HUBUNGAN PERILAKU DENGAN KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM KONSUMSI TABLET BESI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepatuhan menurut Sackett pada pasien sebagai Sejauh mana perilaku individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisik maupun mental, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan. perkembangan janin dalam kandungannya (Pinem, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hamil. Anemia pada ibu hamil yang disebut Potensial danger of mother and. intra partum maupun post partum (Manuaba, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

KEJADIAN ANEMIA DI UPTD PUSKESMAS SINDANGWANGI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui alat indra (Lukaningsih, 2010: 37). Dengan persepsi ibu hamil dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. vitamin B12, yang kesemuanya berasal pada asupan yang tidak adekuat. Dari

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB I PENDAHULUAN. Anemia gizi besi pada ibu hamil masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif tinggi yaitu 63,5% sedangkan di Amerika 6%. Kekurangan gizi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia. uteri, syok, infeksi (baik intrapartum atau post partum).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Serambi Akademica, Vol. II, No. 2, November 2014 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Mengkonsumsi tablet Fe sangat

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada ibu hamil disebut potensial danger to mother and child (potensial

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN. Saya bernama Devi Yunani Nasution adalah mahasiswa di Program Studi S2

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. apabila seorang ibu hamil dapat mengatur makanan yang dikonsumsinya. secara sempurna. Kehamilan yang sehat dapat diwujudkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dalam tujuan pembangunan Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Yane Liswanti, Dina Ediana 1Program Studi DIII Analis KesehatanSTIKes BTH Tasikmalaya *Coresponding author :

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat.

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan (konsepsi) adalah pertemuan antara sel telur dengan sel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

Jangan buang waktu, tenaga dan biaya anda sia-sia. Solusi mencari KTI Kebidanan tercepat dan terlengkap di internet hanya di

ANALISIS FAKTOR ASUPAN GIZI DAN PEMAKAIAN ZAT BESI TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

TINJAUAN PUSTAKA. a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin dalam sirkulasi darah. Anemia juga dapat didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

KUESIONER PENELITIAN

PENGETAHUAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PUSKESMAS LAK-LAK KUTACANE ACEH TENGGARA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

Petunjuk : Dibawah ini terdapat beberapa pertanyaan dengan 4 item jawaban. Berikan tanda (X ) pada salah satu jawaban yang paling benar.

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

BAB 1 PENDAHULUAN. lahir dalam waktu yang cukup (Andriana, 2007). fisiologi, anatomi dan hormonal yang berbeda-beda. Salah satunya adalah

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI TABLET Fe DAN FREKUENSI ANTENATAL CARE (ANC) DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI DESA SENDANG PONOROGO NASKAH PUBLIKASI

Yuliana Salman 1*, Ideris 2, Siti Maryam Muharramah 3

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

Transkripsi:

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM KONSUMSI TABLET BESI (fe) DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUBO KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI Oleh : JULIYANTI 07C10104075 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH ACEH BARAT 2013 i

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM KONSUMSI TABLET BESI (fe) DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUBO KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI Oleh JULIYANTI 07C10104075 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH ACEH BARAT 2013 ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil dan merata diseluruh wilayah Republik Indonesia dan dapat mewujudkan bangsa yang mandiri maju dan sejahtera. Millennium Development Goals atau MDGs adalah sebuah target pencapaian global yang ingin direalisasikan pada tahun 2015. MDGs ini merupakan hasil dari deklarasi millennium yang di tanda tangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala Negara di New York pada bulan September tahun 2000. Terdapat 8 target yang ingin dicapai dalam Pembangunan Millennium ini, antara lain adalah, pemberantasan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim, pemerataan pendidikan dasar, mendukung adanya persaman jender dan pemberdayaan perempuan, mengurangi tingkat kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya, menjamin daya dukung lingkungan hidup, mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan 1

2 Dari kedelapan target tersebut, terdapat poin yang menyoroti masalah kesehatan yaitu kesehatan ibu. Permasalahan ini merupakan masalah yang tidak mudah, kompleks, dan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak untuk mengubahnya menjadi lebih baik, terlebih masalah kematian ibu dan bayi. Di Negara kita, kematian bayi maupun kematian ibu masih menjadi masalah kesehatan yang merisaukan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain masih minimnya pengetahuan para ibu mengenai kesehatan, terutama dalam masalah asupan gizi dan kurangnya pengetahuan serta pemahaman para ibu untuk memberikan pelayanan terbaik bagi dirinya dan bayi yang sedang di kandung. Bahkan, di daerah tertentu masih ada ibu hamil yang memilih melahirkan dengan bantuan dukun beranak dari pada pergi ke rumah sakit atau bidan. Factor lain yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan bayi yaitu pelayanan kesehatan ibu dan anak yang belum memadai dan belum optimal di tiap daerah, keterbatasan anggaran dalam kesejahteraan yang menyebabkan biaya untuk persalinan cukup mahal. Usaha yang dilakukan pemerintah untuk menekan angka kematian ini antara lain, mengoptimalkan pelayanan KIA di setiap pelayanan masyarakat seperti Posyandu dan Puskesmas yang ada di setiap daerah, melakukan survey mengenai pengetahuan KIA di suatu daerah, mengadakan intervensi kepada ibu hamil, meningkatan ketrampilan tenaga kesehatan di setiap daerah, serta memberdayakan kader atau tokoh masyarakat. Untuk menyukseskan usaha tersebut di butuhkan peran serta dukungan dari berbaga pihak. Program pemerintah ini tidak akan berhasil dengan baik bila masyarakat di sekitar tidak mau peduli dengan kondisi yang sedang terjadi.

3 Masyarakat harus sadar akan pentingnya pengetahuan mengenai kesehatan ibu dan anak. Dengan kebersamaan, kepedulian, dan kesadaran dari masyarakat, maka tujuan ini akan lebih mudah tercapai. Masalah-masalah kesehatan yang di hadapi bangsa Indonesia sekarang ini adalah masih tingginya angka kematian ibu dan bayi, masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasarkan karene secara langsung menentukan kualitas sumber daya manusia serta meningkatkan derajat kesehatan. Masalah gizi di Indonesia yang belum teratasi, salah satunya adalah anemia. Anemia masih merupakan masalah pada wanita Indonesia sebagai akibat kekurangan zat besi (Tarwoto, 2007). Untuk menanggulangi masalah anemia zat besi pada ibu hamil maka pemerintah melalui Kementrian Kesehatan RI melaksanakan suatu program pemberian tablet zat besi dan peningkatan gizi merupakan pada ibu hamil. Suplementasi tablet zat besi dan peningkatan gizi merupakan upaya penting dalam pencegahan dan penanggulangan anemia. Anemi pada kehamilan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemi hamil tersebut potensial danger of mother and child (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemi memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada hari terdepan (Manuaba,2002 ). Menurut WHO 4% kematian para ibu di Negara yang sedang berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia disebab kan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi (Winknjosastro, 2002).

