PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 110 TAHUN 2017 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM. 35 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA DAN STANDAR PEMBUATAN GRAFIK PERJALANAN KERETA API

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086), sebagaimana telah diubah dengan Perat

2013, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir deng

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Ta

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM. 9 TAHUN 2014

NOMOR PM 103 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN PENGENDALIAN KENDARAAN YANG MENGGUNAKAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

, No.2007 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tamb

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 997 TAHUN 2017 TENTANG

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Pelayanan Kelas Ekonomi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086); 4. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Ne

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Per

2018, No Negara Republik Indonesia Nomor 4849); 3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara R

2016, No Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 4. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan A

2017, No logistik guna mengembangkan pertumbuhan ekonomi nasional, perlu menyesuaikan ketentuan permodalan badan usaha di bidang pengusahaan an

2016, No Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M-IND/ PER/11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian (Berita N

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 20 TAHUN 2011

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN R EPU EI L.II( IN D O N ES IA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

2 2015, No.322 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722) 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publi

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 107 TAHUN 2017 TENTANG KEWAJIBAN PELAYANAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN JARAK JAUH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 72 Tahun 2013 tentang Kelas Jabatan di lingkungan Kementeria

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 97 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA AKADEMI PERKERETAAPIAN INDONESIA MADIUN

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: PM. 36 TAHUN 2011 TENTANG PERPOTONGAN DAN/ATAU PERSINGGUNGAN ANTARA JALUR KERETA API DENGAN BANGUNAN LAIN

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi (Lembaran Negara

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 22 TAHUN 2003 TENTANG PENGOPERASIAN KERETA API. MENTERI PERHUBUNGAN,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan L

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTER! PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM. 54 TAHUN 2016 TENT ANG STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS IDENTITAS SARANA PERKERETAAPIAN

2016, No Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat-----:--1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65,

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2720); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lemb

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM. 62 TAHUN 2013 TENTANG

2 menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkuta

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Pera

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 104 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,

2017, No dalam rangka Pelaksanaan Kewajiban Pelayanan Publik (Public Service Obligation). Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 te

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan L

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, L

2 2. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik In

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Peraturan Pemerintah 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak, serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas (Lembaran

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan

Pengawas Tenaga Nuklir Tahun 2Ol5-2O19; dilakukan penyempurnaan terhadap muatan Rencana. atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir

2016, No Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asas

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5025); 2. Peraturan Pemerintah 32 Tahun 2011 tentang Manajemen Dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Ma

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2013 tentang Lembaga Administrasi Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 127); 3. Pera

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Nega

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Udara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tam

2016, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 3

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN KEPALA DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

2018, No Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 881) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan U

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 110 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA DAN STANDAR PEMBUATAN GRAFIK PERJALANAN KERETA API, PERJALANAN KERETA API DI LUAR GRAFIK PERJALANAN KERETA API, DAN PERJALANAN KERETA API LUAR BIASA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 29 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas, dan Angkutan Kereta Api; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Tata Cara dan Standar Pembuatan Grafik Perjalanan Kereta Api, Perjalanan Kereta Api di luar Gapeka, dan Perjalanan Kereta Api Luar Biasa; Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129,

- 2 - Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6022); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 264, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5961); 4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG TATA CARA DAN STANDAR PEMBUATAN GRAFIK PERJALANAN KERETA API, PERJALANAN KERETA API DI LUAR GAPEKA, DAN PERJALANAN KERETA API LUAR BIASA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Grafik Perjalanan Kereta Api yang selanjutnya disebut Gapeka adalah pedoman pengaturan pelaksanaan perjalanan kereta api yang digambarkan dalam bentuk garis yang menunjukkan stasiun, waktu, jarak,

