Pemeriksaan Urine Metode Carik Celup

dokumen-dokumen yang mirip
Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori :

RUMAH BIRU (BIOETANOL URIN MANUSIA) Dari Masyarakat Untuk Masyarakat Oleh : Benny Chandra Monacho

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns

Melakukan Uji Protein Urin

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

SISTEM EKSKRESI MANUSIA 1: REN. by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Struktur bagian dalam ginjal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

- - SISTEM EKSKRESI MANUSIA - - sbl1ekskresi

PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN : ERICA PUSPA NINGRUM : J1C111208

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.2

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat

STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN (SISTEM EKSRESI)

BAB VII SISTEM UROGENITALIA

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING

a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan

Sistem Ekskresi pada Manusia. mendeskripsikan sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis, dan radiologis

Anatomi & Fisiologi Sistem Urinaria II Pertemuan 11 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.1

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit:

Menyiapkan tabung reaksi yang bersih dan kering. Setelah itu dipipet 5 ml reagen benedict lalu dimasukkan kedalam tabung.

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

PERCOBAAN VI PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph

BAB 1 PENDAHULUAN. uretra. Volume urin sekitar ml/24 jam, dengan komposisi air sekitar

Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 9. Ciri-Ciri Makhluk Hidup Latihan Soal 9.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode analitik. Penelitian dilaksanakan di laboratorium puskesmas Bumiayu dimana sampel

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

LAPORAN PRAKTIKUM 03 ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan

Bab. Sistem Ekskresi. A. Sistem Ekskresi pada Manusia B. Sistem Ekskresi pada Hewan

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat.

HISTOLOGI URINARIA dr d.. K a K r a ti t k i a a R at a n t a n a P e P r e ti t w i i

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh hormon pankreas atau tidak berfungsinya hormon insulin dalam menyerap gula

Ilmu Pengetahuan Alam

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

: Kirana patrolina sihombing

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

MODUL MATA PELAJARAN IPA

Bab 8 Sistem Ekskresi

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

SISTEM EKSKRESI SISTEM EKSKRESI PADA VERTEBRATA

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

: Kirana patrolina sihombing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine.

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Alat Ekskresi. pada Manusia. meliputi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LING KUNGAN MODUL IV ANGKA PERMANGANAT (TITRIMETRI) KELOMPOK IV

PEMERIKSAAN URIN DENGAN METODE ESBACH. III. PRINSIP Asam pikrat dapat mengendapkan protein. Endapan ini dapat diukur secara kuantitatif


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1033ºK, titik lebur 336,8 ºK, dan massa jenis 0,86 gram/cm 3. Kalium

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

KESEIMBANGAN ASAM BASA

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran kencing sebagai organ penting dalam ekskresi urin terdiri dari: 2

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

R E A K S I U J I P R O T E I N

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

Sumber air tubuh: 1. Makanan 2. Air minum 3. Air metabolit

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

Laporan Praktikum ph Meter, Persiapan Larutan Penyangga

Praktik Biomedik 506 Ketrampilan Dasar Laboratorium. Laporan Praktikum ph Meter, Buffer dan Pengenceran

Transkripsi:

Pemeriksaan Urine Metode Carik Celup Metode : Carik Celup Cara penggunaanya mudah, strip dicelupkan ke dalam urine, warna strip untuk setiap kategori akan berubah sesuai kandungan zat yang ada dalam urin dan menunjukkan keberadaan zat yang diperiksa (gula, protein dsb) atau tinggi rendahnya zat dalam urine tersebut (keasamannya, berat jenisnya dsb). Alat & Bahan 1. Alat - Wadah Carik celup sebagai standar warna - Clinitex Status, Urisys 1100/alat baca urin lainnya 2. Bahan - Urin kontrol Level 1 dan Level 2 - Sampel urin - Reagen carik celup tujuh indikator Cara Kerja 1. Basahi seluruh permukaan reagen carik dengan sampel urin dan tarik carik dengan segera, Kelebihan urin diketukkan pada bagian bibir wadah urin 2. Kelebihan urin pada bagian belakang carik dihilangkan dengan cara menyimpan carik tersebut pada kertas agar menyerap urin dibagian tersebut 3.Peganglah carik secara horizontal dan banding kan dengan standar warna yang terdapat pada label wadah carik dan catat hasilnya dengan waktu seperti yang tertera pada standar carik atau dibaca dengan alat Clinitex Status

