BAB IV ANALISIS PRAKTIK BAGI HASIL HIBAH SAPI DI DESA MOJOMALANG KECAMATAN PARENGAN KABUPATEN TUBAN

dokumen-dokumen yang mirip
mud}a>rabah dalam usaha peternakan sapi. Yang mana Taufiq sebagai

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN OBJEK DARI PRAKTIK PARON HEWAN (SAPI) DI DESA GUNUNG SERENG KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil pembahasan penelitian bab sebelumnya, maka peneliti dapat. menyimpulkan :

BAB IV ANALISIS TENTANG AKAD QIRAD}{ DI GERAI DINAR SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP INVESTASI HIGH YIELD INVESTMENT PROGRAM (HYIP) DENGAN SISTEM ONLINE

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN MUD}A<RABAH BMT BINA UMMAT SEJAHTERA CABANG TUBAN

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pelaksanaan Syirkah Antara Pemilik Kapal Dengan Nelayan Di Kelurahan Kotakarang Kecamatan Teluk Betung Timur

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PULPULAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II LANDASAN TEORI. UNS, 2009), Evaluasi Penerapan Prinsip Syariah pada Praktik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Akad Jual-beli Galian Tanah di Desa Randuharjo Kabupaten

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

BAB III KARAKTERISTIK DAN BENTUK HUBUNGAN PERJANJIAN KONSINYASI. A. Karakteristik Hukum Kontrak Kerjasama Konsinyasi Distro Dan

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan penghasilan. Setiap usaha tidak dapat dilakukan sendiri tanpa

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

PERMENDAGRI NOMOR 32 TAHUN 2011 PERMENDAGRI NOMOR 39 TAHUN 2012 PERMENDAGRI NOMOR 14 TAHUN 2016

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB V ANALISIS DATA. pembiayaan. Hal ini disampaikan langsung pada sesi wawancara 28 dengan. Manajer Utama BMT Amanah Ummah, Faisal Abdul Haris, S.E.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN BELANJA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL WALIKOTA KEDIRI,

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 7 TAHUN 2014

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO 7 TAHUN 2004 TERHADAP JUAL BELI AIR IRIGASI DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV ANALISIS TENTANG ARISAN TEMBAK DI DESA SENAYANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PENERAPAN WAKALAH DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DITINJAU DARI KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH. Oleh : Rega Felix, S.H.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

Hijab Secara Online Menurut Hukum Islam

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Sistem Pengupahan Pada PT Suri Tani Pemuka Lampung/Japfa Comfeed Group

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA TANAH TEGALAN YANG DI KELOLA KELOMPOK TANI DI DESA PUTAT KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO

BAB V PEMBAHASAN. A. Penerapan Akad Mudarabah di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis terhadap Akad bisnis Advertising dengan pendapatan

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 39 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN

MUD{A<RABAH DAN DI BPRS JABAL NUR SURABAYA

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN NOMOR IX.A.14 : AKAD-AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 49 TAHUN 2011

BUPATI BENGKULU SELATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PROLIMAN DALAM PENGAIRAN SAWAH DI DESA BEGED KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB II LANDASAN TEORI. kepastian dana pendidikan anak sesuai rencana untuk setiap cita-cita yang

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-./BL/. Tanggal : PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI PESANAN DI TOKO MEBEL BAROKAH DESA JEPON BLORA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI FLORES TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BELANJA HIBAH DAN BELANJA BANTUAN SOSIAL BUPATI MALANG,

DANA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL

- 1 - BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK TABUNGAN ZIARAH DI KOPENA PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD IJARAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN BINA AGROBISNIS DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NOMOR 09/ DSN-MUI/ IV/ 2000

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM BAGI HASIL USAHA WARUNG KOPI DI DESA PABEAN KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB V PENUTUP. 1. Akad utang sapi untuk penanaman tembakau berdasarkan ketentuan kreditur

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang pekoperasian pada Pasal

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI REMBANG NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN SYARIAH

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. bersifat universal dan komprehensif, manusia adalah mahluk sosial dalam

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB IV ANALISIS ETIKA ISLAM DALAM PENGELOLAAN BISNIS PENGEMBANG PERUMAHAN DI PT. SYSSMART SEJAHTERA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik jumlah maupun waktunya. 1. berkaitan dengan industri. Dalam aktivitas bisnis berusaha menggunakan

BAB IV CV BINTANG ELMI VISION LAMONGAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang implementasi shirkah yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENYELESAIAN RESIKO SENGKETA PADA KEMITRAAN TERNAK AYAM DI DESA NONGKOSAWIT KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB II LANDASAN TEORI. yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip. Menurut pendapat lain, Wadi ah adalah akad penitipan

