PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN HUKUM DAN PENYALURAN DANA BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (2), Pasal 16 ayat (2), dan Pasal 20 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 1 Tahun 2014 tentang Bantuan Hukum untuk Masyarakat Miskin, perlu menetapkan Peraturan Walikota Bima tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Bima di Propinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4118); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4288); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076); 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 6. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/ Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5272) 10. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang Pemberian Bantuan Hukum Gratis Bagi Orang Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5421); 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 12. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 9 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2014 ( Lembaran Daerah Tahun 2013 Nomor 142); 13. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 1 Tahun 2014 tentang Bantuan Hukum Untuk Masyarakat Miskin (Lembaran Daerah Kota Bima Nomor 146). MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA BIMA TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN HUKUM DAN PENYALURAN DANA BANTUAN HUKUM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Bima 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kota Bima. 3. Walikota adalah Walikota Bima. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bima. 5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bima. 6. Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum. 7. Penerima bantuan hukum adalah orang perseorangan atau sekelompok orang yang secara sosial ekonomi tergolong miskin yang menghadapi masalah hukum. 8. Pemberi Bantuan Hukum adalah badan hukum, lembaga masyarakat sipil, organisasi atau lembaga lainnya yang ditetapkan oleh walikota untuk memberikan bantuan hukum kepada penerima bantuan hukum. 9. Perkara adalah masalah hukum yang perlu diselesaikan. 10. Litigasi adalah proses penanganan Perkara hukum yang dilakukan melalui jalur pengadilan untuk menyelesaikannya. 11. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang selanjutnya disingkat APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 12. Verifikasi adalah pemeriksaan atas kebenaran persyaratan, laporan, pernyataan, dan/atau dokumen yang diserahkan oleh Pemberi Bantuan Hukum. 13. Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat. 14. Anggaran Bantuan Hukum adalah alokasi Anggaran Penyelenggaraan Bantuan Hukum kepada Pemberi Bantuan Hukum yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Walikota sebagai acuan pelaksanaan Bantuan Hukum.
BAB II TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Pasal 2 Pemberian bantuan Hukum bertujuan untuk: a. Membantu meringankan beban biaya yang harus ditanggung oleh anggota masyarakat miskin di pengadilan; b. Meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap keadilan melalui pemberian kesempatan yang sama untuk memperoleh pembelaan dan perlindungan hukum ketika berhadapan dengan proses hukum, c. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat miskin melalui penghargaan, pemenuhan dan perlindungan terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Pasal 3 (1) Bantuan Hukum diselenggarakan bagi masyarakat pencari keadilan yang secara ekonomi tidak mampu sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Pemberian bantuan hukum meliputi perkara Perdata maupun perkara pidana secara litigasi sampai selesai pada pemeriksaan di Pengadilan tingkat pertama. BAB III SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN HUKUM Bagian Kesatu Syarat Pemberi dan Penerima Bantuan Hukum Pasal 4 Pemberian Bantuan Hukum diselenggarakan oleh Walikota dan dilaksanakan oleh pemberi Bantuan Hukum. Pasal 5 (1) Bantuan Hukum diberikan oleh pemberi Bantuan Hukum kepada Penerima bantuan hukum. (2) Pemberi bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa Badan Hukum, Lembaga masyarakat sipil yang memiliki program bantuan hukum, Unit kerja bantuan hukum pada organisasi Advokat atau Lembaga konsultasi dan bantuan hukum pada Perguruan tinggi yang ditetapkan oleh Walikota. (3) Untuk dapat ditetapkan sebagai Pemberi bantuan Hukum, Badan Hukum, Lembaga masyarakat sipil yang memiliki program bantuan hukum, Unit kerja bantuan hukum pada organisasi Advokat atau Lembaga konsultasi dan bantuan hukum pada Perguruan tinggi sebagaimana dimaksud ayat (2), harus memenuhi syarat : a. Memiliki kantor atau Sekretariat tetap di Kota Bima. b. Memiliki Pengurus. c. Memiliki program bantuan hukum. d. Memiliki sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang Advokat yang berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun. Pasal 6 (1) Untuk dapat ditetapkan sebagai Pemberi bantuan hukum, maka Badan Hukum, Lembaga masyarakat sipil yang memiliki program bantuan hukum, Unit kerja bantuan hukum pada organisasi Advokat atau Lembaga konsultasi dan bantuan hukum pada Perguruan tinggi sebagaimana diatur dalam pasal 5 ayat (2) harus mengajukan permohonan kepada Walikota. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan : a. Surat bukti kepemilikan kantor tetap;
b. Susunan Pengurus yang ditandatangani pimpinan lembaga yang bersangkutan; c. Program kerja tahunan;dan d. Surat pernyataan kesediaan untuk memberikan bantuan hukum dari sekurangkurangnya 3 (tiga) orang advokat di atas materei 6.000 yang dilampiri dengan Copy kartu anggota organisasi advokat yang masih berlaku atau copy berita acara sumpah sebagai pengacara atau advokat yang sah. Pasal 7 (1) Walikota membentuk Tim khusus untuk menilai permohonan Badan Hukum, Lembaga masyarakat sipil yang memiliki program bantuan hukum, Unit kerja bantuan hukum pada organisasi Advokat atau Lembaga konsultasi dan bantuan hukum pada Perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (1) (2) Tugas tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Melakukan verifikasi administrasi dan faktual untuk memastikan kelengkapan, kebenaran dan keabsahan persyaratan sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (2) serta melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Walikota. Pasal 8 Berdasarkan laporan Tim Penilai sebagaimana dimaksud pasal 7 ayat (2) Walikota menetapkan Badan Hukum, Lembaga masyarakat sipil yang memiliki program bantuan hukum, Unit kerja bantuan hukum pada organisasi Advokat atau Lembaga konsultasi dan bantuan hukum pada Perguruan tinggi yang memenuhi persyaratan sebagai Pemberi bantuan hukum. Pasal 9 (1) Penerima Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (1) adalah penduduk Kota Bima orang perseorangan atau kelompok orang yang secara ekonomi tergolong miskin. (2) Untuk mendapatkan bantuan hukum, penerima bantuan hukum harus memenuhi syarat : a. Memiliki Kartu Tanda Penduduk kota Bima atau kartu identitas lainnya yang dapat membuktikan sebagai penduduk kota Bima atau telah menetap di Kota Bima sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun. b. Miskin yang dibuktikan dengan surat keterangan miskin dari Lurah, atau Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat, Bantuan Langsung Tunai, Kartu Beras Miskin, atau dokumen lain sebagai pengganti surat keterangan miskin. Bagian Kedua TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN HUKUM Pasal 10 (1) Pemberian Bantuan Hukum meliputi masalah hukum Keperdataan dan masalah hukum Pidana secara Litigasi. (2) Pemberian Bantuan Hukum masalah keperdataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk masalah hukum yang berada dalam kompetensi absolut Pengadilan Agama yang bersifat kontentiosa, kecuali perceraian (3) Bantuan hukum dalam masalah keperdataan hanya diberikan kepada Tergugat. Pasal 11 (1) Dalam hal-hal tertentu berdasarkan pertimbangan Pemberi bantuan hukum, bantuan hukum dalam perkara Perdata dapat diberikan kepada Penggugat. (2) Pemberian bantuan hukum kepada Penggugat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan persetujuan dari Walikota.
