PENGURANGAN RESIKO TRIP PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA SEBAGAI PENGGERAK BLOWER

dokumen-dokumen yang mirip
MENENTUKAN LAJU ALIR BAHAN BAKAR GAS, AIR DAN UDARA YANG OPTIMAL PADA STEAM GENERATOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air dingin ( Chiller water ) merupakan air dingin yang di hasilkan

PETUNJUK PRAKTIKUM MESIN KAPAL JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING

ANALISA PENGARUH BESAR NILAI KAPASITOR EKSITASI TERHADAP KARAKTERISTIK BEBAN NOL DAN BERBEBAN PADA MOTOR INDUKSI SEBAGAI

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH

LISTRIK GENERATOR AC GENERATOR DAN MOTOR

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar

BAB I PENDAHULUAN. Dengan ditemukannya Generator Sinkron atau Alternator, telah memberikan. digunakan yaitu listrik dalam rumah tangga dan industri.

BAB I PENDAHULUAN I-1

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI

Karakteristik Kerja Paralel Generator Induksi dengan Generator Sinkron

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

BAB I PENDAHULUAN. diaplikasikan dalam dunia industri dan juga dalam rumah tangga. Motor ini

Standby Power System (GENSET- Generating Set)

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERBANDINGAN REGULASI TEGANGAN GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI TANPA MENGGUNAKAN KAPASITOR KOMPENSASI DAN DENGAN MENGGUNAKAN KAPASITOR

PENAMBAHAN PENGAMAN MOTOR LISTRIK DENGAN SENSOR SUHU IC LM 135

BAB I PENDAHULUAN. hasil yang diperoleh semakin baik dan sesuai dengan yang diinginkan.

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis.

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL)

BAB I PENDAHULUAN. tidak berputar) dan kumparan jangkar disebut rotor (bagian yang berputar)

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP TORSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu kondisi tertentu motor harus dapat dihentikan segera. Beberapa

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. listrik dimana generator atau pembangkit digerakkan oleh turbin dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu perkembangan pengaplikasian teknologi yang telah lama

PERANCANGAN MINI GENERATOR TURBIN ANGIN 200 W UNTUK ENERGI ANGIN KECEPATAN RENDAH. Jl Kaliurang km 14,5 Sleman Yogyakarta

SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI 3 PHASE 200 KW SEBAGAI PENGGERAK POMPA HYDRAN (ELECTRIC FIRE PUMP) SURYA DARMA

PEMANFAATAN TENAGA MEKANIK MOTOR INDUKSI PADA MESIN PRESS SEBAGAI PENGGERAK GENERATOR

MESIN ASINKRON. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan.

ANALISA PENGARUH SATU FASA ROTOR TERBUKA TERHADAP TORSI AWAL, TORSI MAKSIMUM, DAN EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

ANALISA EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA PADA POMPA SIRKULASI PENDINGIN GENERATOR DI PT. PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG

Studi Komparatif Arus Asut Motor Induksi Tiga Fasa Standar NEMA Berdasarkan Rangkaian Ekivalen Dan Kode Huruf

I. PENDAHULUAN. EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 2 Mei 2015; 47-52

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

Gerak translasi ini diteruskan ke batang penghubung ( connectiing road) dengan proses engkol ( crank shaft ) sehingga menghasilkan gerak berputar

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing,

MOTOR INDUKSI 1. PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 2. JENIS JENIS MOTOR LISTRIK

BAB 2 TEORI DASAR Jaringan Listrik Mikro

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

BAB I PENDAHULUAN. seperti penerangan rumah, elektronik, hingga keperluan dalam perindustrian

PENGARUH POSISI SIKAT TERHADAP WAKTU PENGEREMAN PADA MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN SHUNT DENGAN METODE DINAMIS

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum )

1 BAB I PENDAHULUAN. energi alternatif yang dapat menghasilkan energi listrik. Telah diketahui bahwa saat

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK ANALISA PENGHEMATAN POMPA AIR DIHOTEL SANTIKA SEMARANG. Jalan Prof. Sudharto S.H Tembalang, Semarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian peralatan listrik seperti komputer, lampu hemat energi (LHE),

MOTOR BAKAR PENGERTIAN DASAR. Pendahuluan

PENENTUAN KAPASITAS MOTOR INDUKSI 3 FASA YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PENGGERAK MESIN SLURRY PUMPS FC PM-4A DI PT. PERTAMINA (PERSERO) RU III PLAJU

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK

Apa itu Kontaktor? KONTAKTOR MAGNETIK / MAGNETIC CONTACTOR (MC) 11Jul. pengertian kontaktor magnetik Pengertian Magnetic Contactor

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR PADA KETEL UAP

ANALISIS EFISIENSI MOTOR INDUKSI PADA KONDISI TEGANGAN NON RATING DENGAN METODE SEGREGATED LOSS

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

RANCANGAN BANGUN PENGUBAH SATU FASA KE TIGA FASA DENGAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. generator. Steam yang dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air

Metode Penghematan Energi Listrik dengan Pola Pengaturan Pembebanan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi bidang otomotif berkembang sangat pesat mendorong

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang memadai untuk melayani proses yang berlangsung di dalamnya.