- 3 - kecepatan, dan posisi perjalanan kereta api mulai dari berangkat, bersilang, bersusulan, dan berhenti yang digambarkan secara grafis untuk pengendalian perjalanan kereta api. 2. Kapasitas Jalur Kereta Api adalah kemampuan maksimum suatu jalur kereta api untuk dapat menampung sejumlah perjalanan kereta api dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam atau dalam periode waktu tertentu. 3. Kapasitas Stasiun adalah kemampuan maksimum suatu stasiun untuk dapat menampung sejumlah perjalanan kereta api dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam atau dalam periode waktu tertentu. 4. Frekuensi Perjalanan Kereta Api adalah jumlah perjalanan kereta api pada suatu jalur kereta api dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam atau dalam periode waktu tertentu. 5. Maklumat Perjalanan Kereta Api yang selanjutnya disebut Malka adalah perubahan gapeka yang masa berlakunya tidak melebihi dari pelaksanaan gapeka yang telah ditetapkan atau sampai dengan berlakunya gapeka baru. 6. Warta Maklumat Perjalanan Kereta Api yang selanjutnya disebut Wam adalah perubahan gapeka yang berlaku paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan takwim. 7. Kereta Api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api. 8. Stasiun Kereta Api adalah tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api. 9. Stasiun Operasi adalah stasiun kereta api yang memiliki fasilitas untuk bersilang, menyusul kereta api dan/atau langsir, dan dapat berfungsi untuk melayani naik dan turun penumpang dan/atau bongkar muat barang.

- 4-10. Jalur Kereta Api adalah jalur yang terdiri atas rangkaian petak jalan rel yang meliputi ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta api dan ruang pengawasan jalur kereta api, termasuk bagian atas dan bawahnya yang diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api. 11. Perjalanan Kereta Api di luar Gapeka adalah perjalanan kereta api pada waktu tertentu yang telah ditetapkan atau tidak tercantum dalam Gapeka untuk perjalanan kereta api penumpang atau barang. 12. Perjalanan Kereta Api Luar Biasa adalah perjalanan kereta api pada saat tertentu atau tidak tercantum dalam Gapeka untuk kepentingan perjalanan khusus, antara lain untuk kepentingan perawatan, pertolongan, atau kepentingan kenegaraan. 13. Petak Jalan adalah bagian jalan kereta api antara as stasiun dengan as stasiun yang berdekatan atau berurutan. 14. Petak Blok adalah bagian dari petak jalan yang dibatasi oleh sinyal keluar dengan sinyal masuk, atau sinyal masuk dengan sinyal keluar, atau sinyal keluar dengan sinyal blok, atau sinyal blok dengan sinyal blok, atau sinyal blok dengan sinyal masuk yang berurutan sesuai dengan arah perjalanan kereta api. 15. Pemilik Prasarana adalah Pemerintah, pemerintah daerah, atau badan usaha penyelenggara prasana perkeretaapian 16. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perkeretaapian. 17. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang bertanggung jawab di bidang perkeretaapian. BAB II PERJALANAN KERETA API Pasal 2 (1) Perjalanan kereta api dibedakan berdasarkan: a. Perjalanan Kereta Api sesuai dengan Gapeka;

- 5 - b. Perjalanan Kereta Api di luar Gapeka; dan c. Perjalanan Kereta Api Luar Biasa. (2) Perjalanan Kereta Api sesuai dengan Gapeka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, merupakan perjalanan kereta api berjadwal. (3) Perjalanan Kereta Api di luar Gapeka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan c merupakan perjalanan kereta api tidak berjadwal yang menggunakan Malka dan/atau Wam. Pasal 3 (1) Gapeka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), dibuat oleh pemilik prasarana perkeretaapian didasarkan pada pelayanan angkutan kereta api yang akan dilaksanakan. (2) Pemilik prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu Pemerintah. (3) Dalam hal pemilik prasarana merupakan badan usaha maka Gapeka dibuat oleh badan usaha dan disetujui oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Wali kota sesuai dengan kewenangan. (4) Pembuatan Gapeka sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memperhatikan: a. masukan dari penyelenggara sarana perkeretaapian; b. kebutuhan angkutan kereta api; c. sarana perkeretaapian yang ada; dan d. kondisi prasarana perkeretaapian. (5) Gapeka dapat berupa: a. Gapeka pada jaringan jalur kereta api nasional; b. Gapeka pada jaringan jalur kereta api provinsi; dan c. Gapeka pada jaringan jalur kereta api kabupaten / kota. Pasal 4 (1) Perjalanan kereta api luar biasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf c, dapat dilaksanakan oleh

