Lex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017

dokumen-dokumen yang mirip
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. umumnya maksud tersebut dapat dicapai dengan menentukan beberapa elemen,

Lex Privatum, Vol. IV/No. 5/Juni/2016

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana atau delik berasal dari bahasa Latin delicta atau delictum yang di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai

Lex Privatum Vol. V/No. 6/Ags/2017

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

PELANGGARAN PASAR MODAL

PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum.

Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMALSUAN DAN PENGEDARAN UANG PALSU SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

Bab XXV : Perbuatan Curang

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

TAWURAN DARI SUDUT PASAL 170 DAN PASAL 358 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA 1 Oleh: Hendy Pinatik 2

BAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban pidana ( criminal liability) atau ( straafbaarheid),

BAB III MENYURUHLAKUKAN TINDAK PIDANA DALAM PASAL55 KUHP DAN MENURUT HUKUM ISLAM. A. Delik Menyuruh lakukan Tindak Pidana Menurut Hukum Pidana

Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

Lex Crimen Vol. V/No. 1/Jan/2016. Pangemanan, SH, MH; M.G. Nainggolan, SH, MH, DEA. 2. Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM,

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

Lex Privatum, Vol. IV/No. 5/Juni/2016

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak tertentu yang dilakukan secara bersama-sama, menjadikan bentuk

Lex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA TINDAK PIDANA PENGGELAPAN SECARA BERLANJUT (Studi Kasus No. 55/Pid.B/2010/PN. Palu)

BAB II LANDASAN TEORI

I. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pidana yang bersifat khusus ini akan menunjukan ciri-ciri dan sifatnya yang khas

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

PENGGUNAAN KEKERASAN SECARA BERSAMA DALAM PASAL 170 DAN PASAL 358 KUHP 1 Oleh : Soterio E. M. Maudoma 2

Ahmad Afandi /D Kata Kunci : Penyertaan Dalam Tindak Pidana Perusakan Hutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana. Belanda yaitu strafbaar feit yang terdiri dari tiga kata, yakni straf

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Tindak Pidana, Pelaku Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pencurian

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana dan bersifat melawan hukum (formil, materil), serta tidak ada alasan

BAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DALAM TINDAK PIDANA PENIPUAN SECARA BERLANJUT

BAB II PEMBAHASAN. KUHP. Berikut bunyi pasal-pasal mengenai penyertaan dalam KUHP: 1. Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

TINJAUAN YURIDIS PEMBUKTIAN TURUT SERTA DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus Putusan No. 51/Pid.B/2009 /PN.PL) MOH. HARYONO / D

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum

ASPEK HUKUM DALAM SISTEM MANAJEMEN MUTU KONSTRUKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah tindak pidana atau strafbaar feit diterjemahkan oleh pakar hukum

Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608]

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

BAB II LANDASAN TEORI. terlebih dahulu diuraikan pengertian Berdasarkan literatur hukum pidana

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN

SANKSI PIDANA BAGI KORPORASI ATAS PEMALSUAN UANG RUPIAH 1 Oleh : Putri Sofiani Danial 2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Adanya hukum dan di buat tumbuh dan berkembang dalam masyarakat

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN (STUDI KASUS PADA PENGADILAN NEGERI DI SURAKARTA)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan : pembelian efek yang ditawarkan oleh emiten di Pasar Modal

BAB III HUBUNGAN HUKUM TURUT SERTA (DEELMENING) MEMBANTU DALAM TINDAK PIDANA PERJUDIAN

TINDAK PIDANA PENIPUAN MENGGUNAKAN BILYET GIRO (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Gresik Putusan No: 246/Pid.B/2014/PN.Gsk)

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA

Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

BAB I PENDAHULUAN. yaitu, pleger, doen pleger, medepleger, uitlokker. Suatu penyertaan. dilakukan secara psikis maupun pisik, sehingga harus dicari

II. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

I. TINJAUAN PUSTAKA. pertanggungjawaban pidana harus jelas terlebih dahulu siapa yang dipertanggungjawabkan

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pengakkan hukum yang terjadi

TINJAUAN HUKUM PIDANA MENGENAI TINDAK PIDANA PENIPUAN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap konsumen atau pembeli. menggunakan berbagai cara dan salah satu caranya adalah berbuat curang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. tindakan mengambil uang Negara agar memperoleh keuntungan untuk diri sendiri.

