JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: ( Print) B-399

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print)

Analisa Performa Kolektor Surya Tipe Parabolic Trough Sebagai Pengganti Sumber Pemanas Pada Generator Sistem Pendingin Difusi Absorpsi

ANALISA PERFORMA KOLEKTOR SURYA TIPE PARABOLIC TROUGH SEBAGAI PENGGANTI SUMBER PEMANAS PADA GENERATOR SISTEM PENDINGIN DIFUSI ABSORBSI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimen Pengaruh Panjang Pipa Kapiler dan Variasi Beban Pendinginan pada Sistem Refrigerasi Cascade

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

IV. METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) B-151

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal *

STUDI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN REFRIJERAN R-12 DENGAN HYDROCARBON MC-12 PADA SISTEM PENDINGIN DENGAN VARIASI PUTARAN KOMPRESOR. Ir.

Perencanaan Mesin Pendingin Absorbsi (Lithium Bromide) memanfaatkan Waste Energy di PT. PJB Paiton dengan tinjauan secara thermodinamika

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

pada Jurusan B-41 digunakan penelitian heater Sehingga banyak ε eff fectiveness[3]. Cascade A. Sistem laju panas yang Keterangan : memasuki kompresor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

PENGARUH PENAMBAHAN SOLUTION PREHEATER TERHADAP LAJU PRODUKSI UAP REFRIGERAN PADA GENERATOR MESIN REFRIGERASI SIKLUS ABSORPSI

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

PERMASALAHAN. Cara kerja evaporator mesin pendingin absorpsi difusi amonia-air

Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Putar Kompresor dan Beban Pendinginan pada Sistem Refrigerasi Cascade

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Variasi Flowrate Refrigerant Pada Sistem Organic Rankine Cycle Dengan Fluida Kerja R-123

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) B-90

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

FARID NUR SANY DOSEN PEMBIMBING: ARY BACHTIAR KRISHNA PUTRA, ST, MT, Ph.D

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER. MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB IV ANALISA EKSPERIMEN DAN SIMULASI

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

SKRIPSI APLIKASI PENUKAR KALOR PADA MODIFIKASI SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL IKAN 30 GT

Maka persamaan energi,

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

BAB II LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN PANAS DI PIPA TEKANAN TINGGI PADA MESIN PENDINGIN (AC)

ANALISIS ENERGI PENINGKATAN KINERJA MESIN PENDINGIN MENGGUNAKAN LIQUID-SUCTION SUBCOOLER DENGAN VARIASI TEMPERATUR LINGKUNGAN

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

ANALISA PERUBAHAN DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP UNJUK KERJA AC SPLIT 1,5 PK. Abstrak

STUDI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN REFRIJERAN R-12 DENGAN HYDROCARBON MC-12 PADA SISTEM PENDINGIN DENGAN VARIASI PUTARAN KOMPRESOR.

IV. METODE PENELITIAN

Analisa Pengaruh Variasi Diameter Receiver Dan Intensitas Cahaya Terhadap Efisiensi Termal Model Kolektor Surya Tipe Linear Parabolic Concentrating

HANIF BADARUS SAMSI ( ) DOSEN PEMBIMBING ARY BACHTIAR K.P, ST, MT, PhD

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

BAB V HASIL DAN ANALISIS

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

Studi Variasi Laju Pelepasan Kalor Kondensor High Stage Sistem Refrigerasi Cascade R22 Dan R404a Dengan Heat Exchanger Tipe Concentric Tube

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

Pengaruh Modifikasi Heat Exchanger Tipe Concentric Tube terhadap Performance Sistem Refrigerasi Cascade

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

BAB IV ANALISA SIMULASI DAN EKSPERIMEN

BAB II STUDI PUSTAKA

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

PENGURANGAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN LARUTAN CALSIUM CHLORIDE (CACL2) PADA WAKTU SIANG HARI DENGAN VARIASI SPRAYING NOZZLE