4 Anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh yang kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun dalam nifas. Berbagai penyakit dapat timbul akibat anemia seperti abortus, partus premature, partus lama, akibat insersi uteri, perdarahan past partum karena atonia uteri, syok, infeksi baik intra partum maupun post partum (Manuaba, 2002). Kekurangan juga mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb) dimana zat besi sebagai salah satu unsur pembentukannya. Hemoglobin berfungsi sebagai pengikat oksigen yang sangat dibutuhkan untuk metabolism sel, hal ini dapat menyebabkan anak lahir dengan berat badan rendah, keguguran dan juga menyebabkan anemia pada bayinya (Ridwanamiddin, 2007) Anemia berat kaitannya dengan asupan gizi dari makanan kita seharihari, karena itu memperbaiki pola makan hal yang paling penting untuk mengatasi anemia. Terapkan pola makan yang sehat, dengan selalu memperhatikan jumlah, jadwal dan jenisnya. Jumlah yang dimaksud adalah sesuai dengan kebutuhan tubuh. Untuk memenuhi kebutuhan akan zat besi selama hamil, ibu harus mengkonsumsi zat besi sekitar 40-45 mg sehari. Kebutuhan ini dapat terpenuhi dari makan yang kaya akan zat besi, seperti daging berwarna merah, hati, kuning telur, sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, tempe, roti, dn sereal. Tetapi jiak dokter menemukan ibu hamil yang menunjukkan gejala anemia biasanya akan memberikan suplemen zat besi berupa tablet besi, biasanya dikonsumsi satu kali dalam sehari. Suplemen tablet besi juga diberikan pada ibu hamil yang menganut pola makan vegetarian. Untuk meningkatkan penyerapan zat besi, ibu hamil

5 vegetarian hanya cukup makan buah-buahan yanga banyak mengandung vitamin C (Ridwanaminuddin, 2007) Adapun gejala anemia pada ibu hamil adalah sering mengeluh, cepat lelah, pusing, palpitusi, mata berkunang-kunang, lidah luka, nafsu makan turun (Anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah), dan keluhan mual muntah lebih hebat dari hamil muda, perubahan jaringan epitel kuku, lesu, lemah, lelah dan pembesaran kelenjar limfa. Konsumsi tablet besi juga dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Penolakan tersebut sebenarnya berpangkal dari ketidaktauan mereka bahwa selama kehamilan mereka memerlukan tambahan zat besi (Ariaman, 2007) Ketidak patuhan ibu hamil meminum tablet zat besi dapat mencerminkan seberapa besar peluang untuk terkena anemia pemberian informasi tentang anemia akan menambah pengetahuan mereka dan mengubah sikap maupun tindakan mereka tentang anemia, karena ketiga hal tersebut memegan penaran yang sangat penting sehingga ibu hamil patuh meminum zat besi. Kepatuhan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan program. Menurut azwar, seseorang dikatakan patuh apabila orang tersebut mau mengikuti dan menaati peraturan atau kebijakan dan telah ditentukan tanpa harus ada paksaan dan tuntutan dari orang lain. Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu -ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%, serta semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan.

6 Indonesia memiliki jumlah ibu hamil 5.060.637 jiwa pada penghujung tahun 2012, ditemukan 50-63% anemia yang diderita oleh ibu hamil, selain itu 40% anemia diderita oleh wanita subur. Di Propinsi Aceh jumlah ibu hamil adalah 109.652 jiwa. Dan di Aceh barat jumlah ibu hamil adalah 4.386 jiwa, dari sekian jumlah ibu hamil terdapat 30,2 % anemia diderita oleh ibu hamil. (Dinkes Aceh Barat, 2012) Ibu hamil di Kecematan Meureubo tahun 2012 berjumlah 656 orang, dari sekian jumlah ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Meureubo terdapat 53 orang ibu hamil yang mengalami anemia, adapun jumlah ibu hamil di tiap desa yang dimulai dari desa yang tertinggi jumlah ibu yang anemia adalah di Desa Paya penaga berjumlah 13 orang, Ujung tanoh darat berjumlah 12 orang, Gunung kleng berjumlah 4 orang, Langung berjumlah 3 orang, Bukit jaya 2 orang, Ujung drien berjumlah 2 orang, Ujung tanjung 2 orang, Ranup dong berjumlah 2 orang, Meureubo berjumlah 2 orang, Paya baroh berjumlah 2 orang, Pasi aceh baroh berjumlah 2 orang, Balee berjumlah 2 orang, Peunaga berjumlah 1 orang, Reudeup berjumlah 1 orang, Penaga cut ujung berjumlah 1 orang, Sumber batu berjumlah 1 orang, Peunaga rayeuk berjumlah 1 orang, Paya baroh berjumlah 1 orang, dan Mestu berjumlah 1 orang. (Puskesmas Meureubo, 2012) Berdasarkan beberapa latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan Penelitian tentang Hubungan Perilaku Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Konsumsi Tablet Besi (fe) Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan beberapa latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana hubungan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Secara umum penulisan ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalams Mengkonsumsi Tablet Besi (fe) Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil dengan kepatuhan dalam konsumsi tablet besi (fe) Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. 2. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu hamil dengan kepatuhan dalam konsumsi tablet besi Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil dalan mengkonsumsi tablet besi (fe) Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. 3. Untuk mengetahui hubungan tindakan ibu hamil dengan kepatuhan dalam konsumsi tablet besi (fe) Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

