BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa yang lalu, obesitas (kegemukan) diartikan dengan sehat, makmur, subur, dan bahkan dapat meningkatkan prestise (gengsi) seseorang. Akan tetapi, sekarang ini, mempunyai tubuh langsing menjadi idaman setiap orang. Obesitas sering dianggap sebagai penyakit yang khusus ditemukan pada orang-orang di usia pertengahan yaitu sekitar 40 tahun. Akan tetapi, obesitas dapat diderita setiap orang tanpa melihat berapapun usia dan jenis kelamin (Moehyi, 1995). Obesitas dianggap tidak menguntungkan baik dari segi estetika (terutama untuk wanita) maupun kesehatan, karena dapat menyebabkan berbagai macam penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, kegagalan jantung, penyakit arteria koroner, perlemakan hati, keluhan sendi, kanker, hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, dan batu empedu. Hal ini disebabkan karena fungsi organ organ penting terhambat akibat terdapat penumpukan lemak yang berlebihan (Wirakusumah, 2001; Misnadiarly, 2007). Pencegahan dan pengobatan obesitas dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan pengaturan makanan (diet), melakukan aktivitas fisik, menggunakan produkproduk pelangsing, akupunktur, pembedahan dan psikoterapi (Wirakusumah, 2001; Misnadiarly, 2007). 1
2 Beberapa obat yang bekerja sebagai pelangsing memiliki mekanisme berbedabeda seperti menghilangkan selera makan seperti amphetamin, fenfluramin, deksfenfluramine, dan sibutramin, menghambat penyerapan lemak seperti orlistat, meningkatkan pengeluaran energi yaitu efedrin, kafein, dan tiroksin. Akan tetapi, obat fenfluramin tidak digunakan lagi, karena dapat menyebabkan kelainan pada katub jantung, sedangkan pada efedrin, kafein, dan tiroksin dapat menimbulkan efek samping pada jantung dan menyebabkan ketagihan, dan pada penggunaan amphetamin juga dilarang karena dapat menyebabkan ketagihan (Guyton, 1997; Ganong, 2003). Obat tradisional juga dapat digunakan untuk mengobati obesitas. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan obat tradisional juga memiliki beberapa kelemahan yaitu manfaat yang belum secara jelas diketahui, dan juga penggunaan dosis yang kurang tepat, sehingga khasiat dan keamanan kurang jelas. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian lebih lanjut (Fudholy,2001). Beberapa tanaman yang sudah diteliti dan terbukti bisa bersifat sebagai anti obesitas salah satunya adalah ekstrak rimpang kunci pepet (Irawati, 2006), dan ekstrak daun jati belanda (Putong, 2007). Kedua tanaman ini, mengandung senyawa saponin yang bekerja dengan cara berikatan dengan asam empedu dan kolesterol, sehingga dapat mengakibatkan penurunan berat badan (Arnelia, 2007). Buah mentimun juga mengandung saponin dan dinyatakan secara empiris dapat berfungsi sebagai anti obesitas (Rahman,2007).
10 Beberapa penelitian secara ilmiah buah mentimun adalah anti kalkuli dari campuran ekstrak buah pare dan buah ketimun dalam bentuk sediaan granul dengan metode induksi kalkuli yang kemudian diberi sediaan 20% dengan hasil yang diperoleh terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok yang diberi air suling dengan sediaan granul dan furosemid (Sumi, 2005), menurunkan tekanan darah normal pada wanita dewasa dengan cara pemberian jus buah ketimun setiap hari dengan hasil penurunan tekanan darah pada dosis 600 gram (Yulius, 2003), anti oksidan terhadap perlindungan kerusuhan membran sel akibat pemberian asap rokok dengan cara tikus putih diberi asap rokok sebanyak 3 batang dalam 5 menit kemudian diberi perasan buah ketimun, penelitian ini dilakukan selama 30 hari dengan hasil terdapat perbedaan bermakna antara kontrol dengan pemberian sari ketimun (Santoso, 2003). Sedangkan penelitian secara ilmiah tanaman mentimun adalah ekstrak daun dan batang pada family cucurbitaceae yang berkhasiat sebagai anti adipogenik dan anti obesitas. Pemberian ekstrak komponen alcohol pada mentimun yang mengandung glycosida,asam kafeic dan cucurbitacin dengan dosis 0,001-100mg/kg bb/hari memberikan hasil potensial terhadap penurunan berat badan antara 0,0001-1% berat badan (Jin, 2007). Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian tentang buah mentimun sebagai anti obesitas belum diteliti secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan mencit sebagai hewan coba dan sibutramin sebagai pembanding.
11 1.2. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka masalah penelitian dapat di rumus kan sebagai berikut: 1. Apakah pemberian jus buah mentimun secara oral dapat menurunkan nafsu makan mencit? 2. Apakah pemberian jus buah mentimun secara oral dapat menurunkan berat badan mencit? 3. Apakah ada hubungan antara peningkatan dosis jus buah mentimun secara oral dengan peningkatan efek penurunan berat badan dan nafsu makan mencit? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh pemberian jus buah mentimun secara oral (pada berbagai dosis) terhadap berat badan dan nafsu makan mencit 1. Membuktikan bahwa pemberian jus buah mentimun secara oral dapat menurunkan nafsu makan mencit. 2. Membuktikan bahwa pemberian jus buah mentimun secara oral dapat menurunkan berat badan mencit. 3. Membuktikan bahwa ada hubungan antara peningkatan dosis jus buah mentimun secara oral dengan peningkatan efek penurunan berat badan dan nafsu makan mencit.
12 1.4. Hipotesis Penelitian 1. Pemberian jus buah mentimun secara oral dapat menurunkan nafsu makan mencit. 2. Pemberian jus buah mentimun secara oral dapat menurunkan berat badan mencit. 3. Terdapat hubungan antara peningkatan dosis jus buah mentimun secara oral dengan peningkatan efek penurunan berat badan dan nafsu makan mencit. 1.5. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi masukan yang bermanfaat kepada masyarakat luas mengenai manfaat dari jus buah mentimun untuk menurunkan nafsu makan dan berat badan, sehingga dapat memberikan nilai tambah terhadap manfaat jus buah mentimun sebagai bahan obat.