BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangn Millenium Development Goals (MGD s) atau tujuan pembangunan milenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Adapun salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Target untuk meningkatkan kesehatan ibu dan tujuan yang ingin dicapai MDG s adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga-seperempatnya antara tahun 1990-2015 dengan indikator tingkat kematian ibu (per 100.000) dan kelahiran di bantu dengan tenaga terlatih (Arsita Eka Prasetyawati, 2012). Kematian yang disebabkan persalinan merupakan salah satu masalah kesehatan internasional. Menurut laporan United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) dikemukakan angka kematian ibu di Filipina 100/100.000, Malaysia 59/100.000, Thailand 50/100.000 dan Singapura 10/100.000, kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi baru lahir (AKBBL) di Indonesia masih jauh dari target yang harus dicapai tahun 2015 sesuai dengan kesepakatan sasaran pembangunan milenium (Ristrini, 2004). Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, rata-rata angka kematian ibu
(AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Angka kematian ibu dan bayi di NTT masih tinggi apabila dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia, yaitu AKI 554/100.000 kelahiran hidup dan AKB 62/1.000 kelahiran hidup. Angka diatas berarti setiap 100.000 ibu yang melahirkan 554 ibu diantaranya meninggal dunia dan dari 1.000 bayi yang baru lahir 62 orang diantara bayi itu meninggal dunia. Kondisi kesehatan ibu dan bayi suatu kabupaten akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan ibu dan bayi di suatu provinsi, negara, dan bahkan dunia (Depkes RI, 2006) Kematian ibu di NTT menunjukkan trend yang fluktuatif. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan NTT menunjukkan tingkat kematian ibu terhitung sampai Desember 2011 mencapai 208 orang. Sementara tingkat kematian ibu terhitung sampai bulan Desember 2012 sedikit menurun dengan jumlah 172 orang. Sementara untuk tahun 2013, jumlah ibu meninggal terhitung sejak januari sampai Mei 41 orang. Sedangkan untuk kematian anak selama tahun 2011 mencapai 1.272 orang dengan rincian kematian neonatal 829 dan kematian bayi 442. Sementara tahun 2012 kematian anak berjumlah 1.350, dengan kematian neonatal 926 dan kematian bayi 424. Sementara untuk tahun 2013 Januari sampai Mei mengalami penurunan sebanyak 349 dengan tingkat kematian neonatal 260 dan kematian bayi 89 orang.
Kabupaten Sumba Timur merupakan salah satu daerah di Nusa Tenggara Timur yang memiliki 21 puskesmas. Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur selama empat tahun terakhir (2009-2012). Pada tahun 2009 angka kematian ibu 54 orang dan angka kematian bayi 52 orang. Pada tahun 2010 angka kematian ibu 52 orang dan angka kematian bayi 51 orang. Pada tahun 2011 angka kematian ibu 51 orang dan angka kematian bayi 52 orang, sedangkan pada tahun 2012 angka kematian ibu turun menjadi 45 orang dan angka kematian bayi turun menjadi 44 orang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kematian ibu yaitu, penyebab langsung: kurang-lebih 90% disebabkan oleh komplikasi persalinan. Sedangkan penyebab tidak langsung antara lain di latarbelakangi oleh sosial ekonomi, pendidikan, kedudukan dan peranan wanita, sosial budaya dan transportasi yang dapat digambarkan tiga terlambat, empat terlalu (Arsita Eka Prasetyawati, 2012). Penyebab kematian ibu yang terbanyak menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 bahwa 90% disebabkan oleh komplikasi obstetri berupa perdarahan, infeksi dan eklampsia. Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian ibu, maka setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan. Oleh karena itu, setiap ibu hamil harus mempunyai akses terhadap petugas dan pelayanan kesehatan. Namun demikian, akses ternyata masih menjadi persoalan di sebagian wilayah Indonesia, khususnya diderah tertinggal, perbatasan dan kepulauan. Hal tersebut antara lain disebabkan
adanya keterbatasan infrastruktur dan transportasi, kondisi geografis dan cuaca yang sulit, serta masih kurangnya tenaga kesehatan yang dapat menyulitkan proses rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasilitas pelayanan kesehatan) terdekat ketika ada ibu hamil atau bersalin yang mengalami komplikasi. Di daerah-daerah yang sulit terjangkau pada kasus resiko tinggi yang jelas memerlukan penanganan di fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai, maka ibu hamil diupayakan harus sudah berada didekat fasilitas pelayanan kesehatan beberapa hari sebelum bersalin. Oleh karena itu, perlu diupayakan adanya suatu tempat didekat fasilitas kesehatan dasar atau rujukan (rumah sakit) dimana ibu hamil dapat tinggal sementara sebelum saat persalinan tiba (Dinas Kesehatan Provinsi NTT, 2009). Adapun upaya atau strategi dalam meningkatkan mutu pelayanan dan jangkauan pelayanan kesehatan dalam upaya pelaksanaan percepatan penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir maka di usahakan ibu hamil berada sedekat mungkin pada sarana pelayanan baik pelayanan dasar maupun pelayanan rujukan. Untuk itu dikembangkan 3 sistem peningkatan mutu pelayanan dari supply side yaitu: Rumah Tunggu, Puskesmas Poned, Rumah Sakit Ponek dan Sistim rujukan yang memadai. Pembangunan rumah tunggu salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang merupakan salah satu program Revolusi KIA yang bertujuan dapat menekan serta menurunkan angka kematian ibu dan bayi khususnya di wilayah NTT (Nusa Tenggara Timur) (Dinas Kesehatan Provinsi NTT, 2009).