8 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Sebagai bahan masukan dan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa/ mahasiswi tentang hubungan perilaku dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi. 2. Dapat menjadi bahan kepustakaan tentan anemia pada ibu hamil sehingga di jadikan bahan pembelajaran di Universitas Teuku Umar Meulaboh. 1.4.2 Manfaat Aplikatif 1. Bagi pihak puskesmas, hasil penelitian ini bisa dijadikan masukan untuk nantinya disampaikan kepada masyarakat terutama ibu hamil akan pentingnya mengkonsumsi tablet besi. 2. bagi pihak kampus, hasil penelitian ini juga bisa dijadikan pertimbangan untuk membuat program kuliah kerja nyata (KKN) berbasis penyadaran ibu hamil akan pentingnya mengkonsumsi tablet besi. 3. Bagi ibu hamil, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman pada masa hamil dalam hal pentingnya mengkonsumsi tablet zat besi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Definisi Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang besangkutan (Notoatmodjo, 2003) Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil pertama atau resultanse antara berbagai faktor bak internal maupun eksternal (Notoadmodjo, 2007). Skiner dalam Notoadmodjo (2003) perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organism tersebut merespon dan teori ini dikenal sebagai teori (SOR) Stimulus Organisme Respons (Notoatmodjo,2003) 2.1.2 Faktor-faktor Yang Berperan Dalam Pembentukan Perilaku Menurut Notoadmodjo, (2007) fak tor-faktor yang berperan dalam pembentukan perilaku dikelompokkan menjadi dua jenis : 1. Faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional dan jenis kelamin. 2. Faktor ekternal, yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi dan politik. Faktor lngkungan sering merupakan faktor yang dominan mewarnai perilaku seseorang. 9

10 Bloom dalam Notoatmodjo, (2003) perilaku manusia dibagi dalam tiga domain, kognitif (pengetahuan), attitude (sikap) dan psikomotor (tindakan). 1. Kognitif (Pengetahuan) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terjadi melalui panca indera manusia, yakni melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Teori pengetahuan berkaitan dengan sumbersumber pengetahuan (Notoadmodjo,2003) Menurut Suhartono, (2005) di dalam skripsi Marini, (2010) pengetahuan adalah proses mengetahui, dan menghasilkan sesuatu. Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bart tahun 1994 dapat dikatakan bahwa perilaku yang dilakukan atas dasar pengetahuan akan lebih bertahan dari pada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan. Jadi pengetahuan sangat dibutuhkan agar masyarakat dapat mengetahui mengapa mereka harus melakukan suatu tindakan sehingga perilaku masyarakat dapat lebih mudah untuk di ubah kearah yang lebih baik. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara yang menanyakan sesuatu yang ingin diukur tentang pengetahuan dari subjek penelitian (Notoatmodjo, 2003). Untuk mengukur pengetahuan ibu ham il tentang zat besi maka perlu diketahui pengertiannya tentang kehamilan, manfaat dari sumber zat besi, akibat kekurangan zat basi, suplementasi zat besi serta cara mengkonsumsinya.

11 2. Attitude (Sikap) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus tau objek (Notoatmodjo, 2007). Newcomb dalam Notoatmodjo menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu prilaku. Alport dalam Notoatmodjo, (2007) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok : a. Kepercayaan (keyakinan), ide konsep terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Menurut Notoatmodjo, (2007) tingkatan sikap terdiri dari : a. Menerima (receiving) b. Merespon (responding) c. Menghargai (valving) d. Bertanggung jawab (responsible) Suatu contoh sikap adalah sering ibu yang dalam masa kehamilannya mendengarkan bahwa akibat anemia atau kurang darah selama kehamilan adalah keguguran, kematian bayi, berat badan lahir rendah dan bahkan kematian ibu. 3. Psikomotor (Tindakan) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan ( over behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan diperlukan faktor

12 pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Mempunyai empat tingkatan yang terdiri dari : a. Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. b. Respon terpimpin (guide) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan dengan benar dan sesuai contoh. c. Mekanisme (mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. d. Adopsi (adoption) Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. 2.2 Kepatuhan Definisi kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat besi adalah ketaatan ibu hamil melaksanakan anjuran petugas kesehatan untuk mengkonsusmsi tablet zat besi. Kepatuhan menurut Sackett pada pasien sebagai Sejauh mana perilaku individu sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan (Afnita, 2004). Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat besi, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah

13 satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulagi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat (Afnita, 2004). Kepatuhan sulit diukur karena tergantung pada banyak faktor, diantaranya adalah pasien sering kali tidak mengakui bahwa mereka tidak melakukan apa yang dianjurkan dokter. Untuk itu diperlukan pendekatan yang baik dengan pasien agar dapat mengetahui kepatuhan mereka dalam melaksanakan pengobatan (Afnita, 2004). Menurut Dinicola dan Dimatteo (1984) yang dikutip Niven (2002) cara meningkatkan kepatuhan diantaranya melalui perilaku sehat dan pengontrolan perilaku dengan faktor kognitif, dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga yang lain, teman, waktu dan uang merupakan faktor yang penting dalam kepatuhan dalam program-program medis, dan dukungan dari profesional kesehatan. Untuk meningkatkan kepatuhan guna menunjang keberhasilan pencegahan dan pengobatan anemia dalam kehamilan perlu dilakukan suatu monitoring terhadap kepatuhan meminum tablet besi yang diberikan. Sampai saat ini belum ada sistem monitoring yang tepat untuk mengawasi apakah tablet besi betul-betul dikonsumsi oleh ibu hamil. Tablet zat besi sebagai suplementasi yang diberikan pada ibu hamil menurut aturan harus dikonsumsi setiap hari. Namun karena berbagai alasan misalnya, pengetahuan, sikap, dan praktek ibu hamil yang kurang baik, efek samping dari tablet zat besi, motivasi petugas kesehatan yang kurang sering kali

14 terjadi ketidak patuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan tujuan dari pemberian tablet zat besi tidak tercapai. 2.3 Kebijakan Pemerintah Tentang Pemberian Tablet Zat Besi Pada Ibu Hamil (Fe) program pemberian tablet zat besi pada ibu hamil sudah dijalankan sejak tahun 1970, namun masih terdapat beberapa kasus yang disebabkan karena anemia pada masa kehamilan. Hanya sedikit wanita hamil dinegara berkembang seperti di Indonesia yang dapat memenuhi kebutuhan zat besi selama kehamilan melalui makanan sehari-hari, karena sumber utama zat besi yang mudah di serap oleh tubuh (basi heme) yaitu protein hewani seperti ikan dan daging cukup mahal harganya dan belum sepenuhnya terjangkau oleh masyarakat. Walaupun terdapat sumber makanan nabati yang kaya besi seperti sayuran hijau dan kacangkacangan, namun zat besi dalam makanan tersebut lebih sulit penyerapannya. Oleh karena itu pemberian sublementasi tablet zat besi selama kehamilan merupakan salah satu upaya untuk mengatasi anemia (KeMenKes RI, 2011). 2.3.1 Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Kurang Tablet Besi Pada Ibu Hamil Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi kurang zat besi pada ibu hamil menurut Depkes RI (2005) adalah : 1. Meningkatnya konsumsi zat besi dari sumber alami, terutama makanan sumber hewani (hem iron) yang mudah diserap seperti hati, ikan, daging selain itu perlu ditingkatkan juga, makanan yang banyak mengandung Vitamin C dan Vitamin A (buah -buahan dan sayuran) untuk membantu penyerapan zat besi dan membantu proses pembentukan Hb.