I. PENDAHULUAN. Kejahatan yang berlangsung ditengah-tengah masyarakat semakin hari kian. sehingga berakibat semakin melunturnya nilai-nilai kehidupan.

TRANSAKSI YANG DILARANG & PRILAKU EMITEN. Institutional Equity Capital Market Division

UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

BAB III PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PENCEMARAN NAMA BAIK AKIBAT TRIAL BY THE PRESS. 3.1 Pertanggungjawaban Dalam Hukum Pidana

I. PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan di dalam masyarakat berkembang seiring dengan. tidak akan dapat hilang dengan sendirinya, sebaliknya kasus pidana semakin

PENDAHULUAN. perubahan dalam masyarakat Indonesia yang kemudian dikenal sebagai krisis

KEBIJAKAN FORMULASI ASAS SIFAT MELAWAN HUKUM MATERIEL DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

peradilan dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa, mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Dalam hal ini, untuk

Strafbaar feit dalam istilah hukum pidana diartikan sebagai delik atau

I. PENDAHULUAN. Hakekat pembangunan nasional adalah membangun seluruh manusia Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban adalah kewajiban terhadap segala sesuatunya, fungsi

Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah Istilah Tindak Pidana atau strafbaarfeit atau perbuatan pidana merupakan

KEJAHATAN DIBIDANG PASAR MODAL : ANALISIS KASUS REKSA DANA PT. SARIJAYA PERMANA SEKURITAS

Transkripsi:

TINDAK PIDANA PENIPUAN DALAM BIDANG PASAR MODAL MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 1 Oleh: Joudi Joseph Pangemanan 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk tindak pidana penipuan dalam bidang pasar modal dan bagaimana penerapan sanksi dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 dan KUHPidana terhadap tindak pidana penipuan dalam bidang pasar modal. Dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif, disimpulkan: 1. Pasar modal merupakan salah satu elemen penting dan tolok ukur kemajuan perekonomian suatu negara. Salah satu ciri-ciri negara industri maju maupun negara industri baru adalah adanya pasar modal yang tumbuh dan berkembang dengan baik. Dari angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), kita bisa mengetahui kondisi perusahaan-perusahaan yang listing di bursa efek. IHSG juga dapat mencerminkan kondisi perekonomian suatu negara. Merosotnya IHSG secara tajam mengindikasikan sebuah negara sedang mengalami krisis ekonomi. Pasar modal juga bisa dijadikan sebagai sarana untuk mengundang masuknya investor asing dan dana-dana asing guna membantu kemajuan perekonomian negara. 2. Jenis tindak pidana yang umumnya terjadi di pasar modal ada beberapa macam, antara lain penipuan (fraud), manipulasi pasar (market manipulation), dan perdagangan orang dalam (insider trading). Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal secara tegas melarang kegiatan perdagangan efek yang mengandung unsur penipuan, manipulasi, dan perdagangan orang dalam. Larangan ini dibuat untuk melindungi kepentingan masyarakat investor/pemodal, serta untuk menjamin agar proses perdagangan efek dapat berlangsung secara jujur dan sehat sehingga kepercayaan masyarakat terhadap industri Pasar Modal Indonesia dapat terus terjaga dan bertahan lama. Kata kunci: Tindak Pidana, Penipuan, Pasar Modal PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, memuat tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang dalam kegiatan pasar modal, yang pada prinsipnya bisa dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok besar yaitu: 3 1. Penipuan (Fraud) 2. Manipulasi Pasar (Market Manipulation) 3. Perdagangan orang dalam (Insider Trading) Disamping larangan-larangan tersebut diatas maka dalam undang-undang tersebut juga memuat tentang sanksi-sanksi, yaitu terdapat dalam Pasal 103 sampai dengan Pasal 110 yang bisa dikenakan bagi setiap pelanggaran yang dilakukan oleh setiap pelaku. Pada prinsipnya sanksi-sanksi yang bisa diberikan dalam setiap pelanggaran undangundang tersebut bisa dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori yaitu sanksi administratif dan sanksi pidana. Perkembangan yang menggembirakan ialah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang disahkan dan diundangkan pada tanggal 10 November 1995. Ketentuan tentang Pasar Modal yang terdiri 17 Bab dan 116 pasal ini, ternyata mencantumkan ancaman pidana terhadap aktivitas yang bertentangan dan yang dilarang menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, baik sebagai kejahatan maupun sebagai pelanggaran. Demikian pula istilah yang digunakan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 ialah Tindak Pidana. Peristilahan Tindak Pidana merupakan terjemahan dari istilah bahasa Belanda strafbaar feit atau Delict. Kata Delict sebenarnya berasal dari kata Delictum yang secara harafiah berarti gagal karena kesalahan. Perumusan Delik merupakan suatu perumusan mengenai perilaku yang salah, oleh karena gagal untuk mematuhi melaksanakan yang baik atau yang benar, sebagaimana ditentukan dalam suatu kaedah hukum. 4 Oleh Wirjono Prodjodikoro, disebutkan bahwa tindak pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan 1 Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Roy Ronny Lembong, SH, MH; Hendrik Pondaag, SH, MH 2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. 100711292 3 Lihat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, Bab IX Pasal 90-99. 4 Soerjono Soekanto, Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, Rajawali, Jakarta, 1980, hal 86. 52

