BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. paradigma pengetahuan tradisional kuno. Asumsi-asumsi baru tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan

BAB III METODE DAN STRATEGI PENDAMPINGAN. PAR (Participatory Action Research). Metode PAR (Participatory Action

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pemberdayaan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. PAR sendiri memiliki kepanjangan participatory action research. PAR

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN. Menurut Yoland Wadworth sebagaimana di kutip Agus Afandi, PAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN RISET AKSI PARTISIPATIF. Dompyong ini penulis menggunakan metode Participatory Action research

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Karangwungulor ini penulis menggunakan metode Participatory Action research

Bab III METODE DAN STRATEGI PENDAMPINGAN. metode dalam cara kerja PAR (Participatory Action Research). Pada dasarnya, PAR merupakan

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. filosofi, metodologi dan prinsip kerjanya. PAR tidak memiliki sebutan

BAB III METODE RISET DAN PENDAMPINGAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN UNTUK PENDAMPINGAN

BAB II METODE PENELITIAN. dikenal dengan nama PAR atau Participatory Action Risearch. Adapun

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan. Kabupaten lamongan ini secara umum memakai pendekatan PAR.

BAB II METODE PENELITIAN. A. Pengertian Participatory Action Research (PAR) Menurut Yoland Wadworth, Participatory Action Research (PAR) adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya pengembangan

BAB III METODE RISET AKSI PARTISIPATIF. Pada proses pendampingan yang telah dilakukan di Dusun Satu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research (PAR). Pada

BAB III METODE PENELITIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. riset aksi sering dikenal dengan Participatory Action Research (PAR).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. menemukan inovasi baru yang lebih baik. Fasilitasi yang dilakukan, berupa

METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF

DAFTAR ISI. COVER DALAM... i. HALAMAN PERSETUJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN KEASLIAN... iv. MOTTO... v. PERSEMBAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. wilayah kecamatan sebanyak 15 kecamatan. Produktifitas rata-rata

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. menggunakan pendekatan Participation Action Research (PAR). Penelitian PAR

BAB III METODE RISET DAN PENDAMPINGAN

BAB I PENDAHULUAN. jumlah jiwa rinciannya laki-laki jiwa dan perempuan 1.356

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR

BAB VI MENUJU DESA TANGGUH BENCANA MELALUI PEMBENTUKAN KOMUNITAS TARUNA SIAGA BENCANA

BAB 6 DINAMIKA PENGORGANISIRAN MASYARAKAT. dalam bentuk deskriptif. Deskriptif ini akan penulis sesuaikan dengan prinsipprinsip

BAB IV MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DUSUN PELEM

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN

BAB III METODOLOGI RISET PENDAMPINGAN. A. Asset Bassed Community Development ( ABCD )

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Penelitian ini menggunakan metode Participatory Action Research (PAR)

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. COVER DALAM... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI... iii. MOTTO... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan produksinya.

BAB III METODE PAR (PARTICIPATORY ACTION RESEARCH) Pendekatan penelitian yang dipakai adalah riset aksi. Di antara namanamanya,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Program penelitian ini menggunakan metode PAR. Participatory Action

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Desa Sudimoro bermata pencaharian sebagai petani yang

BAB III METODE PENELITIAN. Proses pendampingan yang akan dilakukan di Desa Depok, Dusun Banaran ini

BAB I PENDAHULUAN. berbatasan dengan Cepu (Jawa Tengah). Kabupaten Bojonegoro memiliki. dan ' sampai dengan ' Bujur Timur.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MENGURAI KETERGANTUNGAN PETANI BAWANG MERAH

BAB I PENDAHULUAN. Kedungsoko, Desa Sukobendu, Desa Dumberdadi, dan Desa Mantup. 1

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyiapkan kehidupan bangsa di masa depan. diberati oleh nilai-nilai. Hal ini terutama disebabkan karena pemuda bukanlah

BAB II TINJAUAN TEORITIK...

