BAB 1 GAMBARAN UMUM. 1.1 Geografis. 1.2 Demografi

dokumen-dokumen yang mirip
- Laut Seram di sebelah utara - Papua Barat di sebelah timur - Laut Indonesia dan Laut Arafuru di sebelah selatan - Sulawesi di sebelah barat

Tahun Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk (jiwa/ km 2 )

BAB 1 GAMBARAN UMUM. 1.1 Geografis. 1.2 Demografi

GAMBARAN UMUM. 1.1 Geografis. 1.2 Demografi

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 79 /KPTS/013/2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 132 /KPTS/013/2015 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PENGEMBANGAN PROFIL KINERJA PEMBINA JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2014

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

SURAT EDARAN Nomor: 08/SE/M/2006

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Timur dan 7,12 hingga 8,48 Lintang Selatan. Sedangkan luas Provinsi

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, a.

APBD BANTEN 2013 CAPAI RP6.052 TRILIUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI PULANG PISAU,

ORGANISASI PERANGKAT DAERAH UNTUK SUB URUSAN JASA KONSTRUKSI DALAM PERSPEKTIF PEMERINTAHAN DAERAH (UU No.23/2014)

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 2014 A PB D L A P O R A N A N A L I S I S REALISASI APBD

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. No 23 Tahun 2014 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI PAPUA

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA 4 MENTERI TENTANG PENYELARASAN DAN PENGUATAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

WALIKOTA PALANGKA RAYA

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. landasan hukum dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang. menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004.

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

KATA PENGANTAR. iii. ANALISIS Realisasi APBD tahun anggaran 2012

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mengelola keuangannya sendiri. Adanya otonomi daerah menjadi jalan bagi

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Grafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

KOTA NOMOR SERI : A TENTANG APBD, a. bahwa. pelaksanaan. Menimbang. antar. perubahan APBD (APBD) yang

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PONOROGO PERATURAN BUPATI PONOROGO NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO,

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 22 Tahun kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan desentralisasi fiskal yang diberikan pemerintah pusat kepada

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 9 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 45 Tahun 2012 Seri E

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

BAB I PENDAHULUAN. dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. S U R A T E D A R A N Nomor : 03/SE/M/2005

PROYEKSI/TARGET PENDAPATAN DAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA B A D A N P E N G E L O L A K E U A N G A N D A N A S E T D A E R A H

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan

2016, No Prasarana Pemadam Kebakaran, dan Sub-Bidang Transportasi Perdesaan yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan perti

Daftar Isi. KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

Transkripsi:

H a l a m a n 1-1 BAB 1 GAMBARAN UMUM 1.1 Geografis Provinsi Jawa Timur terletak pada 111,0⁰ BT - 114,4⁰ BT dan 7,12⁰ LS - 8,48⁰ LS. Luas wilayah Provinsi Jawa Timur adalah 47.800 km 2. Provinsi Jawa Timur terdiri dari 38 kabupaten/ kota dengan jumlah kecamatan sebanyak 664 kecamatan. Secara administratif, Provinsi Jawa Timur berbatasan dengan: - Laut Jawa di sebelah utara - Bali di sebelah timur - Samudera Indonesia di sebelah selatan - Jawa Tengah di sebelah barat 1.2 Demografi Jumlah penduduk di Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Pada tahun 2010 jumlah penduduk di Provinsi Jawa Timur berjumlah 37.476.800 jiwa dengan kepadatan penduduk 784 jiwa/km 2. Dalam kurun waktu empat tahun terjadi pertumbuhan penduduk di Provinsi Jawa Timur sebesar 3,02 %, sehingga pada tahun 2014 jumlah penduduk meningkat menjadi 38.610.200 jiwa dengan kepadatan penduduk 808 jiwa/km 2. Tabel 1-1 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, dan Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah penduduk (jiwa) 37.476.800 37.840.700 38.106.600 38.363.200 38.610.200 Kepadatan penduduk (jiwa/ km 2 ) 784 792 797 803 808 Pertumbuhan penduduk (%) 0,97 0,7 0,67 0,64 Laju pertumbuhan (%) 0,75 Sumber: Statistik Indonesia

H a l a m a n 2-1 BAB 2 TIM PEMBINA JASA KONSTRUKSI 2.1 Kelembagaan TPJK Provinsi Jawa Timur Pembentukan Tim Pembina Jasa Konstruksi Provinsi Jawa Timur terakhir dibentuk pada tahun 2009 melalui Surat Keputusan Gubernur Nomor 188/228/KPTS/013/2009 tahun tentang Pembentukan Tim Pembina Jasa Konstruksi Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Tim Pembina Jasa Konstruksi (TPJK) Pemerintah mempunyai fungsi pelaksana koordinasi dan rekomendasi hasil pembinaan jasa konstruksi sebagai bahan kebijakan. Dalam melaksanakan pembinaan jasa konstruksi di Provinsi Jawa Timur, kelembagaan pembina jasa konstruksi berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Timur nomor 188/228/KPTS/013/2009 dapat dilihat pada tabel 2-1 berikut. Tabel 2-1 Susunan dan Personalia TPJK Pemerintah Provinsi Jawa Timur berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor 188/228/KPTS/013/2009 tahun 2009 Kelembagaan TPJK Pembina Pengarah Ketua Pembina TPJK Provinsi Jawa Timur Gubernur Provinsi Jawa Timur Sekretaris Derah Provinsi Jawa Timur Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur Anggota 1. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur 2. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur 3. Kepala Dinas Perhubungan dan LaluLintas Angkutan Jalan Provinsi Jawa Timur 4. Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi & Kependudukan Provinsi Jawa Timur 5. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 6. Kepala Biro Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur 7. Kepala Bagian Pengelolaan dan Pengadaan,Biro Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur 8. Kepala Sub Bagian Analisa Kebutuhan dan Pengadaan,Biro Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur 9. Kepala Seksi Jasa Konstruksi dan Pengelolaan Bangunan Gedung, Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur

H a l a m a n 2-2 2.1.1 Pelaksanaan tugas dan fungsi TPJKP Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi TPJK Provinsi Jawa Timur mengacu pada Surat Keputusan Gubernur Nomor 188/228/KPTS/013/2009, dimana tim pembina harus melakukan pembinaan jasa konstruksi dalam lingkup pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan. Dalam menjalankan fungsinya sebagaimana dimaksud pada Surat Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Timur nomor 188/228/KPTS/013/2009, maka TPJK Provinsi Jawa Timur mempunyai tugas: 1. melaksanakan kebijakan Pembina jasa konstruksi. 2. menyebarluaskan peraturan perundang-undangan jasa konstruksi. 3. melaksanakan pelatihan, bimbingan teknis dan penyuluhan. 4. melaksanakan pengawasan sesuai dengan kewenangannya untuk terpenuhinya tertib penyelenggaraan pekerjaan jasa konstruksi. 5. membentuk Sekretariat sesuai kebutuhan. 6. melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Gubernur Jawa Timur. 2.1.2 Organisasi dan tata kerja Struktur kelembagaan yang direkomendasikan menurut Surat Edaran Kemendagri nomor 601/476/SJ adalah ketua dijabat oleh Asisten Sekretaris Daerah, sekretaris dijabat oleh Dinas Pekerjaan Umum, dan sekretariat terdiri atas unsur Pemerintah Daerah, sedangkan struktur keanggotaan diserahkan pada kewenangan daerah. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor 188/228/KPTS/013/2009, struktur kelembagaan TPJK Provinsi Jawa Timur dinilai baik karena kelembagaan TPJK cukup sesuai dengan rekomendasi Surat Edaran Kemendagri nomor 601/476/SJ, dimana kelembagaan TPJK Provinsi Jawa Timur terdiri dari ketua oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah dan anggota oleh unsur-unsur pemerintah daerah. 2.1.3 Fasilitas Dalam mendukung kinerja TPJK Provinsi Jawa Timur, fasilitas seperti ruang khusus (secretariat), komputer, printer, telepon, dan sebagainya sangat dibutuhkan. Fasilitas TPJK Provinsi Jawa Timur dinilai memadai dalam mendukung kinerja TPJK.

H a l a m a n 2-3 2.1.4 Sistem informasi Dalam menyediakan informasi-informasi terkait pembinaan jasa konstruksi, maka dibutuhkan sistem informasi yang dapat diakses oleh pemangku kepentingan jasa konstruksi baik penyedia jasa, pengguna jasa, maupun masyarakat. Namun, TPJK Provinsi Jawa Timur belum memiliki sistem informasi baik yang berdiri sendiri maupun terintegrasi dengan sistem informasi pusat/daerah. Oleh sebab itu, sebaiknya TPJKP mengadakan sistem informasi, sehingga pemangku kepentingan jasa konstruksi dapat mengakses informasi terkait jasa konstruksi. Informasi-informasi tentang TPJKP dapat diakses melalui Sistem Informasi Pembinaan Jasa Konstruksi (SIPJAKI) yang telah dikembangkan oleh TPJK nasional (BP Konstruksi Kementerian PU). Sebagai salah satu instansi TPJKN seharusnya data diperbaharui oleh TPJKP. 2.2 Proses pembinaan TPJKP terhadap pemangku kepentingan konstruksi Berdasarkan PP No. 30 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi, bentuk pembinaan jasa konstruksi terdiri dari pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan. Pembinaan ini dilakukan oleh TPJK kepada semua pihak yang terlibat dan berkepentingan dalam penyelenggaraan jasa konstruksi. Pihak-pihak yang menjadi sasaran pembinaan jasa konstruksi oleh TPJK terdiri dari Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi (LPJKP), pengguna jasa, penyedia jasa, perguruan tinggi, masyarakat pengguna dan pihak yang terkena dampak konstruksi baik dalam pengadaan, proses konstruksi, dan pemanfaatan bangunan konstruksi. 2.2.1 Pengaturan Program pengaturan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Jawa Timur terhadap pemangku kepentingan konstruksi dapat dilihat pada Tabel 2-3. Berdasarkan table tersebut, program pengaturan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Jawa Timur dinilai cukup baik karena pelaksanaan pengaturan yang dilaksanakan dengan baik mencakup 11 substansi dari total sebanyak 17 substansi seperti yang tertera pada tabel di bawah.

