TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PROSES PEMBELAJAR MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS VIII C DI KELAS VIII C SMPN 26 MUARO JAMBI SKRIPSI OLEH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekitar, sosial budaya, dan juga pemakaian bahasa. Levinson

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA TERHADAP SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 6 SUNGAI PENUH DALAM PROSES PEMBELAJARAN TAHUN AJARAN 2016/2017

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah penerima informasi atau berita dari segala informasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

ILOKUSI DAN PERLOKUSI DALAM TAYANGAN INDONESIA LAWAK KLUB

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB I PENDAHULUAN. dari kelompok bermain (0-4 tahun) dan Taman Kanak-kanak (4-6 tahun).

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Debat adalah perbincangan antara beberapa orang yang. membahas suatu masalah dan masing-masing mengemukakan

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Salah satu ciri penelitian kualitatif itu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media komunikasi massa yang membawa pesan yang berisi gagasan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

ANALISIS TINDAK TUTUR MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS DI METRO TV (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh : NOVALINA SIAGIAN NIM ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB I PENDAHULUAN. komunikator kepada komunikan. Pesan tersebut dapat berupa pikiran, ide,

TUTURAN RESPONSIF SISWA TERHADAP TUTURAN DIREKTIF GURU DALAM WACANA INTERAKSI KELAS DI SMA NEGERI 1 BATU

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

ANALISIS PRAGMATIK DALAM PENELITIAN PENGGUNAAN BAHASA

I. PENDAHULUAN. Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang

UNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA. Nur Anisa Ikawati Universitas Negeri Malang

Analisis Tindak Tutur Bahasa Jawa di Pasar Sampang Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA

BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang tindak tutur belum begitu banyak dilakukan oleh mahasiswa di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desa Babadan terletak di ujung Utara Kecamatan Pagentan Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan oleh manusia. untuk berinteraksi sosial. Setiap manusia menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

Transkripsi:

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PROSES PEMBELAJAR MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS VIII C DI KELAS VIII C SMPN 26 MUARO JAMBI SKRIPSI OLEH ADI AKHMAD ZAHIDIN A1B110025 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2017

ABSTRAK Zahidin, Adi Akhmad. 2017. Tindak Tutur Direktif dalam Kegiatan Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VIII C SMPNegeri 26 Muaro Jambi. Skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Universitas Jambi, Pembimbing 1 Prof. Dr. Mujiyono Wiryotinoyo, M. Pd, Pembimbing 2 Drs. Imam Suwardi, M. Pd. Kata-kata kunci: pragmatik, tindak tutur, tindak tutur direktif, Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan jenis tindak tutur direktif yang ada dalam dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIII C SMPN 26 Muaro Jambi. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptifkualitatif. Data penelitian ini adalah tuturan yang di dalamnya terdapat tindak tutur direktif dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia dan sumber data dalam penelitian ini guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan siswa kelas VIII C SMP Negeri 26 Muaro Jambi. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak dan catat. Teknik simak ditentukan dengan cara mendengarkan dengan teliti, sedangkan teknik catat dilakukan dengan cara membuat catatan-catatan sesuai dengan apa yang dituturkan dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIIIC SMP Negeri 26 Muaro Jambi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pragmatik dengan teknik heuristik. peneliti bertindak sebagai human instrument yang berfungsi untuk menetapkan fungsi ciri penelitian, memilih objek sumber data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas hasil temuannya. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi peneliti. Triangulasi peneliti dilakukan dengan meminta bantuan ahli pragmatik yaitu Prof. Dr. Mujiyono Wiryotinoyo, M.Pd. untuk mengoreksi kembali data yang telah ditemukan untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian ini. Penelitian ini menghasilkan temuan yaitu, 5 jenis tindak tutur direktif, meliputi tindak tutur meminta, memerintah, mengajak, menyarankan dan menagih. Masing masing tindak tutur terdiri dari banyak tuturan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti menyarankan kepada para peneliti selanjutnya untuk meneliti tindak tutur direktif di tempat-tempat yang lain, demi pengembangan penelitian pragmatik khususnya tindak tutur direktif. Kepada Pada para guru penulis menyarankan agar para guru dapat menjadikan penelitian ini sebagai referensi untuk menggunakan tuturan direktif yang sesuai untuk dituturkan kepada murid, dan kepada siswa penulis menyarankan agar siswa mempelajari dan mengenal tindak tutur direktif dan makna tuturan demi menambah pengetahuan tentang ilmu bahasa indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bahasa tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia, bahkan bahasa selalu digunakan oleh manusia dalam segala kegiatan sehingga dapat dikatakan interaksi tidak mungkin terjadi tanpa adanya media bahasa. Apapun yang dilakukan oleh manusia seperti berkumpul, Bermain dan menyampaikan pesan semuanya menggunakan media bahasa. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Keunikan manusia sebenarnya tidak terletak pada kemampuan berfikirnya, melainkan terletak pada kemampuan dalam berbahasa. Dengan bahasa, manusia dapat mengekspresikan semua yang ada dalam pikiran karena dengan berpikir secara otomatis manusia menuturkan suatu bahasa di dalam pikirannya. Hal tersebut antara lain dapat dilihat pada seorang sastrawan karena ia dapat mengekspresikan perasaannya ada kalanya menggunakan bahasa yang berupa percakapan atau tuturan. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang diangkat dalam penelitian adalah, tindak tutur direktif apa sajakah yang terdapat dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIII C SMP Negeri 26 Muaro Jambi? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis tindak tutur direktif yang ada dalam dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIII C SMPN 26 Muaro Jambi.

