BAB 1 PENDAHULUAN. absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat menjadi komplikasi metabolik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan prevalens penyakit ini terus

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. kurang 347 juta orang dewasa menyandang diabetes dan 80% berada di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus


BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

PENDAHULUAN Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. resiko terjadinya komplikasi akibat DM (Agustina, 2010). Menurut World Health Organization (WHO), Diabetes Melitus (DM)

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

EPIDEMIOLOGI DIABETES MELLITUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

I. PENDAHULUAN. 2004). Penyakit ini timbul perlahan-lahan dan biasanya tidak disadari oleh

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa)

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat menjadi komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang baik mikroangiopati maupun makroangiopati (Darmono dalam Hasdianah, 2012). Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif. Ada 2 Tipe DM yaitu DM Tipe I/diabetes juvenile yaitu diabetes yang umumnya didapat sejak masa kanak-kanak dan DM Tipe II yaitu diabetes yang didapat setelah dewasa dengan tiga gejala khas yaitu rasa haus yang berlebihan (polidipsi), sering kencing (poliuri) terutama malam hari, sering merasa lapar (poliphagi) (Balitbang Kemenkes RI, 2013). Saat ini di negara berkembang telah terjadi pergeseran penyebab kematian utama, dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Kecenderungan ini dipengaruhi oleh adanya perubahan dari gaya hidup tradisional ke gaya hidup modern, peningkatan prevalensi obesitas, kegiatan fisik berkurang yang menyebabkan ganguan sekresi insulin atau resistensi

insulin sehingga insulin menjadi tidak effektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan (Ernawati, 2013). Faktor-faktor yang membuat seseorang terkena DM adalah faktor ras atau etnis, usia, obesitas, kurang gerak badan, keturunan, kehamilan, infeksi, stress, dan obat obatan (Tandra, 2014), Penelitian lainnya menyebutkan faktor risiko DM dikelompokkan menjadi dua faktor utama dan satu faktor pendukung, yaitu yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi sebagai faktor utama, Faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah ras/suku/etnik, umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan DM, riwayat melahirkan bayi >4 kg dan riwayat lahir dengan berat badan rendah <2,5 kg sedangkan faktor yang dapat di modifikasi adalah berat badan lebih (IMT) >25 kg/m2, kurang aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia (gangguan lemak darah) HDL <35 mg/dl dan atau trigliserida >250 mg/dl, prediabetes, diet yang tidak sehat dan kebiasaan merokok. (Depkes RI, 2008; Konsensus PERKENI, 2011). Global status report on Non Communicable Diseases World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60% penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena penyakit tidak menular (PTM). Sebagai salah satu PTM DM menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat diabetes dan 4% meninggal sebelum usia 70 tahun (Novo Nordisk, 2013). Menurut statistik dari studi Global Burden of Disease dalam Atlas Diabetes Melitus jumlah penderita DM di dunia mencapai 382 juta orang pada tahun 2013 pada usia antara 45-59 tahun diprediksi akan meningkat 55% atau menjadi 592 juta

orang pada tahun 2035, 80% diabetesi hidup di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada penduduk usia 20-79 tahun, Indonesia menempati urutan ke tujuh dunia dalam sepuluh negara tertinggi penderita DM dengan penderita 8,5 juta orang (International Diabetes Federation, 2013). Indonesia menempati peringkat pertama di Asia Tenggara, dengan prevalensi penderita sebanyak 8.426.000 jiwa di tahun 2000 dan diproyeksi meningkat 2,5 kali lipat sebanyak 21.257.000 penderita pada tahun 2030 (WHO, dalam Prihaningtyas, 2013). Dari total 242 juta penduduk Indonesia 7,6 juta hidup dengan DM (Novo Nordisk, 2013) Epidemi penyakit tidak menular muncul menjadi penyebab kematian terbesar di Indonesia, sedangkan epidemi penyakit menular juga belum tuntas, selain itu semakin banyak pula ditemukan penyakit infeksi baru dan timbulnya kembali penyakit infeksi yang sudah lama menghilang, Sehingga Indonesia memiliki beban kesehatan ganda yang berat (PERKENI, 2011). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (2013), Prevalensi DM dari hasil wawancara responden umur 15 tahun menurut provinsi di Indonesia juga terjadi peningkatan dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013 dari 33 propinsi, 31 provinsi menunjukkan kenaikan prevalensi DM yang cukup berarti dan propinsi Aceh dari 1,7% menjadi 2,6% (Balitbang Kemenkes RI, 2013). Di Propinsi Aceh, Menurut hasil survey yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada tahun 2011, Aceh masuk dalam daftar sembilan besar daerah Indonesia yang penduduknya banyak menderita penyakit DM. Diperkirakan