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan para pengusaha. Porsoalan ini terjadi di Desa Sungai Kunyit

BAB I PENDAHULUAN. mengelola tanah hingga menanam bibit sampai menjadi padi semuanya dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara maritim yang tidak bisa lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. desa yang amat kecil dan terpencil dari desa-desa lain yang ada di Kecamatan

BAB VI REFLEKSI HASIL PENDAMPINGAN BERSAMA KELOMPOK TANI

BAB I PENDAHULUAN. seorang manusia sungguh aku akan membunuhnya. 1 Situasi ekonomi. utama masyarakat. Dari sisi ekonomi, karena kesehatan yang kurang

MOTTO "BERMARTABAT DAN BERMANFAAT BAGI MAKHLUK" (HR. Ath Thabarani) Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya. (H.R.

METODOLOGI Pendekatan dan Strategi Kajian Tipe Kajian

BAB V DISKUSI, BEKERJASAMA DAN BERAKSI BERSAMA MASYARAKAT. ( Dinamika Proses Pendampingan Masyarakat )

BAB VI PROSES PENDAMPINGAN PEREMPUAN WONOREJO. selaku RW 01 Wonorejo. Pendamping memperkenalkan diri dan

BAB III METODE PENELITIAN. baru saja diadakan pemilihan kepala dusun atau biasa disebut Dukuh, disini. menjabat yakni pada usia dukuh 65 tahun.

BAB VII REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET TENTANG PEDULI DARI POLUSI PENCEMARAN LINGKUNGAN

BAB III METODOLOGI PENDAMPINGAN

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

BAB VII REFLEKSI PROSES PEMBELAJARAN MASYARAKAT SUDIMORO. Problem sosial yang dialami masyarakat Desa Sudimoro merupakan problem

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Kegiatan ilmiah

Participatory Rural Appraisal. Asep Muhamad Samsudin Pembekalan KKN Tim II Undip

METODE KAJIAN. Tipe Dan Aras Kajian. Tipe Kajian

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bojonegoro. Desa Tlogoagung ini desa yang berada ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. memuculkan sumber mata air untuk kehidupan bagi setiap makhluk. Sedangkan

BAB VI REFLEKSI TEORITIK. keterkaitan antara sumber daya manusia, keuangan dan hubungan atau sistem

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB VIII REFLEKSI HASIL PENELITIAN DAN PENGORGANISASIAN

RELEVANSI METODE PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN DESA

STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE PENELITIAN. jaraknya kurang lebih 30 km dari pusat Kabupaten Trenggalek. Keberadaan

BAB V MEMBONGKAR YANG MEMBELENGGU. A. Pembentukan Kelembagaan Perempuan Buruh Tani

BAB I PENDAHULUAN. agar tetap mendukung kehidupan manusia. 1. dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia

METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Lokasi dan Waktu

BAB V PENGENALAN ASET DAN POTENSI PENDAMPINGAN. A. Pemetaan Aset Komunitas ( Community mapping )

BAB VI MEMBANGUN KESADARAN MENANAM SAYUR

BAB V HASIL PENDAMPINGAN MASYARAKAT

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN

METODOLOGI KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian

BAB VII REFLEKSI TEORITIS A. ANALISIS TEORI PRESPEKTIF TEORI PEMBERDAYAAN. menggunakan teori pemberdayaan. Dalam konsep pemberdayaan, manusia adalah

METODE KAJIAN. Proses dan Metode Kajian

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN... iv. MOTTO...

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS

BAB V HASIL DAN ANALISA PERUBAHAN. A. Munculnya Usaha Baru Bagi Perempuan Buruh Konveksi Desa Bandung

BAB III METODE PENELITIAN. evaluasi pelaksanaan pada Tahun yang menggunakan pendekatan

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET

Participatory Rural Appraisal sebagai bentuk Action Research untuk Pencapaian Kemandirian Desa