PENGAMATAN DAN INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN CARIK CELUP Parameter Nilai Normal 1. Leukosit negatif 2. Nitrit negatif 3. Urobilinogen negatif atau 0,2 EU/dL 4. Protein negatif 5. PH 5,0 8,5 6. Darah negatif 7. Berat jenis 1.000-1.030 8. Keton negatif 9. Bilirubin negatif 10. Glukosa negatif Prosedur Tes Ambil hanya sebanyak strip yang diperlukan dari wadah dan segera tutup wadah. Celupkan strip reagen sepenuhnya ke dalam urin selama dua detik. Hilangkan kelebihan urine dengan menyentuhkan strip di tepi wadah spesimen atau dengan meletakkan strip di atas secarik kertas tisu. Perubahan warna diinterpretasikan dengan membandingkannya dengan skala warna rujukan, yang biasanya ditempel pada botol/wadah reagen strip. Perhatikan waktu reaksi untuk setiap item. Hasil pembacaan mungkin tidak akurat jika membaca terlalu cepat atau terlalu lambat, atau jika pencahayaan kurang. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual. Pemakaian reagen strip haruslah dilakukan secara hati-hati. Oleh karena itu harus diperhatikan cara kerja dan batas waktu pembacaan seperti yang tertera dalam leaflet. Setiap habis mengambil 1 batang reagen strip, botol/wadah harus segera ditutup kembali dengan rapat, agar terlindung dari kelembaban, sinar, dan uap kimia. Setiap strip harus diamati sebelum digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada perubahan warna. PRAKTIKUM BIOKOMIA I. JUDUL Penentuan Kadar Glukosa Dalam Urin dan Penentuan Keasaman Urin Dengan Cara Tritasi II. TUJUAN Menetukan kadar glukosa dalam urin Menentukan Keasaman Urin dengan cara titrasi

III. DASAR TEORI Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Pengeluaran urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Stuktur nefron. Urin dibentuk oleh penggabungan 3 proses tersebut di atas. Unit anatomi yang melakukan fungsi ini adalah nefron. Tiap-tiap ginjal memiliki sekitar 1 juta nefron. Darah dihantarkan dari aorta melalui arteri renalis dan cabang-cabang arteria renalis ke arterioli afferen. Arteriole efferen segera membagi lagi menjadi kapiler kedua yang mengelilingi bagian lainnya dari nefron. Jumbai glomerulus terletak dalam kapsula Bowman, suatu kantung epitel berdinding rangkap yang merupakan bagian dari sistem tubulus paling proksimal. Kapsula Bowman langsung berubah menjadi tubulus kontortus proksimalis dan dari sini menjadi komponen-komponen berikutnya: tubulus rektus proksimalis dan lengkung Henle sendiri, terdiri dari pars descendens, pars decendens yang tipis, dan pars decendens yang tebal. Yang terakhir terletak dalam medulla dan korteks ginjal. Pars ascendens yang tebal dari lengkung Henle berubah menjadi tubulus kontortus distalis, tubulus kolligens kortikal, dan tubulus kolligens medulla dan papila. Tiap-tiap bagian sistem tubular ini mempunyai fungsiyang spesifik. Filtrasi Langkah pertama pembentukan urin adalah filtrasi plasma darah. Volume darah yang besai, kirakira 1 liter/menit (atau 25% dari seluruh curah jantung waktu istirahat), mengalir melalui ginjal. Jadi, dalam 4-5 menit volume darah yang sama besarnya dengan volume darah total nielewati sirkulasi ginjal. Ini dirnungkinkan oleh sistem sirkulasi yang sangat luas dalam organ ini. Dengan pernyataan yang sama, ginjal khususnya gampang rusak oleh penyakit vaskuler yang merata. Pembentukan filtrat glomerulus adalah prose yang terutama diatur oleh jumlah aljabar dari selisih tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik trans kapiler. Kemungkinan terakhir telah memungkinkan pengukuran secara langsung kekuatan-kekuatan hidrostatikyang dipersoalkan. Di bawah pengaturan keadaan hidropenik, tekanan hidrostatik kapiler glomerulus rata-rata 45 mmhg atau kira-kira 40% dari tekanan aorta rata-rata. Tekanan hidrostatik tubulus rata-rata 10