jumlahnya mencapai 417.600 orang atau sekitar 8,7% dari total penduduk Aceh, Hasil surveilans terpadu penyakit berbasis puskesmas untuk kasus baru DM di 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2013, penyakit DM menduduki ranking ke 6 dari 35 jenis penyakit yaitu sebanyak 4.573 penderita (Dinas Kesehatan Aceh, 2013). Data rekapitulasi penyakit tidak menular berdasarkan Puskesmas di bagian Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu (SP2TP) Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe tahun 2014 menyebutkan bahwa angka kunjungan penyakit DM tahun 2013 untuk Kota Lhokseumawe 7.606 kunjungan dengan kasus baru 1.814 (23,85%) dari total kunjungan dan jumlah kunjungan ulang atau penderita lama adalah 5.792 (76,15%), dan angka tertinggi disumbang oleh Puskesmas Banda Sakti dengan jumlah kunjungan 2.565 (33,72% ) (Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe, 2014). Puskesmas Banda Sakti merupakan salah satu dari 6 puskesmas di bawah Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe. Puskesmas Banda Sakti adalah Puskesmas induk kecamatan yang terletak Desa Hagu Barat Laut Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe yang berdiri tahun 2010 yang pembangunannya dibantu oleh NGO (Non Government Organization) Gitec. Melayani 12 desa dari 18 desa dengan jumlah penduduk layanan pada tahun 2013 sebanyak 61.776 jiwa dan sisanya 27.439 jiwa dilayani oleh Puskesmas Mon Geudong dalam kecamatan yang sama (Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe, 2014). Berdasarkan data Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2014 angka kejadian DM dari tahun 2010 ke tahun 2013 sebagai berikut, pada tahun 2010 jumlah kunjungan penderita DM sebanyak 882 dari 57.253 total kunjungan, terjadi

peningkatan pada tahun 2011 dengan jumlah kunjungan penderita DM 1.652 dari total 92.439 kunjungan. Selanjutnya pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 1.725 dari 78.956 kunjungan dan 2013 sebanyak 2.764 dari 69.972 kunjungan. Selama tahun 2010 sampai tahun 2013 terjadi pola beraturan atau peningkatan setiap tahunnya pada kasus penyakit tidak menular, DM menempati urutan ke dua setelah penyakit kelainan pada lambung (Simpus Puskesmas Banda Sakti, 2014). Laporan Simpus Puskesmas Banda Sakti (2014), Diketahui penderita baru DM bulan Januari 2014 sebanyak 33 orang dan 27 orang di bulan Februari, Untuk kunjungan ulang kasus DM bulan Januari 230 orang dan 228 orang di Februari, Hal ini merupakan sebuah fenomena dimana setiap bulannya selalu ada penderita DM baru yang bertambah khususnya di wilayah kerja Puskesmas Banda Sakti. Data tersebut memberikan gambaran bahwa masalah DM perlu mendapat perhatian serius dan penanganan yang baik, mengingat prevalensinya yang tinggi dan juga biaya pengobatan yang meningkat akibat bertambahnya penderita baru DM setiap bulannya. Berdasarkan hasil penelitian Manik (2012), menunjukkan faktor risiko yang bisa dimodifikasi mempunyai hubungan yang bermakna DM, hubungan IMT terhadap DM (p:0,000 dan OR=5,2), hubungan hipertensi terhadap DM (p:0,028 dan OR=2,26), hubungan aktivitas fisik terhadap DM (p:0,024 dan OR=2,37), hubungan karbohidrat terhadap DM (p:0,007 dan OR=2,99) dan hubungan serat terhadap DM