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

38 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dalam penyusunan penelitian ini, dilaksanakan dengan menggunakan strategi atau metode pendekatan Participatory Action Research (PAR). Pada dasarnya, PAR merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif semua pihakpihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji tindakan yang sedang berlangsung (dimana pengamalan mereka sendiri sebagai persoalan) dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik. 50 Melalui pendekatan partisipatif ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menganalisis permasalahan yang dihadapinya dan merencanakan pemecahannya. Dengan demikian masyarakat dengan kekuatannya sendiri mampu mengupayakan dirinya sendiri yang berkelanjutan dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan. Menurut Agusta partisipasi adalah proses bersama saling memahami, menganalsis, merencanakan, dan melakukan tindakan oleh sejumlah anggota. 51 Menurut Yoland Wardwort, yang dikutip oleh Agus Afandi dan kawankawan dalam buku Modul Paticipatory Action Research mengatakan PAR adalah istilah yang memuat seperangkat asumsi yang mendasari paradigma baru ilmu pengetahuan dan bertentangan dengan paradigma pengetahuan tradisional atau 50 Agus Afandi, dkk, Modul Paticipatory Action Research, (Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel, 2014), hal.90 51 Britha, Mikkelsen, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan, (Yogyakarta: Yayasan Obor, 2003), hal.,45 38

39 kuno. Sedangkan menurut Hawort Hall, yang dikutip oleh Britha Mikkelsen dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan mengatakan PAR merupakan pendekatan dalam penelitian yang mendorong peneliti dan orang-orang yang mengambil manfaat dari penelitian. 52 Hal yang mendasari dilakukannya PAR adalah kebutuhan untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan. PAR memiliki tiga kata yang selalu berhubungan satu sama lain, yaitu pertisipasi, riset dan aksi. Dalam melakukan riset yang baik harus dibangun dengan partisipasi bersama masyarakat. Sehingga masyarakat di posisikan sebagai subjek perubahan ;pada perekonomian masyarakat, sedangkan peneliti hanya sebagai pendamping masyarakat yang akan melakukan sebuah perubahan. 53 B. Ruang Lingkup Berdasarkan latar belakang masalah dan identifiksi masalah, maka peneliti memfokuskan dengan mengambil ruang lingkup permasalahan sebagai berikut : Karena terbatasnya penelitian dan juga waktu selama pendampingan, maka peneliti membatasi ruang lingkupnya. Adapun untuk pendampingan ini dilakukan di Dusun Pelem Desa Temon Kecamatan Trowulan Kabuaten Mojokerto. Di Dusun Pelem ini terdapat 3 RT dan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah para buruh pengrajin batu merah. Selain itu, peneliti dalam memberi 52 Agus Afandi, dkk, Modul Paticipatory Action Research,,hal.,93 53 Agus Afandi, dkk, Modul Paticipatory Action Research, (Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel, 2014), hal.,91

40 batasan ruang lingkup ini untuk lebih efektif dalam mengkaji bagaimana proses pendampingan masyarakat dalam mengentas belenggu ketergantungan pengrajin batu merah terhadap kontrak juragan di Dusun Pelem Desa Temon Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Diantaranya sebagai berikut : 1. Mengurai pola belenggu ketergantungan pengrajin batu merah dari kontrak juragan yang ada di Dusun Pelem. 2. Proses pendampingan untuk memunculkan keberdayaan pengrajin batu bata merah di Dusun Pelem. C. Prosedur dan Langkah- Langkah Landasan dalam cara kerja PAR adalah gagasan-gagasan yang datang dari rakyat. Untuk lebih mudahnya ketika peneliti dilapangan, peneliti atau pendamping mempunyai rancangan kerja diantaranya adalah sebagai berikut 54 ; a. Pemetaan awal (preliminary mapping), yaitu pemetaan awal sebagai alat untuk memahami komunitas, sehingga peneliti akan mudah memahami realitas problem dan relasi social yang terjadi. Pemetaan awal disini adalah survey pertama kali untuk melakukan fokus pendampingan desa. Pemetaan awal tersebut sudah peneliti lakukan sebelum pengajuan proposal. Dalam memahami realitas kehiduan masyarakat di Dusun Pelem, peneliti masuk melalui Izin kepala desa atau PJS peneliti. Untuk 54 Agus Afandi, dkk, Modul Paticipatory Action Research, (Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel, 2014),hal., 91

