PEMANFAATAN FILM DOKUMENTER DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Puji Lestari, AY Djoko Darmono, Nurhadi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret puji.lestari6673@gmail.com ABSTRACT This research aims at improving critical thinking and learning outcomes in Sociology subject of the students of class XI IPS 1 SMA Negeri Gondangrejo in the academic year 2015/2016 by the use of documentaries movie in inquiry learning. This research is a classroom action research (PTK) carried out in two cycles. Each cycle consists of planning, action, observation and reflection. The subjects were the students of XI IPS 1 SMA Negeri Gondangrejo as many as 34 students. The data collection techniques used in this research were observation, test, interview and documentation. Data analysis techniques used in this research were quantitative and qualitative. Based on data analysis and discussion of the research it can be concluded that: there is an improvement in critical thinking and learning outcomes in sociology subject of the students of class XI IPS 1 SMA Negeri Gondangrejo by the use of documentaries movie in inquiry learning. The improvement of the students' critical thinking can be seen from the data analysis on pre-research which gained 5.88%, 47.06% in the first cycle, and 85.29% in the second cycle. Student learning outcomes improvement can be seen from the students average scores which improved from 65,68 in the pre-research, 75,09 in the cycle 1, and 80,09 in the cycle 2, with the percentages improvement of the students mastery grade 38,24% in preresearch, 55,88% in the cycle 1, and 82,35% in the cycle 2. Based on the results of this research it can be concluded that the use of documentaries movie in inquiry learning can improve critical thinking and learning outcomes in sociology subject of the students of XI 1 IPS SMA Negeri Gondangrejo in the Academic Year 2015/2016. Keywords: Documentary Movie, Inquiry Learning, Critical Thinking, Learning Outcomes
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar mata pelajaran Sosiologi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri Gondangrejo tahun pelajaran 2015/2016 melalui pemanfaatan film dokumenter dalam pembelajaran inkuiri. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus.setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri Gondangrejo sebanyak 34 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data secara kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa: ada peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar sosiologi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri Gondangrejo melalui pemanfaatan film dokumenter dalam pembelajaran inkuiri. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari hasil analisis data pada pra tindakan diperoleh 5,88%, pada siklus I 47,06% dan meningkat pada siklus II menjadi 85,29%. Hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan dari nilai rata-rata kelas 65,68 pada pratindakan, menjadi 75,09 pada siklus I dan meningkat menjadi 80,09 pada siklus II dengan prosentase ketuntasan siswa sebesar 38,24% pada pra tindakan, menjadi 55,88% pada siklus I dan 82,35% pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan pemanfaatan film dokumenter dalam pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar sosiologi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri Gondangrejo. Tahun Pelajaran 2015/2016. Kata kunci : Film Dokumenter, Pembelajaran Inkuiri, Kemampuan Berpikir Kritis, Hasil Belajar PENDAHULUAN pendidikan formal atau sekolah, A. Latar Belakang Masalah pendidikan non-formal, pendidikan informal Pendidikan merupakan salah satu maupun di kehidupan sehari-hari. hal utama setiap manusia untuk Pendidikan merupakan sesuatu yang menunjang kehidupan di dalam sengaja dilakukan atau dibentuk oleh masyarakat dan kemajuan suatu bangsa. individu/ kelompok untuk menciptakan Hal ini dikarenakan manusia suasana dan proses pembelajaran yang mendapatkan segala bentuk pengetahuan kondusif bagi peserta didik. Usaha sadar melalui pendidikan. Secara umum disini bisa mencakup beberapa kegiatan pendidikan dapat diperoleh oleh setiap seperti penyiapan kurikulum yang individu melalui banyak hal, mulai dari
