KESESUAIAN JENIS TANAH TERHADAP TANAMAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS BISNIS HASIL PERKEBUNAN DENGAN GEOPROCESSING KESESUAIAN JENIS TANAH TERHADAP TANAMAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS BISNIS HASIL PERKEBUNAN DENGAN GEOPROCESSING Febryantahanuji 1, Haryo Kusumo 2, Sri Yulianto 3 Universitas Kristen Satya Wacana febryanth@gmail.com 1, yo2kusuma@gmail.com 2, sri.yulianto@staff.uksw.edu 3 ABSTRACT Suitability to the plantation soil type is very important, because can increase the productivity of plantation crops. From the observation in Boyolali, there are several types of soil, includingregosol, Andosol, litosol, mediterranean, grumosol. Geographic Information Systems (GIS) is one of the appropriate steps to present the spatial aspect (spatial). SIG has benefits that can be used to analyze the suitability of land in accordance with predetermined parameters, the type of soil, crop types and data sub-district in Boyolali. This study aimed to analyze the suitability of the soil to increase the productivity of plantations in Boyolali using Geoprocessing techniques. Following the Geoprocessing techniques in all sub-districts boyolali, most soil types are regosol and mediterranean contained in 15 districts, so it can be concluded that the type of plants should be planted in the district is coffee, Kina, Cinnamon, Crops, Fruits. Keywords: Geographic Information System, Geoprocessing, Spatial Data. I. PENDAHULUAN Letak geografis Kabupaten Bayolali sangat strategis. Terletak di 110o22 110o50 Bujur Timur dan 7o36 7o71 Lintang Selatan. Boyolali berbatasan dengan sebelah utara Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang. Sisi Timur Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen dan Kabupaten Sukoharjo. Sedangkan pada sisi selatan berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta serta sisi barat berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang. Luas wilayah Kabupaten Boyolali 101.510,20 Ha yang terdiri tanah sawah 22.830,83 Ha dan tanah kering 78.679,37 Ha. Secara topograffi Kabupaten Boyolali merupakan daerah dengan wilayah dataran rendah perbukitan dan pegunungan, ada pada ketinggian rata-rata 700m di atas permukaan laut. Sedangkan Titik tertinggi ada pada 1.500m yaitu di Kecamatan Selo dan terendah pada 75m di Kecamatan Banyudono. Kabupaten Boyolali terdiri atas 19 kecamatan dan 267 desa/kelurahan merupakan salah satu dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Kabupaten Boyolali terdiri Kec. Ampel, Kec. Andong, Kec. Banyudono, Kec. Boyolali, Kec. Cepogo, Kec. Juwangi, Kec. Karanggede, Kec. Kemusu, Kec. Klego, Kec. Mojosongo, Kec. Musuk, Kec. Ngemplak, Kec. Nogosari, Kec. Sambi, Kec. Sawit, Kecamatan Selo, Kec. Simo, Kec. Teras dan Kec. Wonosegoro. Berdekatan dengan Gunung Merbabu dan Gunung Merapi menjadikan kondisi tanah di Boyolali sangat subur. Hal ini menjadikan Boyolali sebagai salah satu lumbung pangan bagi Provinsi Jawa (boyolali.go.id, 2017). Gambar 1. Kecamatan Kabupaten Boyolali Sumber: Greogory, 2015 7 D
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi, ISSN:2087-0868, Volume 8 Nomor 2 September 2017 Dengan letak geografis yang strategis dan memiliki kondisi tanah yang subur tidak serta merta membuat produksi komoditi perkebunan pada kabupaten boyolali berkembang secara signifikan. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan jenis tanaman menyebabkan produksi hasil perkebunan yang kurang maksimal. Dengan masih banyaknya lahan yang bisa dimanfaatkan, sektor perkebunan masih berpeluang besar untuk dikembangkan. Karena itu diperlukan perencanaan dengan memperhatikan kemampuan dan kesesuaiannya dalam pengambilan keputusan pemanfaatan yang paling menguntungkan dengan tetap memperhatikan kaidah kelestarian. Berdasarkan permasalahan yang ada tujuan dari penelitian adalah untuk: (1) Mengidentifikasi komoditas perkebunan rakyat yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Boyolali, (2) Mengidentifikasi kemampuan dan kesesuaian lahan yang cocok untuk perkebunan di Kabupaten Boyolali. II. TINJAUN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 1. Jurnal Nasional dengan judul Generator Model Keputusan Penentuan Wilayah yang Memiliki Potensi Nilai Ekonomis bagi Komoditas Perkebunan di Wilayah Kabupaten Semarang Berbasis Sistem Informasi Geografi menyatakan bahwa dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis dapat membantu dalam pengambilan keputusan untuk penentuan lokasi perkebunan dan jenis tanaman yang dianggap paling cocok agar dikembangkan di kecamatan yang ada pada kabupaten semarang (Sukur, 2013). 