Studi Komparasi Biopremium Dengan Pertamax Terhadap Emisi Kendaraan

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH CAMPURAN BIOETHANOL MURNI DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM TERHADAP EMISI GAS BUANG MOTOR HONDA SUPRA X 125 TAHUN 2007

UJI EMISI PENGGUNAAN BIOETANOL DARI LIMBAH PERMEN BLASTER POP SEBAGAI CAMPURAN PREMIUM PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125 TAHUN 2012

JTM. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013, 48-56

Pengaruh Penggunaan Turbo Cyclone dan Busi Iridium Terhadap Emisi Gas Buang

Penambahan Pemanas Campuran Udara dan Bahan Bakar

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun

Unjuk Kemampuan Metallic Catalytic Converter Berbahan Dasar Kuningan Berlapis Nikel

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN

Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 1 : Cara uji kendaraan bermotor kategori M, N, dan O berpenggerak penyalaan cetus api pada kondisi idle

KARAKTERISTIK GAS BUANG YANG DIHASILKAN DARI RASIO PENCAMPURAN ANTARA GASOLINE DAN BIOETANOL

UJI EMISI GAS BUANG MOTOR YAMAHA MIO 2009 DENGAN BAHAN BAKAR BIOETHANOL DARI UMBI SENTE (ALOCASIA MACRORRHIZA) SEBAGAI CAMPURAN PREMIUM

MODIFIKASI INTAKE MANIFOLD DENGAN VARIASI SUDUT PUTAR TERHADAP EMISI GAS BUANG HONDA SUPRA X TAHUN 2002

PENGARUH PENYETELAN VOLUME CO PADA ELECTRONIC CONTROL UNIT TERHADAP LAMBDA DAN EMISI GAS BUANG MOTOR YAMAHA V-IXION

Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 3 : Cara uji kendaraan bermotor kategori L Pada kondisi idle SNI

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Jember 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jember

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, PENGARUH PEMANFAATAN GAS BUANG SEBAGAI PEMANAS INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA MESIN SUPRA X TAHUN 2002

KAJI EKSPERIMENTAL EMISI GAS BUANG MOTOR BAKAR BENSIN DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN CAMPURAN PREMIUM BIOETANOL

PENGARUH VARIASI TINGKAT PANAS BUSI TERHADAP PERFORMA MESIN DAN EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR 4 TAK

JTM. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013,

Pengaruh Penambahan Senyawa Acetone Pada Bahan Bakar Bensin Terhadap Emisi Gas Buang

LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

SFC = Dimana : 1 HP = 0,7457 KW mf = Jika : = 20 cc = s = 0,7471 (kg/liter) Masa jenis bahan bakar premium.

Analisis emisi gas buang dan daya sepeda motor pada volume silinder diperkecil

SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP AKSELERASI DAN EMISI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR BERTRANSMISI OTOMATIS

ANALISA PERBANDINGAN EMISI GAS BUANG BAHAN BAKAR LGV DENGAN PREMIUM PADA DAIHATSU GRAND MAX STANDAR

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Makassar 2

Variasi Panjang Pegas Kopling (Spring Compression)

UJI EMISI PENGGUNAAN BIOETANOL DARI LIMBAH NANAS SEBAGAI CAMPURAN PREMIUM PADA SEPEDA MOTOR YAMAHA VEGA-R

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET Suriansyah Sabaruddin 1)

Pengujian Emisi Gas Buang Pada Sepeda Motor Dengan Rasio Kompresi Dan Bahan Bakar Yang Berbeda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIASI SUDUT ELBOW INTAKE MANIFOLD TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR SUPRA X TAHUN 2002

Setiawan M.B., et al., Pengaruh Molaritas Kalium Hidroksida Pada Brown Hasil Elektrolisis Terhadap.

JTM. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014,

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

PENGARUH PENGGUNAAN CAMPURAN TOP ONE OCTANE BOOSTER DENGAN PREMIUM TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN 4 TAK

PEGARUH SISTEM PEMBAKARAN TERHADAP JENIS DAN KONSENTRASI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN

KAJIAN EKSPERIMENTAL TENTANG PENGARUH INJEKSI UAP AIR PADA SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 2 LANGKAH 110 CC

BAB III METODE PENELITIAN

MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG. Oleh : Hari Budianto

PENGUJIAN TRANSMISI OTOMATIS CVT MESIN SEPEDA MOTOR SUZUKI SKYDRIVE TAHUN 2010

Performansi Sepeda Motor Empat Langkah Menggunakan Bahan Bakar dengan Angka Oktan Lebih Rendah dari Yang Direkomendasikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN.

