MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai Oktober 2011 di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis proksimat feses dilakukan di Laboraturium Ilmu dan Teknologi Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi Ternak Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 16 ekor domba umur 7-8 bulan yang terdiri dari 8 ekor domba garut jantan dan 8 ekor domba jonggol jantan dengan rataan bobot badan awal 14,93±1,38 kg. Domba jonggol berasal dari UP3 Jonggol dan domba garut berasal dari MT Farm dan Indocement. (a) Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) (b) (a) (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b) 15
Kandang dan Peralatan Kandang individu berukuran 1,5 x 0,75 m beralaskan bambu dan dilengkapi dengan tempat pakan, air minum dan tempat penampungan feses dari jaring kasa di bawah alas bambu. Peralatan yang digunakan adalah timbangan domba, timbangan pakan, jaring kasa, kantong plastik, benang, ember, selang, label, obat cacing dan antibiotik. Ransum Pakan yang diberikan dalam bentuk pellet dengan rasio hijauan dan konsentrat 30:70. Sumber hijauan berasal dari ranting, tulang daun dan daun legume Indigofera sp. dan limbah tauge kacang hijau (Gambar 5 dan Gambar 6). Konsentrat terdiri atas onggok, jagung kuning, bungkil kedelai, dan bungkil kelapa. Kandungan zat makanan hijauan dan konsentrat yang digunakan dalam penyusunan ransum disajikan pada Tabel 2. (a) Gambar 5. Indigofera sp. kering (a) dan Limbah Tauge kering (b) (b) (a) Gambar 6. Pellet R1 (a) dan Pellet R2 (b) (b) 16
Komposisi bahan pakan penyusun ransum disajikan pada Tabel 3. R1 adalah ransum dengan penambahan legume Indigofera sp. sebagai hijauan sebanyak 30% dan konsentrat sebanyak 70%. R2 adalah ransum dengan penambahan limbah tauge sebagai hijauan sebanyak 30% dan konsentrat sebanyak 70%. Kandungan zat makanan ransum R1 (Indigofera sp.) dan R2 (limbah tauge) disajikan pada Tabel 4. Tabel 2. Kandungan Zat Makanan Bahan Pakan Penyusun Ransum Berdasarkan 100% BK Zat Makanan Bahan Pakan BK Abu PK SK LK Beta-N Ca P TDN Indigofera sp. (a) 93,21 12,51 27,88 32,73 1,48 25,39 0,06 0,54 70,2 (c) Limbah Tauge (a) 87,94 3,00 16,40 43,78 0,24 36,58 0,86 0,41 67,8 (c) Jagung (b) 86,8 2,15 10,8 2,53 4,28 80,2 0,234 0,414 80,8 Onggok (b) 79,8 2,40 1,87 8,90 0,324 86,5 0,260 0,160 78,3 Bk. Kelapa (b) 88,6 8,24 21,3 14,2 10,9 45,4 0,165 0,616 78,7 Bk. Kedelai (b) 88,1 8,2 46,9 5,9 2,66 36,4 0,376 0,718 83,2 Keterangan : (a) Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, IPB (2011). (b) Komposisi Zat Makanan menurut Sutardi, 1980. (c) Hasil Perhitungan Wardeh (1981). BK : Bahan Kering, PK : Protein Kasar, SK : Serat Kasar, LK : Lemak Kasar, TDN : Total Digestible Nutrient. Tabel 3. Komposisi Bahan Pakan Ransum Penelitian Bahan Pakan Perlakuan R1 R2 Indigofera sp. 30 0 Limbah Tauge 0 30 Onggok 12 10 Jagung 10 10 Bungkil Kelapa 32 32 Bungkil Kedelai 8 10 CaCO3 2,5 2,5 Molases 5 5 Premix 0,2 0,2 NaCl 0,3 0,3 Jumlah 100 100 Keterangan: R1: Ransum Indigofera sp. R2: Ransum Limbah Tauge 17
Tabel 4. Kandungan Zat Makanan Ransum dalam 100% BK Zat Makanan Perlakuan R 1 R 2 Bahan Kering 87,32 87,65 Abu 9,43 7,43 Protein Kasar 20,76 19,00 Serat Kasar 17,62 27,96 Lemak Kasar 3,60 4,23 Beta-N 48,60 41,37 Ca 1,75 1,39 P 0,26 0,23 TDN* 73,82 72,22 Keterangan : Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, IPB (2011). *) Hasil perhitungan menurut Rahayu et al. (2011), R1 : Ransum Indigofera sp., R2 : Ransum Limbah Tauge. Prosedur Persiapan Ternak Persiapan ternak dilakukan untuk mengkondisikan ternak sebelum penelitian berlangsung. Domba yang digunakan adalah domba dengan bobot badan dan umur yang seragam, sehat dan tidak cacat. Domba diberikan perawatan yang terdiri dari memandikan domba, mencukur bulu dan kuku, memberikan obat cacing dan memberikan identitas (kalung). Adaptasi Kandang dan Pakan Adaptasi kandang dilakukan dengan memindahkan domba dari kandang kelompok ke kandang individu. Tujuan adaptasi kandang adalah untuk menghindari stress pada domba yang ditimbulkan karena kondisi kandang yang berbeda. Adaptasi kandang dilakukan selama dua minggu bersama dengan adaptasi pakan. Adaptasi pakan merupakan proses penyesuaian ternak terhadap jenis pakan baru yang akan diberikan pada waktu penelitian, adaptasi dilakukan selama 2 minggu. Adaptasi pakan dilakukan dengan cara memberikan konsumsi pakan penelitian secara ad libitum dan dibatasi sebanyak 2 kg/hari. Pemberian pakan dilakukan setiap pagi hari dan dilakukan pencatatan jumlah pakan yang diberikan dan sisa pakan yang tidak dikonsumsi. Adaptasi dilakukan sampai semua ternak memiliki tingkat konsumsi yang seragam. Tujuan dilakukan adaptasi pakan adalah 18