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka

Energi dan Ketenagalistrikan

Oleh: Daglish Yuliyantoro Dosen Pembimbing: Ari Bachtiar K.P. ST.MT.PhD

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA REFRIGERASI (REF) Koordinator LabTK Dr. Pramujo Widiatmoko

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-659

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LANDASAN TEORI. P = Pc = P 3 = P 2 = Pg P 5 P 4. x 5. x 1 =x 2 x 3 x 2 1

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH PEMBEBANAN GENERATOR PADA PERFORMA SISTEM ORGANIC RANKINE CYCLE (ORC)

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK TERMODINAMIKA DARI PEMANASAN REFRIGERANT 12 TERHADAP PENGARUH PENDINGINAN

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pendinginan

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

PENDINGINAN KOMPRESI UAP

Prototipe Pembangkit Listrik Tenaga Air Memanfaatkan Teknologi Sistem Pipa Kapiler

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VI PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS DATA

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-399 Studi Eksperimental Pengaruh Variasi Debit Fluida Engine Oil Sebagai Heater Generator Terhadap Perfomansi Mesin Pendingin Difusi Absorpsi Musicool22-DMF Angga Panca Adianto dan Sudjud Darsopuspito Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: sudjud@me.its.ac.id Abstrak Teknologi pendinginan lama yang mulai digunakan salah satunya adalah mesin pendingin Difusi Absorpsi COP dari mesin pendingin difusi absorpsi banyak dipengaruhi dari desain generator. Pada penelitian ini eksperimen dilakukan dengan mendesain ulang generator dan solar kolektor sebagai sumber panas yang didistribusikan oleh fluida engine oil, pada mesin pendingin difusi absorpsi yang menggunakan pasangan refrigeran Musicool22-DMF. Metode dalam penelitian ini adalah pengambilan data dilakukan dengan tiga variasi debit fluida engine oil. Hasil yang diperoleh dari pengujian untuk debit 4 liter/jam dapat menghasilkan panas input yang paling tinggi di dalam generator sebesar 101.9 0 C. Dengan kapasitas pendinginan 121.5watt, laju aliran massa Musicool22 0.64gr/s. Heat input yang diserap generator sebesar 145.1 watt dan COP yang dihasilkan sistem adalah 0.8 dengan Circulation Ratio 2.5. Kontribusi energi surya yang diberikan kepada generator sebesar 39.3% Kata Kunci refrijerasi difusi absorpsi, generator, bubble pump, laju aliran massa refrijeran,larutan Musicool22 DMF (dimetilformamida). I. PENDAHULUAN efrigerasi difusi absorpsi pertama kali ditemukan oleh RPlaten dan Munters pada tahun 1926 [1]. Fluida kerja yang digunakan pada sistem difusi absorpsi refrigerasi ini adalah refrigeran, absorben dan tambahan gas inert (hidrogen atau helium). Mesin pendingin difusi absorpsi banyak digunakan sebagai mesin pendingin portable. Dari tahun ke tahun makalah tentang sistem pendingin difusi absorpsi telah banyak dijelaskan. Sebuah penelitian memodifikasi generator [2] dan pasangan refrigeran Musicool22-DMF dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja dari siklus pendingin difusi absorpsi. Pada penelitian menunjukkan performansi dari siklus pendingin difusi absorpsi meningkat. Dalam studi lainnya dari siklus pendingin difusi absorpsi [3] sebuah eksperimen memvariasikan untuk konsentrasi massa R22 dan daya generator. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan performansi (COP, Kapasitas pendinginan, Suhu evaporator dan laju alir massa refrigerant) berasal dari variasi konsentrasi massa R22 dan daya generator. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi pengaruh variasi debit fluida engine oil sebagai heater generator terhadap perfomansi dari mesin pendingin difusi absorpsi. Gambar 1. Skema Refrigerasi Difusi Absorpsi Musicool22-DMF II. URAIAN PENELITIAN A. Siklus Refrigerasi Difusi Absorpsi Siklus refrigerasi difusi absorpsi dimulai dari tangki penampung (reservoir) yang terdapat larutan Musicool22- DMF. Larutan didalam reservoir tersebut dikenal dengan istilah strong solution (larutan kaya) ini mengalir ke generator akibat kesetimbangan level cairan antara dua bejana yang berhubungan. Strong solution kemudian dipanaskan di dalam generator yang menyebabkan sebagian besar Musicool22 menguap. Gelembung-gelembung uap Musicool22 yang terbentuk menekan larutan cair yang berada di dalam pipa bubble pump. Prinsip kerja dari bubble pump sendiri yaitu memanfaatkan massa jenis refrigeran yang lebih rendah dibanding absorben, dan juga perbedaan titik didih dari refrigeran yang lebih rendah dibandingkan dengan absorben. Uap Musicool22 akan terus bergerak ke atas menuju rectifier, sementara larutan yang mengandung sedikit Musicool22 cair (weak solution) dialirkan kembali menuju absorber. Uap Musicool22 yang bergerak keatas menuju rectifier ini sebenarnya masih mengandung sedikit DMF karena ketika Musicool22 menguap di generator ada

