Susda Heleni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Riau

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPIT AL-FITYAH PEKANBAU

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Oleh: Mutiara Rizky Ilzanorha Syofni Titi Solfitri ABSTRACT

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

Oleh: Asih Pressilia Resy Armis Zuhri D ABSTRACT

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

Key words: STAD, learning outcomes

Ermiwati*) Putri Yuanita**) Syofni **) Key word : Cooperative Learning, Think Pair Square, Learning Achievement

Oleh: Marfi Ario Susda Heleni Jalinus

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

Lilia Mutiara *) Susda Heleni dan Kartini **) Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Riau

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENCAPAIAN MATEMATIKA PELAJAR TAPUNG HILIR KAMPAR RIAU

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 021 BAGAN HULU BAGANSIAPIAPI

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika 2 Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Potensi Utama

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Tema Lingkungan di Kelas 1 SD Negeri 10 Tolitoli

Eka Mayani 1 H. Zuhri D 2 Sehatta Saragih 3 Kampus Bina Widya Km Simpang Baru Pekanbaru Telp. (0761) Abstract

Oleh: Desfi Harianty HS 1 Putri Yuanita 2 Rini Dian Anggraini 3

Seprotanto Simbolon 1, Sakur 2, Syofni 3 Contact :

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS VII-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

Oleh: Riza Pratiwi Sehatta Saragih Titi Solfitri ABSTRACT

Budiarti 1 Zuhri.D 2 Sehatta Saragih 3 Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru Telp. (0761)

Anita Lidya Hastuti Nauli*) Armis**) Titi Solfitri ***)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII 4 SMP Negeri 5 PEKANBARU

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

PROSIDING ISBN :

17 Media Bina Ilmiah ISSN No

APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE THINK PAIR SQUARE (TPS) TO IMPROVE MATHEMATICS ACHIEVEMENT GRADE X AP 1 SMK PGRI PEKANBARU

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN 005 SEGATI KEC. LANGGAM T.

Bintang Zaura 1 dan Sulastri 2. Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah 2 Guru SMP Negeri 1 Labuhanhaji Aceh Selatan

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

Hasmiati, Baharuddin, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 013 GANTING KECAMATAN SALO

Affandi*) Kartini, Susda Heleni**) Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UR

Asari* Rini Dian Anggraini ** Zuhri D *** Key word : cooperative learning, STAD, mathematics learning outcomes

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Tipe Jigsaw Siswa Kelas V

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VB tahun pelajaran

LEMMA VOL I NO. 1, NOV 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Oleh: Gunawan Guru SMP Negeri 1 Raha Kabupaten Muna

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS IIIB SDN 001 SALO

Darmawati*), Titi Solfitri **), Yenita Roza**) Key word: Cooperative Learning, STAD, Learning Achievement

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL THINK PAIR SQUARE

Farani * ) Titi Solfitri, Zuhri D ** ) Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP, Universitas Riau

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Energi Panas di Kelas IV SD Inpres Siuna

Nurain *) Japet Ginting, dan Armis **) ABSTRACT

Wan Sriindrahayu 1 Suhermi 2 Rini Dian Anggraini 3 Kampus Bina Widya Km Simpang Baru Pekanbaru Telp. (0761)63266

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X IPA 1 MAN 2 MODEL PEKANBARU

Wirma Niasari *), Susda Heleni, Titi Solfitri **) Keyword : Cooperative Learning, Two Stay Two Stray, Learning Achievement

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Noni Vera Helvida*, Putri Yuanita**, Syarifah Nur Siregar**)

Oleh: Dessi Fitriah Herista Armis Titi Solfitri ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

Ririn Budiarti*) Susda Heleni**) Syarifah Nur Siregar**)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PECAHAN. Akhmad Bisri Arifin

Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Iswandi 1) Japet Ginting dan Armis 2) Telp Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Riau.

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP

Ainun Sampede, Mohammad Jamhari, dan Amiruddin Kade. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. jumlah siswa sebanyak 31 orang. Sedangkan objek dalam penelitian ini. luas bangun datar dan volume bangun ruang.