Pengaruh Variasi Kandungan Logam Tembaga Berlapis Mangan Sebagai Katalis Pada Knalpot Suzuki Satria FU 150 Terhadap konsentrasi polutan CO dan HC

Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 1 : Cara uji kendaraan bermotor kategori M, N, dan O berpenggerak penyalaan cetus api pada kondisi idle

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

Studi Komparasi Performa Motor Yamaha

BAB I PENDAHULUAN. beracun dan berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. kendaraan bermotor dan konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak).

PENGARUH SISTEM PEMBAKARAN TERHADAP JENIS DAN KONSENTRASI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR

SKRIPSI PENGARUH VARIASI RASIO KOMPRESI DAN PENINGKATAN NILAI OKTAN TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR EMPAT LANGKAH

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Liquefied Gas for Vehicle (LGV) terhadap Konsumsi Bahan Bakar, SFC dan Emisi Gas Buang Pada Mobil

PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH

SKRIPSI UNJUK KERJA KENDARAAN RODA DUA TRANSMISI MANUAL YANG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR LNG. Oleh : GANJAR KUSMANEGARA NIM:

PENGARUH CAMPURAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KAPAS PADA SOLAR TERHADAP KINERJA DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN DIESEL. Budi Tanuhita.

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

ANALISA PENGGUNAAN BAHAN BAKAR BENSIN JENIS PERTALITE DAN PERTAMAX PADA MESIN BERTORSI BESAR ( HONDA BEAT FI 110 CC )

JTM. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JTM.Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014,

PENGARUH PROSENTASE ETANOL TERHADAP TORSI DAN EMISI MOTOR INDIRECT INJECTION DENGAN MEMODIFIKASI ENGINE CONTROLE MODULE

ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN

PENGARUH LETAK MAGNET TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA ELECTRONIC FUEL INJECTION PADA SEPEDA MOTOR ABSTRAK

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Pemanasan Bahan Bakar terhadap Unjuk Kerja Mesin

PENGARUH VARIASI LARUTAN WATER INJECTION PADA INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA DAN EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2 3

PENGUJIAN PENGARUH PENGGUNAAN OCTANE BOOSTER TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN BENSIN EMPAT LANGKAH

ANALISIS PENGARUH JARAK TEMPUH, PERIODE SERVIS DAN UMUR MESIN TERHADAP KONSENTRASI CO, HC,

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Premium, Pertamax, Pertamax Plus Dan Spiritus Terhadap Unjuk Kerja Engine Genset 4 Langkah

Kinerja Mesin Motor Supra X 125 Berbahan Bakar Biopremium Dari Biskuit Afkir PT. UBM Waru Sidoarjo

Unjuk Kemampuan Multi Cell Water Electrolyzer Model Plat Terhadap Reduksi Emisi Gas Buang dan Performa Mesin Yamaha Mio

UJI PERFORMA PENGARUH IGNITION TIMING TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN BERBAHAN BAKAR LPG

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji

RANCANG BANGUN POWERPLAN PADA KENDARAAN HYBRID RODA TIGA SAPUJAGAD

: exhaust gas emissions of CO and HC, electric turbo, modified of air filter

STUDY PENGARUH CAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN ETHANOL TERHADAP UNJUK KERJA MESIN MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR LAMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .

JTM. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014,

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR SISTEM INJEKSI DAN KARBURATOR

Cyndia Putri Lupita *), Sudarno, Titik Istirokhatun PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG ABSTRACT

Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4-

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin 2 langkah 135 cc dengan data sebagai berikut :

ANALISIS PERBANDINGAN KADAR GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK (CDI) DAN PENGAPIAN KONVENSIONAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berpacu untuk menginovasi produk produk kendaraan yang mereka

Unjuk Kerja Mesin Motor Honda Vario CBS 2011 Dengan Menggunakan Bioethanol Dari Tetes Tebu Sebagai Campuran Premium Dengan Octane Booster

ANALISIS VARIASI TEMPERATUR LOGAM KATALIS TEMBAGA

Pengaruh Penggunaan Multi Cell Water Electrolyzer Model Spiral Terhadap Reduksi Emisi Gas Buang dan Performa Mesin Yamaha Mio

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Studi Komparasi Biopremium Dengan Pertamax Terhadap Emisi Kendaraan STUDI KOMPARASI EMISI GAS BUANG MOTOR YAMAHA JUPITER MX 2006 BERBAHAN BAKAR ANTARA BIOPREMIUM DENGAN PERTAMAX Cokorda Istri Dewi Yuliantari S1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya Email: kunoichiplayers@ymail.com Dwi Heru Sutjahjo Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya E-mail: DwiHeru.C2H5OH@gmail.com ABSTRAK Tingkat polusi udara khususnya di Kota Surabaya sudah dalam taraf yang mengkhawatirkan. Penyebab utama polusi yang tinggi, 96% berasal dari kendaraan bermotor. Sumber emisi terbesar adalah CO sebanyak 5.500.000 ton/tahun dari sumber Transportasi (96 persen), dan HC yang bersumber dari transportasi memberikan kontribusinya 310.000 ton/tahun. Setiap tahun jumlah kendaraan bermotor di Indonesia khususnya di Surabaya selalu meningkat dan hal tersebut tidak lepas akan penggunaan bahan bakar fosil yang dapat menimbulkan pencemaran udara. Untuk itu perlu adanya bahan bakar alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak, yaitu bahan bakar nabati atau bioethanol yang bisa mengurangi pencemaran lingkungan (emisi) dan bersifat renewable (dapat diperbarui). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui emisi gas buang kendaraan dengan menggunakan campuran premium dengan bioethanol yang memiliki kadar kemurnian 96% dan dibandingkan dengan emisi gas buang yang menggunakan pertamax. Variabel bebas yang digunakan adalah biopremium mulai dari E 5, E 10, E 15, dan E 20. Sedangkan variabel kontrol meliputi putaran mesin stasioner (1.500 rpm), start mulai 3.000 rpm sampai 8.500 rpm dengan range putaran 500 rpm pada mesin 4 langkah, pengujian dilakukan dengan Rpm beban penuh (Full Open Throtle Valve), transmisi pada posisi top gear, biopremium, suhu mesin pada suhu kerja (60-70 C), Mesin Yamaha Jupiter MX 2006. Pengujian sesuai dengan standart pengujian emisi gas buang menurut ISO 3930/OIML R-99. Untuk variabel terikat yaitu melihat tingkat polutan dari kadar emisi gas buang yang ditimbulkan yaitu CO, HC, CO 2 dan O 2. Penelitian dilakukan di Bengkel Sumber Makmur Abadi Motor/PT.Fuboru Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kandungan bioethanol pada premium dapat meningkatkan konsentrasi CO 2 dan menurunkan konsentrasi CO, HC dan O 2 dibandingkan dengan bahan bakar pertamax pada putaran idle. Emisi CO dan HC terhadap putaran mesin maupun lamda, biopremium E 20 yang terendah dibandingkan dengan biopremium lainnya. Biopremium E 20 dibandingkan dengan pertamax pada putaran 3000-8500 rpm jauh lebih rendah dengan CO pada putaran 8500 rpm sebesar 1,468 %vol sedangkan pertamax sebesar 7,647 %vol, sedangkan konsentrasi HC pada biopremium E 20 sebesar 511 ppm dan pertamax sebesar 700 ppm. Untuk perbandingan biopremium yang optimal berada pada biopremium E 15 dengan melihat parameter CO 2 dan O 2. Perbandingan biopremium E 15 dengan pertamax yang optimal pada putaran 3000-8500 lebih besar biopremium E 15 dengan konsentrasi CO 2 sebesar 6,943 %vol dan untuk konsentrasi O 2 lebih rendah sebesar 10,140 %vol. Kata kunci : premium, pertamax, bioethanol, emisi gas buang. ABSTRACT The level of air pollution, especially in the city of Surabaya was in an alarming stage. The main cause of pollution is high, 96% comes from motor vehicles. The largest source of CO emissions as much as 5.5 million tons / year transportation sources (96 percent), and HC sourced from transport contributes 310,000 tons / year. Every year the number of motor vehicles in Indonesia, particularly in Surabaya is increasing and it is not out of the use of fossil fuels which can cause air pollution. For that we need the existence of alternative fuels as a substitute for fossil fuels, ie biofuels or bio-ethanol can reduce environmental pollution (emissions) and is renewable (can be updated). The research was conducted to determine the exhaust emissions of vehicles using premium blend of bioethanol that has purity levels of 96% and exhaust emissions compared to the use pertamax. The independent variables used were biopremium ranging from E5, E10, E15, and E20. While the control variables include the spin machine that is stationary (1,500 rpm), start from 3000 rpm to 8500 rpm to 500 rpm rev range on the four stroke engine, tests are carried out with a full load Rpm (Full Open Throtle Valve), the transmission in top gear position, biopremium, engine temperature at the working temperature (60-70 C), Engine Yamaha Jupiter MX 2006. Testing in accordance with the standard exhaust emission testing according to ISO 3930/OIML R-99. For the dependent variable is to see the level of pollutants from the exhaust gas emission levels caused by the CO, HC, CO2 and O2. The study was conducted at the Workshop Resource Makmur Abadi Motor / PT.Fuboru Indonesia. 261

