BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh setiap bangsa, oleh karena itu kebudayaan dari setiap bangsa saling berbedabeda.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kusut. Karya novel biasanya mengangkat berbagai fenomena yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengarang tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang menempati suatu wilayah tertentu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan yang keberadaannya tidak merupakan keharusan (Soeratno dalam

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan rumpun. Koentjaraningrat (1976 : 28) menjelaskan budaya adalah daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari imajinasi pengarang. Imajinasi yang dituangkan dalam karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari banyak sekali karya sastra yang muncul, baik berupa puisi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari kata sas- yang berarti mengarahkan,

BAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin, 1992:99).

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sekitar yang dituangkan dalam bentuk seni. Peristiwa yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

PENDAHULUAN. karya cipta manusia karya sastra itu harus mengekspresikan nilai nilai yang. memberikan hiburan bagi para pembacanya.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 2. Landasan Teori. dalam cerita, dan bagaimana penempatannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup

BAB I PENDAHULUAN. Pembayaran-pembayaran tanpa batas atas hutang ini disebut gimu. Gimu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

I. PENDAHULUAN. penelitian dari penelitian mengenai citra perempuan dalam novel Bidadari-

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Innayatunnisa, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia, (dan masyarakat) melalui

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB I PENDAHULUAN. terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri salah satu tujuan manusia hidup di dunia ini ialah

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan karya sastra banyak mengangkat kisah tentang kehidupan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

Bab 1. Pendahuluan. karakter manusia, melebur dalam masyarakat dan berbaur menjadi satu,

BAB I PENDAHULUAN. dari sebuah proses penciptaan karya fiksi. Abrams dalam Nurgiyantoro (2010)

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta rasa, karsa, dan rasa tersebut Koentjaraningrat (1976:28). Kebudayaan dimiliki oleh setiap bangsa, oleh karena itu kebudayaan dari setiap bangsa saling berbedabeda. Meskipun terkadang ada kesamaan seperti halnya rumpun dan ras. Di jepang antara kebudayaan dan budaya dibedakan berdasarkan pengertiannya. Budaya ialah sesuatu hal yang semiotik, tidak kentara atau bersifat laten artinya keseluruhan hal yang alamiah. Sedangkan kebudayaan ialah seluruh cara hidup manusia untuk mempertahankan hidupnya artinya, keseluruhan hal yang bukan alamiah yaitu hasil ciptaan manusia. Kebudayaan juga dapat dijelaskan dalam Situmorang (1995:3) adalah sebuah jaringan makna yang dianyam manusia tersebut dalam hidup, dan mereka bergantung pada jaringan-jaringan makna tersebut. Salah satu hasil kebudayaan manusia adalah sastra. Sastra merupakan suatu kegiatan kreatif yang mempunyai unsur seni. Menurut Hegel dalam Umri (1996:33) seni adalah pikiran yang sempurna yang menjelma kedunia panca indra. Karya sastra lahir ditengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinatif atau fiktif yaitu suatu cerita rekaan yang mengangkat dari daya khayal kreatif, bersifat intuitif yang mengutamakan faktor rasa agar dapat difahami oleh para pembaca. Sastra juga dapat dikatakan sebagai suatu karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna menurut Mukarovsky dalam Fananie (2000:3). Pada umumnya, karya sastra memiliki jenis yang bervariasi, baik bersifat fiksi maupun non fiksi. Fiksi antara lain novel, cerpen, essei, dan cerita rakyat, sedangkan non fiksi meliputi puisi, drama dan lagu. Menurut Aminuddin (2000 :66) fiksi adalah kisahan atau

cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Sesuai dengan perkembangan karya sastra, karya fiksi sudah lama dikenal dan berkembang dikehidupan masyarakat khususnya novel. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif; biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Novel itu sendiri menurut The American College Dictonary (dalam Tarigan, 1984:164) menyatakan bahwa novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dengan panjang tertentu yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. Hal inilah yang menegaskan kembali bahwa novel mengangkat berbagai fenomena yang terjadi dimasyarakat, sehingga dapat mempengaruhi jiwa para pembaca dan dapat menyelami makna yang terkandung seolah-olah berada dalam situasi yang digambarkan oleh novelis. Novel juga merupakan suatu karya sastra yang dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, melibatkan permasalahan yang lebih kompleks. Semua karya sastra termasuk novel merupakan sesuatu totalitas yang memiliki nilai seni. Totalitas itu dibangun oleh unsur-unsur pembangun yaitu dari unsur instrinstik dan ekstrinsik (Nisa:2009). Dengan demikian, novel yang merupakan salah satu genre sastra sangat menarik untuk dijadikan objek linguistik maupun sosial budaya. Salah satu novel yang menarik untuk dibahas adalah "kazegatana" karya Ichirou Yukiyama yang menggambarkan suasana Jepang pada zaman feodal yang dibalut oleh kekuatan karakter masyarakat jepang zaman dahulu, yaitu mengedepankan harga diri dan pengabdian yang mengandung banyak nilai-nilai budaya Jepang. Adapun nilai-nilai budaya yang akan diteliti dari dalam novel "Samurai Kazegatana" karya Ichirou Yukiyama, yaitu konsep moral budaya On dan Giri yaitu. On

adalah memikul beban tanggung jawab secara social dan psikis terhadap penerimaan kebaikan dari orang lain, baik sederajat ataupun tidak dan hal itu menimbulkan kewajiban untuk membayar setiap kebajikan yang didapatkan secara timbal balik. Konsep moral On dilandasi oleh bagaimana hubungan antar individu dengan satuan sosial yang lebih tinggi ketika bangsa Jepang belum dipengaruhi oleh modernisasi, mereka senantiasa diliputi rasa berhutang kepada orang tua, para penguasa, masyarakat dan negara (Sayidimin, 1982:42). Dengan kata lain On adalah nilai-nilai penting yang harus dipertahankan di dalam kehidupan masyarakat Jepang yang berkaitan dengan adanya jaringan hubungan kewajiban yang saling timbal balik. Dengan adanya perasaan berhutang budi, maka orang Jepang merasa berkewajiban untuk membalas budi kepada semua orang yang telah memberikan kebajikan terhadap penerima kebajikan antara lain orang tua, para penguasa, masyarakat dan Negara. Rasa kewajiban itu disebut Gimu. Gimu adalah konsep pembalasan kebaikan setulus hati dan pembayaran kembali yang semaksimal mungkin pun dari kewajiban membalas budi dianggap belum cukup, dan tidak ada batas waktu pembayarannya (Benedict, 1982:125). Gimu juga dikatakan pembalasan kebaikan setulus hati (Situmorang,1995:66). Yaitu bahwa kebaikan yang telah diterima tersebut harus dibalas tanpa memikirkan untung rugi. Di dalam masyarakat bushi hal ini diartikan mulai dari rasa terima kasih sampai melakukan tugas balas dendam tuan dan melakukan Junshi (mengikuti kematian tuan). Selain itu masyarakat Jepang selalu merasa berkewajiban untuk membalas sikap atau kebaikan yang telah diterima dari orang lain yang setimpal yang disebut Giri. Giri adalah hutang yang harus dibayar atau dilunasi dengan perhitungan yang pasti atas suatu kebajikan yang telah diterima seseorang dan kebajikan tersebut harus dibayar dalam batas waktu tertentu (Mattulada,1997:284). Pada masa modern ini konsep Giri diwujudkan atau dapat dilihat dengan giatnya orang-orang Jepang memberikan hadiah dan tanda mata. Namun, dikenal istilah Giri Choco