Jufrina, Zariul Antosa, Mahmud Alpusari Cp

PENERAPAN MODEL BELAJAR GROUP INVESTIGATION

ABSTRACT. Key word : Model study of type cooperative, think pair square, cycles, learning outcomes, result of learning mathematics

Penelitian Tindakan Kelas Rumpun Bidang Fisika, Biologi, Kimia dan IPA

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal ISSN : Copyright 2016 by LPPM UPI YPTK Padang

Oleh: Dewi Sri Yuliati 1, Zuhri D 2, Sehatta Saragih 3

Libarti 1 Sehatta Saragih 2 Suhermi 3 Kampus Bina Widya Km.12.5 Simpang Baru Pekanbaru Telp. (0761)63266

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEK MELALUI MODEL STAD PADA SISWA SMA. Moch. Saleh

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SDN 112 PEKANBARU

PROSIDING ISBN :

Fatma Kumala 1, Sehatta Saragih 2, Nahor Murani Hutapea 3 No. Hp.

Jurnal Media Pendidikan Matematika J-MPM Vol. 2 No. 1, ISSN

Moh. Nurman Bagus Satrio Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: kalimat utama dalam paragraf, STAD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD BAGI SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 CILONGOK SEMESTER II TAHUN 2016/2017

Asmarita 1, Sehatta Saragih 2, Zuhri D 3 Contact :

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 8 ISSN X. Indri

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Model Kooperatif Learning Tipe STAD di Kelas 3 SD Inpres 1 Siney

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR METEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI 65 PRTANI TP.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD YANG DIAWAL DENGAN PEMBERIAN SOAL CERITA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIIg SMPN 13 PEKANBARU Susda Heleni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Riau Abstrak: Tujuan pembelajaran matematika pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di SMP, yaitu memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Di dalam pelajaran matematika tujuan ini dapat dicapai melalui bentuk soal cerita. Kenyataan di kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru banyak siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal secara individu yaitu memilih model pembelajaran yang menempatkan siswa secara berkelompok. Salah satu bentuk pembelajaran kelompok yang dapat meujudkan hal ini adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diawali dengan soal cerita dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru?. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diawali dengan pemberian soal cerita. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIG SMPN 13 pekanbaru yang berjumlah 40 orang. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diawali dengan pemberian soal cerita dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIIG SMPN 13 pekanbaru. PENGENALAN Matematika adalah suatu ilmu yang mampu memberi peluang bagi terbenyuknya kemampuan berpikir, berkomunikasi, bernalar secara sistematis serta dapat membentuk sikap positif. Salah satu kelebihan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Kurikulum Tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah masuknya pemecahan masalah. Hal ini dapat dilihat pada salah satu tujuan pembelajaran matematika di SMP yang tercantum dalam KTSP yaitu memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Menyadari pentingnya tujuan pembelajaran matematika, maka peningkatan hasil belajar matematika disetiap jenjang pendidikan perlu mendapat perhatian yang sungguh sungguh. Hasil belajar matematika siswa dapat dilihat dari kemampuannya menyelesaikan soal matematika yang terdiri dari soal hitungan (soal bukan cerita) dan soal cerita. Oleh sebab itu kepada siswa hendaknya diajarkan soal soal yang aplikatif dengan kehidupan sehari hari. Soal yang demikian disebut soal cerita. Pentingnya diajarkan soal cerita dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Keterampilan pemecahan masalah harus dimiliki siswa. Soedjadi (1985) menyatakan bahwa melalui kegiatan pemecahan masalah diharapkan pemahaman materi matematika akan lebih mantap dan kreativitas siswa dapat ditimbulkan. Dari hasil pengamatan peneliti dan hasil diskusi dengan beberapa guru matematika SMP ditemui bahwa banyak siswa SMP yang tidak bisa menyelesaikan soal cerita dalam pelajaran matematika. Bila soal matematika tersebut diberikan bukan berbentuk cerita maka siswa dapat menyelesaikannya. Disamping itu juga diperoleh pengakuan dari guru guru bahwa kemampuan guru yang masih kurang dalam menyelesaikan soal cerita. Menurut Sukardjono (1998) kesulitan yang dihadapi guru dan siswa dalam menyelesaikan soal cerita disebabkan oleh beberapa hal (1) guru kurang membiasakan siswa untuk memahami kalimat cerita sejak dini, (2) contoh contoh latihan soal yang diberikan guru biasanya sebagian besar hanya soal soal tentang konsep dan operasi bilangan tanpa melibatkan aplikasinya dalam kehidupan sehari hari, (3) Siswa kurang mendapat pengalaman belajar dalam menyelesaikan soal cerita