15 2. Fortifikasi bahan makanan, yaitu menambahkan zat besi, asam folat, vitamin A, dan asam amino esensial pada baham makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok sasaran. Penambahan zat besi ini umumnya dilakukan pada bahan makanan yang mengandung zat besi, dianjurkan mambaca label pada kemasannya. 3. Suplementasi besi-folat secara rutin selama jangka waktu tertentu, bertujuan untuk meningkatkan kadar Hb secara tepat. Dengan demikian suplementasi zat besi hanya merupakan salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan kurang besi yang perlu diikuti dengan cara lainnya. 2.3.2 Suplementasi Tablet Zat Besi Pada Ibu Hamil 2.3.2.1 Pengertian Suplementasi Tablet Zat Besi Suplementasi tablet zat besi adalah adalah pemberian zat besi folat yang berbentuk tablet, tiap tablet 60 mg besi elemental dan 1,25 mg asam folat, yang diberikan oleh pemerintah pada ibu hamil untuk mengatasi masalah anemia gizi besi (Depkes RI, 2005). Pemberian suplementasi zat besi menguntungkan karena dapat memperbaiki status hemoglobin dalam tubuh waktu relatif singkat. Sampai sekarang cara ini masih merupakan salah satu cara yang dilakukan pada ibu hamil dan kelompok yang berisiko tinggi lainnya, seperti anak balita, anak sekolah dan pekerja. Di Indonesia, pil besi yang digunakan dalam suplementasi zat besi adalah Ferrous Sulfur, senyawa ini digolong murah dan dapat di absorbsi sampai 20% (Ridwanaminuddin, 2007). Untuk mengatasi masalah anemia kurang zat besi pada ibu hamil, pemerintah melalui Depkes RI sudah sejak tahun 1970 lewat program Upaya

16 Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) mendistri busikan tablet zat besi (Depkes RI, 1996). Ini merupakan cara yang efesien untuk mencegah dan mengobati anemia kurang besi pada ibu hamil karena kandungan besinya padat dan dilengkapi dengan asam folat, selain itu tablet zat besi diberi oleh petugas kesehatan dengan cuma-cuma sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat luas dan mudah didapat (Kemenkes RI, 2005). 2.3.3 Dosis dan Cara Pemberian Tablet Zat Besi Pada Ibu Hamil Menurut Kemenkes RI (2005 ), tablet zat besi diberikan pada ibu hamil sesuai dengan dosis dan cara yang ditentukan yaitu: 1. Dosis pencegahan, diberikan pada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan Hb, yaitu sehari 1 tablet (60 mg besi elemental dan 0.25 mg asam folat) berturutturut selama minimal 90 hari masa kehamilan mulai pemberian pada waktu pertama kali ibu hamil memeriksakan kehamilannya (K1). 2. Dosis pengobatan, diberikan pada sasaran (Hb dari batas ambang) yaitu bila kadar Hb 11 gr% pemberian menjadi 3 tablet sehari selama 90 hari kehamilan. Menurut Kemenkes RI (2005), cara pemberian tablet besi pada ibu hamil sesuai dengan ketentuan yang telah dianjurkan yaitu : 1. Minum tablet besi harus dengan menggunakan air putih, jangan dengan teh, susu, atau kopi karena dapat menurunan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya kurang 2. Untuk menghindari gejala dalam mengkonsumsi tablet besi, minum tablet besi setelah makan malam, akan lebih baik apabila setelah minum tablet besi kemudian makan buah-buahan misalnya pepaya,pisang dan jeruk

17 3. Senangi aneka ragam bahan makanan, agar terhindar dari anemia 4. Simpan tablet besi ditempat yang kering 5. Anemia gizi besi dapat disembuhkan, minum tablet besi sesuai aturan. 2.3.4 Sasaran Pendistribusian Tablet Zat Besi Menurut ketentuan Kemenkes RI (2005 ), tablet zat besi diberikan pada sasaran melalui sarana-sarana pelayanan pemerintah maupun swasta, sebagai berikut: - Puskesmas / Puskesmas Pembantu - Polindes (pondok bersalin desa) / Bidan Desa - Posyandu - Rumah Sakit Pemerintah/Swasta - Pelayanan Swasta/ Bidan, Dokter praktek swasta dan poloklinik - Apotek/ Toko Obat/ Warung - POD (pos obat desa). 2.4 Konsumsi Tablet Zat Besi 2.4.1 Fungsi Tablet Zat Besi Menurut Achmat (1996) yang di kutip Ridwanaminuddin ( 2007), Zat besi (Fe) merupakan mikro elemen yang esensial bagi tubuh, zat ini terutama diperlukan dalam hemopobesis (pemb entukan darah), yaitu dalam syntesa hemoglobin Hb. Zat besi yang terdapat dalam semua sel tubuh berperan penting dalam berbagai reaksi biokimia, diantaranya dalam produksi sel darah merah. Sel ini diperlakukan untuk mengangkat oksigen keseluruh jaringan tubuh. Sedangkan oksigen penting dalam proses pembentukan energi agar produktivitas kerja meningkat dan tubuh tidak cepat lelah.

