BAB I PENDAHULUAN. gizi yang terdiri dari 5,7% balita yang gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang menjadi insan yang berkualitas. sebanyak 20 juta anak balita yang mengalami kegemukan. Masalah gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Rika Septiana, R Sitti Nur Djannah, M. Dawam Djamil Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

HASIL PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) PROVINSI SUMATERAUTARA TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK UMUR 6-24 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. sehat dan berkembang dengan baik (Kemenkes, 2010). sebagai makanan dan minuman utama (Kemenkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

e-journal Boga, Volume 04, Nomor 09, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 71-75

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BAYI DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA MANGGUNG SUKOREJO MUSUK BOYOLALI

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya (Prakarsa, 2013). meninggal selama atau setelah kehamilan dan persalinan.

BAB I PENDAHULUAN. penting yang menjadi kesepakatan global dalam Sustainable Development

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) yang di lakukan secara berkelanjutan. Indonesia sehat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. sakit). Bila kurangnya pengetahuan tentang zat gizi pemberian terhadap anak-anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. Status gizi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) dan Angka Kematian Ibu (AKI).

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI UMUR 6 36 BULAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan dan pedesaan berdasarkan kriteria klasifikasi wilayah. desa/kelurahan (Badan Pusat Statistik {BPS}, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. maupun sanitasi lingkungan yang buruk, maka akan menyebabkan timbulnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam jumlah yang tepat dan berkualitas baik. lingkungan kotor sehingga mudah terinfeksi berbagai penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. 18 tahun. Di Indonesia BPS (2008) mencatat bahwa sekitar 34,5% anak perempuan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. Fun (UNICEF), dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui. SK.Menkes No.450/Menkes./SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Untuk menjadi seseorang yang dewasa dengan motorik yang baik,

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi didalam tubuh. Masalah gizi disamping merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan tingkat rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat (Supariasa, 2011). Perilaku ibu dalam pemberian MP ASI, baik dari segi ketepatan waktu, jenis makanan, maupun jumlah makanan ditentukan oleh pengetahuan ibu terhadap MP ASI. Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi sangat penting dalam meningkatkan status gizi keluarga terutama status gizi anaknya. Mulai dari menentukan, memilih, mengolah sampai dengan menyajikan menu gizi sehari-hari. Menurut Riskesdas (2013) bahwa: Terdapat 19,6 % balita kekurangan gizi yang terdiri dari 5,7% balita yang gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi kurang, sebesar 4,5% balita dengan gizi lebih. Balita kekurangan gizi tahun 2010 terdiri dari 13,0% balita berstatus gizi kurang dan 4,9% berstatus gizi buruk. Perubahan berdasarkan dari tahun ketahun pada hasil gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010 dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 5,7%. Target MDGs untuk gizi buruk-kurang tahun 2015 yaitu 15,5% (Riskesdas,2013). Menurut Ibrahim (2016) Sebanyak 3,8 persen Bayi Lima Tahun (Balita) di Indonesia tecatat mengalami gizi buruk. Data tersebut berdasarkan Pemantauan Status Gizi (PSG) yang dilakukan Kementerian Kesehatan tahun 2015. Direktur 1

2 Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan, Ir. Doddy Izwardi, MA, menuturkan, PSG tahun 2015 menunjukkan hasil yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Persentase balita dengan gizi buruk dan sangat pendek mengalami penurunan. Menurut Jayani (2014) Berdasarkan data Provinsi Jawa Timur tahun 2012 tentang status gizi pada balita menurut BB/U yaitu Gizi buruk 480 (4,8%), gizi kurang 1230 (12,3%), gizi baik 7530 (75,3%), gizi lebih 760 (7,6%). Menurut TB/U yaitu sangat pendek 2090 (20,9%), pendek 1490 (14,9%), dan Normal 6410 (64,1%). Menurut BB/TB yaitu sangat kurus 730 (7,3%), kurus 680 (6,8%), normal 6880 (68,8%), dan gemuk 1710 (17,1%). Menurut TB/U dan BB/TB yaitu pendek kurus 160 (1,6%), pendek normal 2420 (24,2%), pendek gemuk 970 (9,7%), normal-kurus 1240 (12,4%), normal 4640 (46,4%) dan normal-gemuk 570 (5,7%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2012). Di kota Ponorogo jumlah status gizi kurang yang tertinggi adalah di Kecamatan Sukorejo dengan jumlah 386 anak yang diantarannya pada umur 0-59 bulan. Dan peringkat yang kedua jumlah status gizi kurang di Kecamatan Ponorogo Kota Selatan dengan jumlah 378 anak, peringkat ketiga di Kecamatan Ronowijayan dengan jumlah 231 anak, peringkat keempat di Kecamatan Ponorogo Kota Utara dengan jumlah 222 anak, peringkat kelima di Kecamatan Slahung dengan jumlah anak 219 anak, dan yang terakhir yang status gizinya terendah yaitu Kecamatan Mlarak dengan jumlah 3 anak (Dinkes Ponorogo, 2015). Penelitian dilakukan di Di Desa Prajegan, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo tertinggi jumlah anak usia 6-24 bulan yang berjumlah 138 anak. Menurut Suhardjo 2007 kurangnya konsumsi pemberian pangan dan kualitas gizi yang diberikan oleh keluarga mempengaruhi status gizi balita dan terdapat faktor faktor, antara lain saling berkaitan satu sama lain. Dari faktor tersebut diantaranya ibu yang tingkat pendidikannya tinggi, ibu yang