Prosiding Seminar Pendidikan Serantau Ke 4 2009/ 887 melalui proses pemahaman kalimat (mana yang diketahui, mana yang ditanyakan dan mengubahnya kedalam kalimat matematika), serta proses penyelesaian operasinya, (5) pekeerjaan rumah yang diberikan guru terdapat kecendrungan kurang melibnatkan soal dalam bentuk soal cerita. Kurang berhasilnya siswa dalam menyelesaikan soal cerita dan rendahnya hasil belajar matematika siswa banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya faktor pembelajaran. Soedjadi (1990) menyatakan bahwa bagaimanapun baiknya kurikulum, bagaimana baiknya materi matematika yang ditetapkan akan tidak mungkin tercapai tujuan pendidikan sekiranya tidak melakukan proses belajar yang cocok. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh guru, yaitu memilih strategi pembelajaran yang dapat menarik minat siswa. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat menarik minat siswa adalah menempatkan siswa secara berkelompok. Salah satu pembelajaran berkelompok yang dapat diterapkan adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division). Menurut Slavin (1995) STAD memiliki keunggulan, yaitu (1) pengetahuan diperoleh siswa dengan membangun sendiri pengetahuan itu melalui interaksi dengan orang lain, (2) sistem evaluasi dalam pembelajaran dapat membangkitkan motivasi siswa berusaha lebih baik untuk diri sendiri dan temannya, sehingga sifat bekerjasama diantara siswa terjalin dengan baik. Berdasarkan huraian di atas terlihat betapa pentingnya soal cerita dalam pengajaran matematika tetapi masih banyak terdapat kelemahan. Untuk itu peneliti tertarik meneliti permasalahan ini. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diawali dengan soal cerita dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru pada materi Aritmatika Sosial?. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa VII10 SMPN 8 Pekanbaru dan siswa kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diawali dengan pemberian soal cerita. Penelitian ini diharapkan bermanfaat: (a) bagi siswa: dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika yang berimbas dengan peningkatan prestasi hasil belajar matematika, khususnya hasil belajar matematika siswa kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru, dan dengan menyelesaikan soal cerita dapat merasakan kegunaan matematika dalam kehidupan sehari hari, (b) bagi guru: (1) dapat memperbaiki proses pembelajaran matematika sehingga tercipta rasa senang belajar matematika pada diri siswa selama pembelajaran, (2) sebagai bahan pertimbangan bagi guru matematika kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru dalam memilih suatu strategi pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas siswa, (3) dapat meningkatkan tindakan yang diperlukan guna meningkatkan hasil belajar, (c) bagi sekolah: dapat memotivasi guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas guna memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa, (d) bagi LPTK; dapat menjalin kerjasama/ kemitraan yang lebih baik guna peningkatan kualitas pembelajaran matematika di sekolah. METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Suyanto (1997) PTK sebagai bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional. Dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru matematika kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru. Peranan peneliti sebagai pengamat selama proses pembelajaran, sedangkan guru matematika sebagai pelaksana tindakan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru berjumlah 40 orang terdiri dari 19 pria dan 21 wanita. Kelas ini terpilih sebagai subjek penelitian karena didasari dari ketuntasan hasil belajar matematika yang dicapai sebelum tindakan ini dilaksanakan yaitu pada materi bilangan bulat sangat 887

