BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk. dari kegiataan perbankan (Umam, 2011:1).

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pemberi layanan perbankan bagi masyarakat. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang ada di Indonesia.

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1992 tentang Perkoperasian, PP RI No. 9 Tahun 1995 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

EVALUASI PENERAPAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO. 59 (Survai Pada BMI dan BMT) SKRIPSI

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Akad Pembiayaan Mudharabah Pada KJKS-BMT Ummat

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah permasalahan semua bangsa. Berkaitan dengan. masalah kemiskinan bangsa Indonesia merasa perlu mencantumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. mendominasi kegiatan perekonomian Indonesia. Kegiatan sektor perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya kini juga dirasakan oleh kaum non Islam. Disaat Bank-Bank

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan lahiriyah dan batiniyah saja tetapi juga keseimbangan,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perbankan syariah sistem pembiayaan mudharabah

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

BAB III DESKRIPSI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

PERANAN BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) BUANA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI DESA MULUR KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. keuangan tersebut yang nampaknya paling besar peranannya dalam. pembayaran bagi semua sektor perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, hal ini dikarenakan adanya fungsi utama dari perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Ketidakmampuan tersebut terutama dalam sisi

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Islam baik bank maupun non bank. Salah satu lembaga keuangan Islam non bank

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya lembaga keuangan syariah termasuk Koperasi Syariah,

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. kontroversi praktik bunga bank yang dilakukan pada bank bank konvensional

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN BMT KUBE KARANGANYAR TERHADAP KEPUASAN NASABAH

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BMT UMS DENGAN METODE CAMEL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

pembiyaan-pembiayran yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

KREDIT TANPA JAMINAN

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks negara berembang, sistim perekonomian negara sering kali

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia yang berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dimana sektor ekonomi menjadi tolok ukur kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena usaha berskala kecil dinilai mampu bertahan dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil sangat dibutuhkan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat yang berkekurangan dana disebut bank. Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. bunga akan lebih mudah diterapkan secara integral (Heri, 2004: 3). Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ditengah-tengah koperasi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Umum terdiri dari Bank milik

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan lembaga keuangan sangat berperan dalam ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. juga semakin meningkat. Untuk mencari lapangan pekerjaan juga semakin

terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih

BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

ANALISIS KOMPARATIF RESIKO KEUANGAN PT. BANK SYARIAH MANDIRI DAN PT. BANK MEGA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari segi imbalan maupun jasa atas penggunaan dana, baik simpanan maupun pinjaman, menurut peraturan Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007 yang dikutip (Totok Budisantoso dan Sigit Tirandaru, 2006) bank dibedakan manjadi dua yaitu : (1) Bank konvensional yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya, memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam presentase tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu, (2) Bank syariah yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip Syariah yaitu jual beli dan bagi hasil. Menurut Muhammad (2005) hal mendasar yang membedakan antara Lembaga Keuangan Konvensional dengan Lembaga Keuangan Syariah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah. Pertumbuhan dan perkembangan 1

2 perbankan Syariah di Indonesia tumbuh semakin pesat secara fantastis. Krisis keuangan global di satu sisi telah membawa hikmah bagi perkembangan perbankan Syariah. Prospek perbankan Syariah di Indonesia diyakini akan terus tumbuh dan berkembang. Perkembangan industri lembaga Syariah ini diharapkan mampu memperkuat stabilitas sistem keuangan Nasional. Dalam konsep islam, aktivitas komersil, jasa dan perdagangan harus disesuaikan dengan prinsip islam diantaranya bebas bunga. Hal inilah yang menjelaskan tahap awal pembentukan bank islam atau bank syariah yang dikenal dengan bank bebas bunga. Walaupun demikian, perbankan syariah bukan sekedar bank bebas bunga. Hal ini karena pandangan bebas bunga merupakan jebakan pengembang bank syariah yang hanya berfokus pada aspek transaksi dan meredusir fondasi filosofinya (Umam, 2013:16). Struktur keuangan islam sebenarnya berputar disekitar larangan atas pinjaman/debt (riba) dan legalitas suatu keuntungan yang digunakan dalam praktek perbankan konvensional. Riba yang sering diartikan sebagai bunga, merupakan penambahan yang dianggap premium dari debitur. Hal ini menyajikan tingkat pengembalian transaksi termasuk pertukaran uang untuk uang, atau akun atas penundaan pembayaran atas harga yang telah disepakati di dalam sales debts/depts. Islam melarang ekonomi yang tidak seimbang ini (Rivai, 2012:2). Selain itu sistem keuangan konvensional mempunyai beberapa kelemahan antara lain: transaksinya berbasis bunga, hal ini melanggar keadilan atau kewajaran bisnis, menyebabkan kebangkrutan karena tidak