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

PENGARUH BENTUK GELOMBANG SINUS TERMODIFIKASI (MODIFIED SINE WAVE) TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI SATU FASA

BAB III SISTEM PLTGU UBP TANJUNG PRIOK

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK. PENGAMAN BEBAN LEBIH (Thermal Over Load Relay / TOLR)

Penentuan rating motor induksi dan karakteristik beban Pemilihan mekanisme pengontrolan

PENGEREMAN DINAMIK PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB I PENDAHULUAN. utama dari sebagian besar bidang teknik tenaga listrik adalah untuk menyediakan

STUDI EKSPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR MODEL WATER HEATER KAPASITAS 10 LITER DENGAN INJEKSI GELEMBUNG UDARA

SMK Negeri 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENGENAL SISTEM PENGENDALI KONTAKTOR

BAB II GENERATOR SINKRON

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pendukung di dalamnya masih tetap diperlukan suplai listrik sendiri-sendiri.

OPTIMASI NILAI SETELAN EFEKTIF RELE TERMAL SEBAGAI PENGAMAN MOTOR LISTRIK TERHADAP BEBAN LEBIH

Memahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia

ALAT PEMBAGI TEGANGAN GENERATOR

EFISIENSI MOTOR INDUKSI 3 FASA SEBAGAI PENGGERAK TURBINE ENCLOSURE FAN PADA PLTG LM6000 WIKA BORANG

1. Bagian Utama Boiler

PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY

BOILER FEED PUMP. b. Pompa air pengisi yang menggunakan turbin yaitu : - Tenaga turbin :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

Analisis Perbandingan Besarnya Arus Start Motor Induksi Berkapasitas Besar Terhadap Jatuh Tegangan Bus

RANCANG BANGUN SIMULAOTOR PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20 DR-A

ANALISIS PERBANDINGAN TORSI START

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL

KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN

Transkripsi:

ENGURANGAN RESIKO TRI ADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA SEBAGAI ENGGERAK BLOWER ) Azriyenni, ) aulus S, Lulus B ) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Riau Kampus Bina Widya anam, ekanbaru Telp:+6-76-66595,Fax:+6-76-66596 E-mail: yen_azri@yahoo.com ) Jurusan Teknik Elektro, STT ekanbaru Jl. Dirgantara no 4, Arengka Raya, ekanbaru Telp:+6-76-685 Abstrak Motor Induksi tiga fasa digunakan sebagai penggerak blower pada generator uap dimana kinerjanya sangat dipengaruhi oleh buka-tutup louver. Louver adalah alat untuk mengatur volume udara yang keluar dari blower ke ruang pembakaran. Dalam aplikasinya blower mempunyai dua cara untuk membatasi volume udara, yaitu: dengan menggunakan louver sebagai penghalang dan dengan mengatur kecepatan putaran motor. Dalam tulisan ini akan membahas mengenai cara membatasi volume udara dikeluarkan dari louver, jika hal ini dilakukan maka arus motor akan terpengaruh. Hal ini akan menimbulkan rugi-rugi tembaga dan pengurangan resiko trip pada motor induksi tiga fasa. Oleh karena itu, untuk mengurangi resiko trip dapat menjaga kestabilan arus agar tidak mencapai nilai arus menjadi tinggi. Sehingga hasil yang diharapkan bahwa dengan mengatur posisi louver dapat menjaga steam quality (S) dan efesiensi motor. Maka daya yang digunakan untuk menggerakkan motor akan lebih rendah dan motor tidak selalu beroperasi dalam keadaan beban penuh. Kata kunci : blower, louver, motor induksi tiga fasa, resiko trip, steam quality. endahuluan Generator uap (GU) adalah sebuah mesin penghasil uap panas yang berasal dari air yang dipanaskan. Didalam GU terdapat ruang pembakaran yang sekelilingnya tersusun pipa-pipa saluran air. Didalam pipa tersebut terjadi perpindahan panas, pipapipa tersebut mendapat pemanasan dari api pembakaran sehingga air yang mengalir didalamnya akan ikut panas hingga berubah bentuk menjadi uap. rinsip Kerja GU dapat dilihat pada gambar dimana tujuannya adalah merubah air menjadi uap, untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan sebagai berikut : a) Air yang berasal dari fasilitas pengolahan air atau Water Treating lant (WT) dipompakan ke pre heater dengan tujuan untuk melakukan pemanasan awal, dimana air yang pada awalnya mempunyai temperatur sekitar 75 0 F 85 0 F berubah menjadi sekitar 0 0 F 50 0 F.