Prosiding Seminar Pendidikan Serantau Ke 4 2009/ 888 rendah. Ketuntasan hasil belajar matematika secara klasikal yang dicapai kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru adalah 57,5%. Reka bentuk penelitian ini adalah model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Menurut Kemmis dan Mc. Taggart yang dikutip Suyanto (1997) model siklus tersebut mempunyai empat komponen, yaitu: Rencana Rencana tindakan kelas Apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi. Tindakan Apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Observasi Mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa Refleksi Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Siklus yang dilakukan dalam penelitian ini ada dua yaitu: Siklus pertama, melakukan pembelajaran yang berawal dengan pemberian soal cerita. Selama pembelajaran berlangsung siswa dikelompokkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siklus kedua, melakukan pembelajaran dengan pemberian soal cerita, dengan melakukan perubahan kelompok setelah dilaksanakan refleksi dari siklus pertama. Instrumen penelitian ini terdiri dari: Perangkat pembelajaran Terdiri dari silabus dan sistem penilaian, 6 buah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), enam buah lembar tugas siswa (LTS). Perangkat pembelajaran ini disusun oleh peneliti dengan didiskusikan bersama guru yang melaksanakan tindakan penelitian ini. Ulangan harian Ulangan harian dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu ulangan harian I dilaksanakan setelah RPP ketiga dilaksanakan (pada pertemuan keempat). Ulangan harian II dilaksanakan setelah RPP keenam dilaksanakan. Ulangan harian disusun oleh peneliti. Lembar observasi dan catatan lapangan Lembar observasi disusun untuk menjaring data tentang aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Catatan lapangan digunakan untuk melihat kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Ada dua data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu: Data hasil belajar siswa sebelum tindakan Data ini diperoleh dari analisis hasil belajar pada materi bilangan bulat yang dijadikan sebagai skor dasar untuk menentukan pembagian kelompok dan nilai perkembangan individu dan kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD. Data siswa setelah tindakan dilaksanakan dibuat dalam dua cara, yaitu: a. Data hasil belajar siswa Data ini diperoleh setelah siswa diberikan tindakan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diawali dengan pemberian soal cerita. Data hasil belajar siswa diperoleh dengan memberikan ulangan harian sebanyak dua kali (ulangan harian I dan ulanga harian II). b. Data hasil observasi dan catatan lapangan Data ini diperoleh dengan mengamati setiap kegiatan pembelajaran. Pengamatan dilaksanakan oleh peneliti dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan untuk setiap kali pertemuan pada proses pembelajaran 888

Prosiding Seminar Pendidikan Serantau Ke 4 2009/ 889 Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan data data tentang aktivitas guru dan siswa yang diamati selama proses pembelajaran berlangsung. Analisis data aktivitas guru dan siswa Analisis data tentang aktivitas guru dan siswa adalah hasil pengamatan selama proses pembelajaran dengan melihat kesesuaian antara perencanaan dengan tindakan. Analisis data tentang ketuntasan hasil belajar Analisis data ini dilakukan dengan melihat ketuntasan hasil belajar siswa secara individual dan secara klasikal. Siswa dikatakan mencapai kriteria ketuntasan individu jika telah memperoleh hasil belajar 65. Hal ini didasari dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara individu dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Pi = Ss x 100% S m Pi = Persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara individual, Ss = Skor yang diperoleh siswa, Sm = skor maksimum Peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari nilai skor dasar, ulangan harian I dan ulangan harian II. Menurut Suyanto (1997) apabila skor hasil belajar siswa setelah tindakan lebih baik daripada sebelum tindakan, maka dapat dikatakan bahwa tindakan berhasil, akan tetapi jika tak ada bedanya dan bahkan lebih buruk maka tindakan belum berhasil. Pendapat Suyanto ini dijadikan dasar dalam analisis data hasil belajar siswa untuk dikatakan meningkat atau tidak. Hasil belajar matematika siswa dikatakan meningkat jika jumlah siswa yang mencapai KKM setelah tindakan lebih banyak daripada sebelum tindakan. Peningkatan hasil belajar ini dapat dilihat pada daftar distribusi frekuensi. HASIL DAN PERBAHASAN Pelaksanaan Tindakan Tahap persiapan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan silabus dan sistem penilaian tentang materi Aritmatika sosial, enam buah RPP, enam buah LTS, Kisi kisi soal ulangan harian I dan II, lembar pengamatan, Soal ulangan harian I dan II, alternatif jawaban LTS dan kunci jawaban ulangan harian I dan II. Pada tahap ini, peneliti bersama guru matematika kelas VIIG SMPN 13 pekanbaru membagi siswa dalam 10 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Untuk kelas VII10 SMPN 8 Pekanbaru terdapat 11 kelompok (9 kelompok terdiri dari 4 siswa dan 2 kelompok terdiri dari 5 orang siswa). Penetapan kelompok berdasarkan nilai ulangan harian materi poko bilangan bulat. Nilai ulangan harian ini dirangking dari skor tertinggi sampai yang terendah. Setelah dirangking, diambil 27% kelompok atas, 27% kelompok bawah dan 46% kelompok tengah. Dengan menggunakan teknik random sampling setiap kelompok dipilih siswa berasal dari satu orang dari kelompok atas, satu orang dari kelompok bawah dan 2 atau 3 orang dari kelompok tengah sehingga masing masing kelompok terdiri dari 4 5 orang siswa. Tahap pelaksanan tindakan Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diawali dengan pemberian soal cerita pada materi pokok Aritmatika Sosial dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Satu siklus dilaksanakan untuk 3 kali RPP (RPP 1, RPPke 2, RPP ke 3) dan 3 buah LTS (LTS 1, LTS 2, LTS 3). Setelah 3 kali RPP selesai maka diadakan ulangan Harian I. Setelah ulangan harian 1 selesai dilaksanakan, maka peneliti melakukan penskoran dari hasil jawaban yang 889