JTM. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 261-270 Based on the results of this study concluded that the higher the content of bioethanol at a premium may increase CO2 concentrations and lower concentrations of CO, HC and O2 compared with Pertamax fuel on lap idle. Emissions of CO and HC to rev the engine and lamda, E20 biopremium the lowest compared to other biopremium. Biopremium E20 compared to the first to the rotation 3000-8500 rpm is much lower with CO at 8500 rpm rotation at 1.468% vol, while pertamax of 7.647% vol, whereas HC concentration at 511 ppm for E20 biopremium and pertamax of 700 ppm. For optimal comparison biopremium biopremium E15 is on by looking at the parameters of CO2 and O2. Comparison biopremium E15 with optimal pertamax larger round biopremium E15 3000-8500 with a concentration of 6.943% vol CO2 and O2 concentrations to lower by 10.140% vol. keywords: premium, pertamax, bioethanol, exhaust emissions. PENDAHULUAN Tingkat polusi udara khususnya di Kota Surabaya sudah dalam taraf yang mengkhawatirkan. Penyebab utama polusi yang tinggi berasal dari kendaraan bermotor dan industri. Berdasarkan keterangan dari kelompok studi lingkungan Ecoton, sumber emisi terbesar berasal dari CO 5.480.000 ton/tahun, partikulat (Pb, Zn, Cu dan Cd) 622.560 ton/tahun, HC 310.000 ton/tahun di samping emisi lain seperti NOx dan Sox (Sulfur Oksida). Emisi pencemar jenis Partikulat (Pb, Zn, Cu dan Cd) berjumlah 622.560 ton/tahun bersumber dari Industri dan transpostasi. Sedangkan emisi CO sebanyak 5.500.000 ton/tahun sumber transportasi (96 persen), untuk emisi pencemar NOx dan SOx sebesar 10.000 ton/tahun dihasilkan sektor industri (88 persen), dan hidrokarborn yang bersumber dari transportasi memberikan kontribusinya 310.000 ton/tahun (Harian Surya diakses pada tanggal 4 Desember 2012). Dari data yang ada dapat terlihat bahwa penyumbang emisi terbesar adalah sektor transportasi sebesar 96%. Hal ini didukung oleh meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di Surabaya dari tahun ke tahun. Setiap tahun jumlah kendaraan bermotor di Indonesia selalu meningkat dan hal tersebut tidak lepas akan penggunaan bahan bakar fosil. Untuk itu perlu adanya bahan bakar alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak, yaitu bahan bakar nabati atau bioethanol yang bisa mengurangi pencemaran lingkungan (emisi) dan bersifat renewble. Bioethanol menurut Handayani adalah alkohol yang diproduksi dari tumbuh-tumbuhan dengan menggunakan mikroorganisme melalui proses fermentasi. Penggunaan bioethanol ini juga merupakan upaya untuk mengurangi penggunaan bahan bakar minyak di Indonesia. Bioethanol merupakan bentuk sumber energi alternatif yang menarik untuk dikembangkan karena kelimpahannya di Indonesia dan sifatnya yang dapat diperbarui. Penelitian ini melakukan perbandingan bahan bakar pertamax dengan biopremium terhadap emisi gas buang kendaraan bermotor Yamaha Jupiter MX tahun 2006. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan biopremium yang optimal untuk menghasilkan kadar emisi yang rendah dan untuk mengetahui perbandingan emisi gas buang biopremium yang optimal tersebut di atas dibandingkan dengan bahan bakar pertamax pada mesin motor Yamaha Jupiter MX tahun 2006. Sedangkan manfaat penelitian ini ialah memanfaatkan bioethanol sebagai campuran bahan bakar premium untuk menggantikan pertamax, selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi bioethanol yang dijual di pasaran agar dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi alternatif untuk mengatasi krisis energi di