memadahi variasi metode dan model dalam proses pembelajaran, yaitu pembelajaran oleh pendidik dan pendidik (perorangan/kelompok), serta pemilihan sumber dan media peserta didik (perorangan, kelompok pembelajaran yang sesuai. Hal ini atau komunitas) yang saling melakukan dilakukan sebagai upaya untuk peserta didik menggali potensi yang dimiliki interaksi edukatif. Keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran tergantung secara aktif. Sehingga peserta didik pada proses pembelajaran yang menjadi sosok yang berkualitas, baik dari segi intelektual/ kognitif, karakter atau sikap kepribadian/ afektif, maupun bakat atau keterampilan/ psikomotorik. diciptakan dan diberikan oleh guru kepada peserta didik. Dalam proses pembelajaran pasti ada berbagai masalah yang timbul, Sekolah merupakan salah satu masalah yang sering muncul adalah tempat yang menjadi sasaran penyaluran pendidikan secara formal, dan guru hasil belajar peserta didik yang rendah. Hal ini tidak sepenuhnya di sebabkan berperan sebagai pendidik. Sehingga oleh aktivitas peserta didik yang rendah. dalam proses pendidikan yang terjadi di Dalam proses pembelajaran guru sekolah guru berperan sangat besar memegang peranan penting untuk dalam menciptakan proses pembelajaran menciptakan proses belajar yang yang kondusif. Hal ini dikarenakan kondusif. Guru sebagai pendidik dituntut dengan proses pembelajaran yang untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif, peserta didik diharapkan inovatif baik dari cara mengajar guru, memperoleh pengalaman belajar dan sumber pembelajaran yang sesuai hasil belajar yang maksimal. dengan materi ajar maupun pemanfaatan Pembelajaran adalah proses media pembelajaran yang digunakan. interaksi antara pendidik dan peserta didik yang didukung sumber belajar Namun, masih sering dijumpai guru yang mengajar dengan cara-cara pada suatu lingkungan belajar. konvensional yang sudah tidak sesuai Pembelajaran menekankan pada proses dengan perkembangan proses belajar individu. Pihak yang terlibat pembelajaran seperti sekarang ini.
Perubahan paradigma dalam juga di alami oleh siswa kelas XI IPS 1 pembelajaran yang berawal dari teacher SMA Negeri Gondangrejo. center menjadi student center tidak Selain itu pembelajaran mempengaruhi guru dalam pembelajaran konvensional menyebabkan siswa pasif di kelas. Hal ini menyebabkan segala dalam pembelajaran. Siswa kurang potensi yang dimiliki siswa tidak dapat tergali secara maksimal. mengembangkan kemampuan berpikir kritis karena siswa tidak dilibatkan aktif Realita pembelajaran yang dalam pembentukan konsep. Salah satu konvensional bisa dilihat, seperti guru hanya menggunakan metode ceramah faktor yang mempengaruhi rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa adalah duduk di meja guru dalam metode, model atau media pembelajaran menyampaikan meteri ajar di kelas, yang digunakan oleh guru saat sumber belajar yang digunakan hanya pembelajaran.guru lebih sering berupa buku LKS (Lembar Kerja Siswa) menggunakan metode pembelajaran dan tidak ada media atau model yang belum melibatkan siswa secara pembelajaran inovatif yang digunakan di dalam kelas. Model pembelajaran aktif, dan kurang melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Pelajaran sosiologi seperti ini menyebabkan proses adalah pelajaran yang melatih siswa pembelajaran yang kurang untuk melihat fenomena sosial yang menyenangkan dan menyebabkan siswa kurang mengembangkan pemikirannya dalam proses pembelajaran. Selain itu terjadi di dalam masyarakat dan siswa dituntut harus mampu berpikir kritis. Dengan memiliki kemampuan berpikir dalam pembelajaran guru tidak kritis, siswa akan mampu menganalisis menggunakan media pembelajaran yang pertanyaan dan mencari solusi dari inovatif dan kreatif sehingga dalam masalah yang ada sesuai dengan penyampaian materi siswa tidak terlalu kehidupan sehari-hari. paham mengenai konsep pembelajaran Berpikir kritis merupakan yang disampaikan guru. Kasus tersebut kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik. Kemampuan berpikir kritis