Prosiding Seminar Pendidikan Serantau Ke 4 2009/ 890 diberikan siswa. Hasil ulangan harian I ini, peneliti gunakan sebagai refleksi untuk melakukan tindakan pada siklus kedua. Dari hasil ulangan harian I tersebut, dihitung nilai ketuntasan yang dicapai siswa, nilai perkembangan individu dan nilai perkembangan kelompok pada siklus pertama. Dari hasil ulangan harian I tersebut dilakukan perangkingan kembali untuk membentuk kelompok STAD baru pada siklus kedua. Sistem pemilihan siswa untuk setiap kelompok digunakan cara yang sama seperti pembentukan kelompok pada siklus pertama, yaitu 27% kelompok atas, 27% kelompok bawah dan 46% kelompok tengah. Pada siklus kedua juga dilaksanakan dengan menggunakan 3 buah RPP (RPP ke 4, RPP ke 5, dan RPP ke 6) dan 3 buah LTS (LTS 4, LTS 5, LTS 6). Setelah dilaksanakan ke 3 RPP dank e 3 LTS tersebut, maka dilaksanakan ulangan harian II. Dari hasil ulangan harian II ini dihitung nilai ketuntasan yang dicapai siswa, nilai perkembangan individu dan nilai perkembangan kelompok. Analisis Hasil Tindakan Hasil tindakan yang dianalisis yaitu aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan ketuntasan hasil belajar matematika dan nilai perkembangan individi dan kelompok. Aktivitas Guru dan Siswa Pada pengamatan pertama, aktivitas guru sudah sesuai dengan RPP 1. Guru sudah menyebutkan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa dengan mengaitkan dengan kehidupan sehari hari. Guru sudah menjelaskan kelima langkah penyelesaian soal cerita. Aktivitas siswa pada pertemuan pertama terlihat siswa menuliskan semua kalimat yang ada pada soal sebagai apa yang diketahui dan apa yang ditanya tanpa merinci dari kalimat yang ada pada soal. Banyak siswa mengalami kesulitan dalam membuat model matematika. Kerjasama siswa dalam kelompok belum terjalin dengan baik. Siswa kelompok bawah mengharapkan setiap penyelesaian kerja kelompok dapat diselesaikan oleh siswa yang berasal dari kelompok atas. Siswa yang berasal dari kelompok atas, menyelesaikan soal LTS 1 secara individu. Suasana kelas pada saat mengerjakan LTS 1 ribut. Siswa banyak berjalan jalan melihat hasil kerja kelompok lain. Pada pengamatan kedua, aktivitas guru sudah sesuai dengan RPP 2. Guru memberikan bimbingan pada setiap kelompok pada saat mengerjakan LTS 2. Siswa sudah tidak menuliskan semua kalimat yang ada pada soal cerita kedalam bentuk apa yang diketahui dan apa yang ditanya. Siswa sudah merinci dan meringkas kalimat untuk menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanya dalam soal. Pada pembuatan model matematika siswa masih mengalami kesulitan. Masih terdapat beberapa siswa berjalan jalan melihat pekerjaan kelompok lain. Komunikasi dan kerjasama antar siswa dalam kelompok sudah mulai terjalin. Meskipun masih ada siswa yang diam dan tidak mencatat hasil kerja kelompok. Suasana kelas masih agak rebut pada saat mengerjakan LTS 2. Pengamatan ketiga aktivitas guru sudah sesuai dengan RPP 3. Suasana kelas sudah mulai tenang pada saat mengerjakan LTS 3. Guru lebih mengontol semua siswa dalam kegiatan kelompok. Guru menekankan jika ada siswa yang tidak bekerja harap dilaporkan dan ditulis pada hasil kerja kelompok. Aktivitas siswa pada pengamatan ketiga, sudah mulai terarah dan lebih baik. Siswa sudah merinci kalimat yang ada pada soal kedalam bentuk apa yang diketahui dan apa yang ditanya. Siswa sudah mulai mengerti memindahkan kalimat verbal kedalam bentuk model matematika. Siswa sudah saling berkomunikasi. Siswa yang berasal dari kelompok atas sudah dapat mengayomi teman temannya yang belum mengerti. Siswa yang belum mengerti, sudah mau bertanya, baik pada teman sekelompok maupun pada guru. 890