H a l a m a n 2-4 Tabel 2-3 Program Pengaturan TPJK Provinsi Jawa Timur terhadap Pemangku Kepentingan Konstruksi Deskripsi Dilaksanakan Tidak Dilaksanakan Keterangan Arahan pembinaan pengadaan baik Arahan pembinaan kontraktual Arahan pembinaan green contruction Arahan pembinaan investasi Arahan pembinaan kelembagaan TPJKP Arahan pembinaan SIPJAKI baik Arahan pembinaan SBU baik Arahan pembinaan SIUJK Arahan pembinaan SKA baik Arahan pembinaan SKT baik Arahan pembinaan penyusunan Amdal baik Arahan pembinaan penyusunan RKL baik Arahan pembinaan penyusunan RPL baik Arahan pembinaan penerbitan IMB Arahan pembinaan SMM baik Arahan pembinaan SMK3 baik Arahan pembinaan tertib pemanfaatan bangunan baik Sumber: hasil survei 2015 2.2.2 Pemberdayaan Pembinaan TPJK terhadap pemangku kepentingan jasa konstruksi melalui program pemberdayaan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia di bidang jasa konstruksi, pengembangan usaha jasa konstruksi, dukungan lembaga keuangan dalam memperoleh pendanaan, dukungan lembaga pertanggungan dalam hal jaminan pertanggungjawaban resiko, dan peningkatan kemampuan teknologi sistem informasi dan pengembangan teknologi. Program pembinaan pemberdayaan ini dilakukan terhadap penyedia jasa, pengguna jasa, masyarakat, LPJKP, dan TPJK kabupaten/ kota. 1. Pemberdayaan penyedia jasa Pembinaan jasa konstruksi terhadap penyedia jasa dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran penyedia jasa terhadap hak dan kewajibannya dalam bidang jasa konstruksi. Program pemberdayaan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Jawa Timur terhadap penyedia jasa dinilai cukup baik. Penyedia jasa yang menjadi sasaran

H a l a m a n 2-5 dari program pemberdayaan adalah badan usaha (dengan substansi pertanggungjawaban teknis, manajemen keuangan, dan asuransi) dan tenaga terampil konstruksi (substansi pemberdayaan SDM). Tabel 2-4 Program Pemberdayaan TPJK Provinsi Jawa Timur terhadap Penyedia Jasa Program Pemberdayaan Penyedia Jasa Sumber Daya Manusia Pembiayaan/ Manajemen Keuangan Asuransi Pertanggung jawaban Teknis Badan Usaha Tenaga Ahli Tenaga Trampil Konsultan Sumber: hasil survei 2015 2. Pemberdayaan pengguna jasa Berdasarkan PP No 30 Tahun 2000, pembinaan jasa konstruksi dilakukan terhadap pengguna jasa guna untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran akan hak dan kewajiban pengguna jasa dalam pengikatan dan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Program pemberdayaan TPJK Provinsi Jawa Timur dinilai kurang baik. Pembinaan terkait pemberdayaan terhadap pengguna jasa dinilai kurang baik karena pelaksanaan pembinaan yang dilakukan belum mencakup semua sasaran pengguna jasa, dimana substansi pemberdayaan yang dilakukan terdiri dari satu jenis substansi pada masing-masing sasarannya. Yang menjadi sasaran pemberdayaan pengguna jasa adalah pemerintah provinsi, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), dan Pejabat Pembuat Keputusan (PPK). Tabel 2-5 Program Pemberdayaan TPJK Provinsi Jawa Timur terhadap Pengguna Jasa Program Pemberdayaan Pengguna Jasa Pengadaan Kontrak Administrasi Kontrak Perselisihan Kontrak Pemerintah Provinsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Swasta Sumber: hasil survei 2015

H a l a m a n 2-6 3. Pemberdayaan masyarakat Pembinaan jasa konstruksi terhadap masyarakat dilakukan untuk menumbuhkembangkan pemahaman akan peran strategis jasa konstruksi dalam pembangunan nasional, kesadaran akan hak dan kewajiban guna mewujudkan tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan tertib pemanfaatan. Masyarakat yang menjadi sasaran dari pemberdayaan TPJK Provinsi Jawa Timur adalah asosiasi profesi, asosiasi pelaku, dan perguruan tinggi. Pembinaan terkait pemberdayaan terhadap masyarakat dinilai baik karena pelaksanaan pemberdayaan telah mencakup substansi Sistem Manajemen Mutu (SMM), dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Tabel 2-6 Program Pemberdayaan TPJK Provinsi Jawa Timur terhadap Masyarakat Program Pemberdayaan Masyarakat Dilaksanakan Tidak dilaksanakan Keterangan Asosiasi Profesi Workshop/Sosialisasi Asosiasi Perusahaan Workshop/Sosialisasi Perguruan Tinggi Workshop/Sosialisasi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Bentuk Pemberdayaan: - SMM Workshop/Sosialisasi - SMK3 Workshop/Sosialisasi - UU Jasa Konstruksi - Penyuluhan UU Aturan Jasa Konstruksi - Penyuluhan Pemanfaatan Jasa Konstruksi - Penyuluhan Bantuan Teknis Jasa Konstruksi Sumber: hasil survei 2015 4. Pemberdayaan LPJKP Bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh Tim Pembina Jasa Konstruksi (TPJK) Provinsi Jawa Timur terhadap Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) adalah berupa workshop.

H a l a m a n 2-7 5. Pemberdayaan TPJK kabupaten dan kota Bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh Tim Pembina Jasa Konstruksi (TPJK) Provinsi Jawa Timur terhadap Tim Pembina Jasa Konstruksi (TPJK) kabupaten dan kota adalah berupa workshop. 2.2.3 Pengawasan Proses pengawasan dilakukan untuk mencapai tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan tertib pemanfaatan jasa konstruksi. Program pengawasan sejauh ini belum dilaksanakan oleh TPJK Provinsi Jawa Timur terhadap pemangku kepentingan konstruksi. Tabel 2-7 Program Pengawasan TPJK Provinsi Jawa Timur terhadap Pemangku Kepentingan Jasa Konstruksi Pengawasan Dilaksanakan Tidak dilaksanakan - Penerbitan SBU - Penerbitan SKA Keterangan - Penerbitan SKT - Evaluasi Penerbitan SIUJK - Evaluasi Penerbitan IMB - Evaluasi Tertib SMM - Evaluasi Tertib SMK3 - Evaluasi Tertib Pemanfaatan Bangunan Sumber: hasil survei 2015