b) Setelah melewati pre heater, air mengalir menuju convection section. Di dalam convection section, terjadi proses pemanasan yang berasal dari sisa gas buang sehingga temperatur air mencapai 540 0 F. c) Air dari convection section ini akan mengalir menuju radiant section. Di dalam radiant section terjadi pemanasan kembali yang berasal dari pembakaran burner, sehingga air tersebut akan berubah menjadi uap dengan temperatur 500 0 F 50 0 F. d) Uap kemudian dialirkan ke sumur injeksi melalui steam distribution line. Gambar. Arah aliran air pada GU [] Kualitas uap atau Steam uality (S) adalah presentase air yang telah diubah menjadi uap. resentase 74% 75% sudah melalui tahapan teknis. Dasar pertimbangannya adalah bahan baku air yang digunakan berasal dari hasil samping pengolahan produksi minyak, sehingga masih banyak mineral yang terkandung didalam air. Jika S terlalu kering/tinggi, maka mineral-mineral yang terkandung di air bisa menimbulkan kerak pada pipa. Jika S basah/rendah bisa mengakibatkan pengikisan pada permukaan dalam pipa. Untuk menentukan S menggunakan persamaan : TDSin S = 00% () TDSout Dimana : TDS = Total Disolve Solid TDSin = air yang akan berubah jadi uap TDSout = air yang telah berubah jadi uap

Untuk menentukan nilai TDS dengan menggunakan alat ukur TDSmeter. Tinjauan ustaka Motor induksi tiga fasa merupakan motor AC yang paling banyak dan paling luas dipakai sebagai alat pengerak bagi keperluan industri. Motor induksi tiga fasa berputar relatif stabil pada berbagai daya. Konstruksi motor induksi terdiri dari bagian utama, yaitu stator (bagian yang bergerak terhubung ke sumber tegangan) dan rotor (bagian bergerak). Motor bekerja dengan merubah energi listrik menjadi energi mekanik. ada proses ini, motor akan kehilangan sebagian energi yang digunakan. Gambar. Energi Motor yang hilang Efisiensi motor ditentukan oleh kehilangan dasar yang bisa dikurangi dengan cara merubah rancangan motor dan kondisi operasi. Jenis kehilangan ini bisa dilihat pada tabel berikut : Tabel. Jenis kehilangan pada motor induksi [4] Jenis Kehilangan ersentase kehilangan total (00%) Kehilangan tetap atau kehilangan inti 5 Kehilangan variabel: kehilangan stator I R 34 Kehilangan variabel: kehilangan rotor I R Kehilangan gesekan & penggulungan ulang 5 Kehilangan daya yang menyimpang 5 ada aplikasi blower, terdapat istilah tahanan sistem yang merupakan jumlah kehilangan tekanan statis dalam sistem. Tahanan sistem merupakan fungsi pola susunan saluran, pengambilan, lengkungan dan penurunan tekanan yang melintasi peralatan. Tahanan sistem bervariasi terhadap kuadrat volume aliran udara

yang memasuki sistem. Sehingga, tahanan sistem akan meningkat jika volume udara meningkat, begitu pula sebaliknya. Karakteristik blower dapat dinyatakan dalam bentuk kurva blower (blower curves). Yaitu, suatu kurva kinerja yang menggambarkan pengaruh kecepatan putaran (N) terhadap volume udara yang dialirkan (). Gambar 3. Kurva kinerja blower Blower bekerja berdasarkan kecepatan putaran, daya dan tekanan. erubahan kecepatan putaran (N) akan memperkirakan perubahan kenaikan tekanan dan daya yang diperlukan untuk mengoperasikan blower pada kecepatan putaran (N) yang baru. Kinerja blower dilihat berdasarkan efisiensinya, maka diperlukan beberapa parameter pengukuran termasuk kecepatan udara, tekanan, volume dan daya yang dipergunakan motor untuk menggerakkan blower. Untuk menghitung volume udara dapat menggunakan persamaan : =ν A () Dimana :. = Volume udara (feet 3 /menit) v = Kecepatan udara (feet/menit) A = Luas bidang (feet ) Untuk menghitung luas bidang (A) harus diketahui diameter salurannya, setelah itu menggunakan persamaan berikut : A = 0,785. D (3) Dimana : D = Diameter saluran (inci) Selanjutnya untuk mengetahui efisiensinya menggunakan persamaan