hukuman pidana, dan pelaku ini dikatakan merupakan subjek tindak pidana. 5 Salah satu tindak pidana yang diancam oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 ialah penipuan dalam penyelenggaraan pasar modal yang secara tegas tercantum dalam Pasal 104 dan Pasal 107 undang-undang ini. Pasar modal secara tegas melarang kegiatan perdagangan efek yang mengandung unsur penipuan karena mengancam kepentingan masyarakat investor/pemodal yang menanamkam modalnya dan menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap industri pasal modal ini. Bentuk perbuatan pidana penipuan dalam pasar modal yang biasanya terjadi ialah, membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material, atau tidak mau mengungkapkan fakta material sehingga investor/pemodal tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya, dengan maksud menguntungkan diri sendiri dan pihak lain, atau dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau membuat efek. Perbuatan ini kalau terus-menerus terjadi danadana masyarakat investor/pemodal tidak akan terlindungi dan penyelenggaraan industri pasar modal tidak akan bertahan lama. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana bentuk tindak pidana penipuan dalam bidang pasar modal? 2. Bagaimana penerapan sanksi dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 dan KUHPidana terhadap tindak pidana penipuan dalam bidang pasar modal? C. Metode Penulisan Metode Penelitian yang digunakan ialah penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan 6 dan mempelajari norma yang terdapat dalam peraturan perundangundangan ataupun norma yang mengatur tentang pasar modal dan aspek penipuan dalam pasar modal sehingga dalam pelaksanaannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. 5 Wirjono Prodjodikoro, Asas Hukum Pidana di Indonesia, Eresco, Jakarta, 1969, hal 45. 6 Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, PT RajaGrafindo, Jakarta, hal 13 PEMBAHASAN A. Tindak Pidana Penipuan Dalam Bidang Pasar Modal Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 dan KUHPidana Jenis tindak pidana yang umumnya terjadi di pasar modal ada beberapa macam, antara lain penipuan (fraud), manipulasi pasar (market manipulation), dan perdagangan orang dalam (insider trading). Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal secara tegas melarang kegiatan perdagangan efek yang mengandung unsur penipuan, manipulasi, dan perdagangan orang dalam. Larangan ini dibuat untuk melindungi kepentingan masyarakat investor/pemodal, serta untuk menjamin agar proses perdagangan efek dapat berlangsung secara jujur dan sehat sehingga kepercayaan masyarakat terhadap industri Pasar Modal Indonesia dapat terus terjaga dan bertahan lama. 7 Di dalam Bab XI Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 90, secara tegas mengatakan, Dalam kegiatan perdagangan efek, setiap Pihak dilarang secara langsung atau tidak langsung: a. menipu atau mengelabuhi pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau cara apapun; b. turut serta menipu atau mengelabuhi pihak lain dan c. membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek. Tulisan ini hanya akan membahas tentang tindak pidana penipuan yang terjadi di Pasar Modal sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Pasal 378 KUHPidana. Tindak pidana penipuan sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 378 KUHP yang berbunyi: Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu; 7 Iswi Hariyani dan Serfianto, Ibid, hal 312. 53