Studi Komparasi Biopremium Dengan Pertamax Terhadap Emisi Kendaraan Indonesia dan diharapkan dalam penelitian ini dapat menghasilkan campuran premium yang setara dengan pertamax. METODE Rancangan Penelitian penelitian ini adalah tingkat polutan dari kadar emisi gas buang yang ditimbulkan yaitu CO, CO 2 O 2 dan HC. Penelitian eksperimen (experimental research) ini dilaksanakan di Bengkel Sumber Makmur Abadi Motor yang bertempat di jalan darmokali 62A-Surabaya untuk mengetahui emisi gas buang kendaraan Jupiter MX 2006 dan dilaksanakan di Unit Produksi Pelumas Surabaya untuk mendapatkan karakteristik setiap campuran. Gambar 1. Rancangan Penelitian Variable Penelitian Variabel bebas atau disebut dengan independent variable dalam penelitian ini adalah E 5, E 10 E 15 dan E 20. Variabel kontrol disebut pembanding hasil penelitian eksperimen yang dilakukan. Variabel kontrol dalam penelitian ini ialah Sepeda motor Yamaha Jupiter MX 2006 dengan kapasitas mesin 135 cc, Putaran mesin yaitu stasioner (1500 rpm), 3.000 rpm sampai 8.500 rpm dengan range putaran 500 rpm pada mesin 4 langkah, Biopremium, Suhu mesin pada suhu kerja (60-70 C), Transmisi pada posisi top gear., Celah busi dalam kondisi standart (0,8mm), Pengujian dilakukan pada Rpm beban penuh (Fuel Open Throtle Valve), dan Temperatur udara sekitar 25-35 C. Variabel terikat atau hasil disebut dengan dependent variable dalam Obyek Penelitian Mesin Yamaha Jupiter MX Mesin yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jupiter MX tahun 2006 Peralatan Penelitian Blower: digunakan untuk mendinginkan mesin. Adapun spesifikasinya adalah: - Merk: Krisbow - Model: EF 50 S - ow : Hz 160 watt - SNI: 04 6292. 2, 2. 80 - Pilihan: 3 Kecepatan Instrument Penelitian Exhaust Gas Analyzer Exhaust Gas Analyzer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar polutan gas buang yang merupakan hasil dari proses pembakaran mesin. Adapun spesifikasinya adalah: - Merk: Bosch - Type: BEA-370 - No. Seri: 081008000055 - Tahun Pembuatan: 2009 - Pembuatan: Jerman Rpm Counter dan Oil Temperature Meter Rpm Counter: alat yang digunakan untuk mengukur putaran mesin. Adapun spesifikasinya sebagai berikut: 263