41 mengetahui kedaan desa tersebut, peneliti melakukan keliling desa terlebih dahulu. Dari kegiatan ini peneliti menemukan beberapa kejanggalan diantaranya banyaknya truk-truk besar berdatangan dan mengambil batu merah milik pengrajin. Disisi lain justru pengrajin tidak bisa menikmati hasil jerih payahnya karena batu mereh mereka tidak lansung dibayar oleh pemungut batu merah. Setelah itu, peneliti mendatangi rumah kepala Dusun Pelem untuk meminta izin tinggal disana selama penelitian berlangsung. Dari kedatangannya di kepala dusun tersebut peneliti memperoleh cukup banyak informasi gambaran secara umum Dusun Pelem. Dari sinilah merupakan jalan untuk mengenal lokasi penelitian lebih dekat. Kepala dusun juga mulai mengenalkan peneliti dengan salah satu warganya yakni seorang pengrajin batu merah yang sudah berumur 56 tahun. Peneliti banyak memperoleh informasi dari pengrajin tersebut. b. Membangun hubungan kemanusian. Peneliti melakukan inkulturasi dan membangun kepercayaan (trust building) dengan masyarakat, sehingga terjalin hubungan yang setara dan saling mendukung. Peneliti dan masyarakat bisa menyatu menjadi sebuah simbiosis mutualisme untuk melakukan riset, belajar memahami masalahnya, dan memecahkan persoalan secara bersama-sama (partisipasi). Peneliti akan melakukan observasi dengan cara berkecimpung langsung dengan masyarakat yang

42 berkumpul di samping rumah dan kegiatan masyarakat. Baik secara langsung maupun tidak langsung dalam berkomunikasi membangun hubungan kemanusiaan dapat saling memberikan informasi. Respon masyarakat terhadap peneliti dirasa kurang baik merespon kedatangan peneliti. Hal ini dikarenakan Dusun Pelem belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Akan tetapi, peneliti sedikit terbantu karena adanya saudara yang tinggal disana dan menyakinkan kepada masyarakat terhadap peneliti. Berawal dari pengenalan seorang pengrajin batu merah kepada peneliti barulah peneliti mulai mengikuti segala kegiatan pengrajin. karena sikap terbuka pengrajin kepada peneliti, tidak hanya pada kegiatan membuat kerajinan bahkan kegiatan lainnya seperti kegiatan keagamaan (tahlil dan jamiyah), kegiatan biodo 55, bahkan kegiatan hiburan masyarakat seperti patrol. Dari sinilah proses inkulturasi berawal dan menjadi awal proses pendampingan pengrajin batu merah. c. Penetuan agenda riset untuk perubahan sosial. Bersama komunitas, peneliti mengagendakan program riset melalui teknik Partisipatory Rural Appraisal (PRA) untuk memahami persoalan yang selanjutnya menjadi alat perubahan social. Sambil merintis membangun kelompok-kelompok komunitas sesuai dengan potensi dan keragaman yang ada. 55 Biodo adalah kegiatan saling membantu saat salah satu warga memiliki hajad.

43 Karena dalam keseharian peneliti juga ikut kegiatan pengrajin batu merah hal ini cukup memudahkan peneliti untuk berkumpul dan berdikusi bersama komunitas pengrajin batu merah. Dalam jeda waktu istirahat peneliti memanfaatkannya untuk berdiskusi dengan pengrajin. diskusi ini dilakukan bersama Wari, Suwarno, Sining, Is, Suminah,dan Enik. Diskusi berawal dari bertukar pengalaman antara peneliti dengan masyarakat namun setelah beberapa jam berlalu mulailah terbentuk suatu kesepakatan tujuan yang sama. Hal tersebut merupakan langkah awal ntuk menyusun aksi bersama pengrajin selanjutnya. Pada tanggal 4 Mei 2016 dilakukan diskusi atau FGD pertama yang mana dihadiri oleh 13 orang. Daftar terlampir dibawah ini : Tabel 3.1 Daftar Peserta FGD No. Nama Peserta FGD 1. Bu Is (pengrajin) 2. Bu Sining (pengrajin) 3. Bu Kolipah ( pengrajin + petani) 4. Bu Lis (Pengrajin Patung) 5. Bu Suminah (janda) 6. Bu Kastin (guru TPQ) 7. Bu Nanik (Petani) 8. Bapak Suwarno ( pengrajin ) 9. Bapak Wari (pengrajin) 10. Bu In (ibu PJS + Juragan) 11. Bu Saripah (pedagang ) 12. Bu windi 13. Bapak Prayit (buruh angkut)