Rumah Tunggu adalah suatu tempat atau ruangan yang berada dekat fasilitas kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Poskesdes) yang dapat digunakan sebagai tempat tinggal sementara ibu hamil dan pendampingnya (suami/kader/dukun atau keluarga) saat menunggu persalinan tiba, dimana H-7 - H+7 bagi ibu dengan Resiko Tinggi dan H-1 - H+3 ibu dengan kondisi normal. Tujuan Rumah Tunggu adalah dapat meningkatkan cakupan persalinan yang di tolong tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, serta meningkatkan deteksi dan penanganan dini komplikasi maternal, yang pada akhirnya dapat berperan dalam upaya percepatan penurunan angka kematian ibu (Kemenkes RI, 2009). Adapun manfaat dan kegunaan dari rumah tunggu yaitu ibu bersalin dapat menggunakan fasilitas yang disediakan serta dibiayai keperluan selama menunggu kelahiran dengan aman dan terpantau oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan lokasi dan fungsinya Rumah Tunggu Kelahiran dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1) Rumah Tunggu Poskesdes, adalah Rumah Tunggu yang berada dekat Poskesdes, digunakan bagi ibu hamil yang non-risiko, 2) Rumah Tunggu Puskesmas, yaitu Rumah Tunggu yang berada dekat Puskesmas, digunakan bagi ibu hamil yang non-risiko atau yang memiliki resiko yang dapat ditangani sesuai kemampuan puskesmas, 3) Rumah Tunggu Rumah Sakit, yaitu rumah tunggu yang berada dekat rumah sakit, digunakan bagi ibu hamil dengan resiko tinggi (Kemenkes RI, 2009).
Berdasarkan Data Persalinan Puskesmas Nggongi pada tiga tahun terakhir didapatkan data jumlah ibu melahirkan sebanyak 208 orang pada tahun 2011. Dari 208 orang tersebut yang belum menggunakan rumah tunggu sebanyak 59 orang dengan jumlah komplikasi 30 orang. Tahun 2012 ibu melahirkan berjumlah 193 orang, yang belum menggunakan rumah tunggu 41 orang dengan jumlah komplikasi 60 orang. Dan pada tahun 2013 ibu melahirkan (Januari-Agustus) 120 orang, yang belum menggunakan rumah tunggu 31 orang dengan komplikasi 18 orang. Hasil survey awal penelitian tanggal 25 Juni 2013 terhadap 10 orang ibu yang melahirkan di Puskesmas Nggongi, 7 orang diantaranya menggunakan fasilitas rumah tunggu dengan alasan karena merasa nyaman dan bersih. Sedangkan 3 orang lainnya melahirkan dengan bantuan dukun dengan alasan tidak ada masalah melahirkan di rumah dan dukun bisa dapat di panggil kapan saja jika di butuhkan. Jika melahirkan di fasilitas kesehatan harus menunggu beberapa hari sehingga ibu berat meninggalkan rumah karena tidak ada yang menjaga rumah, mengurus anak, dan memberi makan ternak. Menurut Anderson (dalam Santoso 2004), bahwa keputusan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan tergantung kepada 3 faktor antara lain, Karakteristik predisposisi yaitu: faktor demografi seperti usia, struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap persepsi. Faktor
keyakinan terhadap kesehatan (health belief), Karakteristik pendukung (enabling factor), Karakteristik Kebutuhan (need). Bertitik tolak dari permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti Gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan rumah tunggu oleh ibu bersalin yang akan melahirkan di puskesmas Nggongi Kabupaten Sumba Timur Nusa Tenggara Timur 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka masalah penelitian dapat dirumuskan yaitu Bagaimana gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan penggunaan rumah tunggu oleh ibu bersalin dipuskesmas Nggongi Kabupaten Sumba Timur Nusa Tenggara Timur?. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan rumah tunggu oleh Ibu bersalin di Puskesmas Nggongi Kabupaten Sumba Timur Nusa Tenggara Timur. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi umur ibu yang memanfaatkan rumah tunggu b. Mengidentifikasi pendidikan ibu yang memanfaatkan rumah tunggu c. Mengidentifikasi pekerjaan ibu yang memanfaatkan rumah tunggu d. Mengidentifikasi pendapatan keluarga ibu yang memanfaatkan rumah tunggu