- 6 - penyelenggara prasarana perkeretapian atau penyelenggara sarana perkeretaapian. (2) Dalam hal Perjalanan Kereta Api Luar Biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh penyelenggara sarana perkeretaapian, harus mendapat persetujuan dari pemilik prasarana perkeretaapian. BAB III TATA CARA DAN STANDAR PEMBUATAN GAPEKA Pasal 5 Pembuatan Gapeka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dibuat melalui tahapan kegiatan yang meliputi : a. pengumpulan data; b. pengolahan data; c. penyusunan rancangan; d. penetapan; dan e. pemberlakuan. Pasal 6 Tahapan kegiatan pembuatan Gapeka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, huruf b dan huruf c dilakukan oleh penyelenggara prasarana perkeretaapian. Pasal 7 (1) Pengumpulan data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a meliputi: a. data mengenai ketersediaan dan kondisi prasarana perkeretaapian; b. data mengenai ketersediaan dan kondisi sarana perkeretaapian; c. data lalu lintas perjalanan kereta api; dan d. data permintaan angkutan penumpang dan barang. (2) Data mengenai ketersediaan dan kondisi prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. kecepatan maksimum; b. pembatasan kecepatan;

- 7 - c. sistem persinyalan; d. kapasitas lintas; e. kapasitas stasiun; f. beban gandar; g. jadwal perawatan prasarana; dan h. kapasitas tempat penyimpanan sarana. (3) Data mengenai ketersediaan dan kondisi sarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: a. kecepatan maksimum sarana; dan b. ketersediaan sarana siap operasi. (4) Data lalu lintas perjalanan kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi: a. Gapeka yang berlaku; b. Malka dan Wam yang berlaku; c. pola pengoperasian kereta api; d. data evaluasi terhadap Gapeka, Malka Dan Wam; dan e. data kelambatan kereta api. (5) Dalam hal penyelenggara prasarana perkeretaapian baru maka data lalu lintas perjalanan kereta api hanya data pola pengoperasian kereta api. Pasal 8 Data mengenai ketersediaan dan kondisi sarana perkeretaapian dan permintaan angkutan penumpang dan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b dan huruf d, harus memperhatikan masukan dari penyelenggara sarana perkeretaapian. Pasal 9 Tahapan pengolahan data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b meliputi : a. komparasi; b. penghitungan; dan c. kompilasi.

- 8 - Pasal 10 (1) Tahapan komparasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a merupakan kegiatan perbandingan data sebagai berikut: a. informasi permintaan angkutan; b. informasi ketersediaan dan kondisi prasarana perkeretaapian; dan c. informasi ketersediaan dan kondisi sarana perkeretaapian; (2) Tahapan perhitungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b, merupakan penentuan waktu tempuh kereta api dengan memperhatikan hierarki perjalanan kereta api yang bertujuan untuk menentukan prioritas perjalanan kereta api dengan mempertimbangkan: a. kecepatan prasarana dan sarana; b. kecepatan kereta api; c. jarak tempuh perjalanan kereta api, kecuali untuk kereta api komuter; dan d. jenis angkutan kereta api. (3) Tahapan kompilasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c, merupakan kegiatan penggabungan data untuk diterjemahkan ke dalam garis perjalanan kereta api pada Gapeka dengan memperhatikan : a. lintas pelayanan yang sudah ditetapkan; b. izin operasi; c. frekuensi perjalanan kereta api pada gapeka lebih kecil dari kapasitas lintas dan kapasitas stasiun; dan d. waktu pelaksanaan perawatan prasarana dan ketersediaan sarana siap operasi. Pasal 11 (1) Penyusunan rancangan Gapeka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c menggambarkan, sebagai berikut: a. nama atau nomor kereta api; b. stasiun, yang meliputi: 1) nama dan singkatan stasiun; dan

- 9-2) fasilitas yang ada di stasiun; c. waktu, yang meliputi: 1) periode waktu untuk satu kereta api di perjalanan; dan 2) waktu berlaku Gapeka; d. jarak dan waktu tempuh antar stasiun; e. kecepatan; f. posisi perjalanan kereta api, yang meliputi: 1) pemberangkatan (km stasiun); 2) persilangan; 3) persusulan; dan 4) pemberhentian; g. data prasarana, yang meliputi: 1) lengkung; 2) kelandaian; 3) keterangan jalur ganda; 4) sistem pengaturan dan pengendalian; dan 5) jenis hubungan blok. (2) Nomor kereta api pada grafik perjalanan kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dituangkan dalam bentuk urutan nomor sesuai dengan hierarki jenis kereta api dan ditempatkan pada gambar garis perjalanan kereta api sebagai berikut: a. garis tidak terputus untuk kereta api penumpang; b. garis terputus-putus untuk kereta api barang; dan c. garis perjalanan diberi tanda silang dan nomor kereta api diberi imbuhan huruf F untuk kereta api fakultatif. Pasal 12 (1) Penetapan Gapeka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d, oleh: a. Menteri pada jaringan jalur kereta api nasional; b. Gubernur pada jaringan jalur kereta api provinsi; dan c. Bupati/Wali kota pada jaringan jalur kereta api kabupaten / kota,