44 Dalam FGD ini diperoleh beberapa data diantaranya adalah mapping atau gambaran lokasi, transect, kalender musim, dan kegiatan sehari- hari pengrajin. d. Pemetaan partisipatif (partisipatory mapping). Bersama komunitas pengrajin batu merah melakukan pemetaan wilayah, maupun persoalan yang dialami masyarakat. Pemetaan partisipatif sebagai bagian emansipatori mencari data secara langsung bersama pengrajin batu merah. Pada tanggal 4 Mei 2016, peneliti bersama komunitas mulai melakukan transek pembagian lahan sekaligus pemetaan wilayah Dusun Pelem. Hal ini dilakukan di rumah ibu Suminah. Lanjut pada tanggal 8 Mei 2016 untuk melengapi data yang kurang lengkap peneliti bersama pengrajin dan dibantu anak- anak pengrajin (Windi, Faris, Feri dan Retno) menelusuri wilayah untuk mengetahui kondisi pemukiman, sawah, linggan, dan bank sampah di Dusun Pelem. Dari penelusuran diatas kemudian dilakukan diskusi terkait problem yang ada. Semua yang menjadi potensi, masalah, hal yang pernah dilakukan dalam mengatasi problem tersebut. Namun dalam pemetaaan in belum ditentukan masalah intinya. Hanya sebatas analisis dari berbagai permasalahan yang ada. e. Merumuskan masalah kemanusiaan. Komunitas merumuskan masalah mendasar hajat hidup kemanusiaan yang dialaminya. Sebagaimana dalam

45 pendampingan ini rumusan kemanusiaannya adalah mengenai kondisi pola keterbelengguan pengrajin batu merah terhadap kontrak juragan. Dari masalah- masalah yang ditemukan, peneliti melanjutkan proses penggalian melalui wawancara semi terstruktur kepada komunitas yang dituju. Pada tanggal 17 Mei 2016 dilakukan FGD kedua yang dihadiri oleh 18 orang diantaranya peneliti, pengrajin, perwakilan masyarakat dan anakanak. Banyaknya masalah yang terdapat di Dusun Pelem serta keterkaitannya kontrak pengrajin dengan juragan menjadi focus utama atau masalah inti dalam pendampingan ini. Pola- pola keterbelengguan yang dihasilkan dari hutang- hutang kecil kepada juragan yang menjadikan semakin lemahnya pengrajin dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Kemunculan permasalah inti tersebut berdasarkan kesadaran dari masyarakat terutama pengrajin batu merah untuk berubah. Masalah yang sudah dipetakan tersebut kemudian dianalisis dengan analisis pohon masalah. Selain itu peneliti bersam komunitas juga melakukan analisis kuasa, analisis diagram alur dan analisis diagram venn untuk menjelaskan melalui gambar agar masyarakat lebih mengetahui permaslahan yang dihadapinya. f. Menyusun strategi gerakan, yaitu komunitas bersama peneliti menyusun strategi gerakan untuk memecahkan problem kemanusiaan yang telah

