BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan segala potensinya sehingga mencapai kualitas diri yang lebih

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I LATAR BELAKANG. kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya,

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. diberbagai belahan dunia terutama Negara-negara yang sedang berkembang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, dan lewat

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena tujuan yang dicapai oleh pendidikan tersebut adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan akhirat. Selain itu, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang andal. Kualitas SDM sangat penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia terlahir dengan mempunyai faktor bawaan naluri dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di tingkat Madrasah Ibtidaiyah merupakan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dari yang diharapkan. Banyak siswa yang mempunyai perilaku menyimpang,

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. kearah peningkatan yang lebih positif. Agar usaha-usaha tersebut dapat terwujud

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. lingkungan masyarakat atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Negara Indonesia sebagai negara yang berkembang, telah

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya. tidak hanya menyampaikan dan memberi hafalan. Pendidikan yang ideal

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional merupakan pelaksanaan pendidikan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang disosialisasikan sebagai usaha

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya suatu tujuan Pendidikan Nasional. bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Jika dilihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya pendidikan di negara itu. Pendidikan dalam pengertiannya yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

BAB I PENDAHULUAN. Atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan. 1 Istilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada zaman modern sekarang ini, tuntutan untuk mendapatkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengartikan pendidikan tertulis the education is the development of knowledge, skill,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman kualitas hidup serta cara berpikir seseorang akan jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah suatu proses pendewasaan berfikir. Nilai demi nilai

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan kepada anak-anaknya dengan memberikan bimbingan, perintah,

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk lainnya, oleh karena dia dibekali akal pikiran, dan ilmu. didik dengan segala lingkungan dan sepanjang hayat.

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. sangat komplek, dimulai dari sistem pendidikan yang berubah-ubah ketika

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi, sosial budaya dan juga pendidikan. kepribadian yang bulat dan untuk membentuk manusia sebagai makhluk

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara. Di dalam UUD 1945 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. individu, pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Hal ini sejalan pula dengan Hadist Rasulullah SAW dari Abu Hurairah r.a.

BAB I PENDAHULUAN. manusia itulah menjadi sasaran hidup manusia yang pencapaiannya sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena segala aktivitas kehidupan manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral,

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu unit kerja tidak bisa terlepas dari kegiatan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama keberhasilan Pembangunan Nasional. Semakin tinggi kualitas

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. Dengan menggunakan fitrah tersebut manusia belajar dari keluarga, lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Agama RI, Modul Bahan Ajar Pendidikan Dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Guru Kelas RA, Jakarta, 2014, hlm. 112.

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 3, yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia. Pemerintah selalu berupaya untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. derajat dan kedudukan suatu negara tersebut menjadi lebih tinggi. Sebagaimana

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

BAB I PENDAHULUAN. perubahan secara mendasar, karena membawa kepada perubahan individu sampai

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu dan membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga mencapai kualitas diri yang lebih baik. 1 Pengembangan pendidikan dari setiap zaman selalu terjadi perubahan seiring perubahan manusia itu. Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia permukaan bumi. Karena tujuan yang dicapai dari pendidikan tersebut adalah untuk membentuk kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan sosial serta hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepada-nya 2 Di zaman yang semakin canggih teknologinya seperti saat ini justru akhlak manusia semakin menurun, banyak sekali alat-alat canggih untuk berbuat kebaikan namun tidak kalah juga alat-alat yang digunakan untuk berbuat kejahatan. Kenyataannya, akhlak-akhlak yang dimiliki orang-orang pada saat ini banyak akhlak buruknya, bukan hanya orang-orang nonmuslim tetapi justru kaum muslimin itu sendiri banyak memiliki akhlak demikian. Mereka buta dengan harta kekayaan, sehingga berani melakukan apa saja untuk mendapatkannya walaupun 1 Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h.19 2 Muzayim Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h.11 1