- 10 - (2) Penyelenggara prasarana perkeretaapian mengajukan permohonan penetapan Gapeka kepada Menteri atau Gubernur atau Bupati/Wali kota sesuai dengan kewenangannya dengan melampirkan rancangan gapeka yang memuat meliputi : a. gambar grafis berupa grafik perjalanan kereta api yang menunjukan perjalanan kereta api; b. buku perjalanan kereta api dalam melakukan kegiatan kereta api berjadwal; c. buku dukungan sarana; dan d. buku penomoran kereta api, kapasitas lintas dan jarak antar stasiun. (3) Menteri atau Gubernur atau Bupati/Wali kota sesuai dengan kewenangannya paling lama 7 (tujuh) hari kerja melakukan memeriksa kelengkapan permohonan sebagaimana dimaksud ayat (2). (4) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak memenuhi persyaratan, Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya memberikan penolakan kepada pemohon dengan disertai alasan penolakan. Pasal 13 (1) Rancangan Gapeka yang diajukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2), yang dinyatakan lengkap, dilakukan evaluasi antara penyelenggara prasarana perkeretaapian dengan Menteri, Gubernur atau Bupati/Wali kota sesuai dengan kewenangannya. (2) Evaluasi yang dilakukan Gubernur atau Bupati/Wali kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melibatkan Direktur Jenderal selaku Pembina Teknis Perkeretaapian. Pasal 14 (1) Evaluasi rancangan Gapeka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 meliputi:

-11 - a. komposisi pelayanan angkutan penumpang kelas ekonomi dan non ekonomi; dan b. perjalanan kereta api (waktu keberangkatan, waktu perjalanan, waktu kedatangan). (2) Menteri, Gubernur, atau Bupati/Wali kota menetapkan Gapeka sesuai dengan kewenangannya paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah hasil evaluasi rancangan Gapeka dinyatakan lengkap dan benar. (3) Penetapan dan pemberlakuan Gapeka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dan Pasal 5 huruf e oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Wali kota sesuai dengan kewenangannya. (4) Penyelenggara prasarana perkeretaapian sebelum pemberlakuan Gapeka harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat. BAB IV TATA CARA DAN STANDAR PEMBUATAN PERJALANAN KERETA API DI LUAR GAPEKA DANPERJALANAN KERETA API LUAR BIASA Pasal 15 (1) Perjalanan kereta api harus dilakukan sesuai dengan Gapeka. (2) Dalam hal perjalanan kereta api dilaksanakan di luar Gapeka, penyelenggara prasarana perkeretaapian harus melapor kepada pemilik prasarana kereta api. Pasal 16 (1) Perjalanan Kereta Api di luar Gapeka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2), merupakan perjalanan kereta api pada waktu tertentu yang telah ditetapkan atau tidak tercantum dalam Gapeka untuk perjalanan kereta api penumpang atau barang yang bersifat komersil. (2) Perjalanan Kereta Api Di Luar Gapeka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi menjadi:

- 12 - a. perjalanan kereta api yang melebihi 30 (tiga puluh) hari berturut - turut; dan b. perjalanan kereta api yang tidak melebihi 30 (tiga puluh) hari berturut - turut. Pasal 17 Pembuatan Perjalanan Kereta Api Di Luar Gapeka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) meliputi tahapan : a. pengolahan data/permintaan perjalanan; b. penyusunan perjalanan; dan c. pelaksanaan. Pasal 18 Tahapan pembuatan perjalanan kereta api di luar Gapeka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dilakukan oleh penyelenggara prasarana perkeretaapian. Pasal 19 Tahapan pengolahan data/permintaan perjalanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a meliputi: a. komparasi; dan b. penghitungan. Pasal 20 (1) Tahapan komparasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a merupakan kegiatan perbandingan data-data sebagai berikut : a. informasi Gapeka yang berlaku; b. informasi permintaan angkutan; dan c. perubahan kondisi sarana dan prasarana perkeretaapian. (2) Tahapan perhitungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b, merupakan penentuan waktu tempuh kereta api dengan penyesuaian perjalanan kereta api dengan mempertimbangkan: a. kapasitas jalur kereta api dan kapasitas stasiun; dan b. jenis angkutan kereta api.