1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dicapai dalam penelitian ini yaitu manfaat teoretis dan praktis, seperti yang tertera di bawah ini. a). Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap perkembangan khususnya ilmu pragmatik, selain itu juga untuk menambah informasi mengenai khazanah ilmu bahasa dan khususnya pada tindak tutur. b). Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan pemahaman bagi para pemakai Bahasa Indonesia. Disamping itu, dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh deskripsi tentang tindak tutur terutama tindak tutur direktif. Deskripsi ini dapat memberikan sumbangan untuk mengembangkan dan menunjang pemantapan Bahasa Indonesia. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pragmatik Pragmatik ialah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup dalam teori semantik atau dengan kata lain memperbincangkan segala aspek makna ucapan yang tidak dapat dijelaskan secara tuntas oleh referensi langsung kepada kondisi-kondisi kebenaran yang diucapkan (Tarigan, 1990:31). Sedangkan Levinson (Suyono, 1990:1) menyatakan bahwa, Pragmatik adalah kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa.

Kajian utama dalam pragmatik adalah tindak tutur. Pragmatik adalah ilmu yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penutur (Rustono, 1999:5). Hal ini memberikan gambaran bahwa pragmatik mempelajari bahasa sebagaimana digunakan didalam realitas kehidupan manusia untuk berbagai macam tujuan sesuai dengan keterbatasan kemampuannya. Nababan (1987: 3) mengemukakan bahwa, Pragmatik adalah aturan-aturan pemakaian bahasa, yaitu pemilihan bentuk bahasa dan penentuan maknanya sehubungan dengan maksud pembicara sesuai dengan konteks pemakaiannya. Maksud dari pernyataan Nababan di atas adalah pragmatik merupakan kajian tentang pemakaian bahasa, baik berupa bentuk maupun makna bahasa sesuai dengan situasi pembicara dan lawan bicaranya. 2.2 Aspek-Aspek Situasi Ujar Situasi ujar merupakan salah satu hal yang cukup penting dalam pragmatik sebagai pembeda dengan ilmu semantik. Leech (1993:19-22) memaparkan bahwa untuk membedakan apakah yang dihadapi adalah fenomena pragmatis atau semantis maka dalam pragmatik terdapat aspek-aspek situasi ujar sebagai pembedanya. Mengingat bahwa pragmatik mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi ujar. Aspek-aspek tersebut ialah sebagai berikut. 1) Yang menyapa (penyapa) atau yang disapa (pesapa) Leech menyatakan orang yang menyapa dengan n ( penutur ) dan orang yang disapa dengan t (petutur). Simbol-simbol ini merupakan singkatan untuk penutur/penulis dan petutur/pembaca. Jadi penggunaan n dan t tidak membatasi pragmatik pada bahasa lisan saja. 2) Konteks sebuah tuturan