yaitu istilah pada anak muda yaitu seorang gadis memberikan coklat kepada ayah, kakak pria, rekan kerja pria, ataupun teman-teman pria lainnya di hari valentine. Coklat ini tidak melambangkan cinta hanya merupakan ungkapan rasa sayang dan perhatian. Giri Choco berupa coklat biasa yang harganya relatif murah dan tidak terlalu istimewa. Dengan ini bukan hal yang aneh jika ada seorang pria di Jepang yang mendapatkan banyak coklat dari temanteman wanitanya di hari Valentine. Dan istilah kedua Honmei Choco yaitu seorang gadis memberikan coklat kepada pria idamannya atau kekasihnya. Coklat ini melambangkan cinta dan sangat istimewa biasanya harganya relatif mahal.. Konsep On dan Giri yang terdapat dalam novel Samurai Kazegatana dengan setebal 352 halaman ini, ada dua hal yang sangat menarik untuk dibahas antara lain, pertama adalah cara pengarang (Ichirou yukiyama) mengemas cerita dengan latar belakang Jepang pada zaman feodal. Plot-plot yang dihadirkan seakan membuat penulis merasa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi, kemudian terkejut karena prediksi pembaca ternyata salah. Alur cerita meski sederhana tetapi menarik karena sedikit sulit untuk ditebak. Hal kedua yang membuat novel ini begitu menarik adalah penggambaran suasana Jepang di zaman feodal. Jepang digambarkan sebagai sebuah wilayah yang tidak kondusif terhadap dunia perdagangan dengan adanya kelompok perampok Chigatana dan pembunuhan terhadap pengawal-pengawal pengiriman barang dagangan serta pembunuhan terhadap pasukan yang diutus untuk menumpas Chigatana dan bagaimana seorang pengawal pengiriman barang melaksanakan semua perintah Tuannya. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang ANALISIS PERILAKU ON DAN GIRI DALAM NOVEL SAMURAI KAZEGATANA KARYA ICHIROU YUKIYAMA. Namun bukan berarti novel ini tidak memiliki kelemahan. Namun kelemahan yang ditemukan tidak begitu besar terhadap penelitian yang dilakukan. Kelemahan tersebut ialah ketiadaan profil dan riwayat penulis novel ini.

Dengan alasan diatas, dalam penulisan skripsi ini penulis tertarik untuk menganalisis Budaya balas budi di Jepang, dengan istilah On dan Giri (balas budi) yang tercermin dari karya sastra Jepang menggambarkan balas budi antara satu sama lain. Konsep On dan Giri (konsep balas budi) yang tercermin dari novel Samurai Kazegatana karya Ichirou Yukiyama tersebut. Dalam menganalisis novel tersebut akan menggunakan pendekatan semiotik karena pada dasarnya semiotik adalah mempelajari lambang-lambang atau tanda. Sedang sastra adalah merupakan sebuah lambang (Luxemburg, 1984:44). Lambang dalam sebuah karya sastra adalah lambang bahasa mencerminkan sebuah nilai budaya dan moral. Sehingga katakata atau tanda di dalam novel Samurai Kazegatana disimbolkan sebagai tanda yang akan diinterprestasikan sebagai wujud refleksi dari adanya perilaku On dan Giri pada setiap perilaku tokoh cerita. 1.2. Perumusan Masalah Sesuai dengan judul proposal yaitu, Analisis Perilaku On dan Giri dalam Samurai Kazegatana Karya Ichirou Yukiyama, maka proposal ini akan membahas mengenai penggambaran perilaku tokoh melalui tanda atau simbol tokoh berdasarkan teks-teks yang terdapat dalam novel. Tokoh utama dalam novel Samurai Kazegatana adalah seorang pengawal keluarga pedagang yang berjiwa samurai bernama Hanmaru. Hanmaru melakukan pengawalan terhadap barang dagangan tuannya sebagai rasa balas budi karena telah menerima kebaikan dan pertolongan dari tuannya. Hal tersebut menimbulkan adanya rasa berhutang budi dan merasa berkewajiban untuk membalas apa yang telah diterima dari orang yang telah memberi dan menolong. Membalas dengan cara melaksanakan apa saja yang diperintahkan sekalipun memberikan atau mengorbankan jiwa dan raga. Kesetiaan merupakan bentuk wujud dari Konsep On dan Giri.