H a l a m a n 2-8 2.3 Kegiatan pembinaan/ bantuan TPJK 2.3.1 Pembinaan TPJKP kepada Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Provinsi Jawa Timur Tim Pembina Jasa Konstruksi Provinsi Jawa Timur melakukan pembinaan kepada Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi Jawa Timur (LPJKP). Dalam rangka peningkatan kinerja lembaga telah dilakukan kerjasama pelatihan/ koordinasi/ kemitraan kebutuhan lembaga. Sedangkan dalam sistem informasi telah dibuat website mengenai jasa konstruksi Jawa Timur yang beralamat di http://www.lpjk.org. Berdasarkan hasil survei, kegiatan pembinaan/ bantuan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Jawa Timur terhadap LPJK Provinsi Jawa Timur terdiri dari: 1. Pengaturan Bentuk pengaturan yang dilakukan oleh TPJK terhadap LPJK Provinsi Jawa Timur adalah berupa: Provinsi Jawa Timur - Perda perizinan konstruksi yang disebarkan melalui sosialisasi - Perda penyelenggaraan konstruksi yang disebarkan melalui sosialisasi 2. Pemberdayaan Bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Jawa Timur terhadap LPJK Provinsi Jawa Timur adalah berupa: - Workshop pelatihan tenaga ahli - Workshop pelatihan tenaga terampil - Workshop pelatihan konsultan - Workshop pelatihan keuangan/ pertanggungan kontraktor 3. Pengawasan Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Jawa Timur terhadap LPJK Provinsi Jawa Timur adalah berupa pengembangan/ peningkatan kemampuan teknologi (litbang) kontraktor yang terdiri dari SMM, SMK3, green construction.

H a l a m a n 2-9 2.3.2 Pembinaan TPJKP terhadap penyedia jasa Berdasarkan Surat Edaran Kemendagri No. 601/ 476/ SJ, 13 Maret 2016, Tim Pembina Jasa Konstruksi melakukan pembinaan kepada penyedia jasa. Berdasarkan hasil survei, kegiatan pembinaan/ bantuan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Jawa Timur terhadap penyedia jasa terdiri dari: 1. Pengaturan Bentuk pengaturan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Jawa Timur terhadap penyedia jasa adalah berupa: - Perda perizinanan konstruksi yang disebarkan melalui sosialisasi, dan diseminasi elektronik - Perda penyelenggaraan konstruksi yang disebarkan melalui sosialisasi, dan diseminasi elektronik 2. Pemberdayaan Bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Jawa Timur terhadap penyedia jasa adalah berupa: - Sosialisasi pelatihan tenaga ahli - Sosialisasi pelatihan tenaga terampil - Sosialisasi pelatihan konsultan 3. Pengawasan Berdasarkan hasil survei bentuk pengawasan seperti pelatihan keuangan/ pertanggungjawaban dan pengembangan/ peningkatan kemampuan teknologi (litbang) di Provinsi Jawa Timur tidak dilakukan kepada penyedia jasa.

H a l a m a n 3-1 BAB 3 POTRET INDUSTRI JASA KONSTRUKSI 3.1 Peran Sektor Konstruksi Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur Sektor konstruksi merupakan salah satu sektor yang memiliki peran strategis terhadap pembangunan daerah. Kontribusi sektor konstruksi terhadap perekonomian sangat signifikan karena sektor ini merupakan katalisator bagi sektor-sektor lain seperti sektor jasa, transportasi, perdagangan, dan industri. Semakin besar sumbangan suatu sektor terhadap PDRB, maka semakin besar pengaruh sektor tersebut terhadap perekonomian daerah. Besar kontribusi sektor konstruksi terhadap perekonomian Provinsi Jawa Timur cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai 2014. Pada tahun 2010, sektor konstruksi memberi konstribusi sebesar 9,05% terhadap PDB. Pada tahun 2011, kontribusi sektor konstruksi terhadap PDB meningkat menjadi 9,6%. Pada tahun 2012, konstribusi sektor konstruksi terhadap PDB mengalami peningkatan sebesar 0,59%, sehingga pada tahun tersebut sektor konstruksi memberi kontribusi sebesar 10,19% terhadap PDB. Kontribusi sektor konstruksi ini kemudian meningkat menjadi 10,69% pada tahun 2013 dan meningkat pada tahun 2014 menjadi 11,55%. Jadi, dalam rentang tahun 2010 sampai 2014 ratarata peran sektor konstruksi terhadap perekonomian Provinsi Jawa Timur adalah sekitar 10,2 %. Tabel 3-1 Kontribusi Sektor Konstruksi terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 PDRB Total 990.648.840 1.054.401.770 1.124.464.640 1.192.841.860 1.262.700.210 PDRB Konstruksi Konstribusi Sektor Konstruksi terhadap PDRB (%) 89.693.030 101.262.000 114.633.990 127.498.900 145.884.630 9,05 9,6 10,19 10,69 11,55 Sumber: Statistik Indonesia

H a l a m a n 3-2 3.2 Peran Sektor Konstruksi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Timur Sektor konstruksi merupakan sektor yang menyediakan lapangan perkerjaan bagi masyarakat baik masyarakat yang berpendidikan, semi-berpendidikan, dan tidak berpendidikan. Penyerapan tenaga kerja di bidang konstruksi dapat mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan. Rata-rata jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor konstruksi pada tahun 2010 sampai 2014 adalah sebesar 34,92 % dari total angkatan kerja di Provinsi Jawa Timur. Jumlah tenaga kerja konstruksi cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2010 yang berjumlah 894.648 jiwa menjadi 1.259.443 jiwa pada tahun 2014. Besar penyerapan tenaga kerja bidang konstruksi dapat dilihat pada tabel 3.2. Pada tahun 2010 penyerapan kerja sektor konstruksi di Provinsi Jawa Timur adalah sebesar 4,58 % dari total angkatan kerja sebesar 19.527.051 jiwa. Penyerapan tenaga kerja konstruksi mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi sebesar 5,86% dari total angkatan kerja sebesar 19.761.886 jiwa. Pada tahun 2012 jumlah tenaga kerja mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu dari 19.761.886 jiwa menjadi 819.563 jiwa. Sementara itu, jumlah angkatan kerja mengalami peningkatan dari tahun 2011 menjadi 1.251.741 jiwa. Penyerapan tenaga kerja konstruksi pada tahun 2012 adalah sebesar 152,73%. Pada tahun 2013 penyerapan tenaga kerja konstruksi mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 5,2% dari total angkatan kerja 20.137.795 jiwa. Kemudian pada tahun 2014 terjadi peningkatan dalam penyerapan tenaga kerja menjadi 6,25% dari total angkatan kerja 20.149.998 jiwa. Tabel 3-2 Peran Sektor Konstruksi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Angkatan Kerja 19.527.051 19.761.886 819.563 20.137.795 20.149.998 Tenaga Kerja Konstruksi Penyerapan Tenaga Kerja Konstruksi (%) 894.648 1.158.525 1.251.741 1.046.964 1.259.443 4,58 5,86 152,73 5,2 6,25 Sumber: Statistik Indonesia Sektor konstruksi yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan kepada masyakarat akan mengurangi tingkat pengangguran. Pertumbuhan ekonomi yang mengalami peningkatan akan mampu menurunkan tingkat penggangguran, sehingga kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat. Peningkatan

H a l a m a n 3-3 penyerapan tenaga kerja konstruksi cenderung diikuti juga oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi di bidang konstruksi. Tabel 3-3 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2010 sampai 2014 pertumbuhan ekonomi di bidang konstruksi dengan rata-rata sebesar 10,22 % mampu menyerap tenaga kerja dengan rata-rata 1.122.264,2 jiwa di Provinsi Jawa Timur. Dengan kata lain, setiap pertumbuhan ekonomi sektor konstruksi mengalami peningkatan sebesar 1% di Provinsi Jawa Timur, maka rata-rata jumlah tenaga kerja yang diserap adalah sekitar 109.811 jiwa. Tabel 3-3 Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Bidang Konstruksi Tahun 2010-2014 di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Tenaga Kerja Konstruksi 894.648 1.158.525 1.251.741 1.046.964 1.259.443 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Konstruksi (%) 9,05 9,6 10,19 10,69 11,55 Sumber: Statistik Indonesia 3.3 Tenaga Kerja dan Badan Usaha Sektor Konstruksi di Provinsi Jawa Timur 3.3.1 Tenaga Kerja dan Upah Pekerja Tenaga kerja konstruksi terdiri dari tenaga kerja tetap dan harian lepas. Tenaga kerja konstruksi tetap di Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan sebesar 173,27 % dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Pada tahun 2010 tenaga kerja konstruksi tetap di Provinsi Jawa Timur sebanyak 43.194 orang, pada tahun 2011 sebanyak 110.784 orang, pada tahun 2012 sebanyak 115971 orang, pada tahun 2013 sebanyak 120.075 orang, dan pada tahun 2014 menjadi 118.038 orang. Jumlah tenaga kerja konstruksi harian lebih besar dibanding jumlah tenaga kerja tetap konstruksi. Tenaga kerja konstruksi harian di Provinsi Jawa Timur dari tahun 2010 sampai tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 354,30 %. Pada tahun 2010 tenaga kerja konstruksi harian di Provinsi Jawa Timur sebanyak 46.181.295 orang, pada tahun 2011 sebanyak 161.995.270 orang, pada tahun 2012 sebanyak 168.947.267 orang, pada tahun 2013 sebanyak 188.972.127 orang, dan pada tahun 2014 menjadi 209.799.700 orang.

H a l a m a n 3-4 Tabel 3-4 Jumlah Tenaga Kerja pada Sektor Konstruksi Tahun 2010-2014 di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Tenaga Kerja Tetap (orang) Tenaga Kerja Harian (orang) 43.194 110.784 115.971 120.075 118.038 46.181.295 161.995.270 168.947.267 188.972.127 209.799.700 Sumber: Statistik Indonesia 3.3.2 Tenaga Ahli dan Tenaga Terampil di Bidang Jasa Konstruksi di Provinsi Jawa Timur Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) bidang jasa konstruksi di Provinsi Jawa Timur dapat dilihat dari jumlah tenaga ahli dan tenaga terampil di bidang jasa konstruksi. Jumlah tenaga ahli dan tenaga terampil bidang jasa konstruksi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang telah disertifikasi keahliannya dapat dilihat pada table di bawah ini. Table 3-5 menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja ahli di Provinsi Jawa Timur didominasi oleh tenaga ahli utama. Pada tahun 2010 jumlah tenaga ahli konstruksi di Provinsi Jawa Timur berjumlah 3.336 orang. Pada tahun 2011 jumlah tenaga ahli konstruksi meningkat menjadi 2.376 orang. Selanjutnya, pada tahun 2012 jumlah tenaga ahli konstruksi meningkat menjadi 3.782 orang, kemudian menurun pada tahun 2013 menjadi 388 orang. Pada tahun 2014 jumlah tenaga ahli konstruksi meningkat menjadi 568 orang. Sementara itu, tenaga kerja terampil secara kuantitas mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 sampai 2014 jumlah tenaga terampil di Provinsi Jawa Timur secara berurutan adalah 7.674 orang pada tahun 2010, 31.676 orang pada tahun 2011, 31.957 orang pada tahun 2012, 7.735 orang pada tahun 2013, dan 35.697 orang pada tahun 2014. Tenaga kerja terampil di Provinsi Jawa Timur lebih didominasi oleh tenaga terampil tingkat I.

H a l a m a n 3-5 Tabel 3-5 Tenaga Kerja Konstruksi Menurut Kualifikasi Tahun Tenaga Kerja Ahli Tenaga Kerja Terampil Muda Madya Utama Total Tingkat I Tingkat II Tingkat III Total 2010 71 582 1.409 2.062 13.520 14.384 3.110 31.014 2011 85 669 1.622 2.376 14.148 14.148 3.380 31.676 2012 90 687 1.641 2.418 14.287 14.287 3.383 31.957 2013 16 175 210 401 8.820 8.820 525 18.165 2014 135 951 907 1.993 17.475 17.475 747 35.697 Sumber: Statistik Konstruksi 3.3.3 Badan Usaha Jasa Konstruksi di Provinsi Jawa Timur Badan usaha konstruksi dibedakan berdasarkan skala dan bidangnya. Berdasarkan skala badan usaha jasa konstruksi dibagi menjadi tiga klasifikasi, yaitu kecil, menengah, dan besar. Sedangkan berdasarkan bidangnya badan usaha jasa konstruksi dibedakan menjadi bidang gedung, sipil dan khusus. Berdasarkan skalanya, badan usaha lebih didominasi oleh badan usaha skala kecil. Pada tabel 3-6 jumlah badan usaha skala kecil pada tahun 2010 sampai tahun 2014 lebih banyak dibanding skala sedang dan skala besar. Pada tahun 2014 jumlah badan usaha kecil di Provinsi Jawa Timur adalah14.742 badan usaha, sedangkan badan usaha menengah berjumlah 1.136 dan badan usaha besar berjumlah 166. Jumlah badan usaha skala kecil meningkat dari15.518 badan usaha pada tahun 2010 menjadi14.742 badan usaha pada tahun 2014. Badan usaha skala sedang mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Dalam jangka waktu tersebut, badan usaha skala sedang peningkatan dari 774 pada tahun 2010 menjadi 1.136 pada tahun 2014. Badan usaha besar meningkat menurun dari 164 badan usaha pada tahun 2010 menjadi 166 badan usaha pada tahun 2014. Pada tabel 3-6 badan usaha di Provinsi Jawa Timur yang bergerak pada bidang konstruksi lebih didominasi oleh bidang gedung dan sipil. Pada tahun 2010 badan usaha bidang gedung berjumlah 7.191 menurun menjadi 6.702 pada tahun 2013. Badan usaha bidang sipil mengalami peningkatan dari tahun 2010 yang berjumlah 2.143 menjadi 2.592 pada tahun 2014. Sementara itu, badan usaha bidang khusus meningkat dari 1852 pada tahun 2010 menjadi 2563 pada tahun 2014.

H a l a m a n 3-6 Tabel 3-6 Badan usaha jasa konstruksi di Provinsi Jawa Timur Tahun Jenis/ Golongan Bidang Kecil Sedang Besar Total Gedung Sipil Khusus Total 2010 15.518 774 164 16.456 7.191 7.414 1852 16.457 2011 14.386 750 79 15.215 6.029 6.211 1740 13.980 2012 14.735 1.147 160 16.042 6.823 7.024 2195 16.042 2013 14.643 1.159 152 15.954 6.702 6.897 2355 15.954 2014 14.742 1.136 166 16.044 6.835 2563 9.398 Sumber: Statistik Konstruksi 3.4 Pasar Jasa Konstruksi Pasar jasa konstruksi dapat diartikan sebagai nilai konstruksi yang dikerjakan dalam suatu wilayah. Besarnya pasar jasa konstruksi akan berpengaruh pada besarnya kontribusi sektor konstruksi terhadap PDRB baik di tingkat kota, provinsi maupun nasional. Tabel 3-7 menunjukkan bahwa pasar jasa konstruksi di Provinsi Jawa Timur didominasi oleh pembangunan di bidang sipil, kemudian diikuti oleh pembangunan konstruksi di bidang gedung. Nilai konstruksi bidang gedung, sipil, dan khusus mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai 2014. Nilai konstruksi bidang gedung pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 14,68 triliun kemudian meningkat sebesar 75,73 % menjadi Rp 25,8 triliun pada tahun 2014. Peningkatan nilai konstruksi bidang sipil adalah sebesar 63,12 % yaitu besar nilai konstruksi pada tahun 2010 sejumlah Rp 22,9 triliun meningkat menjadi Rp 37,35 triliun pada tahun 2014. Nilai konstruksi bidang khusus juga mengalami peningkatan, namun tidak sebesar peningkatan nilai bidang gedung dan sipil. Nilai konstruksi bidang khusus dalam jangka waktu 2010 sampai 2014 mengalami peningkatan sebesar 152,55 %, dimana besar nilai konstruksi bidang sipil pada tahun 2010 adalah Rp 3,92 triliun kemudian meningkat menjadi Rp 9,89 triliun pada tahun 2014. Nilai-nilai konstruksi ini menunjukkan bahwa pasar jasa konstruksi semakin luas dan pembangunan infrastruktur semakin meningkat.

H a l a m a n 3-7 Tabel 3-7 Nilai Konstruksi Berdasarkan Bidang yang Diselesaikan Tahun 2010-2014 di Provinsi Jawa Timur Tahun Nilai Konstruksi yang Diselesaikan (juta rupiah) Gedung Sipil Khusus Total 2010 14.682.038 22.896.944 3.915.956 41.494.938 2011 16.962.545 27.064.377 5.584.954 49.611.876 2012 19.803.656 30.341.043 6.979.829 57.124.528 2013 22.658.581 33.638.213 9.379.814 65.676.608 2014 25.800.464 37.350.464 9.889.921 73.040.849 Sumber: Statistik Konstruksi Pendanaan jasa konstruksi berasal dari APBD, APBN, BUMN dan BUMD, luar negeri, dan sumber dana lainnya. Hal ini menunjukan bahwa pendanaan dari sumber-sumber ini akan mepengaruhi sektor konstruksi di suatu daerah. Berdasarkan tabel 3-8 di bawah, nilai jasa pelaksanaan konstruksi yang dibiayai oleh APBD, APBN, BUMN dan BUMD, luar negeri, dan sumber dana lainnya selalu mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa sektor konstruksi merupakan sektor strategis yang semakin berpotensi dalam meningkatkan perekonomian daerah. Dalam rentang waktu tahun 2010 sampai 2014 pendanaan konstruksi nasional didominiasi oleh pembiayaan dari APBD. Nilai konstruksi yang bersumber dari pendanaan APBD di Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan 86,66 % dari tahun 2010 yang bernilai Rp 25,87 triliun menjadi Rp 48,3 triliun pada tahun 2014. Nilai konstruksi yang bersumber dari APBN di Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan sebesar 7,42 % dari Rp 4,96 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 5,33 triliun pada tahun 2014. Pada tahun 2010 nilai konstruksi dari BUMN dan BUMD yang berjumlah Rp 4,96 triliun mengalami mengalami peningkatan sebesar 4,74 % menjadi Rp 5,2 triliun pada tahun 2014. Nilai konstruksi dari pendanaan luar negeri meningkat dari dari Rp 0,49 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 0,58 triliun pada tahun 2014. Salah satu sumber pendanaan konstruksi adalah pihak swasta. Pada tahun 2010 nilai konstruksi dari sumber pendanaan lain ini berjumlah Rp 5,2 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp 13,54 triliun pada tahun 2014.

H a l a m a n 3-8 Tabel 3-8 Nilai Konstruksi Pendanaan Jasa Konstruksi di Provinsi Jawa Timur Sumber Pendanaan Jasa Konstruksi (juta rupiah) Tahun BUMN Luar APBN APBD dan Lain-lain Negeri BUMD 2010 4.964.098 25.873.265 4.964.795 494.744 5.198.036 2011 5.137.855 31.846.370 5.127.239 523.366 6.977.046 2012 5.180.935 37.133.192 5.162.074 538.489 9.109.838 2013 5.227.200 42.445.888 5.200.080 553.950 11.249.490 2014 5.332.555 48.295.729 5.200.080 575.797 13.539.994 Sumber: Statistik Konstruksi 3.5 Keuangan Daerah Keuangan daerah menjadi kunci utama dalam melakukan pembangunan daerah yang menjadi bagian integral dari prinsip otonomi dan pengaturan sumberdaya nasional. Menurut PP No. 58 Tahun 2005, keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Keuangan daerah merupakan suatu kesatuan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD juga dapat diartikan sebagai rincian sumber pendapatan dan pengeluaran daerah yang akan dilakukan dalam kurun waktu satu tahun. APBD terdiri dari 3 komponen utama yaitu pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah. APBD sebagai kontrol dan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan di daerah agar tidak terjadi pemborosan dan penyelewengan. Pengelolaan APBD di Provinsi maupun Kabupaten/ Kota tidak boleh melebihi anggaran penerimaan sesuai dengan amanat UU No. 25 tahun 1991 yang mendorong adanya efisiensi pengeluaran dan memastikan ketersediaan sumber pembiayaan. 3.5.1 Pendapatan Pendapatan daerah diartikan sebagai semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah. Pendapatan daerah terdiri atas Pendapatan