46 dirumuskan. Menentukan langkah sistematik, menentukan pihak yang terlibat, dan merumuskan kemungkinan keberhasilan dan kendla- kendala yang direncanakan dalam proses pendampingan. Setelah analisis pohon masalah diselesaikan, selanjutnya adalah analisis pohon harapan. Analisis pohon harapan ini dilakukan untuk menyusun strategi pencapaiannya tujuan agar tepat sasaran sesuai dengan maslah yang mereka hadapi. Analisis pohon masalah ini dilaksanakan setelah pohon masalah selesai dibuat yakni pada tanggal 17 Mei 2016. g. Pengorganisasian masyarakat, komunitas didampingi oleh peneliti membangun pranata-pranata social. Dalam hal ini adalah memaksimalkan kinerja kerja bakti yang biasa dilakukan 2-3 bulan sekali. Agar program kegiatan yang direncanakan bersama masyarakat atau pengrajin terus berjalan maka dibentuklah kelompok- kelompok atau pengurus baru bank sampah. Program kegiatan berupa penghidupan kembali bank sampah sebagai usaha untuk meningkatkan ekonomi masyarakat mendapatkan respon positif dari masyarakat. Masyarakat sangat antusias dalam menjalankan program ini. Sehingga semangat untuk menghidupkan kembali bank sampah banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak diantaranya PKK dan kepala dusun setempat.

47 h. Melancarkan aksi perubahan, aksi memecahkan problem dilakukan secara simultan dan partisipatif. Program pemecahan persoalan kemanusiaan bukan sekedar untuk memcahkan persoalan itu sendiri, tetapi juga merupakan proses pembelajaran masyarakat untuk kedepannya. Sehingga membangun pranata baru dalam komunitas sekaligus memunculkan pengorganisiran dan akhirnya akan memunculkan local laeder untuk keberlanjutan program yang direncanakan. Akhirnya pada tanggal 29 Mei 2016 diluncurkanlah sebuah aksi bersama masyarakat. Aksi tersebut berupa pelatihan keterampilan membuat tas cantik dari kardus. Dalam pelaksanaan aksi tersebut peneliti di bantu dengan ibu- ibu PKK sebagai narasumber pelatihan tersebut. Pelatihan tersebut mendapat respon positif dari masyarakat karena tas cantik buatan masyarakat mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Di dukung dengan adanya acara- acara seperti pernikahan dan sunatan yang sangat membutuhkan tas tadi untuk tempat songgong. 56 i. Membangun pusat-pusat belajar masyarakat, pusat-pusat pembelajaran masyarakat dibangun atas dasar kebutuhan kelompok-kelompok komunitas yang sudah bergerak dalam melakukan aksi perubahan. j. Refkleksi, peneliti bersama komunitas di dampingi oleh dosen pembimbing merumuskan teoritisasi perubahan social. Berdasarkan atas hasil riset, proses pembelajaran masyarakat dan program-program aksi yang sudah 56 Songgong : cindera mata atau oleh- oleh acara.

48 terlaksana, peneliti dan komunitas merefleksikan semua proses hasil yang diperoleh dari awal hingga akhir. k. Meluaskan sekala gerakan dukungan, yakni yang semula hanya tingkat buruh pengrajin batu merah, buruh tanam padi, buruh pemahan patung hingga buruh- buruh lainya yang ada di Dusun Pelem, dari dusun hingga ke desa bahkan tingkat kecamatan. Agar dusun Pelem ini bisa menjadi dusun percontohan pemberdayaan para buruh melalui koperasi dan lembaga yang perduli para buruh. Dari ketiga langkah diatas belum terlaksana saat pendampingan berlangsung peneliti terhalang adanya batas waktu penelitian dan kegiatan masyarakat yang lebih mengutamakan kegiatan desa (tradisi desa) dari pada pendampingan yang dilkukan bersama peneliti. D. Strategi Mencapai Tujuan Dalam Pendampingan Tabel 3.2 : Strategi Mencapai Tujuan Dalam Pendampingan Aspek Karakteristik yang diinginkan Strategi yang ditempuh Sumber Daya Manusia Sumber Daya Alam Kesejahteraan masyarakat merata, dan memiliki keterampilan Terwujudnya lingkungan baik, bebas polusi Membentuk kelompok pengrajin batu merah berbasis minat, bakat dan skill melalui FGD. Melakukan analisis persoalan dan aset SDA, merumuskan dan merancang program aksi bersama melibatkan PJS, ToMas, ToGa, RT-RW

