BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara berkembang yang menempati posisi ke 4 (empat) dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Pembangunan nasional pun mulai dilaksanakan oleh pemerintah. Pembangunan gedunggedung perkantoran yang menjulang tinggi sebagai efisiensi hemat lahan bagi ruang perkantoran, pembebasan lahan guna pembangunan hunian serta kawasan-kawasan khusus bagi produksi pabrik dari skala kecil sampai dengan skala besar. Pembangunan nasional dilakukan demi mewujudkan suatu masyarakat yang sejahtera dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Salah satu yang harus diperhatikan dalam pembangunan nasional ialah bidang ketenagakerjaan. Tenaga kerja juga mempunyai hubungan penting dalam pembangunan nasional. Hubungan tersebut antara lain bahwa tenaga kerja sebagai pelaku dan tujuan dari pembangunan nasional itu sendiri. Hal ini dikarenakan tenaga kerja sebagai salah satu faktor penting dalam meningkatkan profit perusahaan itu sendiri. Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pengertian dari tenaga kerja ialah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja atau yang
2 kemudian disebut dengan pekerja/buruh juga mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi baik oleh pekerja/buruh itu sendiri maupun dari pengusaha sebagai pihak pemberi kerja. Dengan diperhatikannya hak dan kewajiban dari pekerja/buruh, secara tidak langsung dapat meningkatkan produktivitas kinerja dari pekerja/buruh tersebut yang tentunya berdampak positif terhadap perusahaan. Selain memperhatikan hal tersebut, hal lain yang juga harus diperhatikan adalah hubungan pekerjaan antara pekerja/buruh dan pengusaha, apakah hubungan tersebut sudah tercipta dengan dinamis, serasi, harmonis dan seimbang. Hubungan ini dimaksudkan agar dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja/buruh dan pengusaha merasakan ketenangan, ketentraman dan keamanan dalam bekerja. Di era globalisasi ini, teknologi berkembang dengan pesat. Penggunaan teknologi tidak hanya digunakan dalam dunia perkantoran saja, akan tetapi juga digunakan dalam kegiatan rumah tangga dan industri. Dengan berkembangnya teknologi tersebut dapat meringankan tugas manusia dalam melakukan berbagai hal. Akan tetapi, banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa dengan semakin meningkatnya teknologi, juga dapat meningkatkan resiko terhadap keamanan dan keselamatan dari penggunaan alat teknologi tersebut. Salah satu bentuk perkembangan teknologi ini ialah merubah api sebagai energy panas menjadi energi gerak dan energi listrik. Api merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Api dihasilkan oleh reaksi pembakaran
2 kemudian disebut dengan pekerja/buruh juga mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi baik oleh pekerja/buruh itu sendiri maupun dari pengusaha sebagai pihak pemberi kerja. Dengan diperhatikannya hak dan kewajiban dari pekerja/buruh, secara tidak langsung dapat meningkatkan produktivitas kinerja dari pekerja/buruh tersebut yang tentunya berdampak positif terhadap perusahaan. Selain memperhatikan hal tersebut, hal lain yang juga harus diperhatikan adalah hubungan pekerjaan antara pekerja/buruh dan pengusaha, apakah hubungan tersebut sudah tercipta dengan dinamis, serasi, harmonis dan seimbang. Hubungan ini dimaksudkan agar dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja/buruh dan pengusaha merasakan ketenangan, ketentraman dan keamanan dalam bekerja. Di era globalisasi ini, teknologi berkembang dengan pesat. Penggunaan teknologi tidak hanya digunakan dalam dunia perkantoran saja, akan tetapi juga digunakan dalam kegiatan rumah tangga dan industri. Dengan berkembangnya teknologi tersebut dapat meringankan tugas manusia dalam melakukan berbagai hal. Akan tetapi, banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa dengan semakin meningkatnya teknologi, juga dapat meningkatkan resiko terhadap keamanan dan keselamatan dari penggunaan alat teknologi tersebut. Salah satu bentuk perkembangan teknologi ini ialah merubah api sebagai energy panas menjadi energi gerak dan energi listrik. Api merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Api dihasilkan oleh reaksi pembakaran
3 yang ditimbulkan oleh adanya suatu sumber percikan, bahan bakar dan udara. Salah satu resiko dari penggunaan teknologi ini ialah kebakaran. Kebakaran merupakan proses kimia, yaitu reaksi antara bahan bakar (fuel) dengan oksigen dari udara atas bantuan sumber panas (heat). Ketiga unsur api tersebut dikenal sebagai segitiga api (fire angle). Menurut National Fire Protection Association (NFPA) 1992, kebakaran sebagai peristiwa oksidasi dimana bertemunya udara dan panas yang dapat berakibat menimbulkan kerugian harta benda atau cidera bahkan kematian manusia. Kebakaran dapat terjadi dimana saja tanpa memandang tempat ataupun keadaan. Wilayah kota yang padat dipenuhi oleh gedung-gedung pemukiman, perkantoran dan perindustrian sangat beresiko mengalami kebakaran. Minimnya alat pemadam kebakaran serta pengetahuan mengenai pencegahan dan resiko kebakaran kemudian menjadi salah satu penyebab sering terjadinya kebakaran di wilayah perkotaan. Salah satu kasus kebaran yang terjadi ialah kasus yang terjadi di Jalan Karang Tengah, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Penyebab kebakaran diduga berasal dari hubungan singkat arus listrik (korsleting). 1 Kasus lainnya terjadi di PT. Mandom Indonesia di Cikarang. Kebakaran diduga disebabkan oleh karena bocornya flexible tube atau selang gas yang terpasang pada mesin deodorant parfum spray (DPS) filling line 2. 2 Kasus kedua ini disebabkan bukan oleh arus listrik, akan tetapi lebih kepada penggunaan teknologi 1 Sindonews, Rumah Mewah di Belakang Giant Lebak Bulus Terbakar, http://bit.ly/1m1hbsw, diakses pada tanggal 10 November 2015 2 Harian Umum, Polisi Akhirnya Ungkap Penyebab Kebakaran PT Mandom, http://bit.ly/24kgl3j, diakses pada tanggal 10 November 2015