Konteks diartikan sebagai aspek-aspek yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan. Leech mengartikan konteks sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh n dan t dan yang membantu t menafsirkan makna tuturan. 3) Tujuan sebuah tuturan Istilah lebih netral dari pada maksud n mengucapkan sesuatu. Istilah tujuan lebih netral daripada maksud, karena tidak membebani pemakainya dengan suatu kemauan atau motivasi yang sadar, sehingga dapat digunakan secara umum untuk kegiatan-kegiatan berorientasi tujuan. Untuk kegiatan terakhir ini penggunaan istilah maksud dapat menyesatkan. 4) Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan: tindak tutur Tata bahasa berurusan dengan maujud-maujud statis yang abstrak, seperti kalimat (dalam sintaksis) dan proposisi (dalam semantik), S edangkan pragmatik berhubungan dengan tindak- tindak atau performasi-performasi verbal (verbal act) yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu. Dengan demikian pragmatik menangani bahasa dalam tingkatan yang lebih konkret dibandingkan dengan tata bahasa. 5) Tuturan sebagai produk tindak verbal Selain sebagai tindak ujar atau tindak verbal, dalam pragmatik kata tuturan dapat digunakan dalam arti yang lain, yaitu sebagai produk suatu tindak verbal. Sebuah tuturan dapat merupakan dalam situasi-situasi tertentu. Jadi, sebuah tuturan dapat merupakan suatu contoh kalimat atau tanda kalimat, tetapi bukanlah sebuah kalimat. Tuturan merupakan unsur-unsur yang maknanya dikaji dalam pragmatik, sedangkan istilah kalimat atau pertanyaan atau permintaan, permohonan dipakai untuk mengacu pada maujud-maujud gramatikal sistem bahasa.