18 Seorang ibu yang dalam masa hamilnya telah menderita kekurangan zat besi tidak dapat memberikan cadangan zat besi kepada bayinya dalam jumlah yang cukup untuk beberapa bulan pertama. Meskipun bayi itu mendapat air susu dari ibunya, tetapi susu bukanlah bahan makanan yang banyak mangandung zat besi, karena itu diperlukan zat besi untuk mencegah anak menderita anemia (Moehji, 1992). Pada beberapa orang, pemberian tablet zat besi dapat menimbulkan gejalagejala seperti mual, nyeri didaerah lambung, kadang-kadang terjadi diare dan sulit buang air besar (Kemenkes RI, 2005), pusing dan bau logam (Hartono, 2000). Selain itu setelah mengkonsumsi tablet zat besi kotoran (tinja) akan menjadi hitam, namun hal ini tidak membahayakan. Frekuensi efek samping tablet zat besi ini tergantung pada dosis zat besi dalam pil, bukan pada bentuk cmpurannya. Semakin tinggi dosis yang diberikan maka kemungkinan efek samping semakin besar. Tablet besi yang diminum dalam keadaan perut terisi akan mengurangi akibat efek samping yang ditimbulkan, tetapi hal ini dapat menurunkan tingkat penyerapan. Penelitian bahwa pemberian suplemen zat besi secara oral dihambat oleh 2 faktor penting yaitu efek samping terhadap saluran gastrointestinalis, dan kesulitan dalam memotivasi penderita yang tidak menganggap dirinya sakit (Siregar, 2000). Menurut penelitian yang dilakukan Hartono dan Endang, bahwa penambahan sorbitol kedalam tablet zat besi dapat menurunkan efek samping yang muncul akibat konsumsi tablet zat besi, yang sering menyebabkan ibu hamil menghentikan konsumsi tablet zat besi yaitu mual, pusing bau seperti logam. (www.anemia.net.id, Diakses 20 mei 2012)

19 2.4.2 Komposisi Tablet Zat Besi di Dalam Tubuh Jumlah zat besi didalam tubuh seorang normal berkisar antara 3-5 gr tergantung dari dari jenis kelamin, berat badan, dan hemoglobin. Besi didalam tubuh terdapat dalam hemoglobin sebanyak 1,5-3,0 gr dan sisa lainnya terdapat didalam plasma dan jaringan. Di dalam plasma besi terikat dengan protein yang disebut dengan transferin sebanyak 3-4 gr. sedangkan didalam jaringan berada dalam suatu status esensial (nonavailable) dan bukan esensial (available). Disebut esensial karena tidak dapat dipakai untuk pembentukan hemoglobin maupun keperluan lainnya (Soeparman, 1990). 2.4.3 Sumber Tablet Zat Besi Ada 2 jenis zat besi dalam makanan, yaitu zat besi yang berasal dari hem dan bukan hem. Walaupun kandungan zat besi hem dalam makanan hanya antara 5-10 %, tetapi penyerapannya mencapai 25% (dibandingkan dengan zat besi non hem yang penyerapannya hanya 5 %). Makanan hewani seperti daging, ikan, dan merupakan sumber utama zat besi hem. Zat besi yang berasal dari hem merupakan penyusun hemoglobin. Zat besi non hem terdapat dalam pangan nabati, seperti sayursayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan buah-buahan (Ridwanaminuddin, 2007). Di negara-negara yang sedang berkembang, konsumsi zat besi yang berasal dari hem lebih rendah atau sama sekali dapat diabaikan (Demaeyer, 1993). Hal ini terjadi karena harga bahan makanan yang mengandung zat besi hem tersebut harganya relatife mahal sehingga sulit dijangkau oleh masyarakat. Sejalan dengan tingkat sosioekonomi yang rendah akan menyebabkan anemia secara tidak langsung. Hal ini terkait dengan tingkat pendapatan yang rendah sehingga terjadi

20 ketidak mampuan masyarakat dalam menyediakan makanan sesuai kebutuhan, mengingat bahan makanan yang kaya akan zat besi dari sumber protein hewani sulit terjangkau karena harganya mahal (www.anemia.net.id, Diakses 20 mei 2012). Selain diperoleh dari bahan makanan, makanan dapat pula mengandung besi eksogen, yang berasal dari tanah, bedu, air, atau tempat memasak. Keadaan ini lebih sering terjadi di Negara-negara yang sedang berkembang. Jumlah dan zat besi cemara didalam makanan mungkin beberapa kali lebih besar dibandingkan dengan jumlah zat besi dalam makanan itu sendiri (www.anemia.net.id, Diakses 20 mei 2012). Asupan zat besi selain dari makanan adalah melalui suplemen tablet zat besi. Suplemen ini biasanya diberikan pada golongan rawan kurang zat besi, yaitu balita, anak sekolah, wanita usia subur, dan ibu hamil. Pemberian suplemen tablet zat besi pada golongan tersebut dilakukan karena kebutuhannya akan zat besi yang sangat besar, sedangkan asupan dari makanan saja tidak dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Makanan yang banyak mengandung zat besi lain daging, terutama hati dan jeroan, aprikol, prem kering, telur, polong kering, kacang tanah, dan sayuran berdaun hijau (Pusdiknakes, 2003). 2.4.4 Penyerapan (Absorbsi) Tablet Zat Besi Besi diabsorbsi terutama didalam duodenum dalam bentuk fero dan dalam suasana asam (Soeparman, 1990). Penyerapan zat besi non hem sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor penghambat maupn pedorong, sedangkan zat besi hem tidak. Asam askorbat (Vitamin C) dan daging faktor utama yang mendorong penyerapan zat besi

21 dikenal sebagai MFP (meat, fish, poultry) faktor (www.anemia.net.id, Diakses 20 mei 2012). Tingkat keasaman dalam lambung ikut mempengaruhi kelarutan dan penyerapan zat besi di dalam tubuh. Suplemen zat besi lebih baik dikonsumsi pada saat perut kosong atau sebelum makan, karena zat besi lebih efektif diserap apabila lambung dalam keadaan asam (ph rendah). Disamping faktor yang mendorong penyerapan zat besi non hem, terdapat pula faktor yang menghambat penyerapan seperti teh, kopi, dan senyawa ethylenediamine tetraaacetic acid (EDTA) yang biasa digunakan sebagai pengawet makanan yang menyebabkan penurunan absorpsi zat besi non hem sebesar 50% (Ridwanaminuddin, 2007). 2.4.5 Ekskresi Tablet Zat Besi Berbeda dengan mineral lainnya tubuh tidak dapat mengatur keseimbangan besi melalui ekskresi. Besi dikeluarkan dari tubuh relatif konstan berkisar antara 1,0-1,5 mg setiap hari melalui rambut, kuku, air kemih, dan terbanyak melalui deskuamasi sel epitel saluran pencernaan. Lain halnya dengan wanita yang sedang menstruasi dan wanita hamil setiap hari kehilangan besi 0.5-1.0 mg atau 40-80 ml darah dan wanita yang sedang menyusui sebanyak 1,0 mg sehari. Wanita yang melahirkan dengan perdarahan normal akan kehilangan besi 500-550 mg (www.anemia.net.id, Diakses 20 mei 2012). 2.5 Kebutuhan Tablet Zat Besi Pada Ibu Hamil Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 CC setiap bulan dan