Oleh karena itu dalam penulisan skripsi ini penulis mencoba menggambarkan perilaku On dan Giri tersebut melalui novel Samurai Kazegatana karya Ichirou Yukiyama. Berdasarkan hal tersebut, penulis mencoba menjawab masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep On dan Giri dalam pemikiran dan moral masyarakat Jepang? 2. Bagaimana pencerminan On dan Giri didalam novel Kazegatana tersebut melalui interaksi para tokoh cerita? 1.3. Ruang Lingkup Pembahasan Dari permasalahan-permasalahan yang ada, maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak menjadi terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga penulis dapat terarah dan terfokus. Dalam penulisan skripsi ini, penulis memulai dari lingkup pembahasan yang difokuskan pada analisis perilaku On dan Giri oleh delapan tokoh cerita dalam novel Samurai Kazegatana berdasarkan pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan semiotik, serta bagaimana kondisi masyarakat Jepang pada masa zaman feodal yang dijadikan latar didalam novel tersebut. Untuk kelengkapan dalam pembahasan, maka penulis juga akan menjelaskan tentang defenisi On dan Giri. 1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka Menurut de Saussure dalam Endraswara (2003:64) telaah semiotik adalah karya sastra memiliki hubungan antara penanda (signifiant) dan petanda (signifie). Penanda adalah aspek formal atau bentuk tanda, sedangkan petanda adalah aspek makna atau konseptual dari penanda. Sedangkan menurut Teew (1984:57), Semiotik adalah sistem tanda (sign), dan tanda merupakan kesatuan antara dua aspek yang tidak terpisahkan satu sama lain, yaitu

signifiant (penanda) dan signifie (petanda). Signifiant adalah aspek moral atau bunyi pada tanda itu dan signifie adalah aspek kemaknaan atau konseptualnya. Menurut Barthes (Kurniawan, 2001:56), tanda akan memuat empat substansi yaitu: 1. Substansi eksperesi, misalnya suara dan artikulator. 2. bentuk eksperesi yang dibuat dari aturan-aturan sintagmatik dan paradigmatik. 3. substansi isi, diantaranya adalah aspek-aspek emosional, ideologis, dan pengucapan sederhana dari petanda, yaitu makna positif. 4. bentuk isi yaitu susunan formal petanda di antara petanda-petanda itu sendiri melalui hadir tidaknya sebuah tanda semantik. Sedang sastra adalah merupakan sebuah lambang (Luxemburg, 1984:44). Lambang dalam sebuah karya sastra adalah lambang bahasa mencerminkan sebuah nilai budaya dan moral. Dengan kata lain, semiotik adalah model penelitian sastra berdasarkan tanda atau simbol yang terdapat dalam karya sastra. Tanda-tanda tersebut telah diatur oleh pengarang sehingga ada sistem, konvensi, dan aturan-aturan yang harus dimengerti oleh peneliti. Sedangkan karya sastra itu sendiri adalah refleksi pemikiran, perasaan, dan keinginan pengarang lewat bahasa yaang dimengerti oleh sipenerima tanda atau penanda. Novel merupakan salah satu hasil karya sastra yang bersifat fiksi yang tertulis dan naratif dalam bentuk cerita yang didalamnya terdapat nilai-nilai budaya, sosial, moral, dan pendidikan. Lewat novel Samurai Kazegatana yang dibahas peneliti dalam penulisan skripsi ini akan membahas tentang konsep On dan Giri yang merupakan konsep yang terdapat pada masyarakat Jepang. Konsep On dan Giri merujuk pada suatu konsep pemberian. Pemberian adalah bagian dari suatu sistem tukar menukar yang saling mengimbangi dimana kehormatan dari sipemberi dan sipenerima terlibat didalamnya. Dengan kata lain segala bentuk pemberian selalu diikuti dengan sesuatu pemberian kembali atau imbalan.