2.3 Tindak Tutur Tindak tutur ( speech act) merupakan hal penting di dalam kajian pragmatik. Menurut Rustono (1999:31), tindak tutur atau tindak ujar merupakan entitas yang bersifat sentral di dalam pragmatik. Tindak tutur digunakan karena pada dasarnya seseorang dalam mengucapkan ekspresi itu ia tidak hanya berekspresi tetapi juga menindakkan sesuatu (Purwo, 1999:32). Sejalan dengan mengajarkan sebuah tuturan dapat dilihat sebagai melakukan tindakan di samping memang mengucapkan atau mengujarkan tuturan tersebut. 2.4 Jenis-Jenis Tindak Tutur Austin ( Wiryotinoyo, 2006:155) membedakan adanya tiga macam tindak tutur yang ketiganya terjadi secara serentak, yakni lokusi, ilokusi dan perlokusi. 1) Lokusia dalah tindak tutur yang mengaitkan suatu topik dengan suatu keterangan dalam suatu ungkapan (subjek-predikat) (Wiryotinoyo, 2006:155). 2) Ilokusi adalah tindakan mengucapkan sesuatu pernyataan, tawaran, pertanyaan dan sebagainya (Wiryotinoyo, 2006:155). 3) Perlokusi adalah hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada t sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan ungkapan (Wiryotinoyo, 2006:155). 2.5 Tindak Ilokusi Searle memandang tindak ilokusi merupakan unit terkecil dari komunikasi linguistik, yaitu tindak ilokusi asertif, direktif, komisif, ekspresif dan deklarasi. (Wiryotinoyo, 2006:155). 2.6 Tindak Tutur Direktif Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang berfungsi mendorong penanggap tutur (penutur) agar mitra tuturnya melakukan sesuatu (Purwo,1990:38). Direktif dimaksudkan untuk menimbulkan beberapa efek melalui tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur (Ibrahim, 1993:27).Direktif bisa mengekspresikan maksud penutur (keinginan atau harapan) sehingga ujaran atau sikap yang diekspresikan dijadikan sebagai alasan untuk bertindak oleh mitra tutur.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dalam lingkup kajian pragmatik yang bertujuan untuk mendeskripsikan tindak tutur direktif dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran bahasa indonesia dikelas VIIIC SMPNegeri 26 Muaro Jambi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang tergambar pada tujuan yang telah dirumuskan, metode pengumpulan data dan pada data yang dikumpulkan berupa wacana, tuturan atau kalimat (Wiryotinoyo, 2010:47). Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Jadi dalam penelitian ini data yang dihasilkan berupa tuturan dan perilaku yang diamati peneliti dalam kegiatan pmbelajaran Bahasa Indonesia dikelas VIIIC SMPNegeri 26 Muaro Jambi. Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan oleh peneliti, yaitu mendeskripsikan tindak tutur direktif dalam kegiatan pembelajar di SMPNegeri 26 Muaro Jambi. 3.2. Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini adalah percakapan yang mengandung tindak tutur direktif. Sumber data dalam penelitian ini guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan siswa kelas VIII C. Data penelitian iniadalah tuturan yang di dalamnya terdapat tindak tutur direktif dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIII C SMPNegeri 26 Muaro Jambi. 3.3.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk melakukan penelitian. Alat yang dimaksud adalah alat mendukung suatu penelitian. Instrumen harus memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai. Instrumen penelitian hanya dirancang untuk satu tujuan. Dalam penelitian ini, peneliti adalah instrumen kunci. Peneliti selaku instrumen dalam upaya pengumpulan data-data tuturan yang dapat digolongkan ke dalam tuturan direktif. 3.4. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak dan catat. Teknik simak adalah cara kerja yang terarah untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan dengan cara mendengarkan dengan teliti, sedangkan teknik catat dilakukan dengan cara membuat catatan-catatan sesuai dengan apa yang dituturkan dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIIIC SMPNegeri 26 Muaro Jambi. 3.5. Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pragmatik dengan teknik heuristik untuk menjawab masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Adapun masalah tersebut adalah bagaimana jenis tindak tutur direktif dalam kegiatan pembelajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIIIC SMPNegeri 26 Muaro Jambi. Analisis tersebut diarahkan pada identifikasi dan klasifikasi untuk mendapatkan deskripsi yang jelas, rinci dan memadai. Dalam hal ini yang dianalisis secara pragmatik adalah data kualitatif dari tindak tutur direktif dalam kegiatan pembelajar mata pelajaran bahasa indonesia dikelas VIIIC SMPN 26 Muaro Jambi. Sementara teknik heuristik merupakan prosedur analisis yang dimulai dengan perkiraan yang tepat dan mengecek ulang sebelum memberi kepastian. Analisis data kualitatif

terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara simultan, yaitu kegiatan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Reduksi data berupa identifikasi jenis tindak tutur direktif dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia dikelas VIIIC SMPN 26 Muaro Jambi. Kemudian hasil reduksi menjadi bahan dalam penyajian data untuk memberikan gambaran sesuai dengan klasifikasi yang didasarkan pada kriteria atau tema tertentu yang terarah kepada pemerolehan jawaban atas masalah penelitian. Lalu hasil akhir didapatkannya sebuah kesimpulan dan verifikasi sehingga semua permasalahan yang telah diuraikan dalam rumusan masalah dapat terjawab dengan baik. 3.6. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Sutopo (Wiryotinoyo,2010:49) mengemukakan adanya tiga macam cara meningkatkan validitas data. Pertama, triangulasi yang meliputi triangulasi data, peneliti, metodologi dan teori. Kedua reviu informan dan ketiga, memberi cek. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi peneliti. Triangulasi peneliti dilakukan dengan meminta bantuan peneliti lain untuk mengoreksi kembali data yang telah ditemukan untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini, hasil penelitian akan di diskusikan dengan ahli dalam ilmu pragmatik, yakni Prof. Dr. Mujiyono Wiryotinoyo, M. Pd. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan hasil penelitian mengenai Tindak Tutur Direktif dalam Proses Belajar Mengajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VIII C SMPN 26 Muaro Jambi. Dalam bab ini sekaligus dilakukan pembahasan terhadap tiap-tiap hasil penelitian. 4.1. Hasil Penelitian Hasil penelitian dan pembahasan merupakan tahap yang paling penting dalam sebuah penelitian. Tahap ini dilakukan untuk menemukan jawaban-jawaban yang berhubungan dengan perumusan masalah. Berikut hasil penelitian tindak tutur direktif dalam proses belajar mengajar mata pelajaran bahasa indonesia di kelas VIII C SMPN 26 Muaro Jambi. 4.1.1. Analisis Tindak Tutur Direktif di Kelas VIII C SMPN 26 Muaro Jambi Berdasarkan analisis data, yang telah diambil dari tanggal 08 hingga 18 April 2017, dalam penelitian ini peneliti sedikit mendapatkan data hal ini disebabkan guru bahasa indonesia Bapak Titas Suwanda,S.Pd sedang mendapat tugas sebagai juri FLS2N sekaligus mempersiapkan anak-anak SMP N 26 Muaro Jambi yang mengikuti kegiatan FLS2N dan libur siswa kelas VIII C SMPN 26 Muaro Jambi dikarenakan kelas IX mengadapi USBN. Dalam proses belajar mengajar di kelas VIII C SMPN 26 Muaro Jambi ditemukan lima jenis tindak tutur direktif. Tindak tutur direktif tersebut meliputi tindak tutur meminta, memerintah, mengajak, menyarankan dan menagih. Berikut uraian semua tindak tutur direktif tersebut. 4.1.1.1 Tindak Tutur Meminta Indikator direktif meminta adalah indikator yang berlaku supaya diberi atau mendapatkan sesuatu dari mitra tuturnya. Tindak meminta terdapat pada tuturan [1.2]. Bapak guru yang baru

saja masuk kelas meminta semua murid di kelas untuk tidak keluar dari lingkungan sekolah saat jam istirahat. Berikut tuturannya. Guru : Anak anak, perhatian! [1.1] (Kelas hening) Guru : Tadi, salah satu teman kalian dari kelas VIII A mengalami kecelakaan motor. Kejadiannya saat jam istirahat tadi. Sekarang dia dirawat di UKS. Nah anak anak, mulai sekarang, Bapak minta kalian tidak ada yang keluar dari lingkungan sekolah saat jam sekolah. Karena bila terjadi apa-apa dengan kalian sewaktu di luar, pihak sekolahlah yang paling bertanggung jawab. Kalau ada keperluan penting, komunikasikan dengan guru piket. Paham? [1.2] Murid : Pahaam Pak... [1.3] Pada percakapan di atas, tindak meminta terdapat pada tuturan [1.2]. Tuturan tersebut mendeskripsikan tentang siswa kelas VIII A yang baru saja mengalami kecelakaan saat keluar dari lingkungan sekolah di jam istirahat. Tuturan. Bapak minta kalian tidak ada yang keluar dari lingkungan sekolah saat jam sekolah. Merupakan tindak meminta karena berisi permintaan yang dituturkan oleh Bapak guru kepada murid di kelas agar tidak keluar dari lingkungan sekolah saat jam sekolah. Tindak tutur meminta juga terdapat pada tuturan [1.4]. Saat jam sekolah usai, Pak Guru meminta agar tugas latihan yang saat ini sedang dikerjakan murid agar diletakkan di mejanya selambat-lambatnya besok pagi melalui ketua kelas. Guru : Anak-anak, Perhatian. Berhubung jam sekolah sudah habis, dan sepertinya kalian belum menyelesaikan tugas kalian, kumpulkan tugasnya besok pagi saja, sebelum jam 07:30 WIB melalui ketua kelas. Ketua kelas mohon dikondisikan teman-temannya.[1.4] Ketua : Baik Pak [1.5] Pada percakapan di atas, tindak meminta terdapat pada tuturan [1.4]. Tuturan tersebut mendeskripsikan Pak Guru yang meminta murid-murid untuk mengumpulkan tugasnya besok saja melalui ketua kelas. Tuturan [1.3], Berhubung jam sekolah sudah habis, dan sepertinya kalian belum menyelesaikan tugas kalian, kumpulkan tugasnya besok pagi saja, sebelum jam