Pasal 12 (1) Dalam memberikan bantuan hukum kepada Penggugat Pemberi bantuan hukum wajib membantu Penerima bantuan hukum agar dapat dibebaskan dari biaya perkara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. (2) Dalam hal Pengadilan menolak permohonan untuk dibebaskan dari biaya perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), biaya perkara dibebankan pada Penerima bantuan hukum. Pasal 13 (1) Untuk mendapatkan bantuan hukum, penerima bantuan hukum harus mengajukan permohonan Bantuan Hukum secara tertulis kepada Pemberi Bantuan Hukum yang sekurang-kurangnya memuat identitas Pemohon dan uraian singkat mengenai pokok perkara yang dimintakan Bantuan Hukum. (2) Permohonan Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diajukan oleh yang berkepentingan sendiri atau diwakili oleh keluarganya dengan melampirkan : a. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau kartu identitas lainnya yang dapat membuktikan sebagai penduduk kota Bima yang disahkan oleh pejabat yang berwenang atau surat keterangan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan telah menetap di Kota Bima sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dari Lurah yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Pemohon. b. Surat keterangan miskin dari Lurah atau pejabat yang setingkat di tempat tinggal Pemohon atau Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat, Bantuan Langsung Tunai, Kartu Beras Miskin, atau dokumen lain sebagai pengganti surat keterangan miskin. c. Surat-surat atau dokumen pendukung lainnya berkenaan dengan Perkara yang dimintakan Bantuan Hukum. Pasal 14 a. Lurah atau pejabat yang setingkat wajib memberikan bantuan kepada orang perseorangan atau kelompok orang warganya yang memerlukan bantuan hukum. b. Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah berupa kemudahan untuk memperoleh surat keterangan sebagaimana dimaksud pada pasal 13 ayat (2) huruf a dan huruf b secara cepat dan tanpa memungut biaya. Pasal 15 (1) Pemohon Bantuan Hukum yang tidak mampu menyusun permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dapat mengajukan permohonan secara lisan. (2) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum diajukan secara lisan, Pemberi Bantuan Hukum menuangkan dalam bentuk tertulis. (3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditandatangani atau dicap jempol oleh Pemohon Bantuan Hukum. Pasal 16 (1) Pemberi Bantuan Hukum wajib memeriksa kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dalam waktu paling lama 1 (satu) hari kerja setelah menerima berkas permohonan Bantuan Hukum. (2) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum telah memenuhi persyaratan, Pemberi Bantuan Hukum wajib menyampaikan kesediaan atau penolakan secara tertulis atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak permohonan dinyatakan lengkap. (3) Dalam hal Pemberi Bantuan Hukum menyatakan kesediaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemberi Bantuan Hukum memberikan Bantuan Hukum berdasarkan surat kuasa khusus dari Penerima Bantuan Hukum.
(4) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum ditolak, Pemberi Bantuan Hukum wajib memberikan alasan penolakan secara tertulis dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak permohonan dinyatakan lengkap. Pasal 17 (1) Pemberian Bantuan Hukum dilakukan oleh Advokat yang disiapkan atau ditugaskan oleh Pemberi bantuan hukum.. (2) Pemberian Bantuan Hukum oleh Advokat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tidak menghapuskan kewajiban Advokat yang bersangkutan untuk memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang- Undangan. Pasal 18 (1) Pemberian Bantuan Hukum oleh Advokat kepada Penerima bantuan hukum dalam perkara Pidana dilakukan dengan cara: a. pendampingan dan/atau menjalankan kuasa yang dimulai dari tingkat penyidikan, dan penuntutan; dan b. pendampingan dan/atau menjalankan kuasa dalam proses pemeriksaan di persidangan. (2) Pemberian Bantuan Hukum oleh advokat kepada Penerima bantuan hukum dalam perkara Perdata dilakukan dengan cara: a. Mengupayakan penyelesaian perkara pemohon secara damai baik di dalam sidang pengadilan melalui forum mediasi maupun luar sidang pengadilan. b. pendampingan