49 Daya Dukung Lainnya Adanya hubungan sosial yang erat antara masyarakat dengan aparat Kelurahan Pendekatan personal terhadap kelompok masyarakat, tokoh masyarakat, aparat pemerintah, RT-RW E. Subjek Pendampingan Subjek dampingan dalam hal ini selain peneliti sendiri juga masyarakat Dusun Pelem khususnya para pengrajin batu merah. Dalam pendampingan ini tidak melibatkan keseluruhan masyarakat Dusun Pelem. Dari 3 RT yang ada di Dusun Pelem hanya 1 RT saja yakni RT 03 yang menjadi subjek penelitian pendampingan. Dari RT 03 terdapat 13 orang yang aktif dalam proses pendampingan diantaranya sebagai berikut Tabel 3.3 : Subjek Dampingan (warga RT 03) No. Nama Peserta FGD 1. Bu Is (pengrajin) 2. Bu Sining (pengrajin) 3. Bu Kolipah ( pengrajin + petani) 4. Bu Lis (Pengrajin Patung) 5. Bu Suminah (janda) 6. Bu Kastin (guru TPQ) 7. Bu Nanik (Petani) 8. Bapak Suwarno ( pengrajin ) 9. Bapak Wari (pengrajin) 10. Bu In (ibu PJS + Juragan) 11. Bu Saripah (pedagang ) 12. Bu windi 13. Bapak Prayit (buruh angkut)

50 F. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data Teknis pengumpulan data menggunakan teknik PRA (Participatory Rural Apraisal) atau pemahaman pedesaan berdasarkan peran serta secara umum melakukan pendekatan kolektif, identifikasi, dan klasifikasi masalah yang ada dalam suatu wilayah pedesaan. PRA sendiri adalah sebuah teknik untuk menyusun dan mengembangkan program oprasional dalam pembangunan tingkat desa. Metode atau teknik ini ditempuh dengan memobilisasi sumber daya manusia dan alam setempat, menstabilkan dan meningkatkan kekuatan masyarakat setempat serta mampu pula melestarikan sumber daya setempat. 57 Tujuan utama dari PRA adalah untuk menjaring rencana atau program pembangunan tingkat pedesaan yang memenuhi persyaratan. Syaratnya adalah diterima oleh masyarakat setempat, secara ekonomi menguntungkan, dan berdampak positif bagi lingkungan. Secara prinsip metode atau teknik inidapat membantudalam menggerakan sumber daya alam dan manusia untuk memahami masalah, mempertimbangkan program yang telah sukses, menganalisis kapasitas kelembagan lokal, menilai kelembagaan modern yang telah diintodusir dan mambuat rencana program spesifik yang oprasional secara sistematis. 58 Sehingga program-program yang dilaksanakan nantinya dilapangan akan tepat sasaran. Dengan cara menentukan bener-benar apa yang akan di damping selama proses pendampingan tersebut. Sebagaimana dalam proposal ini adalah 57 Moehar Daniel, dkk, PRA (Participatory Rural Apraisal). (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008) Hal. 37 58 Ibid,hal. 37

51 pendampingan buruh pengrajin batu merah, maka tidak heran lagi jika pendampingannya nanti adalah kepada masyarakat RT 03 yang berdomisili disitu. Untuk memperoleh data yang sesuai dengan lapangan maka pendamping dengan masyarakat akan melakukan sebuah analisis bersama. Adapun yang dilakukan nantinya adalah 59 : a. Wawancara Semi Terstruktur Wawancara semi terstruktur adalah penggalian informasi berupa tanya jawab yang sistematis tentang pokok-pokok tertentu. Wawancara semi terstruktur ini akan mendiskripsikan hasil dari beberapa hasil wawancara dari tokoh masyarakat dan pengrajin batu merah. b. Mapping (Pemetaan) Mapping atau pemetaan wilayah untuk menggali informasi yang meliputi sarana fisik dan kondisi sosial dengan menggambarkan kondisi Dusun Pelem secara umum dan menyeluruh. Meliputi data geografis, luas wilayah desa, luas wilayah pemukiman, luas wilayah pekarangan, pembagian RT/RW bersama masyarakat. c. Transect Seperti halnya pada kegiatan pemetaan, transek membantu pengamatan dalam rangka memperoleh informasi yang mempenyuai distribusi geografik. Bedanya, transek tidak hanya dikerjakan di atas peta, proses kegiataannya dengan cara menelusuri tempat-tempat berdasarkan 59 Ibid, hal.,37-38