07:30 WIB melalui ketua kelas. Merupakan tindak meminta karena berisi permintaan yang dituturkan Pak Guru untuk mengumpulkan tugas latihan para murid keesokan harinya saja. Tindak tutur meminta juga terdapat dalam tuturan [1.6], setelah guru menjelaskan pelajaran, lalu guru meminta murid untuk memperagakan apa yg telah di jelaskan oleh guru. Guru : Baik, ini yang akan kita pelajari hari ini, kemudian saya minta satu orang yang akan tampil seolah olah atau menjadi pembawa acara atau mc, ayo siapa yang bersedia? Helen (menunjuk salah seorang murid), bersedia, Len? [1.6] Helen :Tidak, Pak. [1.7] Guru : Kenapa? ini yang dikasih kesempatan itu bagus, karena nanti tahu, mana yang salah dan tidak. [1.8] Pada percakapan di atas, di tuturan [1.6]. Tuturan, Kemudian saya minta satu orang yang akan tampil seolah olah atau menjadi pembawa acara. Dalam tuturan itu mendeskripsikan Guru meminta pada salah satu dari siswa untuk mempraktekkan bagaimana manjadi pembawa acara atau mc, seperti pelajaran pada hari itu. Tindak tutur meminta juga terdapat pada tuturan [1.9]. Saat jam sekolah usai, Pak Guru meminta agar tugas latihan yang saat ini sedang dikerjakan murid agar diletakkan di mejanya selambat-lambatnya besok pagi melalui ketua kelas. Guru : Anak-anak, Perhatian. Berhubung jam sekolah sudah habis, dan sepertinya kalian belum menyelesaikan tugas kalian, kumpulkan tugasnya besok pagi saja, sebelum jam 07:30 WIB melalui ketua kelas. Ketua kelas mohon dikondisikan teman-temannya.[1.9] Ketua : Baik Pak [1.10] Pada percakapan di atas, tindak meminta terdapat pada tuturan [1.9]. Tuturan tersebut mendeskripsikan Pak Guru yang meminta murid-murid untuk mengumpulkan tugasnya besok saja melalui ketua kelas. Tuturan (1.9), Berhubung jam sekolah sudah habis, dan sepertinya kalian belum menyelesaikan tugas kalian, kumpulkan tugasnya besok pagi saja, sebelum jam

