BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pengertian Belajar, Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar. berkesinambungan. Hintzma (dalam Syah, 2009:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang. Ada beberapa teori belajar salah satunya adalah teori belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

BAB II. Pada umumnya belajar adalah suatu kegiatan mengumpulkan sejumlah. pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Skinner dalam Dimyati dan Mujiono (2002:9) belajar adalah suatu. dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS Model Pembelajaran Cooperative Learning Pengertian Model Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beragam gaya mengajar yang dilakukan dengan khas oleh masing-masing guru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggabungkan unsur-unsur pokok dari komponen civic education

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Model Cooperative Learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. PKn SD tidak saja menanamkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, namun juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena usaha individu yang bersangkutan. Menurut Winataputra (2008: 1.4)

Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V. Endah Tri Wahyuni

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROUND TABLE DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

BAB I PENDAHULUAN. negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perilaku. pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku kecakapan,

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sagala (2010:37), belajar adalah suatu proses perubahan perilaku dan

Macam-Macam Model Pembelajaran

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 2, Tahun 2012 Istiningrum & Sukanti Halaman 64-79

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan bangsa, kualitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar dan terencana

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu. Mudah memusatkan perhatian pada suatu tema atau topik tertentu

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan

STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono*

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATERI PERUBAHAN BENDA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE GI DI KELAS VI A SDN NO

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar, Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar dapat dilakukan sepanjang hayat oleh semua orang, di mana dan kapan orang tersebut berada. Belajar merupakan suatu proses seseorang dari tidak tahu menjadi tahu yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Hintzma (dalam Syah, 2009: 65) mengemukakan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam organisme, manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Sedangkan menurut pandangan Skinner (dalam Ruminiati, 2007: 1.5) belajar merupakan suatu proses atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Sejalan dengan Skinner, Gagne (dalam Ruminiati, 2007: 1.6) berpendapat bahwa terjadinya belajar seseorang karena dipengaruhi faktor dari luar dan faktor dari dalam diri orang tersebut dimana keduanya saling berinteraksi. Schwartz (dalam Hernawan, 2007: 2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap, yang tidak berhubungan dengan kematangan, efek obat-obatan atau keadaan fisiologis, melainkan merupakan hasil pengalaman dan seringkali dipengaruhi oleh latihan. Sedangkan menurut Gredler (dalam Angkowo, 2007: 47) mendefinisikan belajar sebagai proses memperoleh berbagai

kemampuan, keterampilan dan sikap, belajar juga merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah perubahan prilaku yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu, perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, yaitu proses yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, dan yang sebelumnya tidak bisa menjadi bisa. Walaupun pada kenyataanya tidak semua perubahan itu termasuk dalam kategori belajar. 2. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas siswa dalam belajar dapat dilihat pada saat pembelajaran berlangsung, aktivitas merupakan kesibukan, keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya harus dihubungkan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2005: 23), aktivitas adalah kegiatan. Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Semakin banyak aktivitas siswa dalam belajar, maka proses pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Sedangkan menurut Shalahuddin (dalam Herdian, 2011) belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian, yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Hanafiah (2009: 23) menyatakan aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikologis peserta didik, baik jasmani maupun rohani akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat,

mudah, dan benar, baik yang berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hanafiah (2009: 24) mengemukakan bahwa aktivitas dalam belajar dapat memberikan nilai tambah ( added value) bagi peserta didik, berupa hal-hal berikut: 1. Peserta didik memiliki kesadaran ( awarennes) sebagai wujud adanya motivasi internal (driving force) untuk belajar sejati. 2. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral. 3. Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya. 4. Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis dikalangan peserta didik. 5. Pembelajaran dilaksanakan secara konkret sehingga dapat menumbuh kembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme. 6. Menumbuh kembangkan sikap cooperative learning dikalangan peserta didik sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan dan serasi dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Sunyono (2009: 18) mengemukakan bahwa aktivitas siswa yang diinginkan dalam pembelajaran di antaranya: (1) bertanya pada guru, (2) menjawab pertanyaan guru, (3) menjawab pertanyaan dari teman, (4) memberikan pendapat saat diskusi, (5) menyalesa ikan tugas yang diberikan guru, dan (6) ketepatan mengumpulkan tugas. Sedangkan aktivitas yang tidak dikehendaki dalam pembelajaran diantaranya: mengobrol, mengganggu teman, keluar masuk kelas, melamun, mengantuk, dan bermain. Sardiman (2010: 100) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan baik jasmani maupun rohani, yang terjadi selama proses belajar, yang sangat berpengaruh terhadap keinginan belajar di dalam diri siswa dan keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar.

3. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu akibat dari proses belajar, hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar dan tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa. Dimyati dan Mudjiono (2009: 3) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesainya bahan pelajaran dengan proses evaluasi hasil belajar. Menurut Romiszowski (dalam Abdurrahman, 2006: 38) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan suatu masukan (inputs), masukan dari sistem tersebut berupa macam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance). Keller (dalam Abdurrahman, 2006: 39) has il belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak sedangkan usaha adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar. Hal ini berarti bahwa besarnya usaha adalah indikator dari adanya motivasi, sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh anak. Hasil belajar siswa diperoleh dari tes yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran (tes formatif) disetiap siklusnya. Soal tes ini dilaksanakan untuk mengukur hasil belajar siswa, baik yang sudah tuntas dan belum tuntas setelah dilaksanakan model cooperative learning tipe NHT.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar, di mana belajar merupakan suatu proses dari diri seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan prilaku yang berarti bahwa besarnya usaha adalah indikator dari adanya motivasi, sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh siswa. B. Model Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu proses mentransfer ilmu dari guru ke siswa yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, dalam proses ini terjadi interaksi antara guru dan siswa, sehingga pembelajaran menjadi terarah. Hamalik (dalam Hernawan, 2007: 3) konsep pembelajaran adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Sukirman dan Jumhana (2006: 10) pembelajaran adalah proses aktivitas siswa melalui interaksi dengan lingkungan antara lain baik dengan guru dan unsur-unsur pembelajaran lain maupun dengan dirinya (siswa itu sendiri). Guru sebagai fa silitator pembelajaran tugas utamanya adalah memudahkan belajar siswa. Oleh karena itu guru dalam proses pembelajaran harus berusaha semaksimal mungkin membantu siswa agar belajar lebih terarah, lebih lancar yang harus dilaksanakan, lebih mudah dan lebih berkualitas.

Nuraini (dalam Ruminiati, 2007: 2.14) konsep pembelajaran merupakan sistem lingkungan yang dapat menciptakan proses belajar pada diri siswa selaku peserta didik dan guru sebagai pendidik, dengan didukung oleh seperangkat kelengkapan, sehingga terjadi pembelajaran. Sedangkan menurut Corey (dalam Ruminiati, 2007: 2.14) pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang dikelola secara disengaja untuk memungkinkan siswa turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam kondisi-kondisi khusus akan menghasilkan respon terhadap situasi tertentu juga. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar antara guru dan siswa dimana dalam proses tersebut bersifat timbal balik secara langsung maupun tidak langsung atau melalui media yang dikelola secara sengaja untuk memungkinkan siswa turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam kondisi-kondisi khusus akan menghasilkan respon terhadap situasi tertentu juga. 2. Pengertian Model Pembelajaran Banyak model pembelajaran yang biasanya digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran, hal ini dilakukan agar mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada para peserta didik. Menurut Sagala (dalam Ruminiati, 2007: 2.23 ) dalam proses pembelajaran, terdapat dua aspek yang sangat berkaitan yaitu metode pembelajaran dan media pembelajaran. Pemilihan salah satu metode

