PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU, Menimbang : a. bahwa sumberdaya ikan sebagai bagian kekayaan Bangsa dan Negara Indonesia perlu dimanfaatkan secara optimal untuk kemakmuran rakyat, dengan mengusahakannya secara efisien dan efektif ; b. bahwa pengaturan usaha perikanan tersebut juga dimaksudkan untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan serta melindungi usaha perikanan agar dapat berkembang sesuai dengan perkembangan pembangunan di Kota Palu; c. bahwa usaha perikanan merupakan sumber pendapatan sebagian penduduk dan merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat menunjang Pembangunan Daerah; d. bahwa sehubungan dengan huruf a, b dan c di atas, maka perlu mengatur retribusi pelayanan usaha di bidang perikanan dengan Peraturan Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981, tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3044); 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1994, tentang Pembentukan Kotamadya Daerah tingkat II Palu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3585); 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997, tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685); sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 1
4. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 3851); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 6. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 118); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lemabaran Negara Tahun 1981 Nomor 6 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2002, tentang Usaha Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 100,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4230); 13. Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 4 Tahun 2004, tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Lingkungan Pemerintah Daerah Kota Palu (Lembaran Daerah Kota Palu Nomor 4 Tahun 2004 Seri E Nomor 2); 14. Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 13 Tahun 2004, tentang Pokokpokok Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah Kota Palu (Lembaran Daerah Kota Palu Tahun 2004 Nomor 13 Seri E Nomor 5); 2
Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PALU Dan WALIKOTA PALU MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA PALU TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN USAHA PERIKANAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Palu; 2. Kepala Daerah adalah Walikota Palu; 3. Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan Prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; 5. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah; 6. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku; 7. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kota Palu; 8. Usaha Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi pengelolaan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam bisnis perikanan; 9. Usaha Perikanan adalah semua usaha perseorangan atau badan untuk,menangkap atau budidaya ikan termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial; 3
10. Perusahaan Perikanan adalah perusahaan yang melakukan usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh Warga Negara Indonesia atau Badan Hukum Indonesia; 11. Nelayan kecil adalah orang yang mata pencariaan melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari; 12. Pembudidayaan ikan kecil adala orang yang mata pencariaannya melakukan pembudidayaan ikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 13. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, dana Pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, Organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya; 14. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundang-Undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu; 15. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan / atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan; 16. Retribusi Jasa Usaha adalah Retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut Prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta; 17. Masa retirbusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi atau pemanfaatan jasa atau pemberian izin tertentu pada usaha perikanan dan kelautan; 18. Usaha Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi pengelolaan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam bisnis perikanan; 19. Usaha Perikanan adalah semua usaha perseorangan atau badan untuk,menangkap atau budidaya ikan termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial; 20. Perusahaan Perikanan adalah perusahaan yang melakukan usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh Warga Negara Indonesia atau Badan Hukum Indonesia; 21. Nelayan kecil adalah orang yang mata pencariaan melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari; 22. Pembudidayaan ikan kecil adala orang yang mata pencariaannya melakukan pembudidayaan ikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ; 4
23. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,i mengumpulkan, mengelola data dan / atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Perpajakan Daerah dan retribusi dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan Daerah dan Retribusi; 24. Penyidikan tindak pidana di bidang Perpajakan Daerah dan Retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang Perpajakan Daerah dan Retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya; BAB II NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI Pasal 2 Dengan nama retribusi pelayanan di bidang perikanan dipungut retribusi atas jasa pelayanan terhadap usaha perikanan; Pasal 3 Objek retribusi adalah pelayanan pemberian izin dan jasa pelayanan terhadap usaha perikanan. Pasal 4 Subyek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan di bidang Usaha perikanan dan tidak berlaku bagi nelayan kecil dan atau nelayan tradisional; BAB III GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5 Retribusi pelayanan usaha di bidang perikanan digolongkan sebagai retribusi jasa usaha; 5
BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6 Cara mengukur tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan besaran dan jenis pelayanan yang diberikan. BAB V PRINSIP DAN SASARAN DALAM MENETAPKAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 7 Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi dimaksudkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar; BAB VI STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 8 (1) Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan usaha perikanan digolongkan berdasarkan jenis pengusahaan ikan, penggunaan alat penangkapan ikan, bobot kapal penangkapan, hasil produksi, luas areal budidaya ikan, serta mutu hasil perikanan; (2) Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan usaha perikanan dan kelautan sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan sebagai berikut : a. Izin Usaha Penangkapan ikan 1% dikalikan produktivitas 1 x muat kapal dikalikan Harga patokan ikan. b. Izin Usaha Pembudidayaan 1% dikalikan harga jual 1 x muat Ikan seluruh ikan hasil Pembudidayaan c. Izin Usaha Pengelahan, Untuk izin usaha poin 1, 2, 3 setiap Pengumpulan, Pengangkutan tahun didaftar dengan biaya 10 % dan Pemasaran Hasil Hutan 6