3 pengetahuannya luas, usia ibu dan pekerjaan ibu. Dari semua faktor ini sangat menentukan keberhasilan pemberian makanan pada bayi dan balita, karena seorang ibulah yang sangat berperan dalam mengatur konsumsi pemberian makanan anak. Anak yang diberikan makanan pendamping ASI setelah berumur 6 bulan umumnya lebih cerdas dan memiliki daya tahan tubuh lebih kuat, mengurangi resiko terkena alergi akibat makanan. Sedangkan jika makanan pendamping ASI diberikan terlalu dini justru dapat meningkatkan angka kematian bayi, mengganggu sistem pencernaan pada bayi, dan apabila terlambat memberikan juga akan membuat bayi kekurangan gizi (Kodrat, 2010). Makanan Pendamping ASI (MPASI) perlu diberikan tepat waktu. Bila terlalu dini, berikut dampak negatifnya karena dapat menyebabkan diare atau susah BAB, Obesitas, Kram usus, Alergi makanan, konstipasi dan apabila terlambat anak mengalami Kekurangan nutrisi serta Kemampuan oromotor kurang terstimulasi (Wawa, 2012). Menurut Almatsier, 2009 zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, protein dan oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk aktivitas. Tindakan pemenuhan makanan pendamping ASI dengan memahami tentang perilaku yang baik, kapan waktu yang tepat untuk memberikan makanan pendamping ASI, jenis-jenis makanan pending, dan pola pemberian makanan pendamping ASI. Dalam hal ini tenaga kesehatan khususnya perawat harus dapat memberikan pengertian kepada ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI, factor resiko yang terjadi saat pemberian makanan pendamping ASI tidak tepat, memberi pengertian dampak pada saat pemberian makanan pendamping ASI yang tidak tepat, dan perawat harus mencegah perilaku atau kebiasaan ibu yang bertentangan dalam kesehatan anaknya. Perawat harus memberikan pengetahuan kepada ibu tentang bagaimana

4 perilaku ibu yang baik dalam pemberian makanan pendamping ASI yang benar sehingga tidak terjadi gizi buruk kepada anaknya. Dari fenomena diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang Hubungan Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi Anak Usia 6-24 bulan Di Desa Prajegan, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini Bagaimana hubungan perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI dengan status gizi anak usia 6-24 bulan Di Desa Prajegan, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI dengan status gizi anak usia 6-24 bulan Di Desa Prajegan, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI Di Desa Prajegan, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo. 2. Mengidentifikasi status gizi anak usia 6-24 bulan Di Desa Prajegan, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo. 3. Mengidentifikasi hubungan perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping-asi dengan status gizi anak usia 6-24 bulan Di Desa Prajegan, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo.

5 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi IPTEK Memberikan kepustakaan khususnya yang terkait dengan makanan pendamping-asi dan status gizi anak. 2. Institusi (Fakultas Ilmu Kesehatan) Bagi dunia keperawatan pada Program Studi DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo untuk pengembangan ilmu dan teori keperawatan anak. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Praktik Keperawatan Proposal ini diharapkan hasilnya dapat bermanfaat dalam meningkatkan pelayanan kesehatan untuk memberikan penyuluhan pada masyarakat tentang makanan pendamping-asi dan status gizi anak. 2. Bagi Lahan Penelitian Proposal ini dapat memberikan data dasar terhadap makanan pendamping- ASI pada anak Usia 6-24 bulan. 1.5 Keaslian Tulisan 1. Yonatan Kristianto, Tri Sulistyarini (2013) dalam penelitian yang berjudul Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Umur 6-36 Bulan di Desa Karangrejo. Metode dalam penelitian ini menggunakan korelasi dengan responden diambil menggunakan random sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan wawancara yang hasil penelitian menunjukan uji statistik faktor pengetahuan ibu menunjukkan p=0,020 (p<α) artinya pengetahuan ibu mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI. Perbedaan

6 dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variable independent. Persamaannya sama-sama meneliti tentang perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI. 2. Rika Septiana, R Sitti Nur Djannah, M. Dawam Djamil (2010) dalam penelitian yang berjudul Hubungan antara Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI dan Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan Diwilayah Kerja Puskesmas Gendongtengen Yogyakarta. Metode dalam penelitian observasional dengan rancangan cross sectiona. Pengambilan data menggunakan semi qualitative food frequency questionary (SQFFQ). Hasil penelitian dianalisis dengan uji chi Pola pemberian makanan pendamping ASI di wilayah kerja Puskesmas Gedongtengen sebagian besar termasuk dalam kategori baik (91,89%). Ada hubungan yang bermakna antara pola pemberian MP-ASI dan status gizi balita usia 6-24 bulan di Puskesmas Gedongtengen Yogyakarta. nilai P = 0,043 pada α = 5% (0,043<0,05). Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variable dependent. Persamaannya sama-sama meneliti tentang pemberian makanan pendamping ASI. 3. Ficha Elly Kusumasari, Endang Zulaicha (2011) dalam penelitian yang berjudul Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI Dengan Status Gizi Pada Anak diwilayah Kerja Puskesmas Juwiring Klaten. Metode dalam penelitian ini kuantitatif yaitu data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2010), rancangan penelitian ini deskriptif korelatif (non eksperimental) yang menggunakan pendekatan penelitian cross sectional. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang hasil penelitian menunjukan distribusi gizi anak menunjukkan distribusi tertinggi adalah gizi baik yaitu sebanyak 52

7 responden (55,9%) dan distribusi terendah adalah gizi buruk sebanyak 19 responden (20,4%). Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variable dependent. Persamaannya sama-sama meneliti tentang status gizi pada anak.