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-400 sebagian fraksi kecil DMF yang ikut menguap juga. Uap ini terus bergerak menuju rectifier untuk dimurnikan, dimana proses yang terjadi ialah pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan. Saat melewati kondensor Musicool22 vapor akan terkondensasi secara sempurna, sehingga saat keluar dari kondensor diperoleh Musicool22 dalam fase saturated liquid. Desain kondensor sendiri dibuat miring agar saat Musicool22berubah fase jadi saturated liquid akan membawa Musicool22 ke inlet evaporator secara natural akibat gaya gravitasi. Pada inlet evaporator, Musicool22 dengan fase saturated liquid bertemu dengan hidrogen sebagai gas inert yang berfungsi untuk menurunkan tekanan parsial Musicool22 menjadi 1bar sedangkan tekanan parsial hidrogen 24bar. Turunnya tekanan mengakibatkan Musicool22 cair dapat menguap pada temperatur yang lebih rendah. Pada saat yang sama Musicool22 cair ini juga menerima kalor dari beban pendinginan sehingga Musicool22 cair mulai menguap. Musicool22 terus menguap mengalir di dalam evaporator hingga pada outlet evaporator tekanan parsialnya sudah naik B. Perhitungan Sistem Refrigerasi Difusi Absorpsi a. Fraksi massa X = m R22 m R22 +m DMF.(1) b. Laju alir massa refrigeran = ρ udara.v.a.c p udara.(t uo T ui ). (2) (h 3 h 5 ) c. Laju alir massa strong solution m SS = m ws + (3) d. Laju alir massa weak solution m WS = m 3 (X R X ss ) (X ss X ws ) (4) Gambar 2 a. Generator sebelum dimodifikasi b. Generator sesudah dimodifikasi digunakan adalah R22-DMF serta gas hydrogen sebagai gas inert. III. METODOLOGI ( b ) Q heater D. Skema Desain Sistem Pendingin Difusi Absorpsi Dimana konsentrasi weak solution (X ws ) diperoleh dari plot data temperatur dan tekanan pada P-T-X diagram [4]. e. Kapasitas pendinginan Q evap = (h 7 h 5 ). (5) f. Kalor yang diserap generator =. h 3 + m ws. h 4 m ss. h 2... (6) g. Efisiensi generator η gen = Q heater gen h. Coefficient of Performance (COP) (7) COP = Q evap (8) i. Circulation ratio (f) f = m ss (9) C. Studi Penelitian Refrigerasi Difusi Absorpsi Pada penelitian Riva i [2] melakukan penelitian dengan memodifikasi generator dimana pipa buble pump dan pipa weak solution dipisahkan (Gambar 2) hal demmikian dilakukan denghan tujuan agar heat input yang diberikan heater pada generator dapat langsung diserap oleh pipa buble pump.. Pasangan refrijeran dan absorben yang Gambar 3. Desain Sistem Pendingin Difusi Absorpsi Keterangan: 1. Strong solution keluar absorber 2. Inlet generator (strong solution) 3. Inlet kondensor 4. Weak solution keluar generator 5. Outlet kondensor 6. Inlet evaporator 7. Outlet evaporator 8. Gas hydrogen dari absorber masuk inlet evaporator 9. Heater generator Awal mula melakukan uji kebocoran pada komponen sistem. Setelah tidak ada kebocoran, refrigerant, absorben dan gas inert di injeksikan kedalam sistem,lalu memasang pipa oli dan kolektor surya kemudian proses running alat dilanjutkan proses pengambilan data dengan langkahlangkah yang sudah ditentukan pada penelitian.