pembelajaran akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang digunakan sehingga respon dan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dikuasai siswa setelah pembelajaran berlangsung. Greek (dalam Wahab, 2008: 51) model yang ia kembangkan dalam mengajar yang sekarang dikenal dengan gaya mengajar dengan menekankan model pada bertanya dan menjawab atau dialog yang juga berarti kebenaran yang mengalir. Sedangkan menurut Mills (2011) model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Arends (dalam Suwarjo, 2008: 97) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu pendekatan rencana pengajaran yang mengacu pada pendekatan secara menyeluruh yang memuat tujuan, tahapan-tahapan kegiatan, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Berkaitan dengan uraian yang dikemukakan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu cara atau gaya mengajar yang dikembangkan untuk menjelaskan suatu pendekatan rencana pengajaran yang mengacu pada pendekatan secara menyeluruh dengan menggunakan berbagai tahap kegiatan dalam pembelajaran. Dalam hal ini penulis memilih model cooperative learning tipe NHT, karena model pembelajaran ini dipandang tepat atau sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, supaya guru dan siswa merasakan adanya kemudahan dalam proses pembelajaran agar aktivitas dan hasil pembelajaran dapat terlaksana secara tuntas.

3. Model-model Pembelajaran PKn di SD Banyak model pembelajaran yang biasanya digunakan di SD, diantaranya: a. Model Pembelajaran Interaktif Pembelajaran dapat dikatakan interaktif jika para siswa terlibat secara aktif dan positif baik mental maupun fisik dalam keseluruhan proses kegiatan pembelajaran. b. Model Kelompok Orientasi Model kelompok orientasi adalah suatu model pembelajaran melalui pengenalan program dan lingkungan belajar. c. Model Sidang Umum Model sidang umum merupakan model pembelajaran yang menunjukkan suatu bentuk procedural pengorganisasian interaksi belajar mengajar yang melibatkan pengajar dan peserta didik. d. Model Seminar Model seminar merupakan model pembelajaran dimana terdapat sekelompok orang (siswa, guru, pakar) memiliki pengalaman dan pengetahuan mendalam dan saliang belajar berbagi pengalaman. e. Model Konferensi Kerja Model konferensi kerja merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam pertemuan besar dalam rangka merencanakan kegiatan, mendapatkan fakta, dan memecahkan masalah-masalah organisasi. f. Model Diskusi Panel Model diskusi panel merupakan model pembelajaran yang digunakan dalam mengorganisasikan interaksi belajar mengajardalam konteks pembahasan masalah controversial dilingkungannya. g. Model Simulasi Model simulasi merupakan model pembelajaran yang menekankan peniruan pekerjaan yang menuntut kemampuan tertentu dari siswa sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dalam kegaiatan pembelajaran. h. Model Bermain Peran Model pembelajaran ini sangat mirip dengan model pembelajaran simulasi. Model bermain peran intinya adalah simulasi atau tiruan dari perilaku yang diperankan (Maesaroh dalam http://imasmaesaroh.blogspot.com). http://my- Model-model pembelajaran PKn di SD (anonim dalam world-ly2k.blogspot.com). 1. Mencari pasangan 2. Bertukar pasangan 3. Berfikir pasangan berempat 4. Berfikir salam dan soal 5. Kepala bernomor (NHT) 6. Kepala bernomor terstruktur.

Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran PKn di SD yang digunakan dalam penelitian ini adalah model coopearative learning. C. Pembelajaran Cooperative Learning 1. Pengertian Cooperative Learning Cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang melatih siswa untuk saling bekerjasama dalam suatu kelompok, berfikir bersama dan belajar bertanggung jawab. Slavin (dalam Solihatin dan Raharjo, 2007: 4) mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya Stahl (dalam Solihatin, 20 07: 5) mengatakan bahwa model pembelajaran cooperative learning menetapkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar. Depdiknas (dalam Komalasari, 2010: 62) pembelajaran cooperative learning merupakan model pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Berhubungan dengan hal tersebut Bern dan Erickson (dalam Komalasari, 2010: 62) mengemukakan bahwa cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil dimana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat banyak alasan mengapa pembelajaran cooperative learning digunakan dalam praktik pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh

Slavin (dalam Suwarjo, 2008: 102) pertama, bertujuan meningkatkan prestasi siswa serta hasil-hasil lainnya seperti perbaikan hubungan kelompok, penerimaan siswa yang lemah dalam kelas secara akademik, dan peningkatan self-esteem (evaluasi diri). Kedua, membantu siswa untuk belajar berpikir, memecahkan masalah, memadukan, dan menerapkan pengetahuan serta keterampilan. Ketiga, membantu dan mempermudah penyelesaian tugas pada kelas yang bersifat heterogen. Menurut (Isjoni, 2009: 9) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli dengan orang lain. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model cooperative learning adalah model pembelajaran yang dipandang tepat untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, karena pembelajaran cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerja sama dan membantu siswa lain, di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. 2. Tujuan Cooperative Learning Tujuan cooperative learning diantaranya adalah melatih siswa untuk berfikir bersama dalam suatu kelompok atau tim, melatih siswa agar bertanggung jawab, melatih siswa berfikir kritis, dan lain sebagainya. Zamrono (dalam Trianto, 2010: 57) mengemukakan bahwa manfaat

penerapan belajar cooperative learning adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Selanjutnya Eggen & Kauchak (dalam Trianto, 2010: 58) mengemukakan bahwa cooperative learning disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Menurut Admin (2011) tujuan pembelajaran cooperative learning adalah: a. Hasil belajar akademik Dalam belajar cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan cooperative learning telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, Cooperative learning dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. b. Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model cooperative learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Cooperative learning memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. c. Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

Berdasarkan pendapat para pakar di atas peneliti menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran cooperative learning adalah untuk meningkatkan berbagai prestasi belajar siswa, baik dalam akademik, pemahaman baik secara kelompok maupun individu serta mengurangi kesenjangan belajar dan mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa. 3. Macam-macam Model Cooperative Learning Banyak model yang biasanya digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Trianto (2010: 67) mengelompokkan jenis -jenis pembelajaran cooperative learning sebagai berikut: 1. Student Team-Achievment Division (STAD). 2. Teams Games-Tournament (TGT). 3. Jigsaw. 4. Think Pair Share (TPS), dan 5. Numbered Heads Together (NHT). Admin (2011) mendefinisikan ada beberapa model pembelajaran cooperative learning yaitu: 1. Student Teams Achievement Division (STAD) 2. Investigasi Kelompok 3. Numbered Heads Together (NHT) 4. Jigsaw 5. Team Assited Individualization atau Team Accelarated Instruction (TAI). Selanjutnya menurut wijaya (2011) model pembelajaran terdiri dari: (1) Cooperative Script Skrip kooperatif adalah model belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. (2) Picture and Picture Picture and Picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. (3) Numbered Heads Together (NHT) NHT adalah suatu model belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.

(4) Model Investigasi Kelompok (Group Investigation) Model investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Model ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Model ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). (5) Model Jigsaw Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaikbaiknya. (6) Model Team Games Tournament (TGT) Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan. (7) Model Student Teams Achievement Divisions (STAD) Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti. Menurut Alhifni (2011) model-model pembelajaran terdiri dari: (1) Cooperative Script (Skrip Kooperatif) (2) Numbered Heads Together (NHT) (3) Make a Match (Mencari Pasangan) (4) Think Pair and Share (TPS) (5) Group Investigation (GI) (6) Snowball Throwing (7) Mind Mapping. Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa modelmodel pembelajaran yang biasa digunakan dalam pembelajaran cooperative learning diantaranya: Cooperative Script, Model Investigasi Kelompok (Group Investigation), Model Jigsaw, Model Team Games Tournament (TGT), Model Student Teams Achievement

Divisions (STAD), Picture and Picture, dan Numbered Heads Together (NHT). Salah satu model yang cocok digunakan dalam pembelajaran PKn adalah model cooperative learning tipe NHT, karena model cooperative learning tipe NHT dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, dapat meningkatkan semangat kerja sama siswa, siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. 4. Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) a. Cooperative learning tipe NHT Model NHT atau penomoran berfikir bersama merupakan jenis pembelajaran cooperative learning yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. NHT pertama kali dikembangkan oleh Kagan (dalam Trianto, 2010: 82) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Admin (2011) mengemukakan bahwa NHT adalah suatu model yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, model ini sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, dimana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.