07:30 WIB melalui ketua kelas.. Merupakan tindak meminta karena berisi permintaan yang dituturkan Pak Guru untuk mengumpulkan tugas latihan para murid keesokan harinya saja. Tindak meminta terdapat juga pada tuturan [1.13]. Dea yang duduk di depan Didik menyelipkan kertas doblefolio, Adi pun melihat kertas itu dan meminta selembar kertas doble folio yang terselip di buku tulis Ria. Didik Dea Didik : Ri, tu kertas yang kau lipat doblefolio yo? (De, itu kertas yang kamu lipat doblefolio ya?) [1.11] : Iyo lah, kagek kan kito mid IPS. Kau dak bawak folio yo Dik? (Iyalah, nanti kan kita mid IPS. Kamu tidak bawa folio ya, Dik?) [1.12] : Ai, lupo aku nak beli tempat Bu Bet. Mintak sekok kertas folionyo, De. (Lupa saya mau beli tempat Bu Bet. Minta satu kertas folionya, De) [1.13] Pada percakapan di atas, terdapat tuturan yang terindikasi sebagai tindak tutur meminta. Tuturan tersebut terdapat dalam tuturan [1.13]. Tuturan, Ai, lupo aku nak beli tempat Bu Bet. Mintak sekok kertas folionyo, De. (Lupa saya mau beli tempat Bu Bet. Mi nta satu kertas folionya, De). Tuturan tersebut mendeskripsikan Didik meminta kertas doble folio milik Dea. Tindak tutur meminta terdapat juga dalam percakapan [1.16]. Setelah Dea memberikan kertas doblefolio kepada Didik ternyata Maya melihat hal tersebut dan Maya juga ikut meminta doble folio kepada Dea. Maya : Eh Dea, masih dak doble folionyo?. [Eh Dea, masih tidak doblefolionya?). [1.14] Dea Maya : Masih May, tapi tinggal duo lembar be. (Masih May, tapi tinggal dua lembar saja). [1.15] : Pas lah tu duo lembar, aku mintak yang sekok tu, dak bawak folio aku De, malas nak berenti dari motor tadi, lah siang aku berangkat sekolah. (Pas lah itu dua lembar, saya minta yang satu itu, saya tidak membawa De, malas mau berhenti dari motor tadi, sudah siang saya berangkat sekolah). [1.16] Dalam percakapan di atas terdapat tindak tutur direktif mrminta pada tuturan [ 1.16]. Pas lah tu duo lembar, aku mintak yang sekok tu, dak bawak folio aku De, malas nak berenti dari motor tadi, lah siang aku berangkat sekolah. (Pas lah itu dua lembar, saya minta yang satu

itu, saya tidak membawa De, malas mau berhenti dari motor tadi, sudah siang saya berangkat sekolah). Dalam tuturan di atas mendeskripsikan, Maya meminta selembar doble folio kepada Dea, dengan alasan Maya tidak berhenti membeli doble folio, dikarenakan Maya berangkat sekolah dan hari sudah siang. Tindak tutur meminta terdapat juga dalam percakapan [1.19]. 4.1.1.3 Tindak Tutur Mengajak Indikator direktif mengajak adalah mempersilahkan mitra tuturnya supaya turut melakukan sesuatu yang disebutkan atau dimaksudkan di dalam tuturan penutur kepada mitra tuturnya. 4.1.1.4 Tindak Tutur Menyarankan Indikator direktif menyarankan adalah indikator yang memberikan usul, pendapat atau anjuran yang dikemukakan pada mitra tuturnya untuk melakukan sesuatu yang di dalam tuturan penutur sarankan kepada mitra tuturnya. 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian jenis tindak tutur direktif yang digunakan oleh guru bahasa Indonesia dalam proses belajar mengajar di kelas VIII C SMP Negeri 26 Muaro Jambi ditemukan penggunaan tindak tutur yaitu tindak tutur meminta, tindak tutur memerintah, tindak tutur mengajak, tindak tutur menyarankan dan tindak tutur menagih. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian ini penulis menyarankan kepada para peneliti selanjutnya untuk meneliti tindak tutur direktif di tempat-tempat yang lain, demi pengembangan penelitian pragmatik khususnya tindak tutur direktif.

Pada para guru dengan adanya penelitin ini penulis menyarankan agar para guru dapat menjadikan penelitian ini sebagai referensi untuk menggunakan tuturan direktif yang sesuai untuk dituturkan kepada murid. Pada siswa penulis menyarankan agar siswa mempelajari dan mengenal tindak tutur direktif dan makna tuturan dan demi menambah pengetahuan tentang ilmu bahasa indonesia.

DAFTAR RUJUKAN Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Pengantar Sosiolinguistik Bahasa. Bandung: Angkasa. Alwi, H dkk.1998. Tata Bahasa Baku Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Gunawan, Asim. 1994. Pragmatik: Pandangan Mata Burung. Jakarta: Universitas Indonesia. http://citraindonesiaku.blogspot.com/2012/04/tindak-tutur-menurut-austin-dan-searle.html (diaksesagustus2016) Ibrahim, A. 1993. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional. Kridalaksana. Hari Muriti. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia. Leech, G. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik.Jakarta: UI Press. Lubis, A. 1993. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa.