ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KIMIA MATERI UNSUR HALOGEN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BERBASIS LESSON STUDY DI KELAS XII SMA PGRI 2 KOTA JAMBI Oleh: RIZKI RANDA RASYID A1C109022 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JULI, 2013
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kimia Kelas XII Materi Unsur Halogen Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Lesson Study di SMA PGRI 2 Kota Jambi Oleh: Rizki Randa Rasyid 1) 1) Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Jambi, Jln. Jambi-Ma.Bulian Km. 15 Mendalo Darat Jambi, Email: rizkiranda_rasyid@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran kimia khususnya pada materi unsur halogen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis Lesson Study. Pada penelitian ini memiliki 3 fase yaitu studi pendahuluan, perencanaan pengembangan, dan tahap evaluasi yang mengadaptasi model pengembangan Borg and Gall yang telah dimodifikasi Sukmadinata. Dari hasil uji coba, didapatkan data dari observasi pengamat terhadap aktivitas siswa dengan persentase 82,5% dengan kategori sangat baik/sangat aktif, lalu dari hasil belajar siswa didapat persentase ketuntasan siswa 80,56%. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa perangkat pembelajaran ini baik sebagai perangkat pembelajaran materi unsur halogen. Kata kunci: Perangkat Pembelajaran, Unsur Halogen, Model Pembelajaran Jigsaw, Lesson Study ABSTRACT This study aims to determine Chemistry Learning Tool especially at lesson Halogen unsure with Jigsaw Learning model have as a base Lesson Study. This study have 3 fase the is evaluation phase, planning and development of the preliminary from of product, research and information collecting is the model adopted development Borg and Gall were modified by Sukmadinata. The result from experiment, get data from observer about student activity with percentage 82,5% with category very good/very active, then from student result study get sudent complete percentage 80,56%. Based on it and study result is already done, we can to conclude that this Learning Tool good as lesson Halogen unsure learning tool. Keywords: Learning Tool, Halogen Unsure, Jigsaw Learning model, Lesson Study I. PENDAHULUAN Dalam proses pembelajaran kehadiran seorang guru memegang peranan penting. Keberhasilan seorang dalam pembelajaran sangat bergantung pada perencanaan atau persiapan yang matang. Perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang digunakan dalam proses pembelajaran. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun perangkat pembelajaran, antara lain meliputi silabus, RPP secara lengkap dan menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Devi, 2009). 1
Berdasarkan hasil observasi di kelas, bahwa dalam proses belajar kimia di SMA PGRI 2 Kota Jambi terdapat beberapa kelemahan diantaranya: 1) partisipasi siswa rendah dalam kegiatan pembelajaran; 2) dominasi siswa tertentu dalam proses pembelajaran; 3) siswa kurang berani dalam menyampaikan pendapatnya di depan kelas; 4) siswa kurang tertarik dengan cara guru menyampaikan materi (metode tidak bervariasi). Hal ini disebabkan karena pembelajaran didominasi dengan metode ceramah yang berpusat pada guru. Guru lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sebagai pemberi pengetahuan bagi siswa. Akibatnya siswa memiliki banyak pengetahuan tetapi tidak dilatih untuk menemukan pengetahuan dan konsep, sehingga siswa cenderung lebih cepat bosan dalam mengikuti pelajaran, Berdasarkan kondisi tersebut, model pembelajaran yang menarik dan dapat meningkatkan aktivitas siswa sehingga berimplikasi pada hasil belajar siswa yang lebih baik adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Sedangkan langkah guru dalam merencanakan perangkat pembelajaran, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran akan sangat efektif jika menggunakan Lesson Study. Dengan demikian penyusunan perangkat pembelajaran dengan model Jigsaw berbasis Lesson Study dimungkinkan dapat membantu guru dalam pelaksanaan pembelajaran, terutama dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. II. TINJAUAN PUSTAKA Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk, dan pedoman yang digunakan dalam proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disertai Bahan Ajar (Handout), Lembar Kerja Siswa dan instrument evaluasi. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson s Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelomponya. Model pembelajaran Jigsaw menggunakan teknik pertukaran dari kelompok ke kelompok dimana setiap peserta didik mengerjakan sesuatu kepada peserta didik yang lainnya. Dalam proses pengajaran itu terjadi diskusi, dalam diskusi pasti ditemukan beberapa perbedaan pendapat yang dikarenakan oleh perbedaan pemahaman atas materi yang dipelajari oleh masing-masing peserta didik. Oleh karena itu, setiap kali seorang peserta didik mengajarkan sesuatu kepada yang lainnya berdasarkan apa yang telah dipelajarinya, akan terjadi timbal balik dari pihak pembelajar berdasarkan meteri yang dipelajarinya pula. Lesson Study Terkait dengan penyelenggaraan Lesson Study, Slamet Mulyana (2007) mengetengahkan tentang dua tipe penyelenggaraan Lesson Study, yaitu Lesson Study berbasis sekolah dan Lesson Study berbasis MGMP. Lesson Study berbasis sekolah dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai bidang studi dengan kepala sekolah yang bersangkutan. dengan tujuan agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dari semua mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan dapat lebih ditingkatkan. Sedangkan Lesson Study berbasis MGMP merupakan pengkajian tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh kelompok guru mata pelajaran tertentu, dengan pendalaman kajian 2
tentang proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu, yang dapat dilaksanakan pada tingkat wilayah, kabupaten atau mungkin bisa lebih diperluas lagi. Dalam hal keanggotaan kelompok, Lesson Study Reseach Group dari Columbia University menyarankan cukup 3-6 orang saja, yang terdiri unsur guru dan kepala sekolah, dan pihak lain yang berkepentingan. Kepala sekolah perlu dilibatkan terutama karena perannya sebagai decision maker di sekolah. Dengan keterlibatannya dalam Lesson Study, diharapkan kepala sekolah dapat mengambil keputusan yang penting dan tepat bagi peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya, khususnya pada mata pelajaran yang dikaji melalui Lesson Study. Selain itu, dapat pula mengundang pihak lain yang dianggap kompeten dan memiliki kepedulian terhadap pembelajaran siswa, seperti pengawas sekolah atau ahli dari perguruan tinggi. III. METODOLOGI PENELITIAN Ranah kerja penelitian pengembangan ini sebagai suatu pengkajian sistematis terhadap proses pendesainan, pengembangan dan evaluasi produk pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas dan efektivitas. Adapun desain pengembangannya berdasarkan pada model Borg dan Gall yang telah dimodifikasi oleh Sukmadinata. Dipilih model Borg and Gall yang dimodifikasi oleh Sukmadinata dalam pengembangan ini, didasarkan pada beberapa alasan, yakni: 1) model ini diawali dengan penelitian pendahuluan sebagai dasar untuk melakukan pengembangan sehingga diasumsikan produk pengembangan lebih tepat untuk menjawab kebutuhan dan pemecahan masalah pembelajaran, 2) model ini bertujuan untuk menghasilkan produk pengembangan melalui proses validasi guna menemukan penemuan baru atau untuk menjawab problem yang praktis dalam pendidikan. Pada penelitian ini memiliki 3 fase yaitu studi pendahuluan, perencanaan pengembangan, dan tahap evaluasi. Analisis data berupa data kualitatif dan kuantitatif, angket yang digunakan dalam penelitian ini angket validasi instrument, angket validasi produk, angket tanggapan guru dan angket kreativitas siswa yang dianalisis dengan menggunakan skala Likert, aktivitas siswa diamati dengan menggunakan instrument observasi dan hasil belajar siswa diukur dari free-test dan post-test. IV. HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan menghasilkan suatu produk pembelajaran kimia kelas XII materi unsur halogen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis Lesson Study. Produk ini telah divalidasi oleh tim ahli yang berpengalaman dibidangnya masing-masing dan ditanggapi oleh guru bidang studi kimia. Validasi yang dilakukan ada 2 ahli validasi yaitu ahli instrument atau angket dan ahli materi. Validasi dilakukan untuk meningkatkan kualitas perangkat pembelajaran atau produk yang dibuat sebelum diujicobakan. a. Angket Validasi Instrument Validasi angket atau instrument dilakukan oleh ahli angket yaitu Drs. Haryanto, M.Kes. Ahli angket atau instrument ini adalah Dosen Kimia yang mengerti akan angket dan instrument observasi yang digunakan pada pengembangan perangkat pembelajaran ini. Ahli angket melakukan validasi terhadap angket validasi, angket kreativitas dan instrumen observasi. Validasi angket dilakukan untuk mengetahui sejauh mana angket yang digunakan benar-benar valid untuk mengukur variabel dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini. 3
1. Instrument Validasi Angket Angket validasi produk untuk tim ahli sebelumnya divalidasi terlebih, tujuannnya adalah untuk mengtahui kelayakan instrument untuk digunakan sebagai alat penelitian. Skor total validasi angket validasi untuk tim ahli adalah 22 dari skor maksimalnya 25, jadi persentase kelayakan instrument adalah 88% dengan kategori sangat baik/sangat layak/sangat efektif. Dengan demikian, angket validasi untuk tim ahli layak digunakan untuk memvalidasi produk berupa perangkat pembelajaran dengan model pembelajaraan kooperatif tipe Jigsaw berbasis Lesson Study. 2. Validasi Angket Kreativitas Angket kreativitas digunakan untuk mengukur tingkat berpikir kreatif siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Namun, sebelum angket krativitas diberikan kepada siswa terlebih dahulu angket kreativitas harus divalidasi oleh ahli angket untuk mengetahui kelayakan angket yang digunakan dalam mengukur tingkat berpikir kreatif siswa. Skor total validasi angket kreativitas adalah 22 dari skor maksimalnya 25, jadi persentase kelayakan instrument adalah 88% dengan kategori sangat baik/sangat layak/sangat efektif. Dengan demikian, angket kreativitas layak digunakan untuk mengukur tingkat berpikir kreatif siswa setelah proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran ini. 3. Validasi Instrumen Observasi Instrumen Observasi digunakan oleh observer (pengamat) untuk mengamati aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, hasil dari observasi digunakan sebagai refleksi untuk meningkatkan efektifitas dan hasil pembelajaran. Namun sebelum instrument observasi digunakan harus di validasi terlebih dahulu oleh ahli angket untuk mengetahui kelayakan instrument yang digunakan. Skor total validasi instrument observasi adalah 22 dari skor maksimalnya 25, jadi persentase kelayakan instrument adalah 88% dengan kategori sangat baik/sangat layak/sangat efektif. Dengan demikian, instrumen observasi layak digunakan sebagai instrument untuk mengamati aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. b. Angket Validasi Produk Validasi Produk dilakukan oleh ahli materi yaitu Dr. rer. nat. Asrial, M.Si. Ahli materi ini adalah Dosen Kimia yang mengerti akan materi pada pembelajaran ini. validasi dilakukan untuk menyempurnakan perangkat pembelajaran yang masih banyak kekurangan. Saran secara keseluruhan adalah perangkat pembelajaran ini sudah cukup baik. Validasi materi ini dilakukan sekali. Karena dari hasil validasi skor yang dicapai adalah 132 yang dikategorikan sangat baik. Saran dari validasi ahli materi adalah sebagai berikut: (1) Tujuan pembelajaran harus menganut ABCD (Audience, Behavior, Condition dan Degree); (2) SK dan KD terlalu panjang, sebaiknya dalam bentuk poinpoin; (3) Evaluasi digunakan untuk melihat ketercapaian tujuan pembelajaran, sehingga soal evaluasi harus sesuai dengan tujuan pembelajaran; (4) Kata kerja operasional harus bisa dan mudah diukur; (5) Instrumen evaluasi perlu disesuaikan lagi. Sehingga perangkat pembelajaran direvisi mengikuti saran yang diberikan oleh ahli materi. 4
Dari hasil validasi yang telah dilakukan diperoleh skor total 132 dari 31 pertanyaan dengan skor maksimal 155. Jadi persentase penilaian materi pembelajaran menurut Ahli II adalah 85,16%. Dengan demikian, maka produk ini dikategorikan sangat baik digunakan sebagai perangkat pembelajaran pada materi unsur halogen. c. Angket Tanggapan Guru Setelah proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran, diberikan angket tanggapan dan penilaian guru untuk menilai dan memberikan tanggapan terhadap produk yang dikembangkan. Guru yang memberikan penilaian terhadap perangkat pembelajaran ini adalah Leni Marlina, S.Pd yang merupakan guru bidang studi kimia di SMA PGRI 2 Kota Jambi. Adapun tanggapan guru terhadap perangkat pembelajaran adalah: (1) Bahan ajar seperti Handout sebaiknya diberikan seminggu sebelum pelaksanaan pembelajaran; (2) Penagihan lembar kerja siswa sebaiknya dilakukan pada akhir proses diskusi kelompok. Saran yang diberikan oleh guru telah diikuti pada proses pembelajaran dan kemudian dijadikan sebagai prasyarat dalam penggunaan produk hasil pengembangan. Dari hasil tanggapan dan penilaian guru diperoleh skor total 46 dari 10 pertanyaan dengan skor maksimalnya 50 dapat dikategorikan sangat baik, jadi persentase penilaian guru terhadap produk adalah 92% dengan kualifikasi produk sangat baik/sangat layak/sangat efektif. Sehingga dapat disimpulkan produk ini dapat dikategorikan sangat baik digunakan sebagai perangkat pembelajaran. d. Lembar Observasi Untuk melihat keefektifan produk yang dihasilkan selama proses pembelajaran, diperoleh dari hasil observer Tim Lesson Study yang melakukan pengamatan selama pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan oleh Tim Lesson Study yang terdiri dari Dosen dan Mahasiswa Tim Lesson Study. Dari hasil pengamatan observer 1 didapat skor total 65 dengan persentase keaktifan siswa 81,2% dengan kualifikasi sangat baik. Dari pengamatan observer 2 diperoleh skor total 64 dan persentase keaktifan siswa 80% dengan kualifikasi baik. Dari hasil pengamatan observer 3 didapat skor total 66 dengan persentase 82,5 dengan kualifikasi sangat baik. Dari hasil pengamatan observer 4 diperoleh skor total 68 dengan persentase 85% dan kualifikasi sangat baik, dan dari hasil pengamatan observer 5 diperoleh skor total 67 dan persentase 83,7% dengan kualifikasi sangat baik. Sehingga dari seluruh observer diperoleh rata-rata persentase aktivitas siswa sebesar 82,5% dengan kategori sangat baik/sangat aktif. e. Angket Kreativitas Pemberian angket kreativitas digunakan untuk mengukur tingkat berpikir kreatif siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Komponen kreativitas yang diukur ialah gaya berpikir siswa yang meliputi aspek Fleksibel, Inovatif, Rasional, Elaborasi dan Evaluatif. Dari hasil penilaian gaya berpikir siswa diperoleh persentase hasil pada aspek Fleksibel sebesar 73,3%, aspek inovatif diperoleh persentase 75,8%, pada aspek rasional diperoleh 73,5%, aspek elaborasi didapat persentase 77,6% dan pada aspek evaluatif diperoleh persentase sebesar 80,6%. Sehingga didapat rata-rata sebesar 76,2% dengan kategori baik. 5
f. Wawancara Siswa Setelah proses pembelajaran, dilakukan wawancara siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Dipilih secara acak 3 siswa dari 36 siswa dan diberikan 5 pertanyaan. (1) Apakah kamu senang dengan pembelajaran seperti tadi? Alasannya apa? (2) Apakah keuntungan yang kamu dapatkan dengan cara belajar seperti tadi? (3) Adakah kesulitan yang kamu rasakan pada saat mengikuti kegiatan pelajaran seperti tadi? (4) Dapatkah kamu menyelesaikan persoalan yang terdapat pada LKS? (5) Apakah lebih paham belajar dengan cara tadi atau belajar dengan cara biasa dilakukan seharihari? Dikaji mengenai literatur tentang keefektifan perangkat pembelajaran dapat dilihat dari Learning Log. Learning Log yaitu komentar bebas yang merupakan refleksi siswa terhadap pembelajaran dan instrument diperoleh bahwa kebanyakan siswa yang diijinkan dengan cara yang mereka pahami merasakan dan memperoleh keyakinan dan kepercayaan diri, berani mengambil resiko dan mengkomunikasikan ide sendiri. Dan dilihat dari hasil hasil wawancara siswa setelah melaksanakan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis Lesson Study bahwa mereka lebih senang menggunakan model pembelajaran tersebut dari pada dengan cara pembelajaran seperti sehari-hari karena lebih menarik bagi siswa dan membuat siswa lebih aktif selama proses pembelajaran. g. Hasil Belajar Siswa Pada pengembangan perangkat pembelajaran ini, siswa dituntut lebih aktif dalam menggali informasi dan pengetahuan baik dari perangkat ajar yang diberikan maupun dari sumber-sumber lain serta dari diskusi antar teman dalam kelompok. Sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan mengatur agar tercipta suasana pembelajaran yang aktif dan efektif. Produk yang telah divalidasi oleh tim ahli selanjutnya dilakukan uji coba terhadap subjek penelitian. Subjek uji coba adalah seorang guru bidang studi kimia Leni Marlina, S.Pd yang berperan sebagai guru model serta siswa kelas XII IPA SMA PGRI 2 Kota Jambi. Sebelum proses pembelajaran dimulai terlebih dahulu siswa diberikan soal pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal siswa. Setelah proses pembelajaran selesai siswa diberikan soal post-test untuk mengetahui tingkat efektifitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Perangkat dapat dikatakan bermanfaat jika hasil belajar siswa memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). KKM materi unsur halogen di SMA PGRI 2 Kota Jambi adalah 70%. Dari hasil pre-test diperoleh rata-rata nilai siswa pada kelas XII IPA adalah 28 dan dari 36 orang siswa keseluruhan, hanya ada 4 orang siswa yang tuntas menyelesaikan pembelajaran sehingga persentase ketuntasan siswa adalah 11,11%. Jika dilihat dari KKM, hasil pre-test siswa masih jauh dari angka 70% Sedangkan dari hasil post-test diperoleh rata-rata nilai siswa pada kelas XII IPA adalah 73 dan diperoleh sebanyak 29 orang siswa dari 36 siswa kelas XII IPA telah tuntas menyelesaikan pembelajaran dengan persentase ketuntasan siswa adalah 80,56%. Persentase tersebut menunjukkan penggunaan perangkat pembelajaran sudah efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Karena lebih dari 70% siswa telah mencapai nilai KKM, dan jika 6
dilihat dari hasil pre-test dan post-test ada pengaruh secara signifikan dalam penggunaaan perangkat pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw karena terjadi peningkatan nilai yang diperoleh siswa. V. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian pengembangan dan pembahasan tentang perangkat pembelajaran pada materi unsur halogen dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis Lesson Study, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Dalam pembuatan perangkat pembelajaran pada materi unsur halogen ini dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu studi pendahuluan, perencanaan pengembangan, yakni merumuskan tujuan pembelajaran, pegembangan tes acuan patokan, pengembangan strategi pembelajaran, pengembangan atau memilih pembelajaran, setelah perangkat pembelajaran dalam bentuk draft kemudian divalidasi oleh dua orang ahli, yaitu dalam ahli angket dan materi. Validasi angket oleh ahli 1 dilakukan sebanyak 1 kali dan validasi materi oleh ahli 2 dilakukan sebanyak 1 kali. Dari hasil validasi selanjutnya perangkat pembelajaran direvisi berdasarkan saran yang diberikan pada angket, setelah perangkat pembelajaran direvisi kemudian dilanjutkan ke tahap uji coba produk. Uji coba produk dalam penelitian ini dilakukan di kelas XII IPA dan satu orang guru kimia yang mengajar di kelas XII IPA SMA PGRI 2 Kota Jambi. Hasil observasi aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatfi tipe Jigsaw berbasis Lesson Study yang telah dikembangkan pada materi unsur halogen pada uji coba di kelas XII IPA adalah 82,5%. Dari perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran dengan model Jigsaw berbasis Lesson Study sudah memenuhi kategori aktif, yaitu sama atau lebih dari 80% siswa aktif dalam pembelajaran. Sedangkan Hasil belajar siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis Lesson Study yang telah dikembangkan pada materi unsur halogen pada uji coba di kelas XII IPA memperoleh nilai rata-rata 72 dengan nilai tertinggi 90 dan terendah 40. Hasil persentase siswa yang tuntas sesuai KKM dengan nilai KKM 70 adalah 80%. Dari perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis Lesson Study sudah memenuhi standar kelulusan kelas yaitu sama atau lebih dari 80% siswa tuntas atau mencapai KKM. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan aktivitas serta hasil belajar siswa setelah kegiatan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran materi unsur halogen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis Lesson Study. Disarankan kepada guru mata pelajaran kimia untuk dapat menggunakan perangkat pembelajaran hasil pengembangan dalam proses pembelajaran kimia materi unsur halogen dan memberikan Materi Ajar (Handout) serta LKS individu terlebih dahulu seminggu sebelum pembelajaran agar siswa dapat mempelajarinya serta sebelum memulai pembelajaran, ruang kelas telah ditata terlebih dahulu agar guru dapat leluasa mengelilingi kelas untuk mengamati siswa saat berdiskusi. DAFTAR PUSTAKA Devi. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Bandung: PPPPPTIK IPA 7
E-learning. 2011. KTSP Sebagai Paradigma Baru Pendidikan. http://www.elearningjogja.org/file.php/57/ktsp_sebagai_paradigma Baru_Pendidikanpertemuan_ke3.ppt diakses pada 20 November 2012 Isjoni. 2007. Cooperatif Learning. Bandung: Alfabeta Parwati, N. 2012. Efektifitas Perangkat Pembelajaran. http://blog.tp.ac.id/ efektivitasperangkat-pembelajaran/ diakses pada 13 Juni 2013 Sudrajat, Akhmad. 2011. Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran. http://yukez.wordpress.com/2011/07/28/lesson-study/ diakses pada 18 September 2012 Sukmadinata, N, S. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya Sukmadinata, N, S. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda Karya rizkiranda.rasyid@gmail.com 8