III. METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terletak dalam satu kawasan (Ayres dan Ayres,2002). Kawasan ini bertujuan

Tujuan, jenis dan cara pengumpulan data, metode analisis, dan output yang diharapkan. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN INDUSTRI KOTA KENDARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 515 TAHUN : 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN LIMBAH

termasuk manusia dan prilakunya

III METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Infrastruktur adalah bangunan yang mendukung dan atau meningkatkan

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

METODOLOGI PENELITIAN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 27

PENDAHULUAN Latar Belakang

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 63 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA KAWASAN INDUSTRI

VIII. STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI CILEGON MENUJU ECO INDUSTRIAL PARK

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2002 KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN TERPADU DI TELUK KELABAT B U P A T I B A N G K A,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

BAB III LANDASAN TEORI

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

Tugas Akhir PW Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

BAB 2 KETENTUAN UMUM

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG

III METODE PENELITIAN

STRATEGI PENGELOLAAN KAWASAN INDUSTRI CILEGON MENUJU ECO INDUSTRIAL PARK

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 3 TAHUN 2005 KAWASAN INDUSTRI JELITIK SUNGAILIAT B U P A T I B A N G K A,

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

VI. STUDI KEPENTINGAN DAN PENGARUH STAKESHOLDERS DALAM PENGELOLAAN KAWASAN INDUSTRI CILEGON MENUJU ECO INDUSTRIAL PARK. Abstrak

3. METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

2017, No.9 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebaga

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya (hinterland) akan mempunyai struktur (tata) ruang tertentu dalam

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 58/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada

Gambar 1. Lokasi Penelitian Figure 1. Research area

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

Gambar 4 Peta Lokasi Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. METODE PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2014

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

BAB III. METODE PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 45 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 3

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG SENTRA PRODUKSI PERIKANAN UNGGULAN DI KABUPATEN CIAMIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Uraian secara lengkap setiap aspek dan kriteria yang menjadi bahan. pertimbangan dalam penentuan teknologi pengolahan sampah di Jakarta Timur

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19

BAB III METODE PENELITIAN

PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN PENCEMARAN PERAIRAN

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

Transkripsi:

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Industri Cilegon yang meliputi Anyer (perbatasan kota Cilegon-Kabupaten Serang), Merak, dan Cilegon, yang berada dalam wilayah Propinsi Banten. Lokasi penelitian ini meliputi empat kecamatan masing-masing Kecamatan Cilegon, Kecamatan Ciwandan, Kecamatan Pulomerak, dan Kecamatan Grogol, dengan luas sekitar 3.510 ha. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja sesuai dengan tujuan penelitian (Purposive Sampling) dengan pertimbangan Cilegon merupakan areal dari beberapa industri berat yang telah ditetapkan sebagai di Kota Cilegon. Penelitian dilaksanakan selama dua belas (12) bulan yaitu mulai bulan September 2007 sampai September 2008 terhitung mulai penyusunan proposal penelitian sampai penyusunan disertasi. Adapun lokasi penelitian dan area beberapa industri di kawasan Industri Cilegon seperti pada Gambar 7 dan Gambar 8. Lokasi Penelitian Gambar 6. Peta Propinsi Banten

50 Gambar 7. Area industri Anyer Cilegon Merak 3.2. Rancangan Penelitian 3.2.1. Tahapan Penelitian Penelitian dibagi dalam empat tahapan penelitian berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Pada tahap pertama akan dikaji mengenai kondisi eksisting Cilegon. Selanjutnya dikaji mengenai gap yang terjadi dengan cara membandingkan kondisi eksisting kawasan dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dalam penetapan berbasis Eco-Industrial Park. Tahap kedua dikaji mengenai stakeholder yang berkepentingan dalam pengelolaan industri di Cilegon serta pengaruh antar stakeholder yang satu dengan stakeholder lainnya. Pada tahap ketiga dikaji mengenai potensi dan kualitas limbah yang dihasilkan oleh industri di kawasan industri Cilegon serta dampaknya terhadap daya dukung lingkungan sekitarnya. Pada tahap terakhir dikaji mengenai strategi pengelolaan industri di kawasan