52 daerah yang sedang diamati. 60 Selain itu untuk melihat kondisi alam dan melihat permasalahan yang berkaitan dengan alam khususnya yang ada di Dusun Pelem. d. FGD (focus group discussion) Dalam melakukan analisa data melalui beberapa teknik yang ada diatas maka pendamping bersama dengan masyarakat melakukan sebuah diskusi. Diskusi itu disebut dengan FGD (focus group discussion). Proses ini cukup efektif untuk memperoleh data yang valid, sekaligus sebagai proses pengorganisiran. Dalam FGD misalnya, partisipan atau informan tidak sebatas berdiskusi dalam posisi duduk, melainkan bisa berdiskusi dalam dinamika tertentu dengan menggunakan alat kerja tertentu. e. Survey Belanja Rumah Tangga Survey belanja rumah tangga atau SRT yakni meneliti anggaran belanja rumah para keluarga, sehingga diketahui tingkat kehidupan masyarakat dari aspek kelayakan hidup dengan melihat berapa penghasilannya dan berapa pengeluarannya serta berapa perbandingannya antara biaya yang keluar untuk konsumsi dengan biaya kebutuhan seharihari lainnya. 60 Toto Rohardjo, dkk, Pendidikan Populer Membangun Kesadaran Kritis, (Yogyakarta: INSIST Press, 2010), hal.191

53 f. Trend and Change (Bagan Perubahan dan Kecenderungan) Dari besarnya perubahan hal-hal yang diamati, dapat diperoleh gambaran adanya kecenderungan umum perubahan yang akan berlanjut di masa depan. Misalnya, kepemilikan lahan, pemukiman warga, jumlah penduduk asli, jumlah penduduk musiman, jumlah usaha, dan lain-lain. G. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat ditemukan hipotesis kerja seperti yang disampaikan oleh data. Berikut teknik analisis data : a. Diagram venn Melihat hubungan lembaga-lembaga yang berkesinambungan dengan pengrajin batu merah tersebut. Selain itu, dapat mengidentifikasi pihak-pihak apa yang berada di desa, serta menganalisa dan mengkaji perannya, kepentingannya untuk masyarakat dan manfaat untuk masyarakat. b. Diagram alur Merupakan teknik untuk menggambarkan arus dan hubungan diantara semua pihak dan komoditas yang terlibat dalam suatu sistem. Diagam ini dapat digunakan untuk menganalisa alur penyebaran keyakinan dan tata nilai keagamaan dalam masyarakat.

54 c. Analisis pohon masalah dan harapan Menganalisis permasalahan yang menjadi problem yang telah diidentifikasi dengan teknik-teknik PRA di atas. Baik itu pemetaan, tansect, trend and change, dan teknik PRA lainnya. Dengan adanya teknik ini dipergunakan untuk menganalisis bersama-sama pengrajin batu merah di Dusun Pelem selama ini. Sekaligus bagaimana disusun pohon harapan setelah melihat atau menganalisis pohon masalah mengenai pengrajin batu merah Dusun Pelem kedepan. Dalam beberapa teknik tersebut, partisipan/informan berpeluang lebih besar mengungkapkan pengalaman, gagasan, dan refleksi mereka secara lebih terbuka karena terbantu dengan sejumlah alat kerja yang memudahkan pengamatan (visual) dan kegiatan yang dinamis/tidak kaku. Dalam hal ini aktivitas dalam analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga tampak kejenuhan data dalam hasil laporan tersebut. System ini menggunakan teknik wawancara. Pada tahap inilah data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan yang dapat diajukan dalam penelitian. 61 61 Koentjaraningrat, Metode- Metode Penelitian Masyarakat. (Jakarta : PT Gramedia, 1983), hal.328