BAB IV ANALISIS DUALISME AKAD PEMBIAYAAN MUD{ARABAH MUQAYYADAH DAN AKIBAT HUKUMNYA

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS PRAKTIK BAGI HASIL HIBAH SAPI DI DESA MOJOMALANG KECAMATAN PARENGAN KABUPATEN TUBAN A. Analisis Praktik Hibah Sapi di Desa Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban Berdasarkan data yang dijabarkan pada bab III mengenai praktik hibah sapi di Desa Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban diperoleh sebagai berikut: Sesuai dengan peraturan Menteri dalam negeri No 32 Tahun 2011 tentang pelaksanaan dan penatausahaan hibah pada pasal 13 menyebutkan ayat (1) setiap pemberian hibah dituangkan dalam NPHD (Naskah Perjanjian Hibah Daerah) yang di tanda tangani bersama oleh kepala daerah dan penerima hibah. Ayat (2) NPHP( Nask1ah Perjanjian Hibah Daerah) sebagai mana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat ketentuan mengenai : a. Pemberi dan penerima hibah b. Tujuan pemberian hibah c. Besaran atau rincian penggunaan hibah yang akan diterima d. Hak dan kewajiban e. Tata cara penyaluran/penyerahan hibah f. Tata cara pelaporan hibah Ayat (3) kepala daerah dapat menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani NPHD (naskah Perjanjian Hibah Daerah), dalam poin 73

74 Peraturan menteri dalam negeri Nomor 32 tahun 2011 mengenai tujuan pemberian hibah yang sesuai dengan pasal 1 ayat (14) yang berbunyi hibah adalah pemberian uang atau barang atau jasa dari pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarkatan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukanya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah. Hal tersebut diperjelas dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No 32 Tahun pasal 4 ayat (1) menjelaskan pemerintah daerah dapat memberikan hibah sesuai kemampuan keuangan daerah ayat (2) pemberian hibah sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib, ayat (3) pemberian hibah sebagai mana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk menunjang pencapaian sasaran progam dan kegiatan pemerintah daerah dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat. Berdasarkan peraturan menteri dalam negeri tentang tujuan diadakan progam bantuan hibah sapi yang salah satunya adalah untuk menyalurkan progam pemerintah kepada masyarakat untuk pengembangan daerah yang bertujuan untuk mensejahterakan rakyat dan mengurangi tingkat pengangguran serta tingkat kemiskinan daerah, dalam hal ini pemerintah memilih Desa Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban sebagai subjek mengembangan hibah sapi.

75 Dalam praktiknya pemerintah memberikan kewenangan serta tanggung jawab penuh kepada perangkat desa untuk mengelola progam hibah sapi tersebut, dalam progam ini kelompok bligon menerapkan sistem bagi hasil bagi pengelola hibah sapi, ketentuan bagi hasil tersebut didukung oleh pemerintah daerah. Sistem bagi hasil dilakukan dengan ketentuan 60% untuk pengelola dan 40% untuk kelompok Bligon, pembagian 60% untuk pengelola dikarenakan pengelola sangat berperan aktif dalam praktik hibah sapi tersebut sehingga menurut perangkat desa pengelola berhak mendapatkan hasil tersebut. Sedangkan 40% disetorkan kepada kelompok Bligon untuk dikumpulkan dan akan dioperasionalkan ulang untuk pembelian sapi, kebijakan dari kelompok Bligon tersebut akan disalurkan kepada anggota yang yang belum mendapatkan jatah mengelola hibah sapi tersebut. Kebijakan dari ketua kelompok Bligon sesuai dengan kesepakatan mengenai bagi hasil 60% untuk pengelola dan 40% untuk kelompok Bligon akan diterapkan setelah anak sapi yang lahir berikutnya, dan untuk anak sapi yang lahir pertama kelompok Bligon memberikan kebijakan mutlak 100% untuk diberikan kepada pengelola, dalam hal ini bertujuan untuk mensejahterakan pengelola yang didukung oleh kebijakan pemerintah mengenai hibah sapi yang sesuai dengan progam hibah sapi.

76 B. Analisis Bagi Hasil dalam Praktik Hibah Sapi menurut Hukum Islam Desa Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban Berdasarkan kasus yang dianalisis penulis terhadap bagi hasil yang diterapkan di desa Mojomalang Kecamatan Parengan Kabuaten Tuban, pada prinsipnya sesuai dengan teori mud}a>rabah, dalam hal ini mud}a>rabah adalah suatu akad (kontrak) yang penyerahan modal dari seorang pemilik modal (s}ahibul mal) kepada pengelola (mud}a>rib) untuk digunakan sebagai usaha dengan ketentuan jika usaha tersebut mendapatkan hasil, maka hasil tersebut dibagi sesuai dengan kesepakatan dari awal sementara jika usaha tersebut bangkrut maka kerugian sepenuhnya ditanggung oleh pemilik dengan syarat dan rukun tertentu. Jika kerugian itu sebabkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Dalam praktik bagi hasil hibah sapi di Desa Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban, bentuk transaksi dengan modal awal ditentukan oleh pemerintah dan didatangkan atas persetujuan kedua belah pihak. Sedangkan akad atau perjanjian mud}a>rabah yang dilakukan di Desa Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten tuban adalah secara lisan berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak yang berakad yaitu pemilik modal ( pemerintah) dan pengelola (masyarakat). Menurut Ahmad Azhari Basyiri, Sighat akad dapat dilakukan dengan cara lisan, tulisan atau isyarat yang memberi pengertian secara jelas tentang