(p:0,009 dan OR=10,2) dan faktor yang paling berpengaruh terhadap DM adalah IMT 25 kg/m² dengan hasil p:0,0001. Rachmawati (2010), dalam penelitian yang dilakukannnya pada penderita DM di RSUD. Dr. Moewardi Surakarta. Sebelum dan sesudah latihan jasmani kadar glukosa darah penderita DM Tipe II diukur dengan menggunakan glucometer dan dianalisis dengan uji Wilcoxon pada sampel 42 orang yang diambil secara acak. Rerata kadar glukosa darah post latihan jasmani menurun dibanding dengan kelompok pre latihan jasmani (141.02 ± 46.68 vs 127.81 ± 47.93 ) dan secara statistik bermakna (p<0.05). Dengan adanya latihan jasmani, kadar glukosa darah pada penderita DM Tipe II dapat menurun. Hasil penelitian Miharja (2009), Prevalensi responden yang mempunyai riwayat DM meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Prevalensi lebih banyak pada wanita dan kelompok sosio ekonomi yang lebih tinggi. Penderita yang makan sayur dan buah 5 porsi atau lebih hanya 8,8%, beraktivitas fisik kurang 35,1%, yang minum atau injeksi obat anti diabetes hanya 47,0%. Prevalensi kegemukan 60,8% pada laki-laki dan 66,9% pada perempuan, obesitas sentral 32,5% pada laki-laki dan 59,9% pada wanita, tekanan darah tidak terkontrol (>130/80 mmhg) 70,0% pada lakilaki dan 76,8 % pada wanita. Kadar gula darah 2 jam post prandial yang tidak terkontrol baik (>144 mg/dl) sebesar 68,0% pada laki-laki dan 81,1% pada perempuan. Faktor yang berhubungan dalam pengendalian gula darah adalah usia, jenis kelamin, dan minum atau injeksi obat diabetes. Studi ini menunjukkan sebagian

besar responden belum mengetahui ataupun menyadari apa yang seharusnya mereka lakukan untuk mengontrol penyakit DM. Hasil penelitian Trisnawati (2012), menunjukkan umur, riwayat keluarga, aktivitas fisik, tekanan darah, stres dan kadar kolestrol berhubungan dengan kejadian DM Tipe II. Variabel yang sangat memiliki hubungan dengan kejadian DM Tipe II adalah Indek Massa Tubuh (p:0,006, OR= 7,14). Orang yang memiliki obesitas lebih berisiko 7,14 kali untuk menderita DM Tipe II dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas. Penanganan yang tepat untuk menangani faktor penyebab DM dapat dikendalikan dengan adanya kemauan merubah gaya hidup sehat (Tandra, 2014). Pasien DM perlu memerhatikan gaya hidup, perencanaan makan (diet), latihan (olahraga), pemantauan glukosa darah, terapi (bila diperlukan) dan pendidikan kesehatan. Oleh karena itu, peran dan dukungan kelompok keluarga, saudara dan penyuluhan gizi yang berkelanjutan sangat dianjurkan (Smeltzer dan Bare, 2002). Gaya hidup yang aktif dan latihan fisik dapat mencegah berbagai macam penyakit, membuat hidup lebih bersemangat dan meningkatkan daya tahan tubuh (Prihaningtyas, 2013). Gaya hidup sangat berperan sebagai penyebab dan juga dapat berpotensi mencegah DM Tipe II. Perubahan gaya hidup akibat revolusi industri dan modernisasi mengakibatkan perubahan jenis dan jumlah pekerjaan yang kita lakukan, Sepeda motor dan mobil mengantikan aktivitas berjalan kaki, makanan cepat saji menggantikan kegiatan memasak. sebagian besar orang lebih suka menghabiskan waktu dengan duduk di depan televisi atau komputer daripada melakukan olah raga,