22 kehilagan zat besi 30 sampai 40 mg. disamping itu kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan akan menjadi anemia (Manuaba, 2002). Zat besi penting untuk mengkompensasi peningkatan volume darah yang terjadi selama kehamilan, dan untuk memastikan pertumbuhan dan perkembagan janin yang adekuat. Kebutuhan zat besi meningkat selama kehamilan, sering dengan pertumbuhan janin. Ibu hamil dapat memenuhi kebutuhan zat besinya yang meningkat selama kehamilan dengan meminum tablet tambah darah (suplementasi tablet zat besi) dan dengan memastikan bahwa ibu hamil makan dengan cukup dan seimbang (Pusdiknakes, 2003). Pada setiap kehamilan kebutuhan zat besi yang diperlukan sebanyak 900 mg Fe yaitu meningkatnya sel darah ibu 500 mg Fe, terdapat dalam plasenta 300 mg Fe, dan untuk darah janin sebesar 100 mg Fe. Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kahamilan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya akan menimbulkan anemia pada kehamilan (Manuaba, 2002). Kebutuhan zat besi selam triwulan pertama relatif kecil, yaitu 0,8 mg perhari, namun meningkat dengan pesat selama triwulan kedua dan ketiga hingga 6,3 mg perhari. Sebagian dari peningkatan dapat dipenuhi oleh simpanan zat besi dan peningkatan aditif persentase zat besi yang diserap, tetapi bila zat besi rendah atau tidak sama sekali, dan zat besi yang diserap dari makanan sangat sedikit, maka suplemen zat besi sangat dibutuhkan pada masa kehamilan (www.anemia.net.id, Diakses 20 mei 2012). 2.5.1 Akibat Kekurangan Tablet Zat Besi pada Masa Kehamilan

23 Kurangnya zat besi dan asam folat dapat menyebabkan anemia. Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap. Awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi, bila tidak dipenuhi masukan zat besi, lama kelamaan timbul gejala anemia disertai penurunan kadar hb. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal, yang beebeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Kadar normal hemoglobin dalam darah yaitu : anak balita 11 gr%, anak usia sekolah 12 gr%, wanita dewasa 12 gr%, ibu hamil 11 gr%, laki-laki 13 gr%, ibu menyusui 12 gr% (Kemenkes RI, 2005 ). Ciri-ciri dan tanda-tanda gejala anemia tidak khas dan sulit ditentukan, tetapi dapat terlihat dari kulit dan konjungtiva yang pucat, lemah, nafas pendek dan nafsu makan hilang. Penentuan anemia klinis dipengaruhi oleh banyak variabel seperti ketebalan kulit dan pigmentasi, yang tidak dapat diandalkan, kecuali pada anemia berat. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium sebaiknya digunakan untuk mendiagnosa dan menentukan beratnya anemia (www.anemia.net.id, Diakses 20 mei 2012). Menurut Manuaba (2002) anemia pada kehamilan dapat berakibat buruk pada ibu dan janin yang dikandung. Bahaya selama kehamilan adalah terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb 6 gr %), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini (KPD). Dampak anemi a pada bayi yaitu bayi lahir sebelum waktunya, beratbadan lahir rendah, kematian bayi, serta meningkatnya angka kesakitan bayi (Kemenkes RI, 2005)

24 2.5 Kerangka Teori Suplemen Tablet Zat Besi Teori - Kemenkes RI, 2005 - Ridwanaminuddin, 2007 Perilaku Teori - Notoadmodjo, 2003 - Notoadmodjo, 2007 - Suhartono, 2005 Kepetuhan Dalam Konsumsi Tablet Besi Teori Afnita, 2004 Fungsi Tablet Zat Besi Teori - Kemenkes, 2005 - Ridwanamiuddin, 2007 - Akses Internet, 2012 Sumber Tablet Zat Besi Teori - Pusdiknakes, 2003 - Akses Internet, 2012 Akibat Kurang Tablet Zat Besi Teori - Kemenkes, 2005 - Akses Internet, 2012 Gambar : 2.1 Kerangka Teori

25 2.6 Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen Pengetahuan Sikap Kepatuhan Tindakan Gambar : 2.1 Kerangka konsep 2.7 Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan pengetahuan ibu hamil terhadap kepatuhan dalam konsumsi tablet besi di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. 2. Ada hubungan sikap ibu hamil terhadap kepatuhan dalam konsumsi tablet besi di wilayah Kerja Puskemas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. 3. Ada hubungan tindakan ibu hamil terhadap kepatuhan dalam konsumsi tablet besi di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat Analitik. Metode Analitik adalah suatu metode penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan analisa dinamika korelasi antara fenomena tersebut. Dengan desain cross sectional study yang mempunyai hubungan antara faktor-faktor perilaku yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam konsumsi tablet besi di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. 3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Wilayah Kerja Pukesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Pelaksanaan pengumpulan data pada penelitian di rencanakan pada bulan September 2013. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami anemia berada di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat yaitu berjumlah 53 orang. 3.3.2 Sampel Karena jumlah populasi 53 orang, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 53 orang. Semua ibu hamil yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas 26

27 Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Menurut Arikunto apabila subjek kurang dari 100, lebih baik semua subjek dijadikan sampel sehingga penelitian tersebut merupakan penelitian populasi (Arikunto,1998) 3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer Data primer dalam penelitian ini adalah data langsung yang didapatkan dari wawancara dengan menggunakan berupa kuesioner pada responden yang berisikan pertanyaan yang berkaitan dengan tinjauan Hubungan faktor Perilaku yang dapat mempengaruhi Kepatuhan. 3.4.2 Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan yaitu data jumlah ibu hamil di Aceh Barat dan jumlah ibu hamil yang menderita anemia, di Puskesmas Meureubo yaitu data tentang ibu hamil dan ibu hamil yang mengalami anemia dan data dari berbagai litelatur atau buku-buku yang berkaitan tentang hubungan perilaku dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi. 3.5 Definisi Operasional Tabel 3.1 Variabel Penelitian