Prosiding Seminar Pendidikan Serantau Ke 4 2009/ 891 Pada pengamatan keempat, aktivitas guru sudah sesuai dengan RPP 4. Guru membentuk kelompok baru berdasarkan hasil ulangan harian I. Guru menjelaskan manfaat perubahan kelompok pada siswa. Pembentukan kelompok baru tidak menimbulkan reaksi negatif bagi siswa, bahkan siswa senang dengan kelompok barunya. Aktivitas siswa, dalam menyelesaikan soal cerita sudah mulai terbiasa dengan kelima langkah penyelesaian soal cerita. Siswa sudah terbiasa dengan model matematika. Soal cerita yang ada pada LTS 4 dapat diselesaikan dengan baik. Siswa berebut untuk menuliskan hasil kerja kelompok ke papan tulis. Pada pengamatan kelima, aktivitas guru dan siswa sudah berjalan dengan baik. Guru sudah melepas siswa agar tidak tergantung pada guru bila mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita. Kerjasama antar siswa dalam kelompok sudah terjalin. Siswa sudah terbiasa dengan kelima langkah penyelesaian soal cerita. Setiap kelompok sudah menampakkan persaingan yang positif dan sehat dalam menyelesaikan soal cerita dan mempresentasekannya. Pada pengamatan keenam, aktivitas guru dan siswa sudah berjalan dengan baik. Aktivitas guru sudah sesuai dengan RPP 6. Guru melakukan pengelolaan kelas dengan lebih baik dan terarah, sehingga suasana kelas tampak tenang. Siswa sudah terbiasa dengan menggunakan kelima langkah dalam penyelesaian soal cerita. Komunikasi setiap siswa sudah terjalin dengan baik. Ada beberapa siswa berebut untuk mempresentasekan hasil kerja kelompok mereka. Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru pada materi Aritmatika sosial dapat dilihat dari tabel distribusi frekuensi kelompok dalam Jadual 1. Dari Jadual 1, pada skor dasar terdapat 23 orang siswa yang mencapai nilai KKM 65, dan 17 orang yang belum mencapai KKM. Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal yang dicapai pada skor dasar adalah 57,5%. Pada ulangan harian I, terdapat 31 orang yang mencapai nilai KKM 65, dan 9 orang yang belum mencapai nilai KKM. Ketuntasan hasil belajar secara klasikal yang dicapai pada ulangan harian I adalah 77,5%. Pada ulangan harian II terdapat 34 orang siswa yang mencapai nilai KKM 65, dan 6 orang yang tidak mengikuti ulangan harian II. Ketuntasan hasil belajar matematika siswa kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru secara klasikal yang dicapai pada ulangan harian II adalah 100%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dari jumlah siswa yang mencapai nilai KKM dan persentase ketuntasan yang dicapai mengalami peningkatan. Jadual 1. Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru Sebelum Tindakan (Skor Dasar) dan Sesudah Tindakan (Ulangan Harian I dan Ulangan Harian II) Interval Frekuensi Skor Dasar Ulangan Harian I Ulangan Harian II 0 12,9 13 25,9 1 26 38,9 3 1 39 51,9 3 3 52 64,9 10 5 65 77,9 21 18 1 78 90,9 2 11 9 91 103,9 2 24 891