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-401 ṁ reff = f(t ig) Q gen= f(t ig) 0.00070 165 ṁ refrijeran (kg/s) 0.00063 0.00056 0.00049 0.00042 Qgenerator (watt) 145 125 105 0.00035 85 T inlet generator (0C) Gambar 4. Grafik laju alir massa refrigeran fungsi T inlet genrator 125 Q evap = f(t ig) Gambar 6. Grafik Laju alir massa fungsit inlet genrator 0.850 COP = f(t ig) Q evaporator (watt) 115 105 95 85 75 COP 0.800 0.750 0.700 0.650 65 0.600 Gambar 5. Grafik Qevaporator fungsi T inlet generator Langkah pertama menyalakan fan kondensor, menyalakan sensor temperature, menyalakan heater generator dan pompa oli hingga sistem berjalan steady. Lalu dilakukan pengambilan data temperatur, tekanan pada titik-titik pengamatan serta data kecepatan fan dan udara masuk, keluar ducting kondensor Setelah data pertama didapatkan dilanjutkan kembali pengambilan data secara bertahap dengan variasi debit fluida engine oil dari 4 liter/jam, 5 liter/jam dan 6 liter/jam. IV. ANALISA DATA Pada penelitian ekperimen sistem pendingin difusi absorpsi dengan variasi debit fluida engine oil didapatkan beberapa analisa performansi siklus pendingin dengan grafik. Gambar 4 membahas pengaruh temperatur engine oil yang memasuki generator terhadap laju alir massa refrigeran. Dari hasil grafik menunjukkan bahwa semakin besar temperatur engine oil yang memasuki generator maka semakin besar pula laju alir massa refrigeran. Pada gambar 5 di bawah terlihat bahwa grafik tersebut memiliki tren yang semakin relatif naik. Semakin tinggi temperatur inlet generator maka kapasitas pendinginan juga semakin naik. Hal ini terjadi karena semakin tingginya temperatur engine oil maka semakin besar panas yang diberikan engine oil untuk ditransfer menuju generator. Jika panas yang diberikan engine oil pada generator semakin besar maka panas yang diserap generator akan semakin besar. Dengan adanya panas yang tinggi akan mengakibatkan refrijeran dalam generator menguap, dimana semakin tinggi panas yang diserap generator maka semakin banyak pula refrijeran yang akan menguap. Semakin banyak refrijeran yang menguap akan mengakibatkan laju aliran massa dari refrijeran ikut meningkat pula. Dengan meningkatnya nilai Gambar 7. Grafik COP fungsi T inlet genrator rijeran secara tidak langsung laju perpindahan panas pada evaporator akan meningkat karena rijeran berbanding lurus dengan laju perpindahan panas. Hal ini dapat di buktikan dari rumus sebagai berikut :Q evap = (h 7 h 6 )Pada Gambar 6 adalah perbandingan atara grafik laju perpindahan panas pada generator untuk debit fluida engine oil 4 liter/jam,5 liter/jam dan 6 liter/jam, dapat dilihat bahwa grafik mempunyai tren yang cenderung meningkat. Dimana semakin besar nilai temperatur engine oil yang masuk ke dalam generator, maka nilai laju perpindahan panas pada generator akan semakin meningkat juga. Setelah dilakukan analisa data, debit fluida engine oil 4 liter/jam mempunyai nilai laju perpindahan panas yang paling tinggi jika dibandingkan dengan debit 5 liter/jam dan 6 liter/jam. Hal ini terjadi karena debit 5 liter/jam dan 6 liter/jam mempunyai kecepatan aliran yang terlalu besar sehingga saat pendistribusian engine oil panas menuju generator akan terlalu cepat dan laju perpindahan panas yang terjadi di dalam generator akan sangat kecil. Pada Gambar 7 dapat di lihat bahwa grafik dengan debit fluida engine oil 4 liter/jam, 5 liter/jam, dan 6 liter/jam mempunyai tren yang cenderung naik seiring bertambahnya nilai dari temperatur engine oil yang masuk ke dalam generator. Dari grafik di atas dapat di analisa bahwa COP akan meningkat seiring bertambahnya nilai temperatur inlet generator. Dengan melihat perumusan COP : COP = Q evaporator Q generator Jadi semakin besar nilai temperatur engine oil yang masuk ke dalam generator maka nilai Q generator dan Q evaporator akan meningkat sehingga nilai COP juga akan meningkat seiring bertambahnya nilai laju perpindahan panas yang terjadi di dalam generator dan evaporator. Dari Gambar 8 adalah grafik hasil dari analisa untuk debit fluida engine oil 4 liter/jam, 5 liter/jam dan 6 liter/jam, dapat