industri Cilegon dan skenario pengelolaan ke depan dalam rangka menuju Eco- Industrial Park. Adapun tahapan-tahapan penelitian seperti pada Gambar 8 51 Kondisi eksisting, gap di kawasan industri - Analisis GIS - Analisis deskriptif Kepentingan dan pengaruh antar stakeholder - Analisis Stakeholder Kondisi dan kualitas limbah di kawasan industri Cilegon - Analisis Deskriptif - Strategi dan skenario pengelolaan industri menuju Eco Industrial Park - Analisis AHP - Analisis Prospektif Gambar 8. Tahapan pelaksanaan penelitian 3.2.2. Teknik Penetapan Responden Teknik penetapan responden dalam rangka menggali informasi dan pengetahuan (akuisisi pendapat) pakar adalah metode expert judgment. Pakar ditentukan secara tertentu (purposive sampling). Dasar pertimbangan penentuan pakar untuk dijadikan responden menggunakan criteria : 1) keberadaan, keterjangkauan dan kesediaan responden untuk diwawancarai, 2) mempunyai reputasi, kedudukan dan telah menunjukkan kredibilitasnya sebagai pakar pada bidang yang diteliti, dan 3) telah berpengalaman dibidangnya. Responden pakar akan dipilih berdasarkan representasi sebagian stakeholders seperti : Menajemen Kawasan Industri Cilegon, Kepala Bagian Pemerintahan Provinsi Propinsi Banten dan Kota Cilegon,praktisi industri, tokoh masyarakat, LSM,, Pengusaha dan Akademisi. Pakar yang terpilih diharapkan dapat mewakili setiap unsur: birokrasi, akademisi, pelaku usaha, dan organisasi yang peduli dengan pengembangan Eco Industrial Park.

52 3.2.3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data sekunder dan data primer. Data sekunder yang dibutuhkan ditelusuri dari data BPS, hasil penelitian terdahulu, Kawasan Industri Cilegon, Departemen Perindustrian, instansi terkait yang relevan dengan bidang penelitian, berita media massa dan studi pustaka. Data primer diperoleh melalui observasi,analisis data eksisisting geografis dan topografi dengan bantuan analisis citra landsat kawasan dengan GIS, wawancara pakar dengan pengisian kuesioner, stakeholders yang terlibat, hasil analisis laboratorium, dan hasil uji statistik. Adapun jenis dan sumber data dalam penelitian ini secara lengkap disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Jenis dan sumber data No 01 Kegiatan Penelitian Studi kondisi eksisting Cilegon 02 Studi Kepentingan dan pengaruh antar stakeholder dalam pengelolaan Cilegon 03 Studi potensi dan kualitas limbah di Cilegon 04 Studi Gap analysis ( analisis kesenjangan) Jenis Data Primer Primer Sumber Hasil pengolaan dengan GIS Laporan Peraturan/Perun dangan Hasil wawancara dengan pakar Laporan Peraturan/Perun dangan Laporan tahunan dinas/ instansi terkait berkaitan dengan kualitas limbah di kawasan industri Cilegon Literatur/bench marking Kriteria ideal EIP, survey data lapang Teknik Spasial deskriptif Stakeholder Deskriptif Survey lapang deskriptif Pendalaman analisis EIP mengacu pada kriteria EIP Pengolahan Data Output Gambaran kondisi existing Cilegon Informasi stakeholder kunci dalam pengembangan ecoindustrial park Gambaran kondisi dan kualitas limbah di kawasan industri Cilegon. Sebaran pencemaran dalam Potensi Gap eksisting Industri dengan Kriteria EIP dan tawaran solusi 05 Penyusunan strategi /skenario pengelolaan Cilegon menuju Eco Indutrial Park Primer Hasil wawancara dengan pakar/fgd Laporan kejadian terkait dari instansi. Analytical hierarchy Process Prospektif Strategi dan skenario pengelolaan kawasan industri Cilegon menuju ecoindustrial park

53 3.2.4. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode triangulasi dengan tujuan untuk mendapatkan data/informasi yang mencerminkan realitas permasalahan yang dapat diandalkan validitasnya, yaitu penelusuran data/informasi dari tiga sisi (Sitorus, 1988), yaitu : 1. Data dan informasi diperoleh melalui pengumpulan data primer hasil observasi/investigasi lapangan termasuk di dalamnya benchmarking dan penyebaran kuisioner. 2. Data dan informasi dari literatur 3. Data dan informasi diperoleh berdasarkan metode analisis data yang dipilih oleh peneliti Data primer diperoleh dari hasil wawancara, diskusi, kuisioner, dan survey lapangan dengan responden di wilayah studi yang terdiri dari berbagai pakar dan stakeholder yang terkait pengelolaan industri di Cilegon. Data sekunder diperoleh dari beberapa sumber kepustakaan dan dokumen dari beberapa instansi yang terkait dengan penelitian. 3.2.5. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini digunakan berbagai jenis metode analisis data sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Adapun metode analisis data yang digunakan meliputi : 1. Untuk mengetahui kondisi eksisting Cilegon digunakan metode analisis spasial dengan sistem informasi geografis (SIG). Dalam analisis ini menggambarkan pola perubahan penggunaan lahan di kawasan industri berdasarkan periode waktu tertentu. Selanjutnya di gunakan analisis Gap untuk mengetahui sejauh mana penyimpangan penggunaan kawasan induk pengembangan industri sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Eco Industrial Park 2. Untuk mengetahui tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder yang terkait dalam pengelolaan kawasan di Cilegon digunakan analisis stakeholder. Pada analisis ini akan memetakan tingkat kepentingan dan pengaruh setiap stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan kawasan. 3. Untuk mengetahui potensi dan kualitas limbah di Cilegon menggunakan metode analisis deskriptif dengan melakukan survey lapangan dan kepustakaan pada berbagai hasil penelitian terdahulu baik yang