Dari konsep-konsep On pada masyarakat Jepang dapat dipandang dari tiga sudut, yaitu: pertama secara Universal On berarti hutang yang telah terdapat dalam pemikiran asli Jepang. Kedua secara harfiah dari karakter kanji On mengandung pengertian kebaikan atau berkah. Ketiga dari sudut pemikiran Buddha, On adalah mengacu kepada hutang seseorang terhadap manusia dalam konteks tanggung jawab terhadap Buddha. 2. Kerangka Teori Penelitaian kebudayaan ini dilakukan melalui novel yang merupakan sebuah karya sastra yang bergenre karya fiksi. Setiap penelitian diperlukan suatu teori pendekatan yang menjadi suatu acuan bagi penulis dalam menganalisis masalah yang dibahas. Semiotik sastra adalah penelitian yang terfokus pada tanda atau lambang. Metode telaah Semiotik adalah pemahaman makna karya sastra melalui tanda atau simbol. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa bahasa adalah sistem tanda (sign), dan tanda merupakan kesatuan antara dua aspek yang tidak terpisahkan satu sama lain, yaitu signifiant (penanda) dan signifie (petanda). Signifiant adalah aspek moral atau bunyi pada tanda itu dan signifie adalah aspek kemaknaan atau konseptualnya (Teew, 1984:57). Namun, signifiant tidaklah identik dengan bunyi dan signifie bukanlah makna denotatif. Keduanya adalah sesuatu atau benda yang diacu oleh tanda tersebut. Menurut pandangan ini sastra adalah sebuah sistem sekunder karena semiotik mempelajari bahasa alami yang dipakai dalam sastra. Ilmu tanda-tanda dan lambang-lambang menganggap bahwa fenomena sosial masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda atau lambang. Oleh karena itu, didalam sebuah karya sastra tanda-tanda tersebut disimbolkan berupa kata-kata dan bahasa. Maka kata-kata atau bahasa yang terdapat dalam novel tersebut disimbolkan sebagai tanda yang akan diinterprestasikan. Berdasarkan pendekataan semiotik ini maka segala hal yang berhubungan dengan nilai budaya dianggap suatu tanda, dan tanda tersebut akan di interprestasikan sebagai wujud refleksi dari adanya perilaku On dan Giri. Sehingga dengan pendekatan semiotik penulis

dapat mengetahui perilaku On dan Giri yang digambarkan melalui perilaku tokoh cerita dalam novel Kazegatana. 1.5. Tujuan Penelitan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui secara umum tentang konsep On dan Giri pada masyarakat Jepang. 2. Untuk mengetahui bagaimana cerminan perilaku On dan Giri yang digambarkan oleh Ichirou Yukiyama dalam novel Samurai Kazegatana. 2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 2. Bagi pembaca diharapkan dapat mengingatkan bahwa dalam sastra terdapat nilai budaya dan nilai yang dapat dipelajari. 3. Bagi pembaca diharapkan dapat memberikan kesadaran tentang konsep on dan Giri dalam berinteraksi dengan orang Jepang. 1.6. Metode Penelitian Penelitian (riset) adalah penggunaan metode ilmiah yang bersifat formal dan sistematis untuk mempelajari masalah. Langkah-langkah dalam melakukan penelitian pada umumnya yaitu pemilihan dan pembatasan masalah, pelaksanaan prosedur-prosedur penelitian (pengumpulan data), pembuatan analisis data dan pembuatan atau penarikan kesimpulan (Sumanto, 1990:4). Berdasarkan metode penelitian yang dipakai, penelitian ini merupakan penelitian sejarah (Historical Research) yaitu penelitian yang berkaitan dengan penyelidikan,

pemahaman dan penjelasan kejadian-kejadian masa lampau. Tujuan penelitian sejarah adalah untuk mencapai kesimpulan sehubungan dengan sebab, akibat kecenderungan dari masa lampau yang dapat membantu menjelaskan kejadian masa kini dan mengantisipasi kejadian yang akan datang. Pada penelitian sejarah dikenal dengan adanya data primer dan sekunder. Sumber data primer merupakan informasi dari tangan pertama misalnya: laporan saksi mata, dan dokumen asli. Sedangkan sumber data sekunder adalah informasi dari tangan kedua (Sumanto, 1990). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul Samurai Kazegatana karya Ichirou Yukiyama yang diterbitkan oleh Qanita PT. Mizan Pustaka Anggota IKAPI, Bandung pada tahun 2009 setelah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Teknik pengumpulan data yang digunakan teknik studi kepustakaan (library research), dengan mengambil sumber acuan dari berbagai buku dan artikel yang berhubungan dengan konsep On dan Giri, budaya Jepang, Sejarah Jepang serta buku panduan lainnya dan penelusuran melalui media internet sebagai literatur tambahan. Semua buku tersebut penulis peroleh dari fasilitas yang tersedia di perpustakaan umum, Perpustakaan Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Sastra, Perpustakaan Konsulat Jendral Jepang Medan, juga dari berbagai jurnal, artikel, dan berbagai situs internet.