junction menyebabkan kepulauan Indonesia mempunyai tingkat kegempabumian cukup tinggi sehingga rawan gempabumi tektonik.salah satu gempabumi yang mengakibatkan kerusakan parah yaitu gempabumi Yogyakarta terjadi pada Sabtu, 27 Mei 2006, pukul 05.55 pagi dengan kekuatan 6,3 SR. Gempabumi menjadi begitu dahsyat dampaknya, karena adanya pergeseran patahan opak dari Bantul hingga ke Prambanan sepanjang 40 km dengan arah 30 timur laut dengan menghasilkan hiposenter berkedalaman 17 km (BAPPENAS, 2006). Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau non alam maupun faktor manusia yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU No. 24 tahun 2007). Kerentanan sosial menunjukkan perkiraan tingkat kerentanan terhadap keselamatan jiwa/kesehatan penduduk apabila ada bahaya. Peningkatan ini akan lebih dipengaruhi bila aparat pemerintah maupun masyarakatnya sama sekali tidak meyadari dan tanggap terhadap adanya potensi bencana alam di daerahnya. Untuk itu diperlukan upaya-upaya yang komperhensif untuk mengurangi risiko bencana alam, antara lain dengan melakukan upaya mitigasi bencana. Manajemen bencana yang dulunya lebih fokus pada penanganan pasca bencana perlu dialihkan untuk kegiatan pengurangan kerentanan dan pengembangan kapasitas (Sunarti, E. 2009.) 2

Gempabumi 27 Mei 2006 tidak menutup kemungkinan akan terulang kembali di Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten.Bencana gempabumi terjadi secara tiba-tiba dan sulit untuk diprediksi. Masyarakat mutlak harus memiliki kemampan dalam menghadapi bencana gempabumi, antara lain mengetahui wilayah zona keretanan bencana. Berbagai faktor yang mempengaruhi kewaspadaan dan kesiapsiagaan seseorang tehadap bencana antara lain pengetahuan terhadap bahaya, pengalaman bencana sebelumnya, usaha untuk bereaksi (Enders, 2002) Hal-hal yang dapat mempengaruhi kerentanan sosial antara lain kepadatan pendduk, penduduk lansia dan balita, penduduk wanita. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui tingkat kerentanan dan persebarannnya, menganalisis keterkaitan kerawanan gempabumi terhadap tingkat kerentanan. Hasil pengujian dari tiga variabel tersebut dapat memperhatikan tingkat kelas kerentanan sedang, rendah, tinggi dimana saja dan mengetahui hubungan antara kerentanan sosial dengan kerawanan gempabumi. Pada kondisi sosial yang retan maka jika terjadi bencana dapat dipastikan akan menimbulkan dampak kerugian yang besar. Menghitung tingkat kerentanan sosial berdasarkan beberapa variabel, yaitu jumlah penduduk di Kecamatan Gantiwarno, jumlah penduduk lansia dan balita, dan rasio jenis kelamin (Marbruno Habibi, 2008). 2. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode Survey adalah pengamatan langsung di tempat penelitian untuk mendapatkan keterangan yang akurat untuk mendaatkan hasil yang memuaskan terhadap suatu persoalan tertentu dan dalam suatu daerah tertentu. (Moh Pabundu Tika, 1986). Dengan tekhnik pengambilan sampel Purposive sampling yaitu penekanan dalam pemilihan anggota sampel yang akan di survei secara instansional dengan pertimbangan mendalam sehingga diyakini oleh peneliti akan benar-benar mewakili karakteristik populasi obyek kajian. Survei (observasi lapangan) adalah kegiatan pengumpulan data dengan 3