Selanjutnya Rahayu (Anonim, 2012) mengemukakan NHT adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Model ini menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model cooperative learning tipe NHT adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran, memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban paling tepat, dan meningkatkan semangat kerja sama siswa. b. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning Tipe NHT Model cooperative learning tipe NHT disamping mempunyai kelebihan terdapat beberapa kekurangan. Kelebihan dan kelemahan model cooperative learning tipe NHT menurut (Huda, 2011: 138) yaitu (1) memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban paling tepat, (2) meningkatkan semangat kerja sama siswa, (3) dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkat kelas. Menurut Hamsa (2011) Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah sebagai berikut: Kelebihan:

1. Setiap siswa menjadi siap semua 1. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. 2. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Kelemahan: 1. Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama. 2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. Isjoni mengungkapkan bahwa kelebihan model cooperative learning tipe NHT ada empat yaitu: (1) setiap siswa menjadi siap semua, (2) dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, (3) siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai dan (4) tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok. Sedangkan kelemahannnya adalah kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru dan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru (Anonim, 2010). Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa kelebihan model cooperative learning tipe NHT adalah siswa menjadi siap semua, siswa melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai, dan tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok. Sedangkan kelemahannya adalah tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama, tidak semua siswa dipanggil oleh guru, dan kemungkinan nomor yang telah dipanggil oleh guru dipanggil lagi. c. Langkah-langkah Pembelajaran NHT Langkah-langkah dalam cooperative learning tipe NHT tidak sulit, karena pada umumnya cooperative learning ini adalah pembelajaran secara berkelompok, namun pada pembelajaran model cooperative learning tipe NHT siswa diberi nomor masing-masing dalam kelompoknya.

Muchith (2010: 107) mengungkapkan langkah -langkah dalam cooperative learning tipe NHT adalah: a. Langkah 1: penomoran (numbering), yaitu guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang berbeda. b. Langkah 2: pengajuan pertanyaan ( questioning), yaitu guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum. c. Langkah 3: berpikir bersama ( heads together), yaitu siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut. d. Langkah 4: pemberian jawaban (answering), yaitu guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. Huda (2011: 138) mengungkapkan bahwa langkah -langkah cooperative learning tipe NHT yaitu: a. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor. b. Guru memberi tugas/pernyataan dan masing-masing kelompok mengerjakannya. c. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. d. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka. Langkah-langkah pembelajaran cooperative learning tipe NHT menurut Herdy (2011) adalah: 1) Persiapan Tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model cooperative learning tipe Numbered Heads Together (NHT). 2) Pembentukan kelompok Pembentukan kelompok disesuaikan dengan model cooperative learning tipe Numbered Heads Together (NHT). Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok. 3) Penomoran siswa

Setiap siswa dalam kelompok diberi nomor yang berbeda yang terdiri dari nomor 1-5 di tiap-tiap kelompok. 4) Diskusi masalah Kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum. 5) Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban Tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. 6) Memberi kesimpulan Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan langkah-langkah model cooperative learning tipe NHT yang dirujuk dari beberapa teori di atas yaitu siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor. Guru memberi tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. Guru memanggil salah satu nomor dan siswa yang dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi. D. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Pengertian PKn PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif yang berhubungan langsung dengan sikap seseorang khususnya anak-anak yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Untuk membentuk manusia seutuhnya PKn sangat berperan di dalamnya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) menyatakan bahwa mata pelajaran

PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pengertian PKn (n) tidak sama dengan PKN (N). PKN (N) adalah Pendidikan Kewargaan Negara, sedangkan PKn (n) adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Istilah PKN merupakan terjemahan civics menurut Soemantri (dalam Ruminiati, 2007: 1.25) Pendidikan Kewargaan Negara (PKN) merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau dan mampu untuk berbuat baik. Warga negara yang baik adalah warga negara yang mengetahui dan menyadari serta melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Sedangkan menurut Putra (dalam Ruminiati, 2007: 1.9) menyatakan bahwa PKn adalah Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang pada awalnya diatur dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1949. Undang-Undang ini berisi tentang diri kewarganegaraan, dan peraturan tentang naturalisasi atau pemerolehan status formal warga negara Indonesia yang kemudian diperbaharui lagi dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2006. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 (dalam Sumarsono, dkk., 2001: 6) tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dan negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) agar menjadi warga

negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Putra (dalam Solihatin, 2007: 95) PKn dapat di definisikan sebagai suatu bidang kajian yang memusatkan telaah pada seluruh dimensi psikologis dan sosiokultural kewarganegaraan individu, dengan menggunakan ilmu politik, ilmu pendidikan sebagai landasan estimologi intinya yang dipercaya dengan disiplin ilmu lain yang relevan, dan mempunyai implikasi terhadap instrumentasi dan praktis pendidikan setiap warga negara dalam konteks sistem pendidikan nasional. Azyumardi (2011) PKn merupakan pendidikan yang dikembangkan secara substantif tidak saja mendidik generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tetapi juga membangun kesiapan warga negara menjadi warga dunia. Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) merumuskan bahwa ruang lingkup mata pelajaran PKn meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan 2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional 3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM 4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara 5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah

digunakan di konstitusi Indonesia, Hubungan dasar negara dengan 6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi 7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan seharihari, Pancasila sebagai ideologi terbuka 8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa PKn berfungsi sebagai landasan guru untuk membekali siswa mengembangkan kemampuan dalam mengemban rasa tanggung jawab, berpikir, bertindak, serta berpartisipasi dalam hidup bermayarakat, mendidik generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan membangun kesiapan warga negara menjadi warga dunia. 2. Tujuan Pembelajaran PKn di SD Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Standar Kompetensi (SK) dan Ko mpetensi Dasar (KD) merumuskan bahwa Mata pelajaran PKn bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. a) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. b) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi. c) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

d) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Fajar (2009: 143) tujuan mata pelajaran PKn adalah agar siswa memiliki kemampuan yaitu: 1) berpikir kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan, 2) berpartisipasi secara bermutu, bertanggung jawab, bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, 3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsabangsa lainnya, 4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia baik secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi dan informasi. Tujuan pembelajaran PKn adalah untuk menjadikan siswa: 1. Mampu berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewaganegaraan di negaranya. 2. Mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggung jawab, sehingga bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan. 3. Bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik. (Mulyasa dalam Ruminiati, 2007: 1. 26). Tujuan PKn di SD adalah untuk menjadikan warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau dan sadar akan hak-hak dan kewajibannya. Dengan demikian, kelak siswa diharapkan dapat menjadi warga negara yang terampil dan cerdas, dan bersikap baik, serta mampu mengikuti kemajuan teknologi modern. Berdasarkan pendapat para pakar di atas peneliti menyimpulkan bahwa tujuan PKn adalah melatih siswa agar dapat berfikir secara rasional, mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan secara aktif dan bertanggung jawab, bertindak secara cerdas, membina tanggung jawab, serta mengembangkan pendidikan demokrasi.

E. HIPOTESIS TINDAKAN Berdasarkan kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut. 1. Apabila dalam pembelajaran PKn digunakan model cooperative learning tipe NHT dengan memperhatikan langkah-langkah yang tepat, maka akan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V A SDN 5 Metro Barat. 2. Apabila dalam pembelajaran PKn digunakan model cooperative learning tipe NHT dengan memperhatikan langkah-langkah yang tepat, maka akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V A SDN 5 Metro Barat.