Dimana : pa η = 00% (4) 33000 = Volume udara (feet 3 /menit) p a = Tekanan udara (lb/feet ) = Daya (H) Gambar 4. Kurva kecepatan, tekanan dan daya blower Dari gambar 4, diperoleh tiga hukum mengenai blower : N = (5) N S S N = N (6) N = N 3 Dimana : = Volume udara yang dialirkan S = Tekanan statis = Daya N = Kecepatan putaran (7) 3. Metode enelitian Metode yang dilakukan adalah metode eksperimen yaitu dengan menurunkan aliran udara dari ke, dengan metode sebagai berikut :

Metode I, adalah dengan membatasi aliran udara dengan menutup sebagian damper dalam sistem. Sehingga menimbulkan kurva kinerja sistem yang baru (SC ) dimana tekanan yang dikehendaki lebih besar untuk aliran udara yang diberikan. Blower akan beroperasi pada titik B. Dimana aliran udara turun menjadi dan tekanan meningkat menjadi (seperti pada gambar 3). Metode II, adalah dengan menurunkan kecepatan putar dari N ke N, dengan tetap menjaga damper terbuka penuh. Blower akan beroperasi pada titik C dimana akan diperoleh aliran udara yang sama namun mempunyai tekanan 3 yang lebih rendah (seperti pada gambar 3). Kemudian pengukuran daya masuk dilakukan tiga tahap, yaitu : Tahap. Menentukan daya masuk dengan menggunakan persamaan berikut : 3 V I cosϕ = (8) 000 Tahap. Menentukan nilai daya dengan mengambil nilai di name plate atau dengan menggunakan persamaan berikut : 0,7457 = (9) η inf l rating Dimana : infl rating r = Daya masuk pada beban penuh (kw) = Daya yang tertera di name plate (H) Tahap 3. Menghitung daya i o = 00% (0) inf l Dimana : o i infl = Daya keluar yang dinyatakan dalam % kecepatan daya = Daya tiga fasa (kw) = Daya Masuk pada beban penuh (kw) 4. Hasil dan embahasan ada eksperimen buka tutup louver ini dilakukan pada salah satu unit GU yang berada di Central Steam Station Area 4 DSF. Sebelum melakukan eksperimen ini, unit GU sudah beroperasi normal selama tiga hari dan tidak ada permasalahan dalam

masa operasinya. Tabel berikut adalah hasil eksperimen berdasarkan buka tutup louver. Tabel. engambilan data-data motor Dari hasil eksperimen didapatkan bahwa untuk mendapatkan S 74% masih dalam toleransi cukup membutuhkan 90% posisi louver terbuka. Kemudian untuk menghitung parameter-parameter pada motor induksi dan blower, ada beberapa parameter lain yang perlu diketahui, seperti luas saluran udara, kecepatan angin. Dengan diketahui bahwa saluran udara mempunyai diameter masuk inci dan diameter luar 4 inci, maka sesuai dengan persamaan A = 0,785. D, maka didapatkan : A = 0,785 (4) maka : A = 3,4 feet (luas saluran luar blower adalah 3,4 ft ). Untuk spesifikasi blower didapatkan data-data dari tabel 3 seperti berikut ini : Tabel 3. Spesifikasi blower berdasarkan kerja motor ada kinerja motor 00%, = 0 osi (ounce square inch) Volume udara yang dihembuskan () adalah 0800 feet 3 /menit dan luas saluran (A) adalah 3,4 feet maka : v = A