melakukan kontak langsung di lapangan dengan obyek di lapangan. Dalam penelitian ini obyek yang digunakan adalah penduduk. Dengan cara mencari data sekunder pada instansi terkait berdasarkan narasumber tertentu. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak-pihak terkait yang sudah ada. Tahap pengumpulan data dimulai dengan mencari dan mengumpulkan data peta administrasi dan peta RBI Kecamatan Gantiwarno, digital/shapefile (shp), data penduduk yang berisikan umur dan jenis kelamin. Terdapat empat variabel dalam penelitian ini, yaitu kepadatan penduduk, penduduk usia tua dan balita, penduduk wanita. Pengolahan data pada penelitian ini yaitu dengan cara menghitung setiap variabel dengan interval kelas. Pertama menghitung kepadatan penduduk dengan rumus sebagai berikut: Kepadatan penduduk. Kemudian membuat interval kelas sebagai berikut:. Penentuan skor pada kepadatan penduduk adalah skor 1 pada kelas I dengan kepadatan penduduk 829 1135 jiwa/km 2, skor 2 pada kelas II dengan kepadata penduduk 1135 1441 jiwa/km 2 dan Penentuan skor pada kepadatan penduduk skor 3 pada kelas III dengan kepadatan penduduk 1441 1746 jiwa/km 2. Penentuan skor selanjutnya yaitu penduduk usia tua dan balita adalah skor 1 pada kelas I dengan kepadatan penduduk 299 438. Skor 2 kelas II dengan kepadatan 438 578 dan skor 3 kelas III sebanyak 578 718. Penentuan penduduk raiso jenis kelamin dengan cara sebagai berikut x 100. Rasio artinya perbandingan. Berdasarkan penentuan skor tersebut dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut.. Adapun untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1 berikut. 4

Tabel 1 Kelas Kerentanan Sosial Berdasarkan Kepadatan Penduduk Gempabumi No Desa Laki- Laki Perempuan Jumlah Kepadatan Penduduk (Jiwa/km 2) 1. Katekan 739 748 1.487 1387 2. Kerten 848 940 1.788 1088 3. Ngandong 1.040 1.118 2.158 1420 4. Kragilan 961 944 1.905 1158 5. Jogoprayan 987 1.066 1.801 1076 6. Karagturi 516 517 2.053 1563 7. Gentan 972 981 1.033 829 8. Gesikan 1.550 1.537 1.953 1157 9. Mlese 1.550 1.537 3.087 1287 10. Sawit 780 798 1.578 1080 11. Mutihan 1.628 1.701 3.329 1509 12. Muruh 1.382 1.478 2.860 1747 13. Baturan 893 875 1.768 1464 14. Ceporan 1.331 1.437 2.768 1550 15. Jabung 1.347 1.454 2.801 1093 16. Towangsan 1.029 1.061 2.090 1330 Jumlah Th 2015 Jumlah Th 2016 16.919 16.861 Sumber : BPS Klaten Tahun 2016 17.540 17.483 34.459 34.344 1.287 per Km 2 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Kerentanan Sosial Bencana Gempabumi di Kecamatan Gantiwarno Penelitian untuk menentukan kerentanan sosial di Kecamatan Gantiwarno menggunakan unit analisis desa berdasarkan kelas kerentanannya. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini ada beberapa data, antara lain berupa Jumlah kepadatan penduduk di Kecamatan Gantiwarno, Penduduk lansia dan balita, Penduduk wanita, peta RBI Jawa Tengah, SHP kabupaten Klaten yang semua parameter tersebut diperoleh dari Instansi terkait (BAPEDA, BPS, BPBD, dll). Kepadatan Penduduk, kerentanan sosial berdasarkan kepadatan penduduk paling tinggi terdapat di enam desa yaitu desa Baturan dengan kepadatan penduduk 1464 5

Jiwa/Km 2, Ngandong 1420 Jiwa/Km 2, Kragilan 1158 Jiwa/Km 2, Karangturi 1563 Jiwa/Km 2, Ceporan 1550 Jiwa/Km 2, Mutihan 1509 Jiwa/Km 2, Muruh 1747 Jiwa/Km 2. Sedangkan untuk kerentanan Rendah ada di lima desa antara lain desa Gentan dengan kepadatan penduduk 829 Jiwa/Km 2, Sawit 1080 Jiwa/Km 2, Jogoprayan 1076 Jiwa/Km 2, Kerten 1088 Jiwa/Km 2, Jabung 1093 Jiwa/Km 2. Parameter data sekunder tersebut kemudian dioverlay untuk memperoleh skor atau harkat total untuk dikelaskan dan dibuat peta menjadi Peta Kerentanan Sosial gempabumi di Kecamatan Gantiwarno. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1 berikut. Gambar 1 Peta Kerentanan Sosial Kecamatan Gantiwarno 3.2 Kepadatan Penduduk Bencana merupakan suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan non-alam. Akibat dari bencana dapat mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana merupakan suatu kejadian alam yang tidak dapat diprediksi waktu terjadinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi kerentanan sosial adalah kepadatan penduduk.kepadatan penduduk yang cukup tinggi di suatu daerah tentu mempengaruhi kehidupan sosial dari daerah tersebut salah satunya adalah daya 6