3 fleksibel dan sistem transaksinya menghalangi munculnya inovasi oleh usaha. Dari segi komitmen bank untuk keamanan uang deposan, bank akan menjadi cemas dalam mengembalikan pokok serta bunganya sehingga bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha kecuali bila ada jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan bunga mereka. Selain bank syariah yang akhir akhir ini banyak bermunculan di Indonesia, banyak pula bermunculan lembaga keuangan swasta sejenis yang berprinsip syariah. Diantaranya adalah Baitul Mal wat Tamwil (BMT). Keberadaan BMT ini merupakan usaha untuk memenuhi keinginan khususnya sebagian umat islam yang menginginkan jasa layanan bank syariah untuk mengelola perekonomiannya. BMT merupakan lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil (syariah), menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin (Sholahuddin, 2014). Jadi keberadaannya setingkat dengan koperasi yang dalam mengoperasikannya berprinsip syariah. Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi: baitul tamwil (bait= rumah, at tamwil= pengembangan harta ) melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Masalah pokok dan paling sering dihadapi oleh setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha apa pun selalu tidak terlepas dari

4 kebutuhan dana (modal) untuk membiayai usahanhya. Kebutuhan akan dana ini diperlukan untuk modal investasi atau modal kerja, sebab modal merupakan unsur yang sangat penting dalam mendukung penginkatan produksi dan taraf hidup masyarakat itu sendiri. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa pertumbuhan ekonomi dalam pembangunannya tidaklah terlepas dari peran sektor perbankan. Namun, pada umumnya, masalah yang dihadapi beberapa pelaku usaha yaitu disebabkan oleh sulitnya mendapatkan modal yang dibutuhkan. Hal ini karena para sebagian pengusaha tidak mampu menjangkau layanan yang diberikan oleh perbankan dalam penyediaan modalnya, sehingga biasanya mereka mengambil jalan pragmatis dengan mencari permodalan dari pihak ketiga atau lembaga keuangan informal atau biasa disebut juga rentenir yang relatif bunganya lebih tinggi. Dalam usaha, hasil yang diperoleh dari setiap usahanya tidak pasti. Peminjam sudah berkewajiban untuk membayar tingkat bunga yang disetujui, walaupun usahanya mungkin sedang mengalami penurunan namun perusahaan harus memberikan bunga tinggi yang tetap harus dikembalikan, hal ini jelas bertentangan dengan norma keadilan dalam islam (Amir Machmud dan Rukmana, 2010). Keberadaan dari banyaknya pengusaha dengan berabagai permasalahan yang dihadapinya dalam rangka untuk mencapai taraf hidup lebih baik, sebagai pengusaha tersebut melatar belakangi dari dibentuknya lembaga keuangan syariah dengan sistem bagi hasil seperti Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) yang usaha pokoknya

5 memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lain yang beroperasi sesuai dengna prinsip-prinsip syariah. Proses pembiayaan ini merupakan bagian dari upaya lembaga keuangan syariah untuk mengangkat potensi ekonomi umat Islam yang adil terutama golongan ekonomi mengengah ke bawah. Mengingat keberadaan demografis di Indonesia dimana masih banyak penduduk yang tinggal dipedesaan dan menjadi pedagang kecil, keberadaan BMT terasa sangat penting. Dengan adanya BMT ini diharapkan dapat membantu para pengusaha dalam mengatasi maslalah permodalan mereka. Karena modal merupakan salah satu pokok permasalahan dalam semua jenis usaha. Begitu juga dengan para pengusaha mikro yang kebanyakan tinggal di desa dan tergolong ekonomi rendah. BMT memang beroperasi dilingkungan para usaha mikro dan sangat membantu dalam mengatasi permasalahan modal mereka, ditambah lagi setelah pemerintah membuat kebijakan tentang liberalisasi perbankan dengan mengembalikan sistem perbankan ke dalam sistem perhitungan ekonomi yang lebih murah. Dengan adanya fenomena tersebut, BMT yang berdasarkan syariat islam mengembangkan pemikiran untuk memberikan kredit, namum demikian, Baitul Maal wat Tamwil tidak bisa menembus pada lapisan paling bawah. Munculnya banyak lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah termasuk BMT, merupakan fenomena aktual yang menarik untuk dicermati. Diharapkan dapat dianggap sebagai bukti awal diterimanya dengan baik sistem ekonomi berdasarkan syariat Islam ditengah peradapan

6 yang sudah sedemikian maju. Fenomena tersebut sekaligus menjadi jawaban atas keraguan sementara pihak terhadap kebenaran ajaran Islam. Menurut Ernawati (2012) hasil penelitiannya terhadap salah satu sistem pembiayaan syariah yaitu mudharabah yang diberikan pada masyarakat khususnya para pedagang yang kekurangan modal, mereka tidak perlu susah untuk mencari pinjaman. Karena dengan bertambahnya modal, usaha pun telah mengalami kemajuan yakni adanya peningkatan dalam hal pendapatan, produksi dan kinerjanya. Sehingga dengan meningkatnya produksi maka secara otomatis pendapatan juga meningkat. Ini mengakibatkan para masyarakat dan para pedagang semakin sejahtera dan makmur. Dari 283 responden yang telah mengakses layanan BMT, terdapat 157 responden yang menjadikan BMT sebagai satu-satunya sumber untuk mendapatkan pembiayaan. Sedangkan sisanya, disamping BMT, juga telah memanfaatkan akses layanan perbankan dan lembaga keuangan syariah lainnya. Ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden betul-betul memiliki ketergatungan yang sangat tinggi terhadap BMT (Beik, 2013). Oleh karena itu dalam rangka meberdayakan para pedagang kecil dan menengah agar peranannya dalam segala kegiatan ekonomi dapat menginkat, dapat memperluas pangsa pasar dalam kegiatan produksi dan distribusi nasional serta memperkuat daya saingnya. Oleh karena itu BMT direncanakan sebagai gerakan nasional dalam rangka memperdayakan masyarakat lapisan bawah. Antusias masyarakat akan bank syariah sangat

7 besar, terbukti hingga lebih dari 2000 BMT telah berdiri dan tersebar diseluruh Indonesia. Yang semakin diminati masyarakat dan semakin banyaknya para pemikir ekonomi syariah di Indonesia yang terus memperjuangkan kemajuan lembaga keuangan berdasarkan syariah Islam. Salah satu koperasi jasa keuangan syari ah terkenal di kabupaten Sukoharjo adalah BMT Amanah Ummah. Pada tanggal 5 Oktober 1999 BMT Amanah Ummah berdiri yang diresmikan oleh Bapak Friman Sofyan Direktur BMI Cabang Semarang, Bapak Prof. Drs. Dochak Latief Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta dan didampingi oleh Bapak Drs. Waston, M.Hum Dekan Fakultas Agama Islam UMS. BMT Amanah Ummah merupakan lembaga otonom yang mengatur rumah tangganya sendiri dan berbadan hukum koperasi dengan Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor Akta Pendirian 195/BH/KDK.11.27/XI/199 dan Nomor Akta Perubahan 01/PAD/KDK.11/V/2007. BMT Amanah Ummah mempunyai visi yaitu menjadi mitra bisnis yang terpercaya, profesional, dan berkarakter islami dan misi yaitu (1) budaya kerja islami, (2) sehat pelayanan, sehat financial, sehat kelembagaan, (2) membangun masyarakat ekonomi produktif, (4) pemberdayaan masyarakat. Sebagai lembaga keuangan yang cukup baru, tidak mudah bagi BMT untuk langsung berperan dalam perputaran sistem perekonomian. BMT harus mempunyai strategi yang terarah untuk bisa diterima oleh masyarakat yang beragam persepsi dan perilakunya. Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Peranan

8 Produk Pembiayaan Syariah terhadap Perkembangan Usaha di BMT Amanah Ummah Kartasura B. Perumusan Masalah Sebagaimana telah diketahui, adapun perumusan masalah yang sering dihadapi oleh dunia usaha adalah masalah keterbatasan modal. Demikian yang dihadapi para sebagian pengusaha mikro maupun menengah untuk mengatasi permasalahan ini, maka BMT memberikan jalan keluar dengan memberikan pembiayaan kepada para pengusaha. Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana prosedur produk pembiayaan syariah yang terdiri dari Al- Mudharabah, Al- Musyarakah, Al- Murabahah di BMT Amanah Ummah Kartasura? 2. Bagaimana peranan pembiayaan syariah di BMT Amanah Ummah Kartasura? 3. Bagaimana faktor pendukung apa saja yang dimiliki oleh BMT Amanah Ummah Kartasura? 4. Bagaimana kendala dan cara mengatasi produk pembiayaan syariah di BMT Amanah Ummah Kartasura? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui prosedur pembiayaan syariah yang terdiri dari Al- Mudharabah, Al- Musyarakah dan Al- Murabahah di BMT Amanah Ummah Kartasura. 2. Menganalisis peranan pembiayaan syariah di BMT Amanah Ummah Kartasura.

9 3. Mengidentifikasi kendala produk pembiayaan syariah di BMT Amanah Ummah. 4. Mengetahui cara mengatasi kendala produk pembiayaan syariah di BMT Amanah Ummah. D. Manfaat Penelitan Pemecahan masalah dalam penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi akademisi a. Manfaat bagi pembaca Sebagai bahan referensi untuk penelitian dibidang peranan produk pembiayaan syariah dimasa yang akan datang serta sebagai bahan untuk penambah khasanah pustaka dibidang pembiayaan berdasarkan penerapan yang ada dalam kenyataan. b. Penelitian lebih lanjut Bagi penelitian lebih lanjut, penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan referensi bagi peneliti lain yang akan meneliti tentang BMT dengan variabel yang lain. 2. Manfaat bagi Praktis. a. Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan masukan yang berguna bagi instansi terkait dalam usaha meningkatkan perkembangan dan pendapatan usaha. b. Perkembangan Ilmu Pengetahuan

10 Dapat memberikan informasi dan wawasan serta menambah kepustakaan khususnya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen di Universitas Muhammadiyah Surakarta. E. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Berisi tentang landasan teori yang berhubungan dengan pengertian lembaga keuangan syariah, pengertian BMT, produk pembiayaan BMT dan penelitian terdahulu. BAB III : METODE PENELITIAN Berisi kerangka pemikiran, jenis penelitian, objek penelitan, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data. BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Berisi tentang gambaran umum subjek dan objek penelitian, pengujian validitas, hasil penelitian. BAB V : PENUTUP Berisi tentang kesimpulan dan saran.