3 0800 feet / m v = = 3439, 5 feet/menit 3,4 feet Kecepatan angin pada saat motor bekerja 00% adalah 3439,5 feet/menit di dalam saluran udara seluas 3,4 feet. Maka Energi yang digunakan untuk menggerakkan blower W = 8,6 3439, 5 = 9700,7 lb feet/mnt = 9,45 H 30H (daya mekanis blower). Untuk menghitung daya elektrik motor dioperasikan dalam kondisi tanpa beban. Berdasarkan data yang didapat, diketahui : V = 460 V, I = 35 A, cos = 0, 4 maka sesuai dengan persamaan (8) didapatkan : 3 460 35 0,4 = =,54 kw = 4,9 H 5 H (daya elektrik) 000 Maka daya yang dibutuhkan motor untuk menggerakkan blower adalah : total = 30 + 5 = 45 H (saat louver terbuka 00%) Dari hasil eksperimen, untuk mendapatkan S 74% cukup membutuhkan 90 % posisi louver terbuka, maka luas bidang saluran udara menjadi : A = 0,9 x 3, 4 feet =, 86 feet. Untuk menghitung daya yang dibutuhkan, maka menggunakan persamaan (7). Karena kecepatan putaran motor tidak mengalami perubahan maka persamaan tersebut menjadi =. v Fv Karena Daya yang dicari adalah daya mekanis, maka sesuai dengan persamaan F = dan F = F. Jumlah volume yang dipindahkan akan selalu sama, A A maka =, Jika luas saluran berubah maka kecepatan angin juga akan berubah. Semakin kecil luas saluran maka kecepatan angin akan semakin besar, Mengacu kepada persamaan () didapatkan = A v = A v, Sehingga ketika =, persamaan sebelumnya akan menjadi F F =. A A Maka : 8,6,86 F = = 54,34 lb 3,4 Sehingga kerja blower pada saat louver terbuka pada kondisi 90% adalah 54,34 lb.

Daya motor pada kondisi S = 74% berdasarkan nilai dari hasil eksperimen posisi louver membuka 90%. Data motor name plate : V = 460 V, I = 6 A, Cos = 0,8. Maka daya didapatkan :.73 460 6 0,8 = = 39,57 kw = 5,9 H 000 Daya yang terukur pada saat louver terbuka 90 % adalah 5,9 H. Jika motor yang terpasang adalah 50 H, maka : = (5,9/50) x 00% = 05,8% Motor sudah beroperasi 05, 8 % pada saat louver baru terbuka 90%. Berdasarkan hasil perhitungan pada saat S = 74%, didapatkan daya yang terukur adalah 5,9 H. Sedangkan daya yang digunakan adalah 4,5 H. Maka untuk 4,5 menghitung efisiensi motor adalah : η = 00% = 78,37 % 5,9 Berdasarkan hasil pengukuran pada tabel 4, dapat dihitung nilai efisiensinya sesuai dengan tabel dibawah. Tabel 4. engaruh buka tutup louver terhadap efisiensi motor Dari tabel diatas didapatkan, bahwa efisiensi motor dipengaruhi oleh perubahan mekanis louver. Semakin besar louver terbuka, semakin tinggi efisien motor. erubahan louver berpengaruh terhadap kerja motor. Dari hasil eksperimen dan perhitungan dapat diketahui bahwa dengan membuka-menutup louver maka akan terjadi perubahan volume udara. Semakin besar luas saluran udaranya, maka volumenya juga semakin besar sehingga motor akan bekerja lebih berat. S sangat dipengaruhi oleh buka tutup louver. Semakin menutup louver, maka S akan semakin

kecil. Untuk mendapatkan S yang diharapkan, yaitu 74 % maka louver harus terbuka 90 % sampai 00 %. Untuk mendapatkan S yang sesuai, motor harus bekerja diatas 00 %. ada saat louver terbuka 90% maka motor sudah bekerja pada kondisi 05,8%. Hal ini mengakibatkan motor akan cepat panas, karena arusnya yang tinggi. ada saat louver terbuka 00 %, arus motor melebihi seting thermal over load relay yang terpasang sehingga bisa menyebabkan trip. 5. Kesimpulan Berdasarkan data-data yang diambil dan perhitungan yang sudah dilakukan maka dapat disimpulkan :. Daya motor yang terpasang sesuai untuk memutar bebannya. Meskipun motor beroperasi diatas 00 %, hal tersebut masih dalam batas toleransi kerja.. erubahan louver linier terhadap arus motor, efisiensi motor dan S. Semakin lebar louver terbuka maka arus motor, efisiensi motor dan S juga semakin besar. 3. ada kondisi louver membuka 90 %, S terjaga pada kondisi 74%. 4. Trip akan terjadi pada saat louver terbuka 00%. Karena arus yang mengalir melebihi nilai seting thermal over load relay yang terpasang. 6. Daftar ustaka [] Operator Certification Manual 3. 00. Steam Generator. T CI. [] Operator & Technician Certification Electrical 4. Motor and Control. 006. T CI. Hal 06 6. [3] Marathon Electric Mfg Corp. 003. Operation & Maintanance Instruction. Marathon Electric Motor Instalation. [4] Joe Evans. 00. The Three hase Induction Motor. [5] NEC code. 008 [6] Fadillah K dan Wurdono 999. Instalasi Motor-motor listrik jilid. Angkasa. Bandung [7] Fadillah K dan Wurdono. 999. Instalasi Motor-motor listrik jilid. Angkasa. Bandung. [8] arekh R. 003. AC Induction Motors Fundamentals. Microchip Technology Inc.