tahan dalam menghadapi bencana baik pra maupun pasca bencana. Kepadatan Penduduk, kerentanan sosial berdasarkan kepadatan penduduk paling tinggi terdapat di enam desa yaitu desa Baturan dengan kepadatan penduduk 1464 Jiwa/Km 2, Ngandong 1420 Jiwa/Km 2, Kragilan 1158 Jiwa/Km 2, Karangturi 1563 Jiwa/Km 2, Ceporan 1550 Jiwa/Km 2, Mutihan 1509 Jiwa/Km 2, Muruh 1747 Jiwa/Km 2. Sedangkan untuk kerentanan Rendah ada di lima desa antara lain desa Gentan dengan kepadatan penduduk 829 Jiwa/Km 2, Sawit 1080 Jiwa/Km 2, Jogoprayan 1076 Jiwa/Km 2, Kerten 1088 Jiwa/Km 2, Jabung 1093 Jiwa/Km 2. Nilai kepadatan penduduk dan kelas kerentanan dapat dilihat berdasarkan pada tabel 2 dan gambar 2 berikut. Tabel 2 Kelas Kerentanan Sosial Berdasarkan Kepadatan Penduduk Gempabumi No Desa Jenis Kelamin L P Jumlah Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km 2) 1. Katekan 739 748 1.487 1387 Sedang 2. Kerten 848 940 1.788 1088 Rendah 3. Ngandong 1.040 1.118 2.158 1420 Tinggi 4. Kragilan 961 944 1.905 1158 Sedang 5. Jogoprayan 987 1.066 1.801 1076 Rendah 6. Karangturi 516 517 2.053 1563 Tinggi 7. Gentan 972 981 1.033 829 Rendah 8. Gesikan 1.550 1.537 1.953 1157 Sedang 9. Mlese 1.550 1.537 3.087 1287 Sedang 10. Sawit 780 798 1.578 1080 Rendah 11. Mutihan 1.628 1.701 3.329 1509 Tinggi 12. Muruh 1.382 1.478 2.860 1747 Rendah 13. Baturan 893 875 1.768 1464 Tinggi 14. Ceporan 1.331 1.437 2.768 1550 Tinggi 15. Jabung 1.347 1.454 2.801 1093 Rendah 16. Towangsan 1.029 1.061 2.090 1330 Sedang Sumber: Pengolah Data BPS, 2017 Ket 7

Gambar 2. Peta Kepadatan Penduduk di Kecamatan Gantiwarno 3.3 Penduduk Lansia dan Balita Selain faktor jumlah umur rentan balita area dengan presentase Jumlah penduduk umur rentan tua merupakan area dengan tingkat kerentanan menegah. Jumlah penduduk umur tua lebih berpotensi mengalami dampak negative (korban jiwa) yang lebih besar akibat bencana gempa bumi. Hal ini dikarenakan lemahnya kemampuan mereka untuk evakuasi dan bertahan dalam mengantisipasi bencana gempa bumi, karena umur mereka yang sudah tidak muda lagi atau lebih rentan mempunyai penyakit dan kemampuan berlari berkurang. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa penyebab kerentanan ini adalah persentase penduduk usia tua (Desmonda dan Pamungkas, 2014). Penduduk Lansia dan Balita, Tingkat kerentanan sosial terhadap bencana gempabumi di Kecamatan Gantiwarno berdasarkan pada penduduk lansia dan balita diketahui bahwa daerah dengan tingkat kerentanan paling tinggi adalah Desa Mutihan dengan jumlah lansia dan balita adalah 748 jiwa (8,72%) adapun daerah dengan tingkat kerentanan sosial berdasarkan penduduk lansia dan balita paling rendah adalah Desa Gentan dengan jumlah penduduk lansia dan balita sebesar 298 jiwa (3,47%). 8