2 harus dengan cara yang tidak halal. Mereka hanya memikirkan kebahagiaan di dunia semata dan tidak memerhatikan kebahagiaan di akhirat. 3 Pendidikan Islam merupakan bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam. menurut Abdur Rahman An-Nahlawi, pendidikan Islam adalah pengaturan pribadi dan masyarakat sehingga dapat memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kolektif. 4 Firman Allah swt dalam surat Al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi: ل ق د آا ن ل ك م ف ي ر س و ل االله أ س و ة ح س ن ة ل م ن آا ن ي ر ج و ااالله و ال ي و م الا خ ر و ذ آ ر االله آ ث ي ر ا Ayat ini menunjukkan pentingnya pendidikan akhlak untuk dilaksanakan dan sebagai panutan utama dari pelaksanaan akhlak Rasulullah saw, hal ini juga didukung Undang-undang sistem pendidikan Nasional Republik Indonesia No.20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta perdaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujun untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi mnusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. 5 Demi mewujudkan tujuan tersebut diatas bukan hal yang mudah, sebab itu harus dibarengi dengan kerja keras dan program yang terarah. Hal tersebut bisa 3 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perpektif Alquran, (Jakarta: Amzah, 2007), h 255 4 Ibid, h. 181 5 Mawardi Lubis, Evaluasi Pedidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h.1

3 diwujudkan melalui pendidikan jalur sekolah maupun pendidikan yang diberikan dalam keluarga dan masyarakat. Akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan, tanpa dipikirkan dan diangan-angankan terlebih dahulu. Hal itu tidak berarti bahwa perbuatan tersebut dilakukan dengan tidak sengaja atau tidak dikehendaki, hanya saja karena yang demikian itu dilakukan berulang-ulang sehingga sudah menjadi kebiasaan, maka perbuatan itu muncul dengan mudah tanpa dipikir dan dipertimbangkan lagi. 6 Tentang Pendidikan Akhlak ini lebih lanjut dikatakan oleh Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, mengatakan bahwa Pendidikan budi pekerti dan akhlak merupakan jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai suatu akhlak yang sempurna merupakan tujuan yang sebenarnya dari pendidikan Islam. 7 pendidikan akhlakul karimah (akhlak mulia) adalah faktor penting dalam membina suatu umat atau membangun suatu bangsa. Suatu pembangunan tidak ditentukan semata dengan faktor kredit dan investasi material. Betapapun melimpah ruahnya kredit dan besarnya investasi, kalau manusia pelaksanaannya tidak memiliki akhlak yang baik, niscaya segalanya akan berantakan akibat penyelewengan dan korupsi. Oleh karena itu, program utama dan perjuangan pokok dari segala usaha ialah pembinaan akhlak mulia harus ditanamkan kepada seluruh lapisan dan 2011), h. 217 6 Didiek Ahmad Supadie, Pengantar Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 7 Athiyah Al-Abrasyi, Mendidik Anak Perempuan, (Bandung: Mizan 2004), h. l 25

4 tingkatan masyarakat, mulai dari tingkat atas sampai ke lapisan bawah. Akhlak dari suatu bangsa itulah yang menentukan sikap hidup dan laku perbuatannya. Apabila suatu bangsa (umat) itu telah rusak, maka hal ini juga akan mempengaruhi akhlak generasi-generasi mendatang. Terlebih lagi kalau rusaknya akhlak tersebut tidak segera mendapat perhatian atau usaha untuk mengendalikan dan memperbaikinya. Bagaimanapun akhlak dan perilaku suatu generasi itu akan sangat menentukan terhadap akhlak dan perilaku umat-umat sesudahnya. Oleh karena itu, tidak salah apa yang telah disampaikan oleh para ahli pendidikan bahwa perkembangan pribadi itu akan sangat ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan, terutama berupa pendidikan. Kalau penulis perhatikan dalam kehidupan sehari-hari, berkaitan dengan moral dan budi pekerti yang menimbulkan kemerosotan norma-norma susila dan norma-norma agama dikalangan masyarakat,terutama dikalangan generasi pemuda yang bisa membawa kegoncangan hidup manusia. Seperti halnya banyaknya pemuda-pemuda sekarang yang memakai narkoba dan minumanminuman keras, perkelahian/tawuran, remaja putri yang hamil diluar nikah dll. Dengan adanya aqidah yang tidak tetap dan kokoh itu, tentu akan menyebabkan orang tersebut mudah terombang-ambingkan. Dari keadaan semacam ini apabila tidak dapat dikendalikan oleh norma-norma yang menyetirnya (agama), maka akan terjadi adalah kekacauan dalam kehidupannya. Kita sebagai generasi penerus, harus menyadari hal tersebut, karena pada pundak generasi mudalah akan ditumpahkan harapan masa depan bangsa ini, guna menyambung usaha-usaha memperbaiki akhlak yang sementara ini terbengkalai,