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-402 CR 3.8 3.6 3.4 3.2 3.0 2.8 2.6 2.4 90.0 95.0 100.0 105.0 Gambar 8. Grafik Circulation ratio fungsi T inlet genrator Q = 4 L/H 39% 61% T inlet generator SURYA CR = f(t ig) Gambar 9. Grafik dilihat bahwa grafik memiliki tren yang cenderung menurun, dimana nilai circulation ratio akan menurun seiring dengan bertambahnya temperatur engine oil yang masuk ke dalam generator.hal ini sesuai dengan Gambar 4 dimana nilai laju aliran massa refrijeran akan meningkat seiring bertambahnya temperatur engine oil yang masuk ke dalam generator. Dari perumusan circulation ratio:f = m ss Nilai dari circulation ratio akan menurun akibat laju aliran massa refrjeran yang meningkat.sehingga bila temperatur engine oil yang masuk ke dalam generator mengalami pengingkatan, maka nilai dari circulation ratio akan mengalami penurunan. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa nilai terkecil dari circulation ratio diperoleh pada debit fluida engine oil 4 liter/jam yaitu 2.4286 dengan temperatur inlet generator sebesar 104.1 0 C. Pada Gambar 9 adalah grafik yang menampilkan waktu penggunaan heater elektrik dan solar kolektor. Dapat dilihat bahwa kontribusi solar kolektor terbesar terjadi saat debit 4 liter/jam sedangkan untuk kontribusi solar kolektor terendah adalah saat debit 6 liter/jam. Semakin tinggi debit fuida engine oil maka kontribusi solar kolektor kepada generator akan semakin kecil. Hal ini terjadi karena semakin tinggi nilai debit maka laju perpindahan panas yang terjadi pada solar kolektor akan kurang maksimal sehingga saat engine oil keluar dari pipa receiver solar kolektor temperatur yang didapatkan tidak akan setinggi temperatur saat fluida engine oil dialirkan dengan debit 4 liter/jam. Pada saat debit 4 liter/jam solar kolektor mempunyai kontribusi kepada paling tinggi, hal ini terjadi karena saat pengambilan data pada debit 4 liter/jam kondisi 30% Q = 6 L/H 11% 89% Q = 5 L/H SOLAR 70% SURYA atau cuaca yang terjadi sangat terang, sehingga nilai dari intensitas matahari saat itu sangat tinggi dan solar kolektor dapat berkontribusi selama 165 menit. V. KESIMPULAN/RINGKASAN Setelah dilakukan eksperimen terhadap mesin pendingin difusi absorpsi pasangan Musicool22-DMF dengan fluida engine oil sebagai heat input generator dengan tiga variasi bukaan katup pada aliran fluida engine oil, maka dapat di ambil beberapa kesimpulan diantranya adalah : A. Semakin tinggi temperatur inlet generator, maka : 1. Performa sistem difusi absorpsi semakin baik 2. Laju aliran massa refrijeran yang mengalir di dalam evaporator semakin tinggi 3. Laju aliran massa refrijeran, weak solution dan massa strong solution semakin tinggi. 4. Nilai laju perpindahan panas pada generator, kondensor dan evaporator akan semakin tinggi. 5. Nilai circulation ratio semakin menurun. 6. Nilai COP semakin meningkat. B. Unjuk kerja terbaik dari sistem difusi absorpsi diperoleh pada temperatur inlet generator sebesar 104.1 0 C dengan debit engine oil 4 liter/jam yaitu : Kapasitas pendinginan : 120.4819 watt COP : 0.83 ṁ refrijeran : 0.00064 kg/s ṁ weak solution : 0.001 kg/s ṁ strong solution : 0.00164 kg/s Circulation ratio : 2.5358 C. Semakin rendah nilai circulation ratio maka semakin tinggi nilai COP. Dimana semakin tinggi nilai COP yang dihasilkan sistem maka semakin baik performa dari mesin pendingin difusi absorpsi. D. Besarnya kontribusi yang diberikan kolektor surya kepada generator untuk masing-masing debit fluida engine oil adalah: Debit 4 liter/jam : 39.2857% Debit 5 liter/jam : 30.3571% Debit 6 liter/jam : 10.7143% X X ss X ws m R22 m DMF m 4 m 2 ρ udara c p udara A v h 3 h 4 h 2 h 5 h 7 Q evap η gen COP f NOMENKLATUR Fraksi massa Fraksi massa strong solution Fraksi massa weak solution Massa refrigerant Massa DMF Laju alir massa refrijeran Laju alir massa weak solution Laju alir massa strong solution Massa jenis udara Kalor spesifik udara Luas penampang ducting Kecepatan udara Entalpi refrigeran Entalpi weak solution Entalpi strong solution Entalpi outlet kondensor Entalpi outlet evaporator Kapasitas pendinginan Kalor yang diserap generator Efisiensi generator Coefficient of Performance Circulation ratio

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-403 UCAPAN TERIMA KASIH Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis berusaha menerapkan ilmu yang didapat selama menjalani perkuliahan di teknik mesin. kiranya penulis tidak akan mampu menyelesaikan tugas akhir ini tanpa bantuan, saran, dukungan dan motivasi dari berbagai pihak. oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak dosen pembimbing serta dosen penguji. DAFTAR PUSTAKA [1] Von Platen, B.C. & Munters, C.G., 1928. Refrigerator. U.S. Patent 1,685,764. [2] Riva I Mohammad. 2012. Studi Eksperimen Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF Dengan Variasi Heater Generator. Surabaya: Tugas Akhir Teknik Mesin FTI-ITS. [3] Ardita. I. N. 2008. Studi Eksperimental Penggunaan Refrigeran-Absorben (R22-DMF) pada Performansi Siklus Refrigerasi Absorpsi Difusi. Surabaya: Thesis Teknik Mesin FTI-ITS. [4] Fatouh, M. & Murthy, S. S. 1992. Comparison of R22- Absorbent Pairs For Vapour Absorption HeatTransformers Based On P-T-X-H Data. Heat Recovery Systems & CHP Vol. 13, No. I: 33-48.