merupakan kemampuan yang kompleks tidak bisa dibentuk secara instan yang itu, peneliti bersama guru berencana menggunakan film dokumenter dalam meliputi kemampuan mengkonsep, pembelajaran inkuiri. menerapkan, menganalisi, mensintesis, Peneliti dan guru juga memilih mengevaluasi informasi dan media belajar berupa film dokumenter. menyimpulkan suatu pokok bahasan. Peneliti dan guru memilih film Pengembangan ketrampilan tersebut bisa dilakukan melalui proses pembelajaran dokumenter karena film dokumenter merupakan media audio visual yang yang kondusif dan inovatif. Adanya dapat meningkatkan antusias siswa beberapa permasalahan yang terlihat di untuk mengikuti pembelajaran dengan kelas XI IPS 3 SMA Negeri baik. Siswa akan lebih tertarik jika Gondangrejo tersebut memerlukan dalam pembelajaran menggunakan sebuah solusi yaitu dengan mengadakan sebuah penelitian tindakan kelas yang media audio visual. Selain itu film dokumenter merupakan sebuah film diharapkan dapat mengatasi yang alur ceritanya sesuai dengan realita permasalahan yang timbul. Berdasarkan identifikasi di atas yang ada atau film dokumenter juga disebut film non fiksi. Sehingga siswa peneliti bersama guru melakukan bisa belajar untuk melihat kondisi sosial refleksi mengenai permasalahan yang masyarakat indonesia tanpa harus dianggap paling penting dan harus menempuh jarak yang jauh dan segera diatasi. Peneliti dan guru sepakat menghabiskan banyak waktu untuk bahwa permasalahan utama yaitu mengamati satu persatu kondisi sosial rendahnya kemampuan berpikir siswa masyarakat indonesia. film dokumenter yang berdampak pada rendahnya hasil mempermudah guru untuk belajar yang disebabkan karena siswa kurang menguasai konsep pembelajaran. menghadirkan realita masyarakat yang sesungguhnya di dalam kelas. Sehingga Hal ini dapat dilihat dari masih dapat merangsang cara berpikir siswa. banyaknya siswa yang mendapatkan Selain itu pembelajaran inkuiri nilai dibawah KKM (75). Oleh karena dapat membimbing siswa untuk
memperoleh dan mendapatkan informasi Tujuan yang ingin dicapai dalam serta mencari jawaban atau memecahkan penelitian ini adalah: Untuk masalah terhadap pertanyaan yang Meningkatkan Kemampuan Berpikir dirumuskan. Dalam model pembelajaran Kritis dan Hasil Belajar Sosiologi inkuiri siswa terlibat secara mental dan melalui Pemanfaatan Film Dokumenter fisik untuk memecahkan suatu dalam Pembelajaran Inkuiri Siswa Kelas permasalahan yang diberikan guru. XI IPS 1 SMA Negeri Gondangrejo Pembelajaran inkuiri bisa dilakukan secara mandiri maupun berkelompok, Tahun Pelajaran 2015/2016. KAJIAN PUSTAKA disesuaikan dengan kebutuhan. 1. Film Dokumenter Pembelajaran inkuiri menuntut siswa Media pembelajaran merupakan untuk aktif menemukan konsep salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran sendiri melalui kajian dalam pembelajaran. Media kajian berbagai sumber pembelajaran. Siswa akan membuat asumsi sendiri dari pembelajaran itu sendiri berfungsi untuk menyampaikan dan menyalurkan materi mulai mencari informasi sampai ajar dari guru kepada siswa sehingga membuat kesimpulan berdasarkan tercipta lingkungan belajar yang pengalaman yang dimiliki oleh siswa. Guru hanya berperan sebagai fasilitator kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien yang membimbing siswa untuk dan efektif. Salah satu media menemukan konsep dengan mengajukan berbagai pertanyaan dan pernyataan untuk memancing kemampuan berpikir kritis siswa. Dengan demikian siswa akan mencari berbagai sumber belajar pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran adalah film dokumenter. Pengertian Film dokumenter menurut Oemar Hamalik (1994: 92) berpendapat atau berdiskusi untuk menemukan bahwa, film dokumenter digunakan jawaban. B. Tujuan Penelitian bermaksud memberikan gambaran yang sebenarnya tentang suatu cerita, film ini bukan pengulangan sesuatu kejadian
atau dibuat seperti film-film yang Pendapat tersebut dapat dijelaskan diproduksi, tetapi menggunakan bahwa pembelajaran inkuiri masyarakat yang nyata dalam situasi mengharuskan siswa untuk berpikir yang nyata pula. Sehingga dengan kritis dan logis dalam menyelesaikan demikian adanya film dokumenter dapat suatu kasus yang dihadapi. Siswa merangsang cara berpikir siswa melalui harus mengumpulkan informasi dan pengalaman belajar yang dia peroleh mengidentifikasi kemudian melalui film tersebut menganalisis suatu permasalahan 2. Pembelajaran Inkuiri a. Pengertian pembelajaran inkuiri Inkuiri merupakan pembelajaran untuk menemukan solusi berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki. b. Langkah pembelajaran inkuiri yang membimbing siswa untuk Menurut Wina Sanjaya (2006: memperoleh/ mendapatkan informasi 201-205) Langkah- langkah dalam serta mencari jawaban atau pembelajaran inkuiri adalah sebagai memecahkan masalah terhadap berikut : pertanyaan yang dirumuskan. Dalam model pembelajaran inkuiri siswa terlibat secara mental dan fisik untuk 1) Orientasi, Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi adalah : memecahkan suatu permasalahan a) Menjelaskan topik, tujuan, dan yang diberikan guru. Menurut Wina Sanjaya (2006: hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. 196) berpendapat bahwa b) Menjelaskan pokok-pokok pembelajaran inkuiri adalah kegiatan yang harus dilakukan rangkaian kegiatan pembelajaran oleh siswa untuk mencapai yang menekankan pada proses tujuan. Pada tahap ini dijelaskan berpikir secara kritis dan analitis langkah-langkah inkuiri serta untuk mencari dan menemukan tujuan setiap langkah, mulai sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. dari langkah merumuskan
masalah sampai dengan Salah satu cara yang dapat merumuskan kesimpulan. dilakukan guru untuk c) Menjelaskan pentingnya topik mengembangkan kemampuan dan kegiatan belajar. Hal ini berhipotesis pada setiap anak dilakukan dalam rangka adalah dengan mengajukan memberikan motivasi belajar siswa. berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat 2) Merumuskan Masalah merumuskan jawaban sementara Pada langkah ini guru atau dapat merumuskan berbagai membawa siswa pada suatu perkiraan kemungkinan jawaban persoalan yang mengandung tekateki. dari suatu permasalahan yang Beberapa hal yang perlu dikaji. diperhatikan dalam merumuskan masalah adalah: a) Masalah hendaknya dirumuskan 4) Mengumpulkan Data Peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaanpertanyaan sendiri oleh siswa. Siswa akan yang dapat memiliki motivasi belajar yang mendorong siswa untuk berpikir tinggi mana kala dilibatkan mencari informasi yang dalam merumuskan masalah dibutuhkan. yang hendak dikaji. b) Masalah yang dikaji adalah 5) Menguji Hipotesis Menguji hipotesis adalah proses masalah yang mengandung menentukan jawaban yang teka-teki dan jawabannya pasti. dianggap diterima sesuai c) Konsep-konsep dalam masalah dengan data atau informasi adalah konsep-konsep yang yang diperoleh berdasarkan sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. pengumpulan data. 6) Merumuskan Kesimpulan 3) Mengajukan Hipotesis Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh adalah proses perubahan berdasarkan hasil pengujian tingkah laku, jadi bukan hanya hipotesis. ditentukan oleh hasil belajar c. Kelebihan dan kelemahan kognitif saja melainkan juga pembelajaran inkuiri. menekankan pada kualiatas Menurut Sanjaya (2006: 208) proses pembelajaran itu sendiri. yangdisimpulkan oleh peneliti model d) Dapat melayani kebutuhan inkuiri memiliki beberapa kelebihan siswa yang memiliki dan kekurangan, diantaranya : 1) Keunggulan kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki a) Model pembelajaran yang kemampuan belajar yang bagus menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, tidak akan terlambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. dan psikomotor. Model 2) Kekurangan pembelajaran yang sekaligus a) Sulit mengontrol kegiatan dan dapat mengembangkan 3 ranah keberhasilan siswa karena belajar siswa setiap siswa diberi kebebasan b) Model inkuiri memberikan untuk belajar sesuai dengan ruang kepada siswa untuk keinginan mereaka. Standar belajar sesuai dengan gaya penilaian keberhasilan belajar belajar mereka. Siswa dibeikan menjadi sulit di ukur, sehingga kebebasan untuk mentukan cara peran guru disini adalah belajara mereka. Siswa tidak memberikan batasan atau harus terpaku pada satu gaya mengontrol proses pembelajaran belajar misalakan menghafal. yang berlangsung di kelas. c) Model pembelajaran yang b) Model pembelajaran inkuiri dianggap sesuai dengan akan sulit dilaksanakan jika perkembangan belajar modern siswa belum terbiasa dengan yang menganggap belajar model pembelajarannnya.
Sehingga diperlukan antara satu dengan lainnya sehingga pembeiasaan kepada siswa agar adanya pengembangan kemampuan. model pembelajaran inkuiri Berpikir terjadi dalam setiap aktivitas yang dilakukan bisa berjalan mental manusia berfungsi untuk masksimal. memformulasikan, menyelesaikan c) Memerlukan waktu yang masalah, membuat keputusan serta panjang dalam proses mencari alasan yang logis. Berpikir pembelajarannnya. Tidak kritis menurut Mc Peck 1981 dan seperti pembelajaran lainnya, Ennis 1985 (Kuswana, 2011: 21-22), pembelajaran inkuiri berpendapat bahwa berfikir kritis menekankan pada kualiatas sebagai ketepatan penggunaan skeptik proses pembelajaran sehingga reflektif dari suatu masalah yang untuk memperoleh kulitas yang dipertimbangkan sesuai disiplin baik guru harus menyediakan materi dengan menekankan waktu yang cukup dan pembuatan keputusan tentang apa disesuaikan dengan jumlah jam yang harus dipercayai atau pelajaran. d) Selama kriteria keberhasilan dilakukan. Dari pengertian ini dapat dijelaskan kemampuan berpikir kritis ditentukan oleh kemampuan seseorang dapat dilihat dari siswa menguasai materi kemampuan reflektif terhadap pelajaran, maka model inkuiri permasalahan yang mereka hadapi. akan sulit diimplementasikan Dalam hal ini kemampuan untuk oleh setiap guru. mengatasi masalah disesuaikan 3. Kemampuan Berpikir Kritis dengan disiplin ilmu atau pemahaman a. Pengertian berpikir kritis secara konseptual yang telah ia Berpikir adalah salah satu aktivitas pelajari sebelumnya. mental yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kemampuan b. Indikator berpikir kritis Menurut Ennis 1993 (Muhfahroyin berpikir setiap individu berbeda 2009 : 91) mengidentifikasi indikator
berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima aspek sebagai berikut: 1) Memberikan penjelasan sederhana 2) Membangun keterampilan dasar 3) Menyimpulkan 4) Memberikan penjelasan lanjut 5) Mengatur strategi dan teknik 4. Hasil Belajar Belajar merupakan hal yang pasti terjadi pada setiap individu. Seseorang yang melakukan kegiatan belajar akan mendapatkan hasil sebagai output dari belajar itu sendiri. Hasil belajar menurut Nana Sudjana (2010: 22). Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, dimana siswa memperoleh hasil dari suatu interaksi tindakan belajar. Diawali dengan siswa mengalami proses belajar, mencapai hasil belajar, dan menggunakan hasil belajar,yang semua itu mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif,dan ranah psikomotorik. Dari definisi diatas peneliti menjelaskan bahwa hasil belajar adalah segala kemampuan siswa yang dimiliki oleh siswa setelah proses pembelajaran. yang akan di lakukan di dalam kelas, kedua perangkat pembelajaran tersebut dikembangkan sesuai dengan kebutuhan Hasil belajar disini tidak hanya terbatas pada nilai akhir yang diperoleh siswa. Hasil belajar meliputi perkembangan kemampuan siswa dari aspek kognitif, aspek afektif,dan aspek psikomotorik. Proses pembelajaran dikatakan baik bila guru mampu mengembangkan ketiga ranah ini. 5. Pembelajaran Sosiologi Dasar dari sebuah pembelajaran adalah kurikulum, kurikulum memuat segala sesuatu yang dipersiapkan untuk menunjang proses pembelajaran. Setiap sekolah memiliki kesempatan untuk mengembangkan kurikulum yang sudah ada. Pengembangan itu bisa terlihat dari pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Silabus yang berisikan standar atau acuan pengajaran pengajaran yang berisikan Standar Kompetensi (SK), KD (Kompetensi Dasar)dan Indikator pembelajaran. Selain itu RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran) yang dibuat oleh guru berisikan segala aktivitas pembelajaran guru dan siswa. Pembelajaran sosiologi dilakukan untuk memberikan
pengetahuan dasar mengenai ilmu sosiologi bagi peserta didik adalah untuk sosiologi kepada siswa. mengajarkan mengenai hidup bersosial Sosiologi merupakan salah satu dan mengenal tentang berbagai aspek cabang dari ilmu pengetahuan sosial. kehidupan sosial yang berada di Sosiologi menjadi sebuah ilmu yang lingkungan sekitar, baik di lingkungan sangat penting karena menyangkut keluarga, sekolah, maupun masyarakat dengan kehidupan sosial manusia di dalam masyarakat. Sosiologi adalah luas. Dalam penelitian ini pokok bahasan materi sosiologi yang diajarkan di kelas pengetahuan atau ilmu tentang sifat XI IPS 1 adalah Masyarakat masyarakat, perilaku masyarakat, dan Multikultural perkembangan masyarakat.pentingnya METODE PENELITIAN Bentuk penelitian adalah penelitian analisis data secara kuantitatif yaitu dengan melakukan pre-test dan posttes tindakan kelas (PTK) yang untuk mengetahui ada tidaknya dilaksanakan dalam dua siklus, setiap peningkatan hasil belajar siswa. siklus terdiri dari tiga pertemuan Data dan sumber data yang dengan dengan tahapan diantaranya digunakan dalam penelitian ini adalah perencanaan tindakan, pelaksanaan seluruh hasil pengamatan terhadap tindakan, observasi tindakan dan keadaan pembelajaran yang refleksi. Teknik pengumpulan data sebenarnya dan mengandung informasi menggunakan observasi dan tes, yang relevan dengan kegiatan wawancara dan dokumentasi. penelitian. Data penelitian Teknik analisis data dalam dikumpulkan dari berbagai sumber, penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis data antara lain melalui informan yaitu guru mata pelajaran sosiologi, selain itu secara kualitatif yaitu dengan melalui peristiwa yaitu observasi atau pengamatan berlangsungnya proses kegiatan kemampuan berpikir kritis siswa belajar mengajar mata pelajaran dalam pembelajaran. Sedangkan sosiologi di kelas XI IPS 1 dan melalui
dokumen yang berisi silabus, RPP, kritis setidaknya 70% siswa kritis nilai siswa serta, dokumentasi selama dengan kriteria baik dan sangat baik, pembelajaran. Penelitian dikatakan sedangkan untuk hasil belajar 75% berhasil apabila kemampuan berpikir siswa tuntas. HASIL TINDAKAN DAN pelaksanaan tindakan siklus I adalah PEMBAHASAN materi masyarakat multikultural. Pratindakan Data kondisi awal dalam penelitian tindakan kelas ini diperoleh setelah Setelah peneliti melakukan tindakan berupa pemanfaatan film dokumenter dalam pembelajaran inkuiri pada siklus peneliti melakukan observasi I kemampuan berpikir kritis dan hasil kemampuan berpikir kritis siswa dan belajar siswa mengalami peningkatan tes pada pratindakan. Kemudian dari namun belum memenuhi target hasil pratindakan diketahui beberapa keberhasilan penelitian. Jumlah siswa permasalahan dalam pembelajaran yang memenuhi kriteria berpikir kritis sosiologi di kelas XI IPS 1, sebanyak 16 siswa dengan presentase permasalahan yang harus segera 47,06%. Hasil belajar siswa yang diatasi adalah masih rendahnya diukur melalui tes siklus I kemampuan berpikir kritis hasil belajar siswa. Dari hasil observasi peneliti 2 menunjukkan 19 siswa tuntas dengan presentase 55,88% dan rata-rata kelas siswa sudah memiliki kemampuan sebesar 75,09. berpikir kritis dengan presentase 5.88 %. Hasil belajar siswa dari pre tes yang dilakukan peneliti menunjukkan 13 siswa tuntas dengan presentase 61.76 % dan rata-rata kelas 65,68. Siklus II Pelaksanaan tindakan siklus II lebih difokuskan pada perbaikan kelemahankelemahan yang terjadi pada siklus I sehingga diharapkan akan mampu Siklus I meningkatkan capaian keberhasilan Pelaksanaan tindakan siklus I penelitian. Pelaksanaan tindakan siklus dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. II dilaksanakan selama 3 kali Materi yang dibahas pada saat pertemuan. Materi yang dibahas pada
saat pelaksanaan tindakan siklus II masih sama dengan materi pada pertemuan siklus I yaitu masyarakat melatih siswa untuk berpikir kritis dan logis terhadap suatu maslah. Dengan demikian adanya film dokumenter multikultural. dalam pembelajaran inkuiri Berdasarkan hasil observasi yang mempermudah guru dan siswa dalam dilakukan oleh peneliti jumlah siswa pembelajaran. Guru dapat yang memiliki kemampuan berpikir menampilkan suatu permasalahan kritis mengalami peningkatan melalui film dokumenter dan siswa sebanyak 29 siswa dengan presentase akan mudah menerima materi ajar 85,29%. Hasil belajar siswa yang karena disampaikan dengan media diukur melalui tes pada siklus II yang lebih menarik. menunjukkan 28 siswa dikatakan Selain itu pemanfaatan film tuntas dengan presentase 82,35% dan dokumenter dalam pembelajaran rata-rata kelas sebesar 80,06. PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan memanfaatkan film dokumenter dalam inkuiri yang mampu membuat siswa aktif bertukar informasi dengan siswa lainnya berdasarkan film yang sama, dengan bertukar informasi inilah maka keterlibatan siswa akan semakin besar pembelajaran inkuiri. Hasil penelitian dalam proses pembelajaran dan menunjukkan bahwa film dokumenter dalam pembelajaran inkuiri memiliki menjadikan proses pembelajaran lebih bermakna. Selain itu, pembelajaran ini banyak keunggulan yaitu film juga menimbulkan interaksi positif dokumenter memberikan gambaran antar siswa dan antara guru dengan nyata kepada siswa untuk memahami suatu fenomena sosial yang terjadi. siswa, sehingga iklim pembelajaran menjadi lebih kondusif dan dapat Siswa memperoleh banyak meningkatkan kemampuan berpikir pengalaman belajar melalui film kritis dan hasil belajar siswa. Hal I ni dokumenter. Sedangkan pembelajaran sesuai dengan teori belajar inkuiri adalah pembelajaran yang konstruktivisme dimana teori ini
mengataan bahwa proses belajar dilakukan dengan merefleksikan pengalaman, dan membangun SMA Negeri Gondangrejo tahun pelajaran 2015/2016. SIMPULAN DAN SARAN pengetahuannya sendiri sesuai dengan A. SIMPULAN pengalaman belajarnya (Suyono, 2011: Hasil penelitian menunjukkan 58). Sehingga dengan demikian siswa bahwa: dapat belajar lebih baik ketika siswa 1. Pemanfaatan film dokumenter mampu mengkonsruksikan atau dalam pembelajaran inkuiri dapat membangun konsep pembelajaran meningkatkan kemampuan berpikir sendiri dengan keterlibatan mereka kritis siswa pada mata pelajaran sendiri dalam proses pembelajaran. sosiologi kelas XI IPS 1 SMA Hal ini dikarenakan siswa diajarkan Negeri Gondangrejo tahun mencari, menemukan dan berbagi pelajaran 2015/2016. Pada informasi yang berkaitan dengan pratindakan 5,88% siswa yang kritis pembelajaran. dalam pembelajaran menjadi Suatu penelitian dapat dikatakan 47,06% siswa kritis pada siklus I berhasil apabila telah mencapai targettarget dan meningkat menjadi 85,29% yang telah ditentukan. Secara pada siklus II. garis besar berdasarkan hasil penelitian 2. Pemanfaatan film dokumenter yang diperoleh dan dari hasil dalam pembelajaran inkuiri dapat pengolahan data yang telah dilakukan meningkatkan hasil belajar peneliti melalui pengamatan, sosiologi kelas XI IPS 1 SMA dokumentasi, dan nilai evaluasi siklus Negeri Gondangrejo tahun I dan II terbukti bahwa pemanfaatan pelajaran 2015/2016. Pada pra film dokumenter dalam pembelajaran tindakan nilai rata-rata siswa 65,68 inkuiri dapat meningkatkan dengan prosentase 38,24% siswa kemampuan berpikir kritis dan hasil yang tuntas dan meningkat nilai belajar sosiologi siswa kelas XI IPS 1 rata-ratanya menjadi 70,09 dengan prosentase 55,88% siswa yang
tuntas pada siklus I dan mengalami peningkatan pada siklus II dengan 2. Bagi Guru a. Guru hendaknya mengupayakan perolehan rata-rata nilai 80,06 tindak lanjut terhadap dengan prosentase ketuntasan pembelajaran yang telah sebesar 82,35%.. B. SARAN dilaksanakan. Selain itu guru juga harus mengenalkan media Berdasarkan penelitian tindakan film dokumenter dan kelas yang telah dilaksanakan, maka pembelajaran inkuiri terhadap dapat disampaikan beberapa saran rekan sejawatnya agar dapat yang dapat dipergunakan sebagai mempraktikkan dalam proses bahan pertimbangan sebagai berikut: 1. Bagi Siswa pembelajaran lainnya. b. Guru hendaknya belajar tentang a. Siswa sebaiknya lebih berperan metode, model dan media dalam proses pembelajaran, pembelajaran yang inovatif khususnya selama pemanfaatan kemudian menerapkannya dalam film dokumenter dalam pembelajaran sehingga ada pembelajaran inkuiri, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar variasi dalam mengajar. Dengan adanya variasi dalam mengajar, siswa akan menjadi antusias dan siswa pada mata pelajaran memiliki motivasi dalam Sosiologi. pembelajaran. Selain media film b. Siswa hendaknya dapat dokumenter dan model mengaplikasikan hasil pembelajaran inkuiri. pembelajaran yang telah 3. Bagi Sekolah didapatkan selama proses Sebaiknya sekolah senantiasa pembelajaran ke dalam memberikan pembekalan dan kehidupan sehari-hari. evaluasi bagi guru-guru di sekolah tersebut agar guru dapat meningkatkan kualitas
mengajarnya. Pembekalan tersebut berupa pelatihan penerapan mode, media dan metode inovatif dalam upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kualitas siswa, salah satunya dengan menggunakan media film dokumenter dan model pembelajaran inkuiri. 4. Bagi Peneliti Lain a. Dalam memanfaatkan film dokumenter dalam pembelajaran inkuiri hendaknya peneliti menambahkan variasi-variasi dalam tindakan yang dilakukan, sehingga mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa seperti yang diharapkan. b. Bagi peneliti yang menggunakan variabel media film dokumenter dan model pembelajaran inkuiri, hendaknya menambahkan sumber primer yang berasal dari buku asing. Dengan adanya hal tersebut, dapat digunakan untuk menguatkan kajian teori. DAFTAR PUSTAKA Hamalik, Oemar. (1994). Media Pendidikan. Bandung: Cipta Aditya Bakti. Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup Kuswana, Wowo Sunaryo. (2011). Taksonomi Kognitif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhfahroyin. (2009). Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Konstruktivistik. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran vol 16 No. 1. Sudjana, Nana. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.