PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE-2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Nurlika Sholihatun Azizah

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

Kata Kunci : Pendidikan kesehatan, kepatuhan, diet DM.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberikan pretest (sebelum perlakuan) dan. penelitian kuasi eksperimental dengan metode non-randomized

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. gizi ganda, dimana masalah terkait gizi kurang belum teratasi namun telah

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping


PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan


BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN.

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu


I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan


BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDAPATAN DENGAN KEPATUHAN DALAM PERAWATAN PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD dr. R. SOEDJATI PURWODADI

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB II METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia (Krisnantuni, 2008). Diabetes melitus merupakan

PENGARUH PENDAMPINGAN PERILAKU DIET HIPERTENSI TERHADAP DI KAMPUNG SANGGRAHAN ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT RENDAH GARAM PADA PASIEN HIPERTENSI DI KAMPUNG MEKAR SARI KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. mungkin terjadi (Suyono dan Erawati dalam Indriyani, 2007). Puskesmas Ngrambe, dibentuklah perkumpulan penderita Diabetes

Jurnal Kesehatan Kartika 7

Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Immanuel Bandung dengan Terkontrolnya Kadar Glukosa Darah.

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

Pengetahuan dan Kepatuhan Kontrol Gula Darah Sebagai Pencegahan Ulkus Diabetikum

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan rancangan pre-post test with control group design yang

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

Transkripsi:

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA Dedy Arif Abdillah 1), Happy Indri Hapsari 2), Sunardi 3) 1) Mahasiswa SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta 2) Dosen Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta 3) Dosen Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta Abtrak Diabetes mellites merupakan gangguan metabolik kronik yang tidak dapat di sembuhkan tetapi dapat di kendalikan. Untuk mengendalikan DM diperlukan kepatuhan dalam menjalani diet DM, diet DM yang dilakukan setiap hari dapat menimbulkan kejenuhan sehingga dapat menurunkan kepatuhan maka di perlukan pendampingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus. Penelitian ini merupakan penelitia kuantitatif dengan desain Quasi experiment with nonequivalent control group design yang dilakukan di Wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta. Teknik pengambilan sample menggunakan semple jenuh dengan total responden 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan nilai P value sebesar 0,000 < 0,05, artinya ada pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus di wilayah puskesmas banyuanyar surakarta. Pendampingan terbukti sebagai cara yang efektif untuk meningkatkan kepatuhan diet DM. Kata Kunci : pendampingan, DM, kepatuhan 1

2 PENDAHULUAN Diabetes mellites atau disebut DM merupakan gangguan metabolik kronik yang tidak dapat di sembuhkan tetapi dapat di kendalikan, yang cirinya hiperglikemia karena defisiensi insulin dan atau ketidakadekuatan penggunaan insulin (Lewis et al, 2011). Data dari WHO (2012) pada tahun 2000 indonesia termasuk 10 besar Negara dengan jumlah klien DM terbanyak se-asia yang mencapai 8.426.000 dan diprediksikan pada tahun 2030 meningkat menjadi cenderung lebih tinggi dari pada lakilaki, di perkotaan cenderung lebih tinggi dari pada di desa, serta cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi dan dengan kuintil indeks kepemilikan tinggi (Kemenkes, 2013). Pasien DM dapat mengalami peningkatan bahkan penurunan kadar gula darah, maka dari itu perlu adanya pengetahuan diet untuk menjaga kesetabilan gula darah (smeltzer & Bare, 2006). Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap 21.257.000 orang. Prevelansi diabetes di hari agar seseorang tetap sehat. Diet Indonesia menurut data dari kemenkes (2013) Sulawesi tenggara menduduki peringkat tertinggi dengan 3,7 % ; sedangkan Yogyakarta mencapai 2,6% dan jawa tengah mencapai 1,9 %. Prevalensi DM berdasarkan dan gejala meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, namun mulai umur 65 tahun cenderung menurun. Prevalensi DM pada perempuan merupakan preskripsi atau terapi yang memanfaatkan makanan berbeda dengan orang normal untuk mempercepat kesembuhan dan memperbaiki status gizi (Hartono, 2006). Holt (2010) menyatakan bahwa makanan atau diet merupakan faktor utama yang berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa darah pada pasien diabetes terutama setelah makan. Pengelolaan diet yang tepat membutuhkan kepatuhan pasien dan