kurangnya aktivitas cenderung menyebabkan resistensi terhadap insulin dan pradiabetes dan keduanya dapat berkembang menjadi DM Tipe II (Nathan, 2010) DM Tipe II umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang DM memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat. (PERKENI, 2011). Upaya-upaya penyuluhan dan promosi kesehatan serta senam khusus untuk penderita DM telah dilakukan secara rutin setiap bulan sekali oleh seksi promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe dan penanggung jawab program promosi kesehatan Puskesmas Banda Sakti dengan dana yang di support sepenuhnya oleh PT.Askes Persero Cabang Lhokseumawe. Kegiatan tersebut rutin dan dilaksanakan yang diikuti pemeriksaan Kadar Gula Darah setiap bulannya. Semenjak transformasi PT. Askes Persero menjadi Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS) bidang Kesehatan pada 1 Januari 2014 program tersebut belum pernah dilaksanakan. Keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia kesehatan menjadi kendala utama bagi Puskesmas Banda Sakti dalam melanjutkan program tersebut. Mengingat bahwa DM akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka semua pihak,

baik masyarakat maupun pemerintah, sudah seharusnya ikut serta dalam usaha penanggulangan DM, khususnya dalam upaya pencegahan (PERKENI, 2011) Berdasarkan uraian diatas Peneliti tertarik untuk melakukan kajian lebih lanjut tentang pengaruh dari faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti umur, jenis kelamin, riwayat keluarga DM dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi terutama gaya hidup seperti indek massa tubuh, aktivitas fisik, tekanan darah, pola makan dan kebiasaan merokok, serta faktor pendukung lainnya yaitu riwayat penyakit kardiovaskuler, faktor budaya dan akses ke sarana prasarana kesehatan terhadap terus bertambahnya penderita DM Tipe II di wilayah kerja Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe, dan mendapat gambaran yang lebih tepat terhadap faktor risiko mana yang memengaruhi kasus DM Tipe II serta faktor risiko mana yang paling berpengaruh terhadap kasus DM khususnya di Puskesmas Banda Sakti sebagai Puskesmas dengan kunjungan penderita DM tertinggi di wilayah Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe dengan melakukan kajian tentang Faktor Risiko yang Memengaruhi Kasus Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2014. Sehingga hasil penelitian ini sangat bermamfaat sebagai data dasar penyusunan program promosi kesehatan. 1.2. Permasalahan Dari latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini adalah faktor risiko apa saja yang memengaruhi kasus Diabetes

Melitus Tipe II yang terjadi di Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2014. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor risiko yang memengaruhi kasus penderita Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2014. 1.4. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada faktor risiko yang memengaruhi kasus penderita Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2014. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini nantinya adalah sebagai berikut: 1. Bagi Dinas Kesehatan Sebagai bahan masukan dan informasi berkaitan dengan faktor risiko yang memengaruhi kasus penderita DM Tipe II sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan bagi Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe dalam penyusunan program promosi kesehatan dan perubahan perilaku masyarakat khususnya perilaku hidup sehat penderita DM.

2. Bagi Puskesmas Dari data hasil penelitian ini diharapkan nantinya mampu memberikan informasi mengenai faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya peningkatan kasus DM sehingga dapat disebarluaskan kepada masyarakat sebagai pengetahuan dalam mengendalikan dan upaya pencegahannya penyakit DM. Program promosi kesehatan dan perilaku sehat merupakan faktor penting pada kegiatan pelayanan kesehatan. Untuk mendapatkan hasil pengelolaan DM yang optimal dibutuhkan perubahan perilaku. Perlu dilakukan edukasi bagi pasien dan keluarga untuk pengetahuan dan peningkatan motivasi. Hal diharapkan dapat terlaksana dengan baik melalui dukungan tim penyuluh yang terdiri dari dokter, ahli diet, perawat, dan tenaga kesehatan lain yang ada di puskesmas. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai informasi awal dalam melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kasus penderita DM Tipe II di Puskesmas Banda Sakti.