4 dalam kegiatan perindustrian. Sedangkan kasus selanjutnya ialah ledakan keras terjadi di kompleks Perumahan Puri Pattene Blok C, Kecamatan Biringkanaya, Makassar, Senin, 3 Agustus 2015, sekitar pukul 15.30 Wita. Ledakan ini diduga berasal dari kompor dan gas yang bocor. Dalam insiden itu, setidaknya dua orang dilaporkan meninggal. 3 Berdasarkan beberapa paparan kasus diatas, dapat kita simpulkan bahwa resiko akan kebakaran dalam kehidupan sangat tinggi. Terhadap resiko tersebut, pemerintah bertugas untuk memberikan perlindungan terhadap warga negara untuk menanggulangi dan memadamkan api. Untuk melaksanakan tanggung jawab itu, pemerintah membentuk sebuah badan khusus yang dapat menanggulangi bahaya bencana yaitu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang salah satu bidang tugasnya adalah pemadam kebakaran. Dalam melaksanakan tugasnya dalam skala nasional, Badan Nasional Penanggulangan Bencana ini dibantu oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang merupakan perwakilan BNPB di setiap daerah di wilayah nasional. Petugas operasional BPBD merupakan satu-satunya pihak yang akan terjun ke lapangan untuk memadamkan api di lokasi kebakaran. Sebelum melaksanakan tugasnya ini, tentu para petugas operasional pemadam kebakaran sudah diberikan bekal yang cukup baik dari segi materi maupun dari segi alat perlindungan diri. Dalam Peraturan Menteri 3 Tempo, Ledakan Keras di Makassar, 2 Warga Biringkanaya Tewas, http://bit.ly/1qdt6bv, diakses pada tanggal 10 November 2015
5 Dalam Negeri Nomor 16 tahun 2009 tentang Standar Kualifikasi Aparatur Pemadam Kebakaran di Daerah dijelaskan bahwa setiap petugas pemadam kebakaran harus memenuhi kualifikasi sebagai seorang petugas dinas pemadam kebakaran yang diberikan dengan menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan. Pentingnya persiapan bagi para petugas operasional pemadam kebakaran dikarenakan resiko kerja yang mungkin terjadi sangat tingi. Tidak jarang dalam melaksanakan tugasnya tersebut, petugas operasional pemadam kebakaran mengalami kecelakaan seperti luka ringan, cacat seumur hidup sampai meninggal dunia. Selain mengalami kecelakaan saat melaksanakan tugasnya, petugas operator pemadam kebakaran juga memiliki resiko akan penyakit akibat hubungan kerja. Lokasi pekerjan yang merupakan wilayah kebakaran menimbulkan banyak asap yang didalamnya terkandung berbagai mecam zat berbahaya. Untuk itu, keselamatan dan kesehatan petugas operasional pemadam kebakaran BPBD dalam melaksanakan tugasnya harus sangat diperhatikan. Pemerintah selaku pihak yang mempekerjakan petugas operasional BPBD juga berkewajiban unutk memberikan perlindungan apabila terjadi kecelakaan kerja ataupun hal-hal yang dapat menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan para petugas operasional. Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah terkait dengan kesehatan dan keselamatan para petugas operasional ini adalah berupa asuransi sosial yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) yang terbagi atas BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan. Namun, pemberlakuan perlindungan ini
6 tidak berlaku terhadap seluruh petugas operasional BPBD Kota Yogyakarta, hal ini dikarenakan terdapat 2 (dua) status yang disandang oleh para petugas operasional, yakni petugas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan petugas Non Pegawai Negeri Sipil (PNS). Perbedaan perlakuan ini tentunya juga menarik untuk diperhatikan, karena besar dan tingginya resiko atau dampak yang dirasakan oleh petugas yang berstatus PNS dan Non PNS tentu setara, sehingga apabila terjadi perbedaaan dari segi perlindungan hukum tentu dirasa kurang seimbang. Meskipun hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja bagi petugas operator pemadam kebakaran sudah diatur sedemikian rupa, masih saja terjadi banyak kecelakaan kerja yang menimpa petugas operator pemadam kebakaran. Salah satu contohnya adalah kasus kebakaran yang menghanguskan puluhan rumah di Tambora, Jakarta Barat pada tanggal 5 Oktober 2015 silam. Dua orang petugas operator pemadam kebakaran tewas saat sedang bertugas memadamkan api. 4 Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam penulisan hukum berjudul PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) BAGI PETUGAS OPERASIONAL BADAN 4 Indosiar, Pemakaman 2 Petugas Pemadam Kebakaran, http://bit.ly/1yjkjag, diakses pada tanggal 11 November 2015
7 PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KOTA YOGYAKARTA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan penerapan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja (K3) bagi petugas operasional Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta? 2. Bagaimana bentuk perlindungan hukum yang diberikan terhadap petugas operasional yang berstatus sebagai petugas PNS dan Non PNS Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta dalam hal terjadi kecelakaan kerja? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam Penulisan Hukum ini ialah terbagi atas 2 (dua) hal, yaitu : 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui hal apa saja yang harus dipersiapkan baik dari segi materiil maupun formil dalam melaksanakan tugas sebagai petugas operator pemadam kebakaran. b. Untuk mengetahui bagaimana penerapan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi petugas operator pemadam kebakaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Yogyakarta.