2. Jurnal Nasional dengan judul Klasifikasi Kemampuan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Kecamatan Lolak Kabupaten Bolaang Mongondow menyatakan bahwa dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis dapat membantu mengklasifikasi kelas kemampuan lahan pada Kecamatan Lolak Kabupaten Bolaang Mongondow (Sefle, 2013). 3. Jurnal Nasioanl dengan judul Penelitian Analisis Geoprocessing Sebagai Solusi Alternatif Penanganan Pada Daerah Resiko Rawan Banjir Di Kota Semarang, menyatakan bahwa spasial geoprossessing dilakukan untuk melihat hubungan dan pengaruh antar data spasial dengan metode intersection, interpolasi, dan analisis query spatial. data spasial yang digunakan peta administrasi kecamatan kota semarang, peta daerah banjir, peta kelerengan, peta sempadan, peta tata guna lahan, peta daerah aliran sungai, dan data curah hujan kota semarang (Santoso, 2016). Berdasarkan kajian penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan Sistem Informasi Geografis dapat membantu dalam menentukan klasifiksi kelas kemampuan lahan dan kesesuaian lahan di daerah, belum adanya penelitian yang menentukan kesesuaian lahan untuk perkebunan pada wilayah Kabupaten Boyolali dengan menggunakan teknik Geoprocessing Intersect. 2.2 Jenis-Jenis Tanah 1. Andosol Jenis mineral yang mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi.. Jenis tanaman yang cocok diantaranya, Kopi, Kina, dan Kayu Manis. 2. Grumosol Jenis tanah tanah mineral mempunyai perkembangan profil, agak tebal, bertekstur lempung berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas absorbsi tinggi, permeabilitas lambat, dan peka erosi. Untuk jenis tanah ini sebaiknya digunakan untuk persawahan dengan system irigasi. 3. Regosol Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, ph umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk 8
KESESUAIAN JENIS TANAH TERHADAP TANAMAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS BISNIS HASIL PERKEBUNAN DENGAN GEOPROCESSING material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. Jenis tanaman yang cocok untuk tanah ini diantaranya Palawija, Buah-buahan, dan Tembakau. 4. Litosol Jenis tanah tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil, batuan induknya beku, dan kedalaman tanah dangkal bahkan kadang merupakan batuan induk (outerop). Tekstur tanah pada umumnya berpasir, tidak berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil, dan dengan kesuburannya yang bervariasi. Jenis tanaman yang cocok adalah Bunga Edelweis, Jagung dan Rumput-rumputan. 5. Mediteran Jenis tanah yang mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, ph netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorbsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuff vulkanis bersifat basa. Jenis tanaman yang cocok diantaranya adalah Palawija, Jati, Tembakau, dan Jambu mete. (Sugiharyanto, 2009). III. METODE Setelah melihat rumusan permasalahan di atas, penulis menggunakan teknik Geoprocessing sebagai metode analisa data. Menurut Forest Watch Indonesia, Geoprocessing mempunyai beberapa fungsi spasial, yaitu: Dissolve, Merge, Clip, Union, Intersect dan Spatial Join atau Assign Data By Location. Tabel 1 Jenis Geoprocessing Dengan teknik Geoprocessing Intersect akan mampu menganalisa kesusaian tanah terhadap jenis tanaman yang ada pada kabupaten boyolali, agar dapat meningkatkan produktivitas bisnis hasil perkebunan. Geoprocessing adalah proses dalam SIG digunakan untuk mengolah analisa terhadap data spasial, dimana pada akhirnya akan menghasilkan data dan informasi yang baru. Terdapat 6 fungsi dalam geoprocessing yaitu Dissolve, Merge, Clip, Intersect, Union, dan Assign Data by Location (Spatial Join). IV. KERANGKA PEMIKIRAN Mulai Studi Literatur Peta Geoprocessing Intersect Analisa Kesesuaian Jenis Tanah 9
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi, ISSN:2087-0868, Volume 8 Nomor 2 September 2017 Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penulis IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil studi litetarur bahwa jenis tanah yang berada di Kabupaten Boyolali sangat beragam diantaranya adalah regosol, andosol, litosol, mediteran, grumosol yang notabenya memang termasuk dalam jenis tanah yang berada di Indonesia. dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. (Sugiharyanto, Khotimah, 2009). Untuk mengetahui jenis tanah yang berada pada kecamatan Kabupaten Boyolali, dilakukan teknik geoprocessing intersect dimana teknik ini akan menggabungan atribut antara jenis tanah dengan kecamatan Kabupaten Boyolali. Gambar 3. Peta Kabupaten Boyolali dengan Jenis Tanah Gambar 5. Peta Hasil Geoprocessing Intersect Berikut ini adalah hasil teknik Geoprocessing Intersect yang menggabungan atribut antara jenis tanah dengan kecamatan Kabupaten Boyolali. Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Hasil Geoprocessing Intersect 10 Gambar 4. Peta Kecamatan Kabupaten Boyolali Dilihat dari peta di atas, dimana tanah dengan jenis regosol paling banyak di jumpai di Kabupaten Boyolali. Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, ph umumnya netral, kesuburan sedang, berasal Tabel 3. Hasil Geoprocessing Intersect
KESESUAIAN JENIS TANAH TERHADAP TANAMAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS BISNIS HASIL PERKEBUNAN DENGAN GEOPROCESSING 5 Mediteran Teras, Simo, Sambi, Nogosari, Klego, Karanggede, Boyolali, Banyudono, dan Andong Palawija, Jati, Tembakau, dan Jambu mete. Dari Hasil Analisis dengan menggunakan Geoprocessing Intersect adalah dimana dari 19 kecamatan Kabupaten Boyolali hanya 16 Kecamatan yang dapat dijadikan sample kesesuaian lahan (jenis tanah) terhadap tanaman, berikut pengelompokkan hasilnya: No Tabel 3. Hasil Pengelompokkan Analisis Geoprocessing Intersect Jenis Tanah Kecamatan 1 Andosol Selo dan Cepogo 2 Grumosol Simo, Sambi, Nogosari, Ngemplak, Klego, Karanggede, Juwangi, dan Andong 3 Litosol Cepogo, Boyolali, dan Ampel 4 Regosol Juwangi, Teras, Sawit, Mojosongo, Cepogo, Boyolali, Banyudono, Selo, dan Ampel. Jenis Tanaman Kopi, Kina, dan Kayu Manis Sawah Irigasi Bunga Edelweis, Jagung dan Rumputrumputan. Palawija, Buahbuahan, dan Tembakau. V. KESIMPULAN Setelah melihat hasil analisa dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menggunakan Sistem Infromasi Geografis dapat dilakukkannya klasifikasi kesesuaian lahan pada Kabupaten Boyolali dengan menggunakan teknik Geoprocessing Intersect. Supaya produktivitas perkebunan pada Kabupaten Boyolali dapat meningkat, sebaiknya pada Kecamatan Selo dan Cempogo menanam jenis tanaman yang tepat diantaranya Kopi, Kina dan Kayu Manis karena di kecamatan tersebut memiliki jenis tanah Andosol. Pada Kecamatan Simo, Sambi, Nogosari, Karanggede, Andong, Boyolali, Klego, Banyudono menanam jenis tanaman diantaranya Palawija, Buah-buahan, Tembakau dan Bunga Edelweis dikarenakan memiliki jenis tanah Mediteran, Litosol, Grumosol dan Regosol. Apabila petani di kecamatan daerah tersebut belum menanam jenis tanaman yang sudah disebutkan di atas sebaiknya diganti agar produktivitas perkebunan lebih meningkat. VI. DAFTAR PUSTAKA Forest Watch Indonesia. 2010. Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis. Bogor : FWI Greogory, B. Karay, J. 2015. Penggunaan Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Potensi Longsor di Kabupaten Boyolali. Universitas Kristen Satya Wacana. http://lbprastdp.staff.ipb.ac.id/files/2011/12/06- GEOPROCESSING.pdf, diakses pada 15/3/2017 pukul 11:45am. 11
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi, ISSN:2087-0868, Volume 8 Nomor 2 September 2017 Santoso Agustinus Budi, Reinhard Komansilan, Sri Yulianto. 2017. Analisis Geoprocessing Sebagai Solusi Alternatif Penanganan Pada Daerah Resiko Rawan Banjir Di Kota Semarang. Prosiding Seminar Nasional Geotik 2017. ISSN:2580-8796. Sefle Luther, Sandra E. Pakasi, Yani E. B. Kamagi, Rafli Kawulusan. 2013. judul Klasifikasi Kemampuan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Kecamatan Lolak Kabupaten Bolaang Mongondow. Jurnal. UNSRAT. Sukur Muji, Dewi Handayani Untari Ningsih. 2013. Generator Model Keputusan Penentuan Wilayah yang Memiliki Potensi Nilai Ekonomis bagi Komoditas Perkebunan di Wilayah Kabupaten Semarang Berbasis Sistem Informasi Geografi. Jurnal Teknologi Informasi. UNISBANK. Semarang. Sugiharyanto, Khotimah, N. 2009. Geografi Tanah. Diktat.Universitas Negeri Yogyakarta http://www.boyolali.go.id/geografis/ diakses pada 15/3/2017 pukul 14:00am 12