mmhg jadi terdapat tekanan hidrostatik sebesar 35 mmhg yang tampaknya tidak berubah sepanjang seluruh kapiler. Tekanan onkotik dalam kapiler naik dari sekitar 20 mmhg pada permulaan menjadi 35 mml Ig pada ujung glomelurus. Jadi keuntungan tekanan filtrasi ~ 15 mmhg timbul pada permulaan kapiler dan berkurang sewaktu darah mengalir melalui glomelurus. Pengaturan filtrasi dianggap mempunyai hubungan dengan aliran plasma karena ia mempengaruhi cara meningkatnya tekanan onkotik glomerulus. Selain itu, dipikirkan bahwa modifikasi luas permukaan untuk filtrasi dapat terjadi oleh bertambahnya atau berkurangnya jumlah kapileryang dilalui oleh aliran darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi filtrasi adalah obstruksi jalan arteri yang menuju ke glomerulus, kenaikan tekanan interstitial seperti yang dapat disebabkan oleh suatu proses peradangan, dan kenaikan resistensi untuk mengalir dalam sistem tubulus seperti oleh obstruksi tubulus kolligens, ureter, atau uretra. Membranglomerulus juga dapat dirusak oleh penyakit sehingga tidak dapat berfungsi sebagai saringan untuk darah. Akhirnya kapiler dapat tersumbat seluruhnya dan karena itu tidak terpakai dalam sirkulasi aktif. Selama berlangsungnya penyakit seperti ini, sel-sel darah dan proteinplasma akan merembes melalui kapiler yang rusak dan akan diekskresi ke dalam urine. Laju filtrasi glomerulus Pada orang dewasa normal, 1 liter darah difiltrasi tiap menit oleh kerja sama 2 juta n'efron kedua ginjal, dan 120 ml/menit filtrat glomerulus dibentuk pada kapsul bowman. Laju filtrasi glomerulus pada orang dewasa oleh karena itu adalah sekilar 120 ml/menit. Secara kimia, filtrat glomerulus pada hakekatnya adalah cairan ekstra selyang bebas protein atau filtrat seluruh darah yang bebas protein dan sel. Kerja tubulus Susunan urine sangat berbeda dari filtrat glomerulus. Juga terdapat perbedaan yang sangat besar antara volume cairan yang dibentuk pada glomerulus tiap menit dan jumlah yang sampai di papila dalam waktu yang sama. Glomeruli berperan hanya sebagai saringan; susunan filtrat glomerulus karena itu ditentukan semata-mata oleh permeabilitas membran kapiler terhadap zatzat dari darah. Sebagai akibat, filtrat glomerulus mengandung banyak zat yang penting untuk metabolisme normal, seperti air, glukosa, asam amino, dan elektrolit, serta zat-zat yang hams diekskresi dan diulang seperti urea, kreatinin dan asam urat. Lagi pula, dalam berbagai keadaan,

lebih banyak atau lebih sedikit jumlah zat-zat esensial ditahan sesuai dengan kebutuhan untuk mempertahankan ketetapan dalam likunganinternal. Fungsi ginjal yang sangat selektif ini adalah tugas tubulus. Dengan absorbsi kembali dan sekresi, tubulus mengubah filtrat glomerulus dan dengan demikian menghasilkan urine. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jenis cairan urin dan ph serta suhu urin itu sendiri. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa, analisis protein dan analisis pigmen empedu. Untuk analisis kandungan proteinm ada banyak sekali metode yang ditawarkan, mulai dari metode uji millon sampai kuprisulfa dan sodium basa. Yang terakhir adalah analisis secara mikroskopik, sampel urin secara langsung diamati dibawah mikroskop sehingga akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin tersebut, misalnya kalsium phospat, serat tanaman, bahkan bakteri. Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih), urin kental berwarna kuning pekat, dan urin baru / segar berwarna kuning jernih. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia. Ph urin berkisar antara 4,8 7,5, urin akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urin akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002 1,035. Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat, Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darahkristal kapur dsb) Volume urin normal per hari adalah 900 1200 ml, volume tersebut dipengaruhi banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi. Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang.

a. Keruh.Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral. b. Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti bluberi dan gula-gula, warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di system urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau pembengkakkan kelenjar prostat. c. Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indicator adanya kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis. d. Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks yang banyak terdapat dalam minuman berenergi. IV. ALAT DAN BAHAN a. Alat No Nama Alat Gambar Jumlah 1 Pipet tetes 2 buah

2 Erlenmeyer 1 buah 3 Rak Tabung reaksi 4 buah 4 Gelas beker 1 buah 5 Gelas ukur 1 buah 6 Penjepit kayu 1 buah 7 Penangas air 1 buah 8 Kompor listrik 1 buah

9 Indikator universal secukupnya 10 Pengaduk kaca 1 buah 11 Tabung reaksi 1 buah b. Bahan No Nama Bahan 1 Urin 2 Indikator PP 3 NaOH 0,1 M 4 Benedict 5 Na 2 CO 3.10H 2 O 6 Glukosa 0,5 % Jumlah 5 ml Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya V. DATA PENGAMATAN

NO CARA KERJA PENGAMATAN 1. Penentuan Kadar Glukosa Dalam Urin 10 ml benedict + 6 gr Na 2 CO 3.10H 2 O dipanaskan Menambahkan glukosa 0,5 % mengendap putih abuabu dan larutan tak berwarna Mengulangi cara kerja diatas dengan mengganti glukosa dengan urin Glukosa = larutan biru Mengendap membutuhkan 5 tetes dipanaskan menjadi abu-abu dengan 130 tetes Urin = larutan biru mengendap membutuhkan 5 tetes diapnaskan menjadi abu-abu dengan 100 tetes 2. Penentuan Keasaman Urin dengan Titrasi 1 ml urin indikator PP di titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai pink Mengukur Warna Volume urin ph bau kejernihan kekuningan jernih i. 40 tetes ii. 43 tetes iii. 41 tetes Volume = 21 ml Wana = kuning muda putih ph = 7 bau = tidak menyegat kejernihan = jernih VI. ANALISA DATA Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa dalam urin dan menentukan keasaman urin dengan titrasi. Dalam percobaan yang pertama yaitu pennetuan kadar glukosa dalam urin larutan yang digunakan adalah glukosa 0,5 % dan urin sebagai zat yang dititrasi. Dari kedua larutan dibandingkan penitrasian kemudian menghitung kadar glukosa yang ada dalam urin. Langkah pertama yang dilakukan adalah memanaskan campuran benedict dan Na 2 CO 3.10H 2 O serta ditambah batu didih untuk mempercepat pemanasan. Warna yang semula

biru muda berubah menjadi biru tua. Kemudian dititrasi dengan glukosa 0,5% dalam penangas air dan proses titrasi glukosa dihentikan jika larutan menjadi keruh dan percobaan dilakukan 2 kali, pada percobaan larutan glukosa 0,5% yang dibutuhkan 130 tetes Selanjutnya mengganti larutan glukosa 0,5% diganti dengan urin dan setelah dititrasi volume urinnya sebanyak 100 tetes. Dari volume yang diperoleh maka dapat dicari kadar glukosa dalam urin tersebut/ yang digunakan percobaan kedua. V.urin = 100 tetes = 5 ml V.glukosa = 130 tetes = 5,15 ml Rumus kadar glukosa dalam urin % glukosa = X kadar glukosa ( 0,5% ) = = 0,485 % Jadi kadar glukosa dalam urin adalah 0,485 % yang berarti keadaan glukosa dalam urin tidak banyak yaitu 0,485 %. Sehingga penkonsumsi gula dalam darah tubuh sudah cukup. Glukosa merupakan monosakarida yang punya rumus struktur dibawah ini :

Penderita militus memiliki kadar glukosa melebihi ukuran glukosa dalam urin dan bisa diketahui dengan tes darah dirumah sakit. Untuk menanggulanginya dengan mengatur pola makan dan menerapkan pola hidup sehat. Untuk percobaan yang kedua adalah menentukan keasaman urin dengan metode titrasi. Langkah pertama adalah 1 ml urin ditetesi dengan indikator PP. Indikator PP ini berfungsi sebagai pemberi suasana basa, selanjutnya dititrasi dengan NaOH 0,1N sampai warna berubah menjadi pink dan diperoleh 40 tetes NaOH (1) dan 43 tetes NaOH (2) dan 41 tetes NaOH (3). V rata-rata = = n NaOH = M X V = 0,1 X 2,067 = 0,2067 M urin = = 0,2066 M [ H + ] [ H + ] = 0,2066 M = 20,66 x 10-2 M ph = 2- log 20,66 = 2-1,315 = 0,6848 sangat asam ph urin yang diamati sangat asam VII. KESIMPULAN 1. Kadar glukosa dalam urin 0,485 % Maka urin tersebut tergolong berkadar glukosa rendah Mencari kadarnya : % glukosa = X kadar glukosa ( 0,5% ) = = 0,485 % 2. Rumus struktur glukosa :

3. Kadar glukosa dapat ditentukan dengan perbandingan jumlah glukosa dan jumlah urin yang digunakan untuk merubah warna larutan menjadi keruh dan terdapat endapan abu-abu. 4. Kadar glukosa yang tinggi dapat menyebabkan diabetes militus 5. ph urin pada percobaan adalah 0,6848 dan sangat asam 6. Dalam percobaan titrasi urin + NaOH 0,1M didapat larutan NaOH sebanyak : i. 40 tetes ii. 43 tetes iii. 41 tetes VIII. DAFTAR PUSTAKA Poedjati, Anna.1994.Dasar-dasar Biokimia. Jakarta :UI press Sri Retno D.A.2010.Biokimia I.Surakarta:UNS Press Tim Dosen.2011.Petunjuk Praktikum Biokimia.Surakarta:UNS press Subroto ganda.1989.petunjuk Laboratorium Klinik.Jakarta.Jakarta: PT Dian Wirahadi Kusumah.1997.Biokimia.Bandung:ITB Press