8 c. Untuk mengetahui apa saja upaya perlindungan hukum yang diberikan kepada petugas operasional Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Yogyakarta dalam hal mengalami kecelakaan kerja. 2. Tujuan subjektif Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. D. Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Penulis belum pernah diteliti dan ditulis oleh peneliti sebelumnya. Apabila terdapat kesamaan penelitian tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, hal tersebut merupakan penelitian tentang Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat yang berbeda dengan tempat penelitian Penulis. Penelitian dan Penulisan Hukum mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) banyak ditemukan khususnya pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Berdasarkan penelusuran kepustakaan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ditemukan beberapa Penulisan Hukum tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), antara lain : 1. Pelaksanaan Jaminan kesehatan dan Keselamatan Kerja Pada Pekerja Pertambangan Gypsum CV. Tunggarana Di Rembang Jawa Tengah oleh Pusvitasari Ayu W. 2012 dengan pembahasan apa yang menyebabkan pelaksanaan jaminan sosial
9 keselamatan dan kesehatan kerja pada CV. Tunggarana belum terlaksana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan upaya apa yang dilakukan oleh CV. Tunggarana untuk mengurangi hambatan dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. 2. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bagi Pekerja Pada SPBU 44.531.04 Buntu, Banyumas, oleh Moehammad Ulil Amri 2009 dengan pembahasan penyebab upaya keselamatan dan kesehatan kerja terhadap pekerja tidak ditetapkan secara optimal oleh SPBU 44.531.04 Buntu, Banyumas. 3. Pelaksanaan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. Badak Natural Gas Liquefaction (PT. BADAK NGL) di Bontang oleh Dhio Yan Larantino 2011 dengan pokok pembahasan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja PT. Badak NGL. 4. Pelaksanaan Perlindungan Keselamatan Kerja Bagi Pekerja Pemadam Kebakaran Pada PG/PS Madukismo Yogyakarta oleh Agung Prasetya Jati 2009 dengan pembahasan mengapa pelaksanaan perlidungan keselamatan kerja yang diterapkan oleh PG/PS Madukismo untuk mengantisipasi resiko belum sepenuhnya dapat dilaksanakan sesuai dengan hukum positif yang berlaku.
10 Perbedaan penulisan hukum ini dengan penulisan penulisan hukum yang telah disebutkan diatas yaitu bahwa di dalam penulisan penulisan hukum sebelumnya lebih menekankan kepada bagaimana pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja sesuai dengan hukum positif yang berlaku sedangkan pada penulisan hukum ini mengkhususkan pada bagaimana tindakan nyata serta apakah penerapan tindakan tersebut sudah berjalan sesuai dengan hukum positif yang berlaku. Perbedaan selanjutnya adalah bahwa obyek penelitian pada penulisan-penulisan hukum sebelumnya yang telah disebutkan diatas berbeda dengan obyek penelitian dalam penulisan hukum ini. Berdasarkan perbedaan tersebut, penelitian ini dapat dianggap asli dan layak untuk diteliti. Jika masih terdapat penelitian yang hampir sama diluar sepengetahuan penulis penelitian ini diharapkan dapat melengkapinya. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif dalam menambah ilmu pengetahuan dan wawasan hukum baik secara ilmiah maupun praktis. Adapun manfaat tersebut antara lain : 1. Secara Ilmiah Diharapkan Penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum secara umum dan pada bidang ketenagakerjaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). 2. Secara Praktis
11 Secara praktis penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dan masukan bagi pemerintah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Yogyakarta, masyarakat dan pihak-pihak lain dalam penyelesaian masalah tentang pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).