5 cita-cita bangsa yang belum terlaksana sepenuhnya dan selanjutnya untuk memelihara apa-apa yang telah ada dan mengusahakan yang baru (lebih baik) agar dapat berkembang lebih maju dan semakin sempurna. Oleh karena itu, pendidikan tentang akhlak dalam kehidupan umat manusia menempati kedudukan yang sangat penting. Pada Madrasah Aliyah Pendidikan Akhlak merupakan bagian dari pendidikan agama. Memang pendidikan Aqidah Akhlak bukan satu-satunya faktor yang menentukan sekaligus membentuk watak dan kepribadian peserta didik. Tetapi secara kenyataannya mata pelajaran Aqidah Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Aqidah Akhlak memberikan pengajaran tentang tata nilai yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, mengatur hubungan sesama manusia, mengatur hubungan dengan lingkungan dan mengatur dirinya sendiri. Dengan demikian Pelajaran Aqidah Akhlak merupakan pelajaran yang teoritis dan aplikatif. Pelajaran teoritis menanamkan ilmu pengetahuan, sedangkan pelajaran aplikatif membentuk sikap dan perilaku dalam kehidupan. Jadi, tolok ukur keberhasilan siswa tidak dapat diukur dengan tinggi rendahnya taraf intelektual anak (aspek kognitif), melainkan hendaknya harus dilihat dari sisi bagaimana karakteristik yang terbentuk melalui pendidikan formalnya yaitu aspek afektif dan psikomotoriknya. Namun hingga saat ini dalam praktiknya, proses pembelajaran di sekolah tampaknya lebih cenderung menekankan pada pencapaian perubahan aspek

6 kognitif (intelektual), yang dilaksanakan melalui berbagai bentuk pendekatan, strategi dan model pembelajaran tertentu. Sementara, pembelajaran yang secara khusus mengembangkan kemampuan afektif tampaknya masih kurang mendapat perhatian. Kalaupun dilakukan mungkin hanya dijadikan sebagai efek pengiring yang disisipkan dalam kegiatan pembelajaran yang utama yaitu pembelajaran kognitif atau pembelajaran psikomotor. 8 Secara konseptual maupun emprik, diyakini bahwa aspek afektif memegang peranan yang sangat penting terhadap tingkat kesuksesan seseorang dalam bekerja maupun kehidupan secara keseluruhan. Meski demikian, pembelajaran afektif justru lebih banyak dilakukan dan dikembangkan di luar kurikulum formal sekolah. 9 Dari hasil observasi di Madrasah Aliyah Negeri 5 Martapura Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar bahwa Evaluasi Ranah Afektif pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak dilaksanakan dan waktu pelaksanaannya selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di dalam kelas yang berorientasi pada perilaku siswa sehari-hari. Ranah Afektif yang perlu dinilai meliputi: disiplin, kerapian, sopan santun, kejasama, aktif dan tuntas tugas. Melihat latar belakang diatas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut yang terfokus pada bagaimana pelaksanaan evaluasi ranah afektif pada peserta didik dalam pelajaran aqidah akhlak, yang nantinya akan dituangkan dalam bentuk karya ilmiah dengan judul skripsi: "Pelaksanaan 8 Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 110 9 Ibid, h. 112