dengan tipu muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 tahun. 8 B. Aspek Hukum Tindak Pidana Penipuan Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 dan KUHPidana Dalam tindak pidana penipuan, pihak yang melakukan penipuan maupun pihak yang turut membantu melakukan (deelneming) penipuan sama-sama terancam sanksi pidana. 9 Kata deelneming berasal dari kata deelnemen (Belanda) yang diterjemahkan dengan kata menyertai dan deelneming menjadi penyertaan. 10 Deelneming dipermasalahkan dalam hukum pidana karena berdasarkan kenyataan sering suatu delik dilakukan bersama oleh beberapa orang. Jika hanya satu orang yang melakukan suatu delik, pelakunya disebut alleen dader. 11 Menurut doktrin, deelneming menurut sifatnya terdiri atas: 12 a. deelneming yang berdiri sendiri, yakni pertanggungjawaban dari tiap peserta dihargai sendiri-sendiri; b. deelneming yang tidak berdiri sendiri, yakni pertanggungjawaban dari peserta yang satu digantungkan pada perbuatan peserta yang lain Deelneming atau keturutsertaan oleh pembentuk undang-undang telah diatur di dalam Pasal-Pasal 55 dan 56 KUHP. Ketentuan pidana di dalam Pasal-Pasal 55 dan 56 KUHP itu disebut sebagai suatu pembicaraan mengenai masalah pelaku (dader) dan keturutsertaan saja. Rumusan-rumusan ketentuan-ketentuan pidana di dalam Pasal-Pasal 55 dan 56 KUHP sebagaimana yang dimaksudkan di atas. Ketentuan pidana di dalam Pasal 55 KUHP itu menurut rumusannya berbunyi: 13 Dihukum sebagai pelaku-pelaku dari suatu tindak pidana yaitu: 8 Lihat Pasal 378 KUHP. 9 Leden Marpaung, op-cit, hal 77. 10 Leden Marpaung, Op Cit, hal 77. 11 Leden Marpaung, Ibid, hal 79. 12 Satochid, Op Cit, hal 497. 13 Lihat Pasal 55 KUHP. 1. Mereka yang melakukan, menyuruh melakukan, atau turut melakukan perbuatan itu; 2. Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan atau dengan memberikan kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan. Mengenai mereka yang disebutkan terakhir ini, yang dapat dipertanggungjawabkan kepada mereka itu hanyalah tindakan-tindakan yang dengan sengaja telah mereka gerakan untuk dilakukan oleh orang lain, berikut akibatakibatnya. Sedangkan ketentuan pidana seperti yang telah diatur didalam Pasal 56 KUHP itu berbunyi: 14 (1) Dihukum sebagai pembantu-pembantu di dalam suatu kejahatan, yaitu: 1) Mereka yang dengan sengaja telah memberikan bantuan dalam melakukan kejahatan tersebut; 2) Mereka yang dengan sengaja telah memberikan kesempatan, saranasarana, atau keterangan-keterangan untuk melakukan kejahatan tersebut. Dalam rumusan mengenai ketentuan pidana di dalam Pasal-Pasal 55 dan 56 KUHP tersebut di atas, dapat dijumpai beberapa perkataan seperti dader, plegen, doen plegendan lain sebagainya. Untuk memantapkan pembicaraan lebih lanjut mengenai daderschap dan deelneming itu, sebelumnya harus dijelaskan terlebih dahulu mengenai apa yang sebenarnya dimaksudkan dengan perkataan-perkataan tersebut, karena didalam kepustakaan di Indonesia beberapa penerjemah ternyata telah menerjemahkan beberapa dari perkataanperkataan sebagaimana yang dimaksudkan itu secara berbeda-beda, yang dapat menimbulkan kesulitan-kesulitan di dalam memberlakukan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang berlaku dinegara kita. 15 Perkataan dader itu berasal dari pokok perkataan daad, yang didalam bahasa Belanda juga mempunyai arti yang sama dengan pekataan-perkataan het doen atau handeling 14 Lihat Pasal 56 KUHP. 15 Leden Marpaung, Op Cit, hal 596 54