54 dilakukan oleh lembaga penelitian maupun dinas/instansi terkait. Dalam analisis ini akan mendapatkan gambaran mengenai besaran dampak limbah yang dihasilkan dari aktivitas industri terhadap lingkungan. Besaran dampak limbah ini akan diperoleh dengan cara membandingkan antara hasil analisis yang telah dilakukan dengan baku mutu lingkungan sebagaimana yang telah ditetapkan peraturan. 4. Untuk menyusun strategi pengembangan Cilegon dilakukan analisis hierarkhi proses (AHP). Dalam analisis ini akan mendapatkan gambaran alternatif strategi yang dapat dikembangkan dalam rangka pengelolaan kawasan, serta aktor yang paling berperan, faktor yang paling berpengaruh dan tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan kawasan industri. Selanjutnya dilakukan analisis prospektif untuk menyusun skenario pengelolaan ke depan di Cilegon Propinsi Banten. 5. Untuk menentukan tahapan skenario yang harus dilakukan dari strategi prioritas dalam pengelolaan menuju eco industrial park, digunakan analisis prospektif. 3.3. Defenisi Operasional 1. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup (UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup). 2. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan (UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup). Pembangunan berkelanjutan dapat juga didefenisikan sebagai pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (WCED, 1987) 3. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

55 administratif dan atau aspek fungsional (UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang). 4. Kawasan adalah Wilayah dengan fungsi utama lindung dan atau budidaya (UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang). 5. Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan yang telah memiliki ijin usaha kawasan industri (Keppres No. 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri). 6. Perusahaan Kawasan Industri adalah perusahaan yang mengusahakan pengembangan dan/atau pengelolaan Kawasan Industri (Keppres No. 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri). 7. Kawasan Peruntukan Industri adalah bentangan lahan yang diperuntukan bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II yang bersangkutan (Keppres No. 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri). 8. Industri adalah kegiatan economi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri (UU No. 05 tahun 1984 tentang Perindustrian). 9. Kelompok industri adalah bagian-bagian utama kegiatan industri, yakni kelompok industri hulu atau juga disebut kelompok industri dasar, kelompok industri hilir, dan kelompok industri kecil (UU No. 05 tahun 1984 tentang Perindustrian). 10. Eco Industrial Park merupakan suatu komunitas bisnis yang bekerja sama satu sama lain dan serta melibatkan masyarakat di sekitarnya untuk lebih mengefesiensikan pemanfaatan sumber daya (informasi, material, air, energi, infrastruktur, dan habitat alam) secara bersama-sama, meningkatkan kualitas economi dan lingkungan, serta meningkatkan sumber daya manusia bagi kepentingan bisnis dan juga masyarakat sekitarnya. Eco Industrial Park dapat juga didefenisikan sebagai suatu sistem industri yang merencanakan adanya pertukaran material dan energi guna meminimalisasi penggunaan energi dan bahan baku, meminimalisasi sampah/limbah, dan membangun suatu economi berkelanjutan, ecologi dan hubungan social. 11. Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur

56 pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup (UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup). 12. Beban Pencemaran adalah jumlah suatu unsur pencemar yang terkandung dalam air atau air limbah (Permen No. 20, 1990) 13. Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup). 14. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan (UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup). 15. Kawasan industri hijau (green industrial park) adalah sekumpulan perusahaan/kelompok industri yang di dalamnya telah terjadi kesepakatan untuk pelaksanaan penerapan teknologi produksi bersih, memproses dan memanfaatkan limbah yang hasilkan dan/atau melakukan usaha-usaha mengurangi emisi gas rumah kaca, dan pelaksanaan konservasi SDA di dalam kawasan tempat mereka beroperasi. Kawasan industri hijau dapat dikembangkan oleh berbagai pengembang dan atau pemerintah. ( Lowe,2001)