e. Mengidentifikasi jarak rumah tunggu dengan rumah ibu yang memanfaatkan rumah tunggu f. Mengidentifikasi pengetahuan ibu yang memanfaatkan tunggu g. Mengidentifikasi sikap ibu yang memanfaatkan rumah tunggu h. Mengidentifikasi perilaku petugas kesehatan dirumah tunggu 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis Bagi puskesmas, sebagai bahan informasi dan masukan bagi Bidan Koordinator dan rekan poned lainnya dalam mengenali faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan rumah tunggu dan sebagai bahan evaluasi dan revolusi KIA dalam meningkatkan kunjungan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan. 1.4.2 Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang maternitas, terutama keperawatan komunitas dan keluarga. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitan ini merupakan penelitian pertama sehingga peneliti tidak memuatkan Keaslian Penelitan yang lain. Adapun beberapa penelitian yang hampir mirip.
1.5.1 Penelitian oleh Yenni Alfiati, Triyani Marwati, Solikhah Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan Poli Obsgyn di RSUD Banjarnegara. Penelitian ini merupakan penelitian Observational Analitik dengan menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah pasien poli obsgyn pada tahun 2008 yang berjumlah 4459 orang. Sehingga di peroleh rata-rata pasien poli Obsgyn perbulan di RSUD Banjarnegara yang berjumlah 372 orang. Sample dalam penelitian ini merupakan bagian dari populasi target pasien poli obsgyn di RSUD Banjarnegara yang memenuhi kriteria inklusi dengan menggunakan teknik Purpossive Sampling dan berjumlah 77 responden. Analisis data meliputi analisis univariat dan bivariat 1.5.2 Muniarti (2007) Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan Antenatal oleh Ibu hamil di Kabupaten Aceh Tenggara. Jenis penelitian ini adalah survey dengan pendekatan explanatory research (penelitian penjelasan). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan tahun 2006 di kabupaten Aceh Tenggara yang berjumlah 4540 orang. Cara penarikan sample dilakukan dengan cara acak sederhana (simple random sampling), yaitu memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi sample. Dalam penelitian ini sikap ibu tidak mempunyai hubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal (p=0,292), sedangkan hubungan ibu dengan umur ibu dengan pemanfaatan pelayanan antenatal, di dapatkan nilai p =0,279, artinya nilai p disini lebih besar dari 0,05 sehingga tidak ada hubungan umur dengan pemanfaatan pelayanan antenatal. Uji korelasi pearson diketahui bahwa tidak ada hubungan paritas dengan pemanfatan pelayanan antenatal karena
nilap p yang di dapat lebih besar dari 0,05 (p=0,898). Sedangkan jika dilihat hubungannya dengan pemanfaatan pelayanaan antenatal tidak mempunyai hubungan karena nilai p=0,550 masih lebih besar dari 0,005. 1.5.3 Penelitian oleh A. Rasdiyanah Jakir, Dr. Ridwan Amiruddin, SKM, M.Kes (2006) Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan oleh ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Borong Kompleks Kab.Sinjai Tahun 2006 Metode penelitian adalah Cross Sectional Study. Populasi adalah ibu-ibu yang melahirkan tahun 2006, anaknya lahir hidup atau mati, namanya tercatat dalam data sasaran ibu bersalin, dan bertempat tinggal di kecamatan Sinjai Borong yang berjumlah 220 orang. Sample penelitian di ambil dengan metode proportional stratified random sampling berjumlah 140 orang. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan pogram SPSS versi 12 sedangkan analisis data di lakukan secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 65 % dari 140 responden memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan dan 35 % lain nya memilih tenaga non kesehatan sebagai penolong persalinan. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu,pengetahuan ibu, status keluarga, dan kebiasaan keluarga dengan pemilihan tenaga pertolongan persalinan dengan nilai p masingmasing 0.000,0.000,0.001,dan 0.000. Sementara keterjangkauan terhadap sarana pelayanan kesehatan tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan pemilihan tenaga pertolongan persalinan.