mengkondisikan sistem pencernaan agar tidak terjadi gangguan karena pakan baru yang diberikan. Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan selama 3 bulan setelah fase adaptasi kandang dan pakan. Pemeliharaan dilakukan dengan sistem pemberian pakan dan minum secara individu setiap pagi hari. Sistem pemberian pakan secara ad libitum dan dibatasi sebanyak 2 kg/hari. Konsumsi air minum diberikan sebanyak 2 liter/hari. Pengontrolan konsumsi pakan dan air minum dilakukan setiap 2 jam. Ransum dan air minum yang habis ditambahkan secara ad libitum dan dicatat jumlah penambahannya. Sisa pakan ditimbang dan dicatat sebelum pemberian pakan pagi hari. Sisa ransum dicampur dengan ransum baru dan diberikan ke ternak untuk dikonsumsi kembali. Sisa air minum dibuang dan diganti dengan air baru. Pengumpulan Sampel Feses Pengumpulan sampel feses dilakukan dengan metode koleksi total (Harris, 1970) pada minggu akhir pemeliharaan. Koleksi sampel feses dilakukan dalam sehari (24 jam) setiap pagi hari. Feses ditimbang untuk mengetahui berat total basah. Sampel feses sebanyak 10% dari total feses basah. Sampel feses dimasukkan kedalam kantong plastik yang diberi label, kemudian dimasukkan ke dalam oven 60 C untuk dianalisis BK udara. Sampel feses dikomposit sampai periode koleksi selesai. Sampel komposit dihaluskan untuk dianalisis kandungan zat makanannya. Analisis Proksimat Pengukuran Kadar Air Sejumlah sampel yang telah dihaluskan ditimbang (minimal 10 g) dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya. Kemudian dikeringkan dalam oven sampai mencapai berat yang konstan. Pengeringan dalam oven dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu (1) pada suhu 135 o C dibutuhkan waktu 2 jam, hasil yang diperoleh berupa bahan kering udara; (2) pada suhu 100 o C untuk periode yang panjang dibutuhkan waktu 8-24 jam; (3) pada suhu kurang dari 100 o C dalam oven vakum selama 3-5 jam atau 20-25 di atas titik didih air pada tekanan tekanan udara + 19
25 mm (AOAC, 1990). Dalam percobaan ini sampel dikeringkan pada suhu 105 o C. Sampel ditimbang setelah kering. Perhitungan persentase air atau kelembaban ada dua cara yaitu : Cara I : Hilangnya berat selama pengeringan x 100 = % air Berat sampel sebelum dikeringkan Cara II : Berat sampel setelah pengeringan x 100 = % bahan kering (BK) Berat sampel sebelum pengeringan 100 - % BK = % air Pengukuran Kadar Abu Kandungan abu ditentukan dengan cara mengabukan atau membakar sejumlah bahan pakan dalam jumlah tertentu sampai semua karbon hilang dari bahan makanan tersebut dalam tanur pada suhu 500-600 o C. Sisanya adalah abu dan dianggap mewakili bagian anorganik makanan. Akan tetapi, abu dapat mengandung bahan mineral yang berasal dari bahan organik seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan beberapa bahan yang mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur akan hilang selama pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah sepenuhnya mewakili bahan anorganik pada pakan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif (AOAC, 1990). Perhitungan persentase kandungan abu, yaitu : Berat abu x 100 Berat awal sampel = % kandungan abu atau mineral Pengukuran Kadar Protein Kasar Kadar PK ditentukan dengan metode mikro Kjeldahl (AOAC, 1990). Sejumlah kecil sampel ditimbang (kira-kira memerlukan 3-10 ml; 3-10 ml HCl 0,01 N atau 0,02 N. Kemudian dimasukkan ke dalam labu Kjeldhal 30 ml. Selanjutnya ditambahkan 1 g K2SO4, 40 mg HgO, dan 20 ml H2SO4. Sampel dididihkan selama 1-1,5 jam sampai cairan menjadi jernih, kemudian didinginkan. Isi labu Kjeldhal dipindahkan ke dalam alat destilasi. Labu kemudian dicuci dan dibilas 5-6 kali 20