JTM. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 261-270 - Merk: Daytona - Tipe: Digital Technometer - No Seri: 294 - Tahun Pembuatan: 2008 - Buatan: Jepang - Rpm Counter: 0 19.990 Rpm - Resulation: 10 Rpm - Temperature Meter: 0 40 o C Chasis Dynamometer Chasis Dynamometer adalah alat yang digunakan untuk megukur torsi yang dihasilkan mesin. Spesifikasi sebagai berikut: - Nama: Rextro Pro Dyno - Tegangan: 220 V 50/60 Hz - Range Operasi: 6.000 rpm dengan 150 gigi - Kemampuan: 15 KHz - Tipe Sensor: Digital Pick Up - Tipe Input: Logical Level (aktif pada tingkat tinggi) - Produksi: PT. Rextor Technology Indonesia Gambar 2. instrumen penelitian Prosedur Pengujian Pengujian dilakukan dengan mencampurkan bioethanol dengan premium murni mulai E 5, E 10, E 15 dan E 20. Persiapan pengujian emisi gas buang Yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: - Melakukan Tune up pada sepeda motor yang akan diuji. - Melepas Cover samping sepeda motor. - Menaikkan sepeda motor ke atas chassis dynamometer. - Mengencangkan tali pengikat body sepeda motor. - Memasang pipa tambahan pada knalpot. - Memberi isolasi pada sambungan dan lubang pada knalpot agar tidak ada pemasukan udara pada sistem pembuangan. - Menyiapkan alat ukur uji emisi kendaraan yang telah memenuhi persyaratan. - Melakukan kalibrasi exhaust gas analyzer. - Menyiapkan peralatan pendukung, yaitu: sensor putaran mesin, chassis dynamometer, Daytona (rpm counter dan oil temperature meter), dan blower. Pengujian Emisi Gas Buang Langkah - langkah pengujian emisi gas buang sebagai berikut: - Menghidupkan mesin kendaraan sampai temperatur 60 o C-70 o C atau sesuai rekomendasi manufaktur dan sistem asesoris dalam kondisi mati. - Memposisikan throttle body pada kondisi netral dengan putaran idle 1500 rpm. - Memasukkan gas probe ke dalam knalpot minimal 30 cm. - Menunggu ± 20 detik sampai data stabil dan melakukan pengambilan data konsentrasi emisi CO (% vol), CO 2 (% vol), HC (ppm vol) dan lambda yang terukur pada alat uji. - Mencetak print atau hasil uji.

Studi Komparasi Biopremium Dengan Pertamax Terhadap Emisi Kendaraan - Memposisikan throttle body pada posisi maksimal. - Melakukan pengukuran emisi gas buang mulai pada putaran idle 1500rpm, start 3000-8500 rpm dengan rentang 500 rpm. - Melakukan akselerasi pada mesin hingga mencapai putaran 8500 rpm dan mencetak hasil uji emisi gas buang pada putaran tersebut saat datanya mulai stabil. - Menurunkan putaran mesin sampai putaran idle. - Memposisikan throttle body pada posisi netral. - Melakukan kembali percobaan tersebut di atas untuk kelompok standar dan kelompok eksperimen. Mengakhiri pengujian Yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: - Untuk sesaat mesin dibiarkan pada putaran idle. - Mesin dimatikan. - Blower dimatikan. Pada pengujian ini ada 5 sampel yang diujikan, setiap masing-masing sampel diketahui emisi gas buang CO, CO 2, HC dan kosentrasi O 2 yang keluar dari sepeda motor Jupiter MX 2006, hasil pengujiannya adalah sebagai berikut: Berdasarkan hasil uji emisi gas buang, menunjukan bahwa konsentrasi gas buang CO pada bahan bakar pertamax (kelompok standart) tertinggi pada putaran 8500 rpm sebesar 7.647 %vol dengan λ=.893, b gitu juga untuk bahan bakar biopremium E 5, E 10, E 15 dan E 20 menghasilkan kosentrasi CO tertinggi terjadi pada putaran 8500 rpm yaitu sebesar 7.024 %vol d ngan λ=0.918, 6.557 %vol d ngan λ=1.710, 2.934 %vol d ngan λ=0.989, 1.468 %vol dengan λ=2.842. Perbandingan konsentrasi CO yang dihasilkan oleh setiap jenis bahan bakar saat pengujian dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4 Teknik Analisis Data Analisa data dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai realita yang diperoleh selama pengujian. Data hasil penelitian yang diperoleh dimasukkan dalam tabel dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Selanjutnya dideskripsikan dengan kalimat sederhana sehingga mudah dipahami untuk dapat diketahui persentase perbandingan emisi gas buang pada sepeda motor Yamaha Jupiter MX 2006. Gambar 3. G afik lamda (λ) t hadap konsentrasi emisi CO HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian emisi gas buang dimulai dari pertamax dan biopremium (E 5, E 10, E 15, dan E 20 ). Gambar 4. Grafik putaran mesin (rpm) terhadap konsentrasi emisi CO 265