3 partisipasi aktif serta pendampingan keluarga dan masyarakat (Delima, 2010). Kepatuhan adalah istilah yang menggambarkan penggunaan obat atau makanan sesuai dengan petunjuk mencakup waktu dan pembatasan makanan yang berlaku. Kepatuhan diet juga dapat mencegah timbulnya komplikasi pada pasien (Ayu, 2009). Upaya melaksanakan pengendalian penyakit DM perlu pemahaman tentang pengelolaan penyakit DM di rumah, motivasi yang tinggi dari penderita untuk melaksanakannya serta pendampingan oleh orang di sekitarya. Pendampingan pada penderita dan keluarga dalam pemahaman pengelolaan penyakit DM dan peningkatan motivasi dapat dilakukan perawat melalui kunjungan rumah (Delima, 2010). Menururut Lina. M. & sulityarini. T (2013) pendampingan dapat mempengaruhi kepatuhan karena dalam pendampingan dapat menekan munculnya stres, memberikan informasi yang dapat memotifasi pasien dan keluarga untuk meningkatkan kepatuhan, memberikan dukungan emosional. Penelitian ini menyatakan pemberian model pendampingan berpengaruh terhadap penurunan kadar gula darah (Delima, 2010). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di puskesmas banyu anyar, jumlah penderita DM puskesmas banyu anyar pada 3 bulan terakhir terdapat sekitar 30 orang dengan DM; Sedangkan dari hasil wawancara, 5 dari 10 orang penderita DM telah mendapatkan pendidikan kesehatan oleh perawat pada saat selesai kontrol tentang pola diet DM, namun 3 dari 5 tingkat kepatuhan diet belum dilakukan sepenuhnya oleh penderita DM, 2 dari 3 orang menyatakan bahwa tidak membutuhkan kepatuhan diet karena selama ini merasa tubuhya tidak mengalami gangguan apa pun. 1 dari 3 orang menyatakan bosan dengan aturan diet yang ditetapkan dari rumah sakit.

4 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan diet pada penderita Diabetes Mellitus di wilayah puskesmas banyuanyar Surakarta. orang kelompok eksperimen dan 15 orang kelompok kontrol. Alat penelitian menggunakan alatalat pendukung seperti alat ukur gula darah, buku, pensil dan kuisoner MMAS- 8 (Morisky Medication Adherence Scale) dengan cara penelitian jika ya bernilai METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan bulan desember 2015 januari 2016 di wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain Quasi experiment with nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita diabetes melitus di wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta sebanyak 30 orang. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah 30 1 dan jika tidak bernilai 0 dengan total skor 0 merupakan kepatuhan yang tinggi, 1-2 kepatuhan menengah, dan >2 merupakan kepatuhan yang rendah, kuosioner di isi oleh reponden. Analisa univariat yang digunakan untuk memelihara distribusi frekuensi data dari responden yang telah bersedia dijadikan sebagai objek penelitian, Hasil analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan kruskal wollis dengan hasil (p value) sebesar 0,005 < 0,05 menunjukkan nilai yang signifikan. Maka dapat di simpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan diet pada penderita diabetus mellitus di orang dan dibagi 2 kelompok menjadi 15

5 wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisa Univariat 1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Jenis Kelamin Kelompok kontrol Kelompok perlakuan F % f % Perempua n 8 55 9 65 Laki-Laki 7 45 6 35 Total 15 100 15 100 Table 4.1 dapat di gambarkan bahwa distribusi frekuensi jenis kelamin kelompok kontrol yang berjumlah 15 responden lebih banyak perempuan yaitu 8 orang (55%), sedangkan pada kelompok perlakuan yang berjumlah 15 orang distribusi frekuensi jenis kelamin perempuan yaitu 9 orang (65%). 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Usia Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan f % F % 25-40 tahun 0 0 1 5 41-55 tahun 2 5 3 25 56-70 tahun 13 95 11 75 Total 15 100 15 100 Berdasarkan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia, data dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan adalah responden dengan usia 56-70 tahun adalah responden terbanyak dari penelitian ini. 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Usia SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah F % 16 53.3 10 33.3 4 13.3 Total 30 100 Berdasarkan table 4.3 diatas menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan SMP sebanyak 16 orang (53,3%), responden yang berpendidikan SMA berjumlah 10 orang (33,3%) dan responden berpendidikan Perguruan Tinggi berjumlah 4 orang (13,30%). Dari data di atas diketahui bahwa

6 responden dengan pendidikan SMP merupakan responden terbanyak dari penelitian ini. 4. Distribusi Frekuensi Variabel kepatuhan Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel kelompok perlakuan Pre Test Post Test Variabel Perlakuan Perlakuan Perlakuan F % F % Rendah 5 33,3 2 13,3 Sedang 6 40.0 4 26,7 Tinggi 4 26,7 9 60,0 Total 15 100 15 100 Pre Test Post Test Variabel Kontrol Kontrol Kontrol F % F % Rendah 5 33.3 6 40.0 Sedang 9 60.0 8 53.3 Tinggi 1 6.7 1 6.7 Total 15 100 15 100 Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukkan nilai kepatuhan kelompok kontrol pre test memiliki nilai dari 9 orang (60.0%) responden memiliki tingkat kepatuhan sedang. Kelompok kontrol post test memiliki nilai dari 8 orang (53.3%) responden memiliki nilai kepatuhan sedang. Berdasarkan table 4.4 diatas menunjukan bahwa dapat dijelaskan nilai kepatuhan kelompok perlakuan pre test memiliki nilai dari 6 orang (40,0%) responden memiliki tingkat kepatuhan sedang. kelompok perlakuan post test memiliki nilai dari 9 orang (60,0%) responden memiliki nilai kepatuhan yang tinggi. 5. Distribusi Frekuensi Variabel Kepatuhan 2. Hasil Analisa Bivariat Hasil analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan kruskal wollis dapat dilihat sebagai berikut Tabel 4.7 hasil uji kruskal wallis tentang pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan diet diabetes melitus di Wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Kelompok kontrol Variabel Kepatuhan Post Test kontrol Rendah 6 2 Sedang 8 4 Tinggi 1 9 Post Test Perlakuan p Value 0.005