28 No Variabel Keterangan Variable Independen 1. Pengetahuan Definisi Segala sesuatu yang diketahui ibu hamil Dalam mengkonsumsi tablet besi Cara ukur Wawancara Alat ukur Kuesioner Hasil ukur 1. Baik 2. Kurang baik Skala ukur Ordinal 2. Sikap Definisi Reaksi atau Respon dalam mengkonsumsi Tablet besi Cara ukur Wawancara Alat ukur Kuesioner Hasil ukur 1. Baik 2. Kurang baik Skala ukur Ordinal 3. Tindakan Definisi Realisasi dari pengetahuan dan sikap Dalam mengkonsumsi tablet besi Cara ukur Wawancara Alat ukur Kuesioner Hasil ukur 1. Baik 2. Kurang baik Skala ukur Ordinal Variabel Dependen 4. Kepatuhan Definisi Suatu usaha dalam mencegah kurangnya Ibu hamil tablet zat besi pada ibu hamil yang sesuai Dalam meng- Konsumsi tablet Besi Cara ukur Wawancara Alat ukur Kuesioner Hasil ukur 1. Patuh 2. Tidak patuh Skala ukur Ordinal 3.6 Aspek Pengukuran Variabel 3.6.1 Pengetahuan.

29 1. Baik, apabila responden bisa menjawab benar dengan skor > 50% = > 5 2. Kurang baik, apabila responden bisa menjawab sebahagian dengan skor 50% = 5 3.6.2 Sikap 1. Baik, apabila responden bisa menjawab benar dengan skor > 50% = > 2,5 2. Kurang baik, apabila responden bisa menjawab sebahagian dengan skor 50% = 2,5 3.6.3 Tindakan 1. Baik, apabila responden bisa menjawab benar dengan skor > 50% = > 4,5 2. Kurang baik, apabila responden bisa menjawab sebahagian dengan skor 50% = 4,5 3.6.4 Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Besi 1. Patuh, apabila jawaban responden menjawab benar skor > 50% = > 1,5 2. Tidak patuh, apabila jawaban responden menjawab sebahagian dengan skor 50% = 1,5 3.7 Teknik Analisa Data 3.7.1 Analisa Univariat Analisa univariat merupakan analisa yang digunakan untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini analisa univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan angka atau nilai karakteristik responden berdasarkan tingkat perilaku yang dapat mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi. 3.7.2 Analisa Bivariat

30 Analisa bivariat digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan hubungan variabel tabulasi silang guna melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, dengan menggunakan program komputerisasi, dan uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square ( ) pada tingkat kemaknaan 95% (0,05). Persamaan rumus perhitungan Chi-Square adalah sebagai berikut : X = (O E) E Keterangan : X = Nilai Chi-Square O = Nilai Observasi E = Nilai Ekspektasi

31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian UPTD Puskesmas Meureubo merupakan puskesmas yang berada di wilayah Kecamatan Meureubo. Berdiri pada tahun 1992 terletak di sebelah Barat Kota Kabupaten Meulaboh kurang lebih berjarak 3,5 km tepatnya berada di Gampong Meureubo dengan total jumlah sebanyak 27.116 jiwa. Luas wilayah 112,87 Km² dengan persentase luas kecamatan terhadap kabupaten adalah 3,85% Jumlah wilayah kerjanya meliputi 27 gampong dengan dua kemukiman yaitu kemukimam Meureubo dan kemukiman Ranto Panjang, dari 27 desa 19 desa kategori desa biasa dan 8 desa masuk dalam kategori desa sangat terpencil dengan batasannya : Sebelah Utara : Kecamatan Pante Ceureumen Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah barat : Kecamatan Johan Pahlawan Sebelah Timur : Kabupaten Nagan Raya Sumber BPS 2013 4.1.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Meureubo, Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, dimana penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 4 September sampai 16 September 2013. Dari data yang dikumpulkan terdapat 53 sampel dari keseluruhan jumlah populasi yang ada. Data di kumpulkan melalui kuesioner dan wawancara dan di olah melalui program komputerisasi dengan uji Chi-squeare.

32 4.1.2 Analisa Univariat 4.1.2.1 Pengetahuan Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Menurut Pengetahuan Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat No Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%) 1. 2. Baik Kurang baik 27 26 51 49 53 100% Sumber : Data primer diolah tahun 2013 Dari Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa dari 53 responden, diketahui tingkat pengetahuan responden dalam konsumsi tablet besi (fe) dapat dilihat sebahagian besar responden yakni sebanyak 27 orang (51%) yang pengetahuannya dikategorikan baik dan hanya 26 orang (49%) termasuk ke dalam kategori kurang baik. 4.1.2.2 Sikap Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden Menurut Sikap Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat No Sikap Frekuensi (n) Persentase (%) 1. 2. Baik Kurang baik 24 29 45,3 54,7 53 100% Sumber : Data primer diolah tahun 2013 Dari Tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa dari 53 responden, diketahui sikap responden dalam konsumsi tablet besi (fe) dapat dilihat sebahagian besar responden yakni sebanyak 24 orang (45,3 %) yang sikapnya dikategorikan baik dan 29 orang (54,7%) termasuk ke dalam kategori kurang baik.

33 4.1.2.3 Tindakan Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden Menurut Tindakan Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat No Tindakan Frekuensi (n) Persentase (%) 1. 2. Baik Kurang baik 29 24 55 45 53 100% Sumber : Data primer diolah tahun 2013 Dari Tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa dari 53 responden, diketahui tindakan responden dalam konsumsi tablet besi (fe) dapat dilihat sebahagian besar responden yakni sebanyak 29 orang (55%) yang tindakannya dikategorikan baik dan 24 orang (45%) termasuk ke dalam kategori kurang baik. 4.1.2.4 Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Konsumsi Tablet Besi (fe) Tabel Dari 4.4 Distribusi Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Konsumsi Tablet Besi (fe) Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat No Kepatuhan Frekuensi (n) Persentase (%) 1. 2. Patuh Tidak patuh 33 20 62 38 53 100% Sumber : Data primer diolah tahun 2013 Dari Tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa dari 53 responden, diketahui distribusi responden yang patuh dalam konsumsi tablet besi (fe) dapat dilihat sebahagian besar responden yakni sebanyak 33 orang (62%) yang dikategorikan patuh dan 20 orang (38%) termasuk ke dalam kategori tidak patuh.