d. Pemeriksaan dan registrasi alat tangkap dan alat bantu penangkapan ikan : 1). Jaring insan, bagan tancap Rp. 18.000/Tahun 2). Rumpon Rp. 18.000/Tahun e. Pemeriksaan dan atau registrasi alat armada penangkapan ikan : 1). Kapal motor kurang dari 2,5 GT Rp. 25.000/Tahun 2). Kapal motor 2,5 5 GT Rp. 30.000/Tahun 3). Kapal motor diatas 5 10 Rp. 35.000/Tahun f. Pemeriksaan dan atau registrasi lahan budidaya 0,1 Ha ke atas Rp. 5.000/Tahun g. Pengawasan, pemeriksaan hasil perikanan yang dipasarkan dalam daerah : 1). Benih Ikan mas, mujair, nila, lele, Rp. 15/ekor/transaksi 2). Ikan hias Rp. 50/ekor/transaksi 3). Viskeur ikan/udang/biota air lainnya yang segar dan olahan. 2.5 % dari harga jual h. Pelayanan pendaratan kapal ikan: 1). Sandar/labuh kapal perikanan kapasitas sampai dengan 5 GT per hari / GT kapal 2). Sandar labuh kapal perikanan kapasitas di atas 5 GT perhari/gt kapal Rp. 500/hari/GT Kapal Rp. 1.000/hari/GT Kapal BAB VII WILAYAH PUNGUTAN Pasal 9 Wilayah pemungutan retribusi adalah Wilayah Daerah; BAB VIII SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 10 Masa Retribusi dan Saat Retribusi terutang adalah pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan; 7
BAB IX TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI Pasal 11 (1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan; (2) Hasil pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Peaturan Daerah ini disetor ke Kas Daerah melalui Bendahara khusus penerima; (3) Tata cara pemungutan retribusi diatur dengan Peraturan Kepala Daerah; BAB X SANKSI ADMINISTRASI Pasal 12 Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat waktu atau kurang membayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD; BAB XI TATA CARA PEMBAYARAN RETRIBUSI Pasal 13 (1) Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus; (2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan; (3) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur dengan Peraturan Kepala Daerah 8
BAB XII TATA CARA PENAGIHAN RETRIBUSI Pasal 14 (1) Surat teguran/surat peringatan / surat lainnya yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi segera dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran; (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/ Surat peringatan/ surat lain yang sejenis disampaikan, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang; (3) Surat Teguran/Surat Peringatan/Surat lainnya yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) pasal ini dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk; BAB XIII PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 15 (1) Kepala Daerah dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi; (2) Pengurangan, keringanan dan pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada pasal ini diberikan dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi; (3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Kepala Daerah; BAB XIV KADALUWARSA PENAGIHAN Pasal 16 (1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saatnya terutang retribusi kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi; (2) Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila : a. Diterbitkan surat teguran b. Ada pengakuan utang retribusi baik langsung maupun tidak langsung 9
BAB XV TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KADALUWARSA Pasal 17 (1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluarsa dapat dihapuskan ; (2) Kepala Daerah menetapkan keputusan penghapusan piutang retribusi daerah yang kadaluarsa sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini; BAB XVI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 18 Kepala Daerah dapat menunjuk pejabat tertentu untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini. BAB XVI KETENTUAN PIDANA Pasal 19 (1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah di ancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) ; (2) Tindak pidana sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran; BAB XVII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 20 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintahan Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah atau retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undangundang Hukum Acara Pidana yang berlaku; 0
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah dan retribusi; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi; e. melakukan pemggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi; g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan daerah dan retribusi; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau sanksi; j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi menurut hukum yang bertanggung jawab; (3) Penyidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui penyidik Pejabat Polisi Negara Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku; BAB XIX KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebuh lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah; 1
Pasal 22 Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palu. Ditetapkan di Palu pada tanggal 12 Juli 2005 WALIKOTA PALU Ttd SUARDIN SUEBO Diundangkan di Palu pada tanggal 14 Juli 2005 Plt.SEKRETARIS DAERAH KOTA PALU, Ttd H. ARIFIN H. LOLO, SH PEMBINA TINGKAT I NIP. 570 004 858 LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 7 TAHUN 2005 SERI C NOMOR 4 Disalin sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KOTA PALU Ttd R. NOLLY MUA, SH PEMBINA NIP. 570 006 277 2
I. KETENTUAN UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN USAHA PERIKANAN Pembangunan di bidang perikanan dan ekosistem di bidang ke lautan berperang sangat penting dan sangat startegis dalam pembangunan kesehatan dan pemenuhan gizi manusia, karena manusia adalah merupakan sumber daya pembangunan di Daerah, Derajat ke lestarian ekosistim kelautan sebagai sumber protein yang tinggi akan meningkatkan produktifitas masyarakat baik dari sudut kesehatan maupun ekonomi kerakyatan. Untuk menyeimbangkan pembangunan di bidang perikanan dan kelautan, salah satu upaya adalah pelayanan dan perlindungan terhadap masyarakat yang bergerak di area perikanan oleh Pemerintah Daerah, baik Teknis maupun Non Teknis masyarakat mendapat perlindungan teknis dan kepastian Hukum. Bentuk Pelayanan sebagaimana di atas, maka Pemerintah daerah melakukan pembinaan dan pengawasan karena itu retribusi pelayanan di bidang perikanan perlu di atur dalam Peraturan Daerah Kota Palu. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 3
Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 4