- 13 - Pasal 21 Penyusunan perjalanan kereta api di luar gapeka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf b menggambarkan: a. nama atau nomor kereta api; b. waktu, yang meliputi: 1) periode waktu untuk satu kereta api di perjalanan; dan 2) waktu berlaku. c. jarak dan waktu tempuh antar stasiun; d. kecepatan; e. perjalanan kereta api, yang meliputi: 1) asal dan tujuan; 2) persilangan; 3) persusulan; dan 4) stasiun pemberhentian; f. data perubahan prasarana dan sarana. Pasal 22 Pelaksanaan Perjalanan Kereta Api di luar Gapeka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf c, meliputi: a. perjalanan kereta api di luar gapeka yang berjalan melebihi 30 (tiga puluh) hari berturut - turut, penyelenggara prasarana harus mendapat persetujuan Menteri, Gubernur, atau Bupati/Wali kota sesuai dengan kewenangannya; dan b. perjalanan kereta api di luar gapeka yang berjalan tidak melebihi 30 (tiga puluh) hari berturut - turut, penyelenggara prasarana harus melapor kepada pemilik prasarana. Pasal 23 Perjalanan kereta api luar biasa merupakan perjalanan khusus, untuk kepentingan perawatan, kedinasan, pertolongan, atau kepentingan kenegaraan.

- 14 - Pasal 24 Pembuatan perjalanan kereta api luar biasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 meliputi tahapan : a. pengolahan data/permintaan perjalanan; b. penyusunan perjalanan; dan c. pelaksanaan. Pasal 25 Ketentuan mengenai tahapan pengolahan data/permintaan perjalanan dan penyusunan perjalanan pada Pembuatan Perjalanan Kereta Api di luar Gapeka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 21 berlaku secara mutatis muntadis terhadap tahapan pembuatan perjalanan kereta api luar biasa. Pasal 26 (1) Pelaksanaan perjalanan kereta api luar biasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf c, meliputi: a. kepentingan kedinasan, dan/atau pertolongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 penyelenggara prasarana perkeretaapian dapat melaksanakan Perjalanan Kereta Api Luar Biasa dan melaporkan pelaksanaannya kepada pemilik prasarana perkeretaapian; dan b. kepentingan perawatan dan/atau kepentingan kenegaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya dapat memberikan penugasan kepada penyelenggara prasarana perkeretaapian untuk melaksanakan Perjalanan Kereta Api Luar Biasa. (2) Dalam hal penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, penyelenggara prasarana perkeretaapian melaporkan pelaksanaan Perjalanan Kereta Api Luar Biasa kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Wali kota sesuai dengan kewenangannya.

- 15 - BAB V EVALUASI GAPEKA, PERJALANAN KERETA API DI LUAR GAPEKA DAN PERJALANAN KERETA API LUAR BIASA Pasal 27 (1) Penyelenggara prasarana perkeretaapian wajib melaksanakan Gapeka yang sudah ditetapkan. (2) Penyelenggara prasarana perkeretaapian wajib melaporkan realisasi pelaksanaan Gapeka, Perjalanan Kereta Api di luar Gapeka dan kereta api luar biasa kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Wali kota sesuai dengan kewenangannya setiap 1 (satu) bulan sekali. Pasal 28 Pelaksanaan Gapeka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, dilakukan evaluasi secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Wali kota sesuai dengan kewenangannya. Pasal 29 Segala bentuk penetapan dan pemberlakuan, persetujuan, evaluasi dan pelaporan yang menjadi kewenangan Menteri dalam Peraturan Menteri ini, dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Direktur Jenderal. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 30 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku maka Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 35 Tahun 2011 tentang Tata Cara dan Standar Pembuatan Grafik Perjalanan Kereta Api), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 31 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

- 16 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 6 November 2017 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd BUDI KARYA SUMADI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 14 November 2017 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR 1613 Salinan sesuai dengan aslinya WAHJU ADJI H., SH. DESS Pembina Utama Muda (IV/c) NIP. 19651022 199203 1 001