dan/atau menjalankan kuasa dimulai dari tingkat mediasi, penyusunan eksepsi/bantahan, duplik, pemeriksaan bukti surat dan saksi, kesimpulan sampai mendapatkan putusan pengadilan. Pasal 19 Dalam hal bantuan hukum diberikan kepada Penggugat sebagaimana dimaksud dalam pasal 11, maka bantuan bantuan hukum diberikan dengan cara pendampingan dan/atau menjalankan kuasa dimulai dari penyusunan gugatan dan permohonan untuk dibebaskan dari biaya perkara, pendaftaran perkara, pemeriksaan dan putusan atas permohonan dibebaskan dari biaya perkara, mediasi, replik, pemeriksaan bukti surat dan saksi, kesimpulan sampai mendapatkan putusan pengadilan. Pasal 20 (1) Pemberian Bantuan Hukum oleh Pemberi bantuan hukum atau advokat kepada penerima bantuan hukum harus dilakukan secara profesional sesuai dengan sumpah dan kode etik profesi Advokat. (2) Pemberi bantuan hukum atau advokat yang memberikan bantuan hukum kepada penerima bantuan hukum dilarang meminta atau menerima pembayaran dalam bentuk apapun dari penerima bantuan hukum. Pasal 21 Pemberian Bantuan Hukum oleh Pemberi Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum diberikan hingga masalah hukumnya/perkaranya selesai pada Pengadilan Tingkat Pertama. BAB III TATA CARA PENYALURAN DANA BANTUAN HUKUM Bagian Kesatu Dana Penyelenggaraan Bantuan Hukum
Pasal 22 Sumber pendanaan penyelenggaraan Bantuan Hukum dibebankan pada APBD dan dialokasikan melalui DPA DPPKAD Kota Bima. Pasal 23 (1) Pemberi bantuan hukum harus mengajukan permohonan dana bantuan hukum kepada Walikota yang dilampiri dengan proposal. (2) Proposal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat : a. Dasar Pemikiran. b. Tujuan. c. Rencana kegiatan. d. Rencana anggaran, dan e. Sumber dana yang diharapkan, baik dari APBD maupun dari sumber lain yang tidak mengikat. Pasal 24 (1) Dana bantuan hukum yang diberikan kepada masing-masing Pemberi bantuan hukum ditetapkan berdasarkan kelayakan proposal yang diajukan oleh masingmasing pemberi bantuan hukum dan perkiraan jumlah perkara yang akan diberikan bantuan hukum dalam satu tahun anggaran dikali dengan standar biaya bantuan yang ditetapkan dalam peraturan ini. (2) Standar biaya bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar Rp. 6.500.000 (Enam juta lima ratus ribu rupiah) untuk satu perkara. (3) Dana bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan biaya pendamping, bukan uang jasa atau honorarium professional advokat. Pasal 25 (1) Walikota menetapkan besarnya dana bantuan hukum yang diberikan kepada masing-masing Pemberi bantuan hukum. (2) Penetapan Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan plafon tertinggi dana bantuan hukum yang dapat diberikan kepada masing-masing Pemberi bantuan hukum. Pasal 26 (1) Walikota dan Pemberi Bantuan Hukum menindaklanjuti penetapan Walikota sebagaimana dimaksud pada Pasal 25 dengan membuat perjanjian pelaksanaan Bantuan Hukum. (2) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat ketentuan : a. Identitas Pemberi dan penerima dana bantuan b. Tujuan Pemberian bantuan. c. Besaran/rincian penggunaan dana bantuan d. Hak dan kewajiban e. Tata cara penyaluran/penyerahan dana bantuan. f. Tata cara Pelaporan. (3) Walikota dapat menunjuk pejabat lain yang diberi wewenang untuk menandatangani perjanjian pelaksanaan bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Bagian Kedua PELAKSANAAN ANGGARAN BANTUAN HUKUM
Pasal 27 Pemberi Bantuan Hukum melaksanakan Bantuan Hukum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam perjanjian pelaksanaan Bantuan Hukum dan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan. Pasal 28 Penyaluran dana Bantuan Hukum kepada Pemberi Bantuan Hukum dilakukan melalui 2 (dua) tahap sebagai berikut : a. Tahap pertama paling banyak sebesar 50% diberikan setelah penandatanganan perjanjian pemberian bantuan hukum. b. Tahap kedua diberikan secepat-cepatnya 5 (lima) bulan setelah pemberian bantuan tahap pertama. Pasal 29 (1) Penyaluran dana bantuan hukum tahap kedua hanya dapat dilakukan setelah Pemberi bantuan hukum menyampaikan lamporan penggunaan dana bantuan hukum yang diberikan tahap pertama mencapai 80%. (2) Laporan penggunaan dana bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus melampirkan paling sedikit: a. Salinan putusan Pengadilan tingkat pertama terhadap Perkara yang diberikan bantuan hukum; dan b. Perkembangan Perkara yang sedang dalam proses penyelesaian. Bagian Ketiga LAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN Pasal 30 (1) Pemberi Bantuan Hukum mengelola secara tersendiri dan terpisah administrasi keuangan pelaksanaan Bantuan Hukum dari administrasi keuangan organisasi Pemberi Bantuan Hukum atau administrasi keuangan lainnya. (2) Pemberi Bantuan Hukum bertanggungjawab secara formil dan materil terhadap penggunaan dana bantuan hukum yang diterimanya. Pasal 31 (1) Pemberi Bantuan hukum selaku penerima dana bantuan hukum wajib menyampaikan Laporan pertanggujawaban atas Penggunaan dana bantuan hukum yang diterimanya kepada Walikota melalui Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD). (2) Laporan Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Laporan Penggunaan dana bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada pasal 28 ayat (1) dan ayat (2). b. Surat Pernyataan tanggungjawaban yang menyatakan bahwa dana bantuan hukum yang diterima telah dipergunakan sesuai dengan Perjanjian pelaksanaan bantuan hukum. c. Bukti-bukti berkenaan dengan perkara yang telah diberikan bantuan hukum dan bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap (1) Laporan Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b disampaikan kepada Walikota melalui Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) selambat-lambatnya pada tanggal 15 Januari tahun anggaran berikutnya. (2) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c disimpan oleh Pemberi bantuan hukum sebagai objek pemeriksaan.
BAB IV PENGAWASAN Pasal 32 (1) Walikota melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan bantuan hukum dan penggunaan dana bantuan hukum oleh Pemberi bantuan hukum. (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara teknis dilaksanakan oleh Unit kerja yang tugas dan fungsinya terkait dengan pemberian Bantuan Hukum pada Pemerintah Daerah. Pasal 33 Dalam melakukan pengawasan, Unit kerja sebagaimana dimaksud pada pasal 32 ayat (2) dapat melakukan tindakan : a. Melakukan Pemantauan terhadap pelaksanaan bantuan hukum dan penggunaan dana bantuan hukum oleh pemberi bantuan hukum. b. Menerima laporan dari penerima bantuan hukum dan/atau masyarakat tentang adanya dugaan pelanggaran tata cara pemberian bantuan hukum dan/atau penggunaan dana bantuan hukum oleh pemberi bantuan hukum. c. Memanggil Pemberi bantuan hukum untuk dimintai keterangan dan/atau melakukan klarifikasi terhadap laporan dari penerima bantuan hukum dan/atau masyarakat. d. Memutuskan ada atau tidaknya pelanggaran yang dilakukan oleh pemberi bantuan hukum dan mengusulkan sanksinya kepada Walikota. BAB IV SANKSI ADMINISTRASI Pasal 34 (1) Pemberi Bantuan Hukum yang tidak melaksanakan pemberian Bantuan Hukum sebagaimana diatur dalam perjanjian pelaksanaan bantuan hukum dan peraturan Walikota ini dikenakan sanksi administrasi. (2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah berupa : a. Teguran tertulis b. Penghentian pemberian Anggaran Bantuan Hukum; dan/atau c. Pemberhentian sebagai Pemberi Bantuan Hukum. (3) Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan oleh Unit kerja yang tugas dan fungsinya terkait dengan pemberian Bantuan Hukum pada Pemerintah Daerah atas nama walikota. (4) Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruh c, dilakukan oleh Walikota dengan surat keputusan. Pasal 35 Dalam hal Pemberi bantuan hukum dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada pasal 34 ayat (2) huruf b dan huruf c, Pemberi bantuan hukum wajib mengembalikan dana bantuan hukum yang belum digunakannya kepada kas daerah. Pasal 36 Walikota dapat menunjuk Pemberi Bantuan Hukum lain untuk mendampingi dan/atau menjalankan kuasa Penerima Bantuan Hukum.
BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 37 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Bima. Diundangkan di Raba-Bima Pada tanggal 16 Juli 2014 SEKRETARIS DAERAH KOTA BIMA, ttd MUHAMMAD RUM Ditetapkan di Kota Bima pada tanggal 16 Juli 2014 WALIKOTA BIMA, ttd M. QURAIS H. ABIDIN BERITA DAERAH KOTA BIMA TAHUN 2014 NOMOR 187