34 4.1.3 Analisa Bivariat 4.1.3.1 Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Konsumsi Tablet Besi (fe) Tabulasi silang hubungan antara Pengetahuan Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Konsumsi Tablet Besi (fe) di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat, dapat dilihat dari tabel 4.5 di bawah ini: Tabel Dari 4.5 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Konsumsi Tablet Besi (fe) di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 Kepatuhan No Pengetahuan Patuh Tidak patuh Jumlah F % F % F % 1. Baik 21 77,8 6 22,2 27 100 2. Kurang Baik 12 46,2 14 53,8 26 100 Jumlah 33 20 53 Sumber : Data primer diolah tahun 2013 p-value OR 0,037 4,083 Dari data tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa dari 53 respoden terdapat 21 orang ( 77,8%) dari 27 responden yang berpengetahuan baik juga patuh dalam konsumsi tablet besi, selanjutnya terdapat 12 orang ( 46,2%) dari 26 responden yang berpengetahuan kurang baik tetapi patuh dalam konsumsi tablet besi. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% pada df 2, diperoleh nilai p-value 0,037 yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Konsumsi Tablet Besi (fe) di Wilayah Kerja Puskesmas Meureub o Kecamatan

35 Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Dengan kata lain kepatuhan dalam konsumsi tablet besi dapat di pengaruhi oleh faktor pengetahuan. Dari hasil penelitian juga didapat hasil Odds Ratio 4,083 yang artinya responden yang berpengetahuan kurang baik mempunyai peluang 4,0 kali terhadap kepatuhan dalam konsumsi tablet besi. 4.1.3.2 Hubungan Sikap Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Konsumsi Tablet Besi (fe) Tabulasi silang hubungan antara Sikap Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Konsumsi Tablet Besi (fe) di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat, dapat dilihat dari tabel 4.6 di bawah ini: Tabel Dari 4.6 Tabulasi Silang Antara Sikap Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Konsumsi Tablet Besi (fe) di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 Kepatuhan N Jumlah Sikap Patuh Tidak patuh o F % F % F % 1. Baik 19 79,2 5 20,8 24 100 2. Kurang Baik 14 48,3 15 51,7 29 100 Jumlah 33 20 53 Sumber : Data primer diolah tahun 2013 p-value OR 0,043 4,071 Dari data tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa dari 53 responden terdapat 19 orang ( 79,2%) dari 24 responden yang sikapnya baik juga patuh dalam konsumsi tablet besi selanjutnya terdapat 14 orang ( 48,3%) dari 29 responden yang sikapnya kurang baik tetapi patuh dalam konsumsi tablet besi. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% pada df 2, diperoleh nilai p-value 0,043 yang berarti

36 lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara sikap Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Konsumsi Tablet Besi (fe) di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Dengan kata lain kepatuhan dalam konsumsi tablet besi tidak dapat di pengaruhi oleh faktor sikap. Dari hasil penelitian jaga didapat hasil Odds Ratio 4,071 yang artinya responden yang bersikap kurang baik mempunyai peluang 4 kali terhadap kepatuhan dalam konsumsi tablet besi 4.1.3.3 Hubungan Tindakan Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Konsumsi Tablet Besi (fe) Tabulasi silang hubungan antara Tindakan Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Konsumsi Tablet Besi (fe) di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat, dapat dilihat dari tabel 4.7 di bawah ini:c Tabel Dari 4.7 Tabulasi Silang Antara Tindakan Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Konsumsi Tablet Besi (fe) di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 Kepatuhan No Tindakan Patuh Tidak patuh Jumlah F % F % F % 1. Baik 14 48,3 15 51,7 29 100 2. Kurang Baik 19 79,2 5 20,8 24 100 Jumlah 33 20 53 Sumber : Data primer diolah tahun 2013 p-value OR 0,043 0,2 Dari data tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa dari 53 responden terdapat 14 orang (48,3) dari 29 orang yang tindakan baik juga patuh dalam konsumsi

37 tablet besi, selanjutnya terdapat 19 orang (79,2%) dari 24 responden yang tindakannya kurang baik tetapi patuh dalam konsumsi tablet besi. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% pada df 2, diperoleh nilai p-value 0,043 yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara tindakan dengan Kepatuhan Ibu Hamil dalam Konsumsi Tablet Besi (fe) di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Dengan kata lain kepatuhan dalam konsumsi tablet besi dapat di pengaruhi oleh faktor tindakan. Dari hasil penelitian juga didapat hasil Odds Ratio 0,2 yang artinya responden yang bertindakan baik mempunyai peluang 0,2 kali terhadap kepatuhan dalam konsumsi tablet besi. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Konsumsi Tablet Besi (fe) Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa pengetahuan memberi pengaruh pada kepatuhan ibu hamil dalam konsumsi tablet besi. Dengan kata lain ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan ibu hamil dalam konsumsi tablet besi di Wilayah kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat, hal ini dapat dilihat dari sebahagian besar responden yakni sebanyak 27 orang (51%) yang pengetahuannya di kategorikan baik terdapat 2 2 orang (77,8 %) yang patuh dalam konsumsi tablet, bila dibandingkan dengan kategori pengetahuan yang kurang baik dimana dari 26 orang (49%) terdapat 14 orang (53,8%) yang tidak patuh dalam konsumsi tablet besi.

38 Dari hasil penelitian diketahui yang memiliki pengetahuan kurang baik juga patuh dalam konsumsi tablet besi, hal ini dikarenakan pengetahuan yang di peroleh oleh responden tidak hanya dari teori-teori melainkan dapat juga diperoleh dari penyuluhan dan materi yang diberikan langsung oleh para kader kesehatan yang ada di Puskesmas setempat kepada masyarakat. Pengetahuan mengenai konsumsi tablet besi (fe) sangat penting bagi ibu hamil dalam upaya perubahan perilaku dari yang kurang baik menjadi lebih baik, sehingga dapat mencegah terjadinya kasus anemia pada ibu hamil. Penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Marini (2010) dalam hal pengetahuan tentang Gambaran Perilaku Ibu hamil dalam konsumsi tablet besi (fe) di Sukoharjo yang menunjukkan hasil penelitian tentang pengetahuan dimana responden yang dikategorikan kurang baik yaitu sebanyak 59,1% sedangkan pengetahuan baik 40,9%. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepatuhan ibu hamil dalam konsumsi tablet besi disarankan bagi pengelola program di Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo dan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat perlu terus meningkatkan program promosi kesehatan, dan penyuluhan dalam penyebarluasan informasi mengenai pentingnya tablet besi bagi ibu hamil. Pengetahuan baik dan kurang baik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumber informasi dan faktor pendidikan serta lingkungan, semakin banyak orang mendapat informasi baik dari lingkungan keluarga, lingkungan tetangga, dari petugas kesehatan maupun media cetak akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.