1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak hal yang perlu diperhatikan. Salah satu di antaranya yang dipandang mempunyai peranan yang cukup penting ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Jika ditinjau dari sejarah perkembangannya, upaya untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, sebenarnya bukanlah merupakan hal yang baru. Secara umum disebutkan bahwa upaya tersebut telah dilaksanakan sejak lahirnya profesi kesehatan itu sendiri. Praktek-praktek menjaga mutu pelayanan kesehatan memang telah dikenal sejak zaman Hammurabi dan Babilon sekitar 20 abad sebelum masehi (Saifuddin, 2006). Sebelum tahun 1950 Program Menjaga mutu pelayanan kesehatan belumlah begitu menonjol. Program lebih banyak bersifat menyusun standar tindakan dan atau sarana saja, seperti misalnya yang berhasil disusun oleh Konggres Ahli Bedah Amerika Utara pada tahun 1915 untuk pelayanan bedah. Pada tahun 1917 berhasil pula disusun standar minimum staf medik serta pada tahun 1918 standar minimum rumah sakit. Pada tahun 1950 berhasil dibentuk Joint Commision on the Accreditation of Hospital di Amerika Serikat, untuk kemudian pada tahun 1953 diikuti dengan mulai dilaksanakannya kegiatan akreditasi rumah sakit. Pada tahun 1956 mulai
2 dilaksanakan medical audit yang kemudian pada tahun 1960 ditingkatkan menjadi utilization review serta pada tahun 1970 peer review. Pada tahun 1983 upaya untuk lebih menyempurnakan Program Menjaga Mutu pelayanan kesehatan banyak dilakukan. Pada tahun 1983 tersebut berhasil diperkenalkan quality improvement program, continuous quality improvement program dan total quality management yang pada dasarnya merupakan perkembangan lebih lanjut dari Program Menjaga Mutu pelayanan kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (Saifuddin, 2006). Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai hamil secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya. Diketahui bahwa janin dalam rahim dan ibunya merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi, sehingga kesehatan ibu yang optimal akan meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan janin (Manuaba, 1998). Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Tujuannya adalah untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu,
3 sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998). Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Antenatal minimal 4 kali, yaitu pada setiap trimester, sedangkan trimester akhir sebanyak dua kali. Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah berikut : Penimbangan berat badan, Pemeriksaan tekanan darah, Pemeriksaan urin, Periksa detak jantung janin, Periksa dalam, Periksa perut, tinggi badan, periksa kaki dan tangan, dan imunisasi (Indiarti, 2998). Pada penelitian Djalaluddin di RSUD Ulin Banjarmasin dan RSU Ratu Zalecha Martapura tahun 2003 didapatkan ibu yang Antenatal Care tidak teratur berisiko lebih besar mengalami partus lama dibandingkan ibu yang melakukan Antenatal Care teratur (Amiruddin, 2007, 7, http://www.newparadigmforpublichealth.com, 7/1/2009). Persalinan adalah proses keluarnya bayi dari uterus ke dunia luar pada saat kelahiran. Faktor yang berperan dalam proses persalinan yaitu power, passanger, passage dan psyche (Hamilton, 1995). Persalinan lama terjadi apabila tidak ada kemajuan dari persalinan yang disebabkan oleh kelainan pada tenaga ibu, janin, jalan lahir, psikologis, dan penolong. Partus lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak. Sehingga dalam suasana seperti ini seorang istri perlu dukungan dari kerabat terdekat khususnya suami.
4 Dalam pendampingan persalinan diharapkan suami dapat memberikan support seperti menghitung kontraksi uterus, menggosok punggung, memberi dorongan untuk istirahat antar kontraksi. Disamping itu dapat juga memberikan dukungan dengan memegang tangan ibu, mencuci muka ibu, dan memberikan perhatian yang tidak terbagi (Hamilton, 1995). Menurut Dr. Sugi Ishandi Iskandar, Sp.OG dari RS Mitra Kemayoran Jakarta, calon ibu yang didampingi suaminya lebih jarang mengalami depresi pasca salin (post partum blues) daripada yang tidak didampingi. Penelitian lain menyebutkan, kehadiran suami saat persalinan ternyata membuat waktu persalinan jadi lebih singkat, nyeri juga berkurang, robekan jalan lahir ternyata juga lebih jarang. Bayi yang dilahirkan pun, menurut penelitian, jauh lebih kuat (Iskandar, 2007, 5, http://www.mitrakeluarga.com, 7/1/2009). Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Hubungan Keteraturan Antenatal Care (ANC) dan Dukungan Suami pada Ibu Inpartu dengan Lama Persalinan pada Primipara di BPS Juwana B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Adakah Hubungan antara tingkat keteraturan antenatal care dan dukungan suami dengan lamanya persalinan pada ibu primipara di BPS Juwana?
5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara tingkat keteraturan dan dukungan suami dengan lama persalinan. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengidentifikasi keteraturan Antenatal Care di BPS Juwana. b. Untuk mengidentifikasi dukungan suami di BPS Juwana. c. Untuk mengidentifikasi lama persalinan di BPS Juwana. d. Untuk mengetahui hubungan keteraturan Antenatal Care dengan lama persalinan di BPS Juwana. e. Untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan lama persalinan di BPS Juwana. f. Untuk mengetahui hubungan keteraturan Antenatal Care dan dukungan suami dengan lama persalinan di BPS Juwana. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan sebagai tambahan pustaka dan informasi bagi ilmu pengetahuan, khususnya keperawatan, yaitu tentang konsep keperawatan mengenai pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care dan dukungan suami dengan lama persalinan. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian lebih lanjut.
6 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Merupakan kesempatan yang dapat melaksanakan dan mempraktikkan teori-teori yang didapat selama pembelajaran untuk diterapkan langsung ke masyarakat, dan menjadikan pengalaman yang berguna dikemudian hari. b. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan bagi ibu hamil tentang pentingnya melakukan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) secara teratur dan untuk suami-suami karena dukungannya mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam proses persalinan istri. c. Bagi Intansi Terkait Sebagai bahan masukan bagi pengelola program (BPS) dalam meningkatkan pengetahuan ibu hamil di wilayah kerjanya. d. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut, dan dapat menambah koleksi buku-buku di perpustakaan UNIMUS