dengan 1-2 ml air. Air cucian dimasukkan ke dalam alat destilasi dan ditambahkan 8-10 ml larutan NaOH Na2S2O3. Labu Erlenmeyer 125 ml yang berisi 5 ml larutan H3BO3 dan 2-4 tetes indikator (campuran 2 bagian metil merah 0,2% dalam alhohol dengan 1 bagian metilen blue 0,2% dalam alkohol) diletakkan di bawah kondesor. Ujung tabung kondensor harus terendam dalam larutan H3BO3. Selanjutnya dilakukan destilasi sampai diperoleh kira-kira 15 ml destilat dalam labu Erlenmeyer. Tabung kondesor dibilas dengan air dan ditampung dalam labu Erlenmeyer yang sama. Isi labu Erlenmeyer diencerkan sampai kira-kira 50 ml, kemudian dititrasi dengan HCl 0,02 N sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. Hal yang sama juga dilakukan terhadap blanko (AOAC, 1990). Penentuan kadar protein ditentukan persamaan berikut : % N = (ml sampel ml blanko) x N Hli x 14.007 x 100% mg sampel % Protein = % N x faktor koreksi (6,25) Pengukuran Kadar Lemak Kasar Labu lemak dikeringkan dalam alat pengering pada suhu 105-110 o C selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan selanjutnya ditimbang. Kira-kira 5 g sampel dibungkus dengan kertas saring, lalu dimasukkan ke dalam alat esktraksi Sokhlet yang telah berisi dietil eter. Reflux dilakukan selama 5 jam dan pelarut yang ada dalam labu lemak didestilasi. Selanjutnya labu lemak yang mengandung lemak hasil ekstraksi dipanaskan di dalam oven pada suhu 105 o C. Setelah dikeringkan sampai berat tetap dan didinginkan dalam desikator, labu beserta lemak ditimbang (AOAC, 1990). Kadar lemak ditentukan berdasarkan persamaan : Berat lemak kasar x 100 Berat sampel = % Lemak Kasar (ekstrak eter) Pengukuran Kadar Serat Kasar Labu lemak dikeringkan di dalam oven, didiamkan dalam desikator dan ditimbang. Sampel yang telah dikeringkan ditimbang sebanyak 2,5-5,0 g dan 21
dibungkus dengan kertas saring, kemudian dilakukan esktraksi dengan dietil eter selama 6 jam pada sokhlet. Sampel dipindahkan ke dalam labu Erlenmeyer 600 ml, ditambahkan 200 ml larutan H2SO4 mendididih dan dididihkan selama 30 menit. Suspensi kemudian disaring dengan kertas saring. Residu tertinggal dalam labu Erlenmeyer dan kertas saring dicuci dengan air mendidih. Kemudian residu dicuci kembali dengan 200 ml larutan NaOH dengan perlakuan sama dengan penambahan H2SO4. Residu disaring kembali dengan kertas saring yang telah diketahui beratnya sambil dicuci dengan larutan K2SO4 10%, air mendidih, dan kemudian dengan alkohol 95%. Kertas saring kemudian dikeringkan di dalam oven 110 o C. Setelah didinginkan dalam desikator (1-2 jam), kemudian ditimbang. Berat residu yang diperoleh merupakan berat serat kasar (AOAC, 1990). Berat serat kasar x 100 Berat awal sampel = % serat kasar Model Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 2 x 2 dengan faktor pertama adalah jenis domba (B1 = UP3 jonggol dan B2 = garut), faktor kedua yaitu jenis ransum (R1 = Indigofera sp. dan R2 = limbah tauge). Ulangan dilakukan sebanyak empat kali. Model yang digunakan adalah sebagai berikut : Keterangan: Yij = µ + Ai + Bj + (AB)ij+ ɛij Yij : nilai pengamatan perlakuan ke-i, dan ke-j µ : nilai tengah Ai : pengaruh perlakuan bangsa domba ke-i Bj : pengaruh perlakuan jenis ransum ke-j (AB)ij : interaksi antara bangsa domba dan jenis ransum ɛij : pengaruh galat percobaan 22
Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (Analysis of Variance) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Uji orthogonal kontras digunakan untuk mengetahui perbedaan di antara perlakuan (Mattjik dan Sumertajaya, 2006). Peubah yang Diamati 1. Performa Produksi a. Bobot Badan Akhir (kg/e) b. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) bobot badan akhir - bobot badan awal PBBH (g/e/h) = lama pemeliharaan c. Rataan Konsumsi Ransum Harian total konsumsi Rataan konsumsi (g/e/h) = lama pemeliharaan d. Konversi Ransum Konversi ransum (g/e/h) = rataan konsumsi ransum harian PBBH 2. Konsumsi Zat Makanan Konsumsi BK (g/e/h) = konsumsi ransum x % BK ransum Konsumsi zat makanan ransum (g/e/h) = konsumsi BK x % zat makanan ransum 3. Pengukuran Nilai Kecernaan Zat makanan tercerna (g/e/h) = konsumsi zat makanan ransum - zat makanan feses konsumsi zat makanan ransum - zat makanan feses Koefisien cerna = x 100% konsumsi zat makanan ransum 4. Total Digestible Nutrient (TDN) % TDN = % PK dd + (%LK dd x 2,25) + % SK dd + % BETN dd 23