Adapun untuk mengetahui lebih jelas tentang sebaran kerentanan sosial masyarakat terhadap gempabumi di Kecamatan Gantiwarno berdasarkan pada penduduk lansia dan balita dapat dilihat pada gambar 3 berikut. Gambar 3. Peta Penduduk Lansia dan Balita di Kecamatan Gantiwarno 3.4 Penduduk Wanita Dengan medan yang relatif sulit, apabila terjadi bencana maka penduduk perempuan biasanya relatif lebih rentan daripada penduduk lakilaki. Area dengan presentase jumlah penduduk wanita merupakan area dengan tingkat kerentanan sangat tinggi. Jumlah penduduk wanita lebih berpotensi mengalami dampak negatif yang lebih besar akibat bencana gempa bumi. Hal ini dikarenakan lemahnya kemampuan untuk evakuasi bertahan dalam mengantisipasi bencana gempa bumi yang terjadi di wilayah penelitian. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa penyebab kerentanan ini adalah tingginya persentase penduduk wanita (Desmonda dan Pamungkas, 2014). Penduduk Wanita, berdasarkan pada populasi penduduk wanita diketahui bahwa Desa Kragilan merupakan daerah dengan tingkat kerentanan sosial terhadap bencana gempabumi berdasarkan pada populasi penduduk wanita yang paling rendah, hal ini diketahui bahwa jumlah populasi wanita di Desa Kragilan lebih sedikit jika dibandingkan penduduk laki-laki yaitu 885 9

jiwa, adapun untuk daerah dengan tingkat kerentanan sosial paling tinggi dengan jumlah wanita yang lebih besar dari laki-laki adalah Desa Kerten, hal ini disebabkan perbandingan jumlah perempuan dengan laki-laki adalah 90,21%. Dengan medan yang relatif sulit, apabila terjadi bencana maka penduduk perempuan biasanya relatif lebih rentan daripada penduduk lakilaki. Tingginya rasio jumlah wanita dalam komposisi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin menggambarkan kemampuan yang relatif rendah dalam proses evakuasi. Hal ini didasari dari kondisi wanita yang secara umum dinilai lebih rendah dibandingkan dengan kondisi fisik laki-laki. Dengan adanya kondisi tersebut maka akan lebih rentan penduduk wanita daripada penduduk laki-laki, olehkarena itu variable penduduk wanita termasuk dalam kerentanan sosial (Hapsoro dan Buchori, 2015). Berdasarkan pada tabel penduduk wanita diatas, untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4 berikut. Gambar 4. Peta Penduduk Wanita di Kecamatan Gantiwarno Keterkaitan Kerawanaan Gempabumi terhadap Tingkat Kerentanan Sosial Masyarakat di Kecamatan Gantiwarno, tidak mempunyai hubungan yang cukup signifikan, hal ini disebabkan secara umum kecamatan Gantiwarno mempunyai kerawanan bencana gempabumi yang termasuk dalam kategori menengah (sedang), sedangkan kerentanan sosial pada 10

beberapa daerah masih dalam kategori yang tinggi, sehingga menunjukkan bahwa kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana gempabumi masih termasuk dalam kategori yang kurang. 3.5 Keterkaitan Kerawanaan Gempabumi terhadap Tingkat Kerentanan Sosial Masyarakat di Kecamatan Gantiwarno Berdasarkan data di atas, maka keterkaitan kerawanaan gempabumi terhadap tingkat kerentanan sosial masyarakat di Kecamatan Gantiwarno tidak mempunyai hubungan yang cukup signifikan, hal ini disebabkan secara umum kecamatan Gantiwarno mempunyai kerawanan bencana gempabumi yang termasuk dalam kategori menengah (rendah), sedangkan kerentanan sosial pada beberapa daerah masih dalam kategori yang tinggi, sehingga menunjukkan bahwa kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana gempabumi masih termasuk dalam kategori yang kurang. Untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut. No Tabel 3 Kerentanan Sosial berdasarkan Kerawanan Gempabumi Desa Tingkat Kerawanan Gempabumi Tingkat Kerentanan Sosial 1. Katekan Rawan II 2. Kerten Rawan III 3. Ngandong Rawan III 4. Kragilan Rawan III 5. Jogoprayan Rawan III 6. Karangturi Rawan III 7. Gentan Rawan I 8. Gesikan Rawan II 9. Mlese Rawan III 10. Sawit Rawan II 11. Mutihan Rawan III 12. Muruh Rawan III 13. Baturan Rawan II 14. Ceporan Rawan III 15. Jabung Rawan III 16. Towangsan Rawan III Sumber: Analisis Peta Kerawanan Gempabumi dan Kerentanan Sosial Keterangan: Kelas I : Rendah Kelas II : Sedang Kelas III : Tinggi 11

4. PENUTUP Hasil penelitian tentang kerentanan sosial gempabumi di Kecamatan Gantiwarno Kabupaten Klaten dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Kerentanan sosial secara umum berdasarkan kepadatan penduduk masih termasuk dalam kategori sedang, tingkat kerentanan sosial terhadap bencana gempabumi di Kecamatan Gantiwarno berdasarkan pada penduduk lansia dan balita diketahui bahwa daerah dengan tingkat kerentanan paling tinggi adalah Desa Mutihan dengan jumlah lansia dan balita adalah 748 jiwa (8,72%); adapun daerah dengan tingkat kerentanan sosial berdasarkan penduduk lansia dan balita paling rendah adalah Desa Gentan dengan jumlah penduduk lansia dan balita sebesar 298 jiwa (3,47%).Tingkat kerentanan sosial terhadap bencana gempabumi di Kecamatan Gantiwarno berdasarkan pada populasi penduduk wanita diketahui bahwa Desa Kragilan merupakan daerah dengan tingkat kerentanan sosial terhadap bencana gempabumi berdasarkan pada populasi penduduk wanita yang paling rendah, hal ini diketahui bahwa jumlah populasi wanita di Desa Kragilan lebih sedikit jika dibandingkan penduduk laki-laki yaitu 885 jiwa, adapun untuk daerah dengan tingkat kerentanan sosial paling tinggi dengan jumlah wanita yang lebih besar dari laki-laki adalah Desa Kerten, hal ini disebabkan perbandingan jumlah perempuan dengan laki-laki adalah 90,21%. b. Keterkaitan kerawanaan gempabumi terhadap tingkat kerentanan sosial masyarakat di Kecamatan Gantiwarno tidak mempunyai hubungan yang relevan, hal ini disebabkan secara umum kecamatan Gantiwarno mempunyai kerawanan bencana gempabumi yang termasuk dalam kategori menengah (sedang), sedangkan kerentanan sosial pada beberapa daerah masih dalam kategori yang tinggi, sehingga menunjukkan bahwa kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana gempabumi masih termasuk dalam kategori yang kurang. 12

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02. Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana. http://bnpb.go.id/uploads/migration/ubs/379.pdf BAKORNAS PB dan BAPPENAS. 2006. Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Bencana. Klaten BPS. 2016. Kota Klaten Dalam Angka. Kantor Statistik Kota Klaten. Enders, Walter (1995). Applied Econometric Time Series. John Wiley and Sons, inc. Giyarsih, Styaningrum. 2012. http://jv.wikipedia.org/wiki/interaksi antar lempeng divergen Habibi, Marbruno. 2012. Model Spasial Kerentanan Sosial Ekonomi dan Kelembagaan Terhadap Bencana Gunung Merapi Hapsoro dan Bucori. 2015. Kajian Sosial dan Ekonomi Terhadap Bencana Banjir Kota Pekalongan Pamungkas, Adjie dan Desmonda. 2014. Zona Kerentanan Bencana Gempabumi Tektonik di Kabupaten Malang Wilyah Selatan Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Sekretariat Negara. Jakarta Sunarti, E. 2009. Analisis Kerentanan Sosial Ekonomi Penduduk dan Wilayah untuk Analisis Risiko Bencana Tika, Moh Pabundu. 1986. Metode Analisa Geografi. Jakarta: Bumi Aksara. 13