handeling yang di dalam bahasa Indonesia juga mempunyai arti sebagai hal melakukan atau sebagai tindakan. Orang yang melakukan suatu daad itu disebut seorang dader, dan orang yang melakukan suatu tindakan itu di dalam bahasa Indonesia lazim disebut sebagai seorang pelaku. Dalam ilmu pengetahuan hukum pidana, tidaklah lazim orang mengatakan, bahwa seorang pelaku itu telah membuat suatu tindak pidana, atau bahwa seorang pembuat itu telah membuat suatu tindak pidana, akan tetapi yang lazim dikatakan orang adalah, bahwa seorang pelaku itu telah melakukan suatu tindakan pidana. Hal ini perlu dikemukakan oleh karena ada penerjemah-penerjemah Kitab Undang- Undang Hukum Pidana yang telah menerjemahkan perkataan dader itu dengan perkataan pembuat.mengenai perkataanperkataan plegen yang berarti melakukan, doen plegen yang berarti menyuruh melakukan medeplegen yang berarti turut melakukan itu, pada umumnya tidak terdapat kekeliruan di dalam menerjemahkan perkataan-perkataan tersebut oleh para penerjemah. 16 Di dalam rumusan Pasal 55 ayat (1) angka (2) KUHP terdapat beberapa perkataan yang perlu dibuat jelas, juga karena di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang beredar di Indonesia dewasa ini terdapat perbedaanperbedaan di dalam menerjemahkan perkataan-perkataan tersebut. Perkataanperkataan seperti yang dimaksudkan di atas itu adalah giften, beloften, geweld, misleading, middelen dan akhirnya perkataan uitlokken itu sendiri. Giften itu merupakan bentuk jamak dari perkataan gift yang berarti pemberian, sehingga perkataan giften itu seharusnya diterjemahkan dengan perkataan pemberianpemberian dan adalah tidak perlu bahwa pemberian-pemberian tersebut haruslah merupakan pemberian-pemberian berupa upah. 17 Berdasarkan ketentuan Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penyertaan adalah apabila orang yang tersangkut untuk terjadinya suatu perbuatan pidana atau kejahatan itu tidak hanya satu orang saja, melainkan lebih dari satu orang. Meskipun ciri penyertaan pada perbuatan pidana itu ada apabila dalam satu 16 Leden Marpaung, Op Cit, hal 79. 17 Mahrus Ali, op-cit.hal 34. delik tersangkut beberapa orang atau lebih dari seorang, tetapi tidak setiap orang yang tersangkut terjadinya perbuatan pidana itu dinamakan sebagai peserta yang dapat dipidana, karena mereka harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana telah ditentukan dalam Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP sebagai orang yang melakukan (pleger), atau turut serta melakukan (medepleger), atau menyuruh melakukan (doenpleger), atau menganjurkan untuk melakukan perbuatan pidana (uitlokker), atau membantu melakukan perbuatan pidana (medeplichtige). 18 Dengan kata lain, dalam delik penyertaan setidaknya ada dua kemungkinan status keterlibatan seseorang, yaitu: (1) adakalanya keterlibatan seseorang itu sebagai pembuat delik (dader); dan (2) ada kalanya keterlibatan seseorang itu hanya sebagai pembantu bagi pembuat delik (medeplictiger). 19 Sehubungan dengan status dan kapasitas keterlibatan seseorang dalam terjadinya suatu tindak pidana, Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP juga menentukan sistem pemidanaannya, yaitu: 20 1. Jika status keterlibatan seseorang itu adalah sebagai dader atau pembuat delik baik kapasitasnya sebagai pleger, medepleger, doen pleger, maupun uitlokker, maka ia dapat dikenai ancaman pidana maksimum sesuai dengan ketentuan pasal yang dilanggar. 2. Jika status keterlibatan seseorang itu adalah sebagai medeplichtiger atau pembantu bagi para pembuat delik, maka ia hanya dapat dikenai ancaman pidana maksimum dikurangi sepertiga sesuai dengan ketentuan pasal yang dilanggar. Moeljatno mengatakan bahwa ajaran penyertaan sebagai strafaufdehnungsgrund atau sebagai ajaran yang memperluas dapat dipidananya orang yang tersangkut dalam timbulnya suatu perbuatan pidana. Karena sebelum seseorang dapat dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana, orang itu harus sudah melakukan perbuatan pidana. Oleh karena itu, disamping delik-delik biasa terdapat beberapa delik-delik seperti percobaan dan delik penyertaan yang memperluas dapat dipidananya orang yang 18 Mahrus Ali, Op Cit, hal 122. 19 Ibid, hal 123. 20 Ibid, hal 123. 55