7 Berdasarkan tabel 4.6 di atas diketahui Menururut Lina. M. & sulityarini. T nilai signifikansi (p value) sebesar 0,005 < 0,05 menunjukkan nilai yang signifikan. Maka dapat di simpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan diet pada penderita diabetus mellitus di wilayah Puskesmas (2013) pendampingan dapat mempengaruhi kepatuhan karena dalam pendampingan dapat menekan munculnya stres, memberikan informasi yang dapat memotifasi pasien dan keluarga untuk meningkatkan kepatuhan, memberikan dukungan emosional. Banyuanyar Surakarta. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rosiana (2010) ada pengaruh pendampingan perilaku diet hipertensi terhadap kepatuhan diet pada penderita hipertensi. Menurut Delima (2011) ada pengaruh model pendampingan terhadap terkontrolnya diabetes mellitus pada penderita DM tipe II. Indriani (2014) ada pengaruh terhadap pendampingan keluarga meningkatkan kepatuhan minum obat. Pendampingan berarti bantuan dari pihak luar, baik perorangan mau kelompok untuk menambahkan kesadaran dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan pemecahan permasalahan kelompok. SIMPULAN Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Tingkat kepatuhan terbanyak sebelum dilakukan perlakuan berada pada kepatuhan menengah yaitu kelompok perlakuan sebanyak 6 responden (40.0%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 9 responden (60.0%). 2. Tingkat kepatuhan terbanyak setelah dilakukan perlakuan pada kelompok perlakuan adalah kepatuhan tinggi yaitu sebanyak 9 responden (60%) dan pada kelompok kontrol adalah kepatuhan rendah dan menengah

8 dengan masing-masing tingkat kepatuhan berjumlah 8 responden (46.7%). 3. Kelompok pre test perlakuan didapatkan tingkat kepatuhan yang paling banyak pada kategori menengah (40.0%). Setelah diberi perlakuan (post test) tingkat kepatuhan meningkat menjadi kategori tinggi (60.0%). Kelompok kontrol pre test dan post test didapatkan hasil tingkat kepatuhan yang sama yaitu kategori dilakukan sehingga kadar gula bisa terkontrol. 2. Bagi istitusi, diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai bahan bacaan dan reverensi belajar dan dapat membantu meningkatkan mutu dalam pembelajaran untuk menghasilkan perawat yang lebih profesional. 3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengembangkan tentang diet DM. menengah. 4. Ada pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan diet pada penderita DM Tipe-2 di Wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta (p value sebesar 0,198 < 0,05). SARAN 1. Bagi masyarakat sekitar, khususnya masyarakat di Wilayah Puskesmas Banyuanyar diharapkan setelah penelitian ini diet DM terus DAFTAR PUSTAKA Ayu, Ida. P. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Terapi pada penderita diabetes melitus (suatu studi pada penderita diabetes melitus Bulan oktober 2009 di RSD dr. Soebandi, jember). Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Tidak dipublikasikan. Delima, dkk. (2010). Pengaruh Model Pendampingan Terhadap Terkontrolnya Diabetus Melitus Pada Penderita Dm Tipe II Di Wilayah Puskesmas Gamping II Sleman. Jurnal ilmiah kesehatan Volume I Nomor 1, Desember 2011 ISSN: 2089-4686.

9 Hartono, A. (2006). Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC. Holt, R.I.G., Cockram, C., Flyvbjerg, A., Goldstein, B.J. (2010). Textbook of Diabetes, 4th ed. Indriyani P, Suprayitno H, Santoso A. (2007). Pengaruh Latihan Fisik; Senam Aerobik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Penderita DM Tipe 2 di Wilayah Puskesmas Bukateja Purbalingga. Media Ners. 2007;1(2):89-99. Kemenkes. (2013).Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Lina, M. S & sulityarini. T. (2013). Dukungan Keluarga Meningkatkan Kepatuhan Diet Paien Diabetes mellitus Di Ruang Rawat Inap RS Baptis Kediri. Jurnal STIKE. Vol. 6 (1). Rosiana, Ayu. (2014). Pengaruh Pendampingan Perilaku Diet Hipertensi Terhadap Kepatuhan Diet Pada Hipertensi Di Kampung Sanggrahan. Skripsi. Prodi keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta. Tidak dipublikasikan Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.