7 Evaluasi Ranah Afektif Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Di Madrasah Aliyah Negeri 5 Martapura Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar. B. Definisi Operasional Untuk menghindari interpretasi yang keliru terhadap judul diatas, maka berikut penulis memberikan batasan terhadap beberapa istilah yang terdapat dalam judul di atas, yaitu: 1. Pelaksanaan adalah proses cara, perbuatan, melaksanakan. 10 Jadi yang dimaksud Pelaksanaan dalam penelitian ini adalah perbuatan yang dilakukan oleh guru dalam menilai ranah Afektif peserta didik dalam pembelajaran Aqidah Akhlak. 2. Evaluasi adalah proses menilai sesuatu yang didasarkan pada kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan, yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas obyek yang di evaluasi. 11 Jadi evalusi yang dimaksud di sini adalah penilaian terhadap ranah Afektif peserta didik untuk diketahui hasilnya 3. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. 12 Yang dimaksud dengan afektif adalah ranah afektif yang mencakup watak perilaku seperti sikap, minat, dan moral 10 Departemen pendidikan dan Kebudayaan RI, kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 627. 11 http://www.pengertianahli.com/2014/03/pengertian-evaluasi-apa-itu-evaluasi.html?m=1 1987), h, 735 12 WJS Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka,

8 4. Mata pelajaran aqidah akhlak merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang diajarkan pada sekolah MAN, yang mana mata pelajaran Aqidah Akhlak ini memiliki konstribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan aqidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari Dengan demikian yang dimaksud pada judul skripsi ini adalah penelitian tentang pelaksanaan penilaian ranah afektif yang meliputi sikap, minat, moral mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 5 Martapura Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar dan kendala yang dihadapinya C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pelaksanaan evaluasi ranah afektif mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 5 Martapura Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar? 2. Apa saja kendala dan penunjang yang dihadapi dalam pelaksanaan evaluasi ranah afektif Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 5 Martapura Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar? D. Tujuan Penelitian adalah: Sesuai dengan permasalahan diatas maka tujuan penelitian yang akan dicapai

9 1. Untuk mendiskripsikan pelaksanaan evaluasi ranah afektif mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 5 Martapura Kecamatan Aluh- Aluh Kabupaten Banjar. 2. Untuk mendiskripsikan kendala dan penunjang yang dihadapi dalam pelaksanaan evaluasi ranah afektif Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 5 Martapura Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar. E. Alasan Memilih Judul Ada beberapa alasan yang melatar belakangi penulis untuk menulis judul tersebut diatas: 1. Pelaksanaan Evaluasi merupakan yang sangat penting untuk mengetahui kemajuan suatu pembelajaran terutama Aqidah Akhlak yang menuntut kemajuan Akhlak siswa dan untuk mengukur kemajuan Akhlak tersebut diperlukan Evaluasi Afektif. 2. MAN 5 Martapura adalah sekolah Madrasah Aliyah Negeri satu-satunya yang ada di kecamatan Aluh-Aluh, dan juga merupakan sekolah yang lumayan diminati masyarakat sekitar. 3. Mengingat bahwa evaluasi ranah afektif belum semua guru menerapkan dan memahami 4. Guru sebagai pengajar dan pendidik di sekolah kelihatan masih kurang memperhatikan pentingnya ranah afektif dalam kegiatan belajar mengajar.

10 E. Signifikansi Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan berguna untuk: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan alternatif dalam mendidik dan memotivasi anak dalam perubahan sikap yang lebih baik dengan menggunakan ranah afektif. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan ditinjau dari ranah afektif. 3. Hasil penelitian ini akan memberi manfaat yang sangat berharga berupa pengalaman praktis bagi penulis dalam penelitian ilmiah. Sekaligus dapat dijadikan referensi ketika mengamalkan ilmu terutama di lembaga pendidikan. G. Sistematika Penulisan berikut: Dalam penelitian ini penulis membuat sistematika penulisan sebagai BAB I : Pendahuluan, yang didalamnya berisikan latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, alasan memilih judul, dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Teoritis berisi tentang: Pengertian pendidikan Aqidah Akhlak, Tujuan Mata pelajaran aqidah akhlak, Fungsi mata pelajaran aqidah akhlak, pengertian evaluasi ranah afektif, ciri-

11 ciri-ciri ranah afektif, jenjang Ranah Afektif, Cara menentukan dan menyiapkan alat pengukuran, Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan evaluasi ranah afektif mata pelajaran Aqidah Akhlak BAB III : Metode Penelitian yang meliputi Jenis penelitian, subyek dan obyek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, penyajian data dan analisis data, serta prosedur penelitian. BAB IV : Laporan Hasil Penelitian, mencakup gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data dan analisis data. BAB V : Penutup, memuat simpulan dan saran-saran.