H a l a m a n 3-9 Asli Daerah, Dana Perimbangan dan pendapatan lain-lain daerah yang sah. Dari Tabel 3-9 di bawah, Provinsi Jawa Timur mengalami kenaikan pendapatan dari tahun ke tahun. Pendapatan Provinsi Jawa Timur bertumbuh sebesar 15,98 % dari tahun 2013 ke tahun 2014, hal ini juga terjadi pada pendapatan kabupaten atau kota di dalam Provinsi Jawa Timur. Pendapatan kabupaten/kota bertumbuh sebesar 15,53 % dari tahun 2013 ke tahun 2014. Pertumbuhan pendapatan kabupaten/kota lebih besar jika dibandingkan pertumbuhan pendapatan Provinsi. Pendapat suatu daerah sangat dipengaruhi oleh Dana perimbangan yang berasal dari APBN. Sebagian besar Kabupaten/ Kota di Indonesia mengandalkan Dana Perimbangan untuk membiayai belanja daerahnya. Uraian Pendapatan Tabel 3-9 Pendapatan Daerah di Provinsi Jawa Timur (juta rupiah) Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 APBD Provinsi 7.397.414 9.907.001 11.523.017 14.996.874 17.393.778 APBD Total Kab./Kota 32.047.602 39.072.145 57.694.622 52.851.007 61.057.922 Sumber: LGF Anggaran (Ringkas) Dana APBN yang diberikan oleh Pusat ke Provinsi Jawa Timur merupakan dana perimbangan yang diberikan untuk mendorong pembiayaan kegiatan khusus yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Pusat. Dana perimbangan yang berasal dari APBN ini terdiri atas Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Tabel 3-10 Dana Perimbangan Provinsi Jawa Timur (juta rupiah) Tahun DBH DAU DAK 2010 864.625 1.347.502 55.031 2011 944.088 1.212.935 56.982 2012 864.625 1.491.561 52.788 2013 888.411 1.632.648 85.644 2014 1.491.307 1.866.548 101.876 Sumber: LGF Anggaran (Ringkas) Dana Bagi Hasil di Provinsi Jawa Timur ini naik dari Rp 0,86 triliun tahun 2010 menjadi Rp 1,49 triliun tahun 2014. Dana bagi hasil yang didapatkan dari penerimaaan pajak bumi bangunan, perolehan atas hak atas atanah dan bangunan serta sumberdaya alam. Keberadaan DBH menunjukkan bahwa upaya pengurangan kesenjangan vertikal antara daerah dengan pusat.

H a l a m a n 3-10 Dana Alokasi Umum yang dialokasikan untuk Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010 sebesar Rp 1,35 triliun meningkat secara kontinyu sampai tahun 2014 menjadi Rp 1,87 triliun. DAU yang diberikan oleh pusat kepada Provinsi Jawa Timur merupakan upaya pemeratakan keuangan daerah untuk membiayaan kegiatan daerah sebagai tugas desentralisasi dari pemerintah pusat. Keberadaan DAU harus digunakan oleh Pemerintah Provinsi untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masyarakat. Dana Alokasi Khusus merupakan dana yang diberikan kepada Provinsi Jawa Timur ini menunjukkan peningkatan dari Rp 0,06 triliun (2010) menjadi Rp 0,1 triliun (2014) yang digunakan untuk mendanai urusan khusus menjadi urusan daerah dan priorotas nasional. Pengelolaan dana perimbangan untuk daerah yang bersumber dari pusat ini seharusnya memberikan dorongan yang kuat untuk daerah melakukan kegiatan efektif dan bermanfaat untuk kemaujuan pembangunan daerahnya. 3.5.2 Belanja Belanja daerah digunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Pengeluaran daerah dihitung melalui belanja langsung dan tidak langsung. Pengeluaran daerah terhadap sektor jasa konstruksi dapat dilihat melalui belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dna jasa, serta belanja modal. Dalam kurun waktu 5 tahun, pengeluaran Provinsi Jawa Timur meningkat dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Nilai belanja yang dikeluarkan oleh Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010 adalah Rp 10,63 triliun, Rp 7,83 triliun tahun 2011, Rp 12,21 triliun tahun 2012, Rp 15,36 triliun tahun 2014, dan Rp 17,81 triliun tahun 2014. Nilai belanja yang diperoleh dari belanja tidak langsung dan belanja langsung di Provinsi Jawa Timur cenderung meningkat dari tahun 2010 sampai 2014. berjumlah Rp 5,8 triliun pada tahun 2010, Rp 4,51 triliun

H a l a m a n 3-11 tahun 2011, Rp 6,61 triliun tahun 2012, Rp 9,34 triliun tahun 2014, dan Rp 11,77 triliun tahun 2014. Belanja langsung yang diperoleh dari belanja pegawai, barang/jasa, dan modal di Provinsi Jawa Timur bernilai Rp 4,83 triliun pada tahun 2010, Rp 3,31 triliun tahun 2011, Rp 5,61 triliun tahun 2012, Rp 6,02 triliun tahun 2014, dan Rp 6,04 triliun tahun 2014. Untuk pengadaan barang dan jasa, Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengeluarkan belanja sebesar Rp 5,19 triliun pada tahun 2010, Rp 7,21 triliun tahun 2011, Rp 11,92 triliun tahun 2012, Rp 10,02 triliun tahun 2014, dan Rp 13,1 triliun tahun 2014. Berdasarkan pendapatan dan belanja, Provinsi Jawa Timur memiliki selisih lebih antara realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran atau yang disebut dengan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA). SiLPA di Provinsi Jawa Timur bernilai Rp 0,83 triliun pada tahun 2010, Rp 0,5 triliun tahun 2011, Rp 0,8 triliun tahun 2012, Rp 0,87 triliun tahun 2014, dan Rp 0,81 triliun tahun 2014. Tabel 3-11 Pengeluaran Daerah dan SiLPA tahun 2010-2014 di Provinsi Jawa Timur (juta rupiah) Uraian Pengeluaran Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Belanja Tidak Langsung 5.797.640 4.514.700 6.608.155 9.340.219 11.769.244 Belanja Langsung 4.828.721 3.312.010 5.606.629 6.016.345 6.041.891 Belanja Pegawai 833.870 545.549 957.620 1.081.355 698.359 Belanja Barang dan jasa Total Kab./Kota 5.192.863 7.213.355 11.921.092 10.024.417 13.100.156 Belanja Modal Total Kab./Kota 5.229.205 7.587.086 10.800.989 11.025.906 13.875.334 Total Belanja 10.626.36 1 7.826.71 0 12.214.78 3 15.356.56 4 17.811.13 5 SiLPA TA sebelumnya 828.640 498.250 800.000 867.924 813.991 Sumber: LGF Anggaran (Ringkas)