tersangkut dalam timbulnya suatu perbuatan pidana (strafaufdehnungsgrund). 21 Dengan demikian, pada dasarnya seseorang hanya dapat dipidana karena bersalah melakukan perbuatan pidana apabila ia memenuhi semua unsur, yaitu perbuatan manusia, yang memenuhi rumusan delik, yang bersifat melawan hukum dan dilakukan karena kesalahan. Apabila hal tersebut dipenuhi maka seseorang dapat dipidana, tetapi dalam beberapa pasal dari bagian umum KUHP, pembuat undang-undang membuka kemungkinan untuk memperluas dapat dipidananya orang yang melakukan perbuatan dalam beberapa hal. Setiap pelaku yang terbukti melakukan penipuan dalam perdagangan efek dapat dipidana paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp 15 miliar seperti yang dicantumkan di dalam Pasal 104 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995. Ancaman pidana ini jauh lebih besar dibandingkan dengan ancaman pidana terhadap penipuan yang diatur dalam Pasal 378 KUHP yang hanya paling lama 4 tahun penjara, atau paling lama 2 tahun 8 bulan penjara sesuai Pasal 390 KUHP. Sanksi lain yang mengancam pelaku penipuan adalah di dalam Pasal 107 KUHP yang menyebutkan, setiap pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu atau merugikan pihak lain atau menyesatkan Bapepam, menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan, mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, atau memalsukan catatan dari pihak yang memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran termasuk emiten dan perusahaan publik, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling banyak Rp 5 miliar. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pasar modal merupakan salah satu elemen penting dan tolok ukur kemajuan perekonomian suatu negara. Salah satu ciriciri negara industri maju maupun negara industri baru adalah adanya pasar modal yang tumbuh dan berkembang dengan baik. Dari angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), kita bisa mengetahui kondisi 21 Op Cit, hal 64. perusahaan-perusahaan yang listing di bursa efek. IHSG juga dapat mencerminkan kondisi perekonomian suatu negara. Merosotnya IHSG secara tajam mengindikasikan sebuah negara sedang mengalami krisis ekonomi. Pasar modal juga bisa dijadikan sebagai sarana untuk mengundang masuknya investor asing dan dana-dana asing guna membantu kemajuan perekonomian negara. 2. Jenis tindak pidana yang umumnya terjadi di pasar modal ada beberapa macam, antara lain penipuan (fraud), manipulasi pasar (market manipulation), dan perdagangan orang dalam (insider trading). Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal secara tegas melarang kegiatan perdagangan efek yang mengandung unsur penipuan, manipulasi, dan perdagangan orang dalam. Larangan ini dibuat untuk melindungi kepentingan masyarakat investor/pemodal, serta untuk menjamin agar proses perdagangan efek dapat berlangsung secara jujur dan sehat sehingga kepercayaan masyarakat terhadap industri Pasar Modal Indonesia dapat terus terjaga dan bertahan lama. B. Saran 1. Industri Pasar Modal tergolong industri yang sangat banyak diatur oleh kebijakan Pemerintah, sebab industri ini berkaitan dengan dana-dana masyarakat, untuk itu disarankan Pemerintah lebih memperketat pengawasan, agar supaya kejahatan penipuan di dalam Pasar Modal bisa diminimalisir dan sanksi yang lebih tegas diberlakukan untuk melindungi kepentingan masyarakat investor/pemodal, serta untuk menjamin agar proses perdagangan efek/pasar modal dapat berlangsung secara jujur dan sehat sehingga kepercayaan masyarakat terhadap industri Pasar Modal Indonesia dapat terus terjaga dan bertahan lama. 2. Penegakan hukum terhadap tindak pidana penipuan di dalam pasar modal harus ditingkatkan lagi. Badan yang terkait dan diberikan kewenangan untuk menjalankan sistem pengaturan dan sistem pengawasan di bidang pasar modal, harus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap 56

pihak-pihak yang memperoleh izin dan bergerak di bidang pasar modal serta memaksimalkan seluruh kewenangan yang dimilikinya agar tercipta dan terjaganya industri Pasar Modal Indonesia yang sehat. DAFTAR PUSTAKA Ali Mahrus, Hukum Pidana Terorisme: Teori dan Praktik, Gramata Publishing, Jakarta, 2012. Chazawi Adami, Kejahatan Terhadap Harta Benda, Media Nusa Creative, Malang, 2016. Hariyani Iswi dan Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, Transmedia Pustaka, Jakarta,2010. Marpaung Leden, Asas Teori Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2014. Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008. Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung, 1998. Prodjodikoro Wirjono, Asas Hukum Pidana di Indonesia, Eresco, Jakarta, 1969. Soekanto Soerjono, Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, Rajawali, Jakarta, 1980. Soekanto Soerjono, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, PT RajaGrafindo, Jakarta. Imaniyati Sri Neni, Hukum Bisnis Telaah tentang Pelaku dan Kegiatan Ekonomi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009. Leden Marpaung, Asas Teori Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2014. Sumber-sumber lain: - Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas - Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal - Kitab Undang Hukum Dagang. - Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP). - Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan Nomor 21 Tahun 2011. 57