Prosiding Seminar Pendidikan Serantau Ke 4 2009/ 892 Nilai Perkembangan Siswa Pada siklus pertama nilai perkembangan siswa dihitung berdasarkan selisih perolehan skor dasar sebelum tindakan (nilai ulangan harian materi Bilangan bulat) dengan nilai sesudah tindakan (ulangan harian I pada materi Aritmatika sosial). Nilai perkembangan siswa pada siklus kedua diperoleh berdasarkan selisih perolehan nilai ulangan harian I dengan nilai ulangan harian II. Nilai perkembangan siswa secara individu digunakan untuk menentukan nilai rata rat perkembangan kelompok. Setelah diperoleh nilai rata rata perkembangan kelompok maka diberi predikat penghargaan bagi setiap kelompok yaitu super, hebat atau baik. Nilai perkembangan individu yang diperoleh siswa kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru pada setiap siklus dapat dilihat pada Jadual 2 berikut. Jadual 2. Nilai Perkembangan Individu yang Diperoleh Siswa Kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru pada Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD No Nilai Perkembangan Jumlah Siswa Siklus I Siklus II 1 5 4 0 2 10 2 3 3 20 13 8 4 30 21 23 Dari Jadual 2, dapat dilihat bahwa nilai perkembangan individu siswa kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru pada pembelajaran kooperatif tipe STAD semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat bahwa pada siklus I terdapar 4 orang siswa mempunyai nilai perkembangan 5 dan 21 orang siswa yang mencapai nilai perkembangan 30, sedangkan pada siklus kedua tidak ada siswa yang mencapai nilai perkembangan 5 dan 23 orang mencapai nilai perkembangan individu 30. Nilai perkembangan individu disumbangkan kepada kelompok untuk mendapatkan nilai rata rata perkembangan kelompok. Dari nilai rata rata perkembangan kelompok tersebut, maka setiap kelompok diberikan penghargaan dengan kriteria kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super berdasarkan criteria yang sudah ditentukan. Penghargaan kelompok yang diperoleh siswa kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru dapat dilihat pada Jadual 3 berikut. Jadual 3. Perkembangan Kelompok yang Diperoleh Siswa Kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru pada Siklus I dan Siklus II Siklus Predikat Kelompok Super II, III, IV, V, VI, VII, IX, X I Hebat I, VII Baik Super I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, X II Hebat IX Baik Dari Jadual 3, terdapat 8 kelompok yang mendapat penghargaan sebagai kelompok super dan 2 kelompok sebgai kelompok hebat, sedangkan pada siklus kedua terdapat 9 kelompok sebagai kelompok super dan 1 kelompok sebagai kelompok hebat. Setiap siklus tidak ada kelompok yang mendapat penghargaan kelompok baik. Dengan demikian dapat disimpulkan terjadi peningkatan nilai perkembangan kelompok dari siklus I ke siklus kedua. 892