77 adanya ijab dan qabul. Dapat juga perbuatan yang telah menjadi kebiasaan dan ijab dan qabul. Prosentase keuntungan telah dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu 60% untuk pengelola dan 40% untuk kelompok Bligon, kesepakatan tersebut sudah di setujui kedua belah pihak, dalam praktek di Desa Mojomalang Kecamatan Parengan pengelola (masyarakat) mendapat untung lebih besar dikarenakan tujuan awal pemerintah adalah hibah untuk mensejahterakan rakyat miskin dan tidak diberikan batasan waktu. Penanggungan resiko bagi hasil hibah sapi apabila kematian atau kehilangan sapi pemerintah tersebut dikarenakan kelalaian pengelola maka pengelola bertanggung jawab atas kerugian tersebut, dan jika sapi pemerintah mati atau hilang bukan karena kelalaian pengelola maka pengelola tidak bertaanggung jawab atas kerugian tersebut. Praktik bagi hasil hibah sapi di Desa Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban berdasarkan praktik dilapangan akad yang dilakukan oleh pemerintah (s}ahibul mal) dan masyarakat (mud}a>rib) telah memenuhi rukun dan syarat bagi hasil mud}a>rabah walaupun tidak memastikan batas waktu pemeliharaan karena tujuan awal pemerintah adalah hibah untuk mensejahterakan masyarakat miskin. Menurut analisis penulis tentang bagi hasil hibah sapi di Desa Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban, Penulis menyimpulkan akad hibah yang digunakan di Desa Mojomalang Merupakan Perpindahan Akad Hibah menjadi akad mud}a>rabah. Bahwa diperbolehkanya mengambil

78 Imbalan dari hibah tersebut dengan syarat orang yang diberi hibah memberikan imbalan, dalam hal ini sesuai dengan kasus yang dijelaskan pada bab sebelumnya yang menerapkan system bagi hasil hibah sapi dengan ketentuan 60% untuk pengelola dan 40% untuk kelompok Bligon. Ketentuan memperbolehkan untuk menerapkan sistem bagi hasil hibah sapi dengan pendapat Madzhab Maliki, yang memperbolehkan untuk mendapatkan balasan atau imbalan dengan ketentuan orang yang menerima imbalan diberikan untuk memilih apakah akan menerimanya atau tidak. Jika dia (si penerima imbalan) maka dia wajib memberikan imabalan kepada pemberi dengan nilai sama serta dia (penerima imbalan ) tidak harus memberikan tambahan atasnya. Disamping itu pemberi juga boleh tidak menerima imbalan yang kadarnya kurang dari pemberianya. Namun Madzhab Hanafi mengatakan bahwa tetapnya kepemilikanya orang yang diberi terhadap benda tidaklah mengikat, sehingga pemberi boleh menarik kembali pemberianya dan membatalkanya, dalam hal ini pemberi lebih berhak terhadap apa yang dia (pemberi hibah) berikan selama orang yang diberi tidak membalas pemberianya. Seorang pemberi boleh mengambil kembali pemberianya selama belum adanya balasan, walaupun telah diterima atau diambil oleh orang yang diberi. Jika dikaitkan dengan permasalahan praktik bagi hasil hibah sapi pemerintah mempunyai hak mutlak untuk menguasai barang hibah serta mempunyai kebijakan penuh atas praktik tersebut. Namun, hal tersebut bertentangan dengan pendapat madzhhab syafi I dan hambali tentang hibah

79 yang menjelaskan bahwa tidak halal bagi pemberi untuk meminta kembali pemberianya kecuali pemberian ayah dan anaknya. Dalam permasalahan praktik bagi hasil hibah sapi di Desa Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban pemberian 60% untuk pengelola dan 40% untuk Kelompok Bligon, penulis berpendapat hal tersebut diperbolehkan karena tidak adanya unsur memaksa dan tidak adanya pihak yang dirugikan, serta masyarakatpun sangat mendukung dengan adanya bantuan hibah sapi pada masyarakat yang tidak mampu, progam hibah sapi tersebut sangat tepat untuk membantu pertumbungan ekonomi desa kususnya di bidang peternakan dan bisa mengurangi angka kemiskinan. Praktik bagi hasil hibah sapi di Desa mojomalang pengoperasionalan pembagian 60 % untuk pengelolaa dan 40% untuk Kelompok Bligon, sudah sesuai dengan ketentuan pemerintah yang mengharuskan untuk mengelola kembali bagian dari pengelola hibah sebesar 60 % untuk pembelian sapi dan didistribusikan kembali kepada masyarakat yang kurang mampu, hal tersebut dikhususkan untuk pengembangan hibah sapi yang di peroleh dari pemerintah agar tidak berhenti pada pengelola yang sama serta bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat miskin yang kurang mampu.