Prosiding Seminar Pendidikan Serantau Ke 4 2009/ 893 PERBAHASAN HASIL PENELITIAN Pada saat mengerjakan LTS, pengelolaan kelas kurang optimal. Suasana kleas sering ribut, dan banyak siswa yang berjalan jalan melihat pekerjaan kelompok lain. Peneliti mengamati, bahwa dalam melaksanakan bimbingan untuk kelompok yang besar dalam satu kelas tidaklah cukup dilakukan oleh satu orang guru. Akibatnya selama penelitian, peneliti juga berperan ganda dalam penelitian, yaitu sebagai pengamat dan membimbing siswa selama siswa bekerja dalam kelompok. Pada siklus kedua terdapat beberapa kelemahan dalam pelaksanaan pembelajaran. Diantaranya RPP yang telah direncanakan untuk satu kali pertemuan yaitu 3 x 40 menit, mengalami perubahan menjadi 3 x 30 menit. Akibatnya tidak semua soal yang ada pada LTS pada setiap pertemuan dapat diselesaikan. Pada siklus kedua, terdapat banyak kegiatan pengajian dan pertandingan sebelum pelajaran dimulai. Kegiatan ini menggangu kesiapan siswa untuk menerima pelajaran. Karena mereka sudah letih mengikuti kegiatan tersebut. KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diawali dengan pemberian soal cerita dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru.pada materi pokok Aritmatika Sosial. SARANAN Saran saran yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Karena terdapatnya peningkatan hasil belajar, maka disarankan pada guru matematika SMPN 13 Pekanbaru untuk mencoba mengembangkan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diawali dengan pemberian soal cerita Bagi siswa kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru agar tidak merasa kesulitan dalam menyelesaikan bentuk soal cerita, disarankan dapat menerapkan kelima langkah penyelesaian soal cerita yaitu menentukan apa yang diketahui pada soal, menentukan apa yang ditanya pada soal, membentuk model matematika, melakukan perhitungan dan menentukan jawab akhir dari soal dalam menyelesaikan soal bentuk cerita. Karena masih ada ditemui kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal cerita terutama dalam membentuk model matematika pada penelitian ini, maka diharapkan guru matematika SMPN 13 Pekanbaru dapat menanggulangi masalah ini dengan menerapkan salah satu model pembelajaran kooperatif khususnya tipe STAD. Dengan model pembelajaran ini diharapkan kesulitan yang dihadapi siswa secara individu dapat diatasi secara kelompok, karena STAD menuntun siswa menjalin kerjasama dan rasa tanggung jawab secara bersama untuk menyelesaikan segala permasalahan dalam kelompok. RUJUKAN Arends, Ricard, I. (1997). Classroom Instruction and Management. New York: Mc Graw Hill Companies. Inc. Arikunto, Suharrdjono & Supandi. ( 2006). Penelitian Tindakan Kela. Bumi Aksara, Jakarta Bell, Frederick, H, (1982). Teaching and Learning Mathematics (In Secondary School), Dubuque Jown: Wm. C. Brown. Depdiknas, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta. Eggen, D. Paul Kauchak & P.Donald. (1993). Strategies For Teachers, Teaching Contens and Thinking Skill. Boston: Allyn & Bacon Publishers. 893

Prosiding Seminar Pendidikan Serantau Ke 4 2009/ 894 Marpaung, Yansen & Suparno, Paul. 1987. Sumbangan Pikiran terhadap Pendidikan Matematika dan Fisika. FPMIPA IKIP Sanata Darma, Yogyakarta. Slavin, Robert, E. (1995). Cooperative Learning: Theory, Research and Practise. 2 nd Edition. Boston: Allyn & Bacon Publishers. Soedjadi, R. (1990). Matematika Untuk Pendidikan Dasar 9 Tahun (Suatu Analisis Global menyonsong Era Tinggal Landas). Surabaya: PPS IKIP Surabaya. Sukardjono. (1998). Matematika Sekolah Dasar Dalam Kehidupan Sehari hari Permasalahan dan Pembelajarannya. Depdikbud Ditjen Dikdasmen PPPG Yogyakarta. Suyanto. (1997). Pedoman Pelaksanaan penelitian Tindakan Kelas. Dikti, Depdikbud, Yogyakarta. Wardani. (2002). Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka, Jakarta. Zulkardi. (2002). Developing a Learning Environment on Realistic Mathematics Education for Indonesian Students Teachers (Diss). Print Partners Ipskamp, Enchede. 894