JTM. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 261-270 Untuk konsentrasi emisi CO 2 menunjukkan bahwa sebagai hasil pembakaran sempurna. Semakin tinggi konsentrasi CO 2 maka semakin rendah CO yang diperoleh dari hasil pembakaran dan sebaliknya. Bila campuran udara dan bahan bakar stoichiometri akan dihasilkan senyawa CO 2. Kenaikan putaran mesin mempercepat proses pembakaran sehingga bahan bakar yang terbakar relatif lebih banyak dan CO 2 yang dihasilkan cenderung bertambah besar. Perbandingan konsentrasi CO 2 yang dihasilkan oleh setiap jenis bahan bakar saat pengujian dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6. λ=.893, b gitu juga untuk bahan baka biopremium E 5, E 10, E 15 dan E 20 menghasilkan kosentrasi HC tertinggi terjadi pada putaran 8500 rpm yaitu sebesar 678 ppm d ngan λ=0.918, 574 ppm d ngan λ=1.710, 534 ppm d ngan λ=0.989, 511 ppm d ngan λ=2.842. Perbandingan konsentrasi HC yang dihasilkan oleh setiap jenis bahan bakar saat pengujian dapat dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8. Gambar 7. Grafik Lambda (λ) terhadap konsentrasi emisi HC Gambar 5. Grafik lamda (λ) t hadap konsentrasi emisi CO 2 Gambar 8. Grafik putaran mesin (rpm) terhadap konsentrasi emisi HC Gambar 6. Grafik putaran mesin (rpm) terhadap konsentrasi emisi CO 2 Konsentrasi gas buang HC pada bahan bakar pertamax (kelompok standart) tertinggi pada putaran 8500 rpm sebesar 700 ppm dengan Konsentrasi gas buang O 2 pada bahan bakar pertamax (kelompok standart) tertinggi pada putaran 8500 rpm sebesar 12.633 %vol dengan λ=.893, b gitu juga untuk bahan baka

Studi Komparasi Biopremium Dengan Pertamax Terhadap Emisi Kendaraan biopremium E 5, E 10, E 15 dan E 20 menghasilkan kosentrasi O 2 tertinggi terjadi pada putaran 8500 rpm yaitu sebesar 15.387 %vol d ngan λ=0.918, 15.030 %vol d ngan λ=1.710, 10.140 %vol d ngan λ=0.989, 11.293%vol d ngan λ=2.842. Perbandingan konsentrasi O 2 yang dihasilkan oleh setiap jenis bahan bakar saat pengujian dapat dilihat pada Gambar 9 dan Gambar 10. Gambar 9. G afik lamda (λ) t hadap kons nt asi emisi O 2 Gambar 10. Grafik putaran mesin (rpm) terhadap konsentrasi emisi O 2 Berikut ini adalah tabel perbandingan emisi gas buang yang paling rendah berbahan bakar biopremium pada sepeda motor jupiter mx 2006 pada putaran idle sesuai dengan batasan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 05 tahun 2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. Tabel 1. Emisi gas buang yang rendah pada bahan bakar biopremium dan premium murni pada putaran idle Jenis bahan bakar Emisi gas buang CO (% vol) HC (ppm) E 5 1,326 348 E 10 1,368 436 E 15 0.629 168 E 20 0.161 168 Berdasarkan hasil pengujian emisi gas buang pada masing-masing bahan bakar menunjukkan bahwa perbandingan campuran biopremium pada putaran idle adalah biopremium E 5 dengan konsentrasi CO sebesar 1.326 % vol dan konsentrasi HC sebesar 348 ppm, sedangkan biopremium E 10 menghasilkan konsentrasi CO sebesar 1.368 %vol dan HC sebesar 436 ppm. Untuk biopremium E 15 menghasilkan konsentrasi CO sebesar 0,629%vol dan HC sebesar 168 ppm. Pada biopremium E 20 menghasilkan konsentrasi CO sebesar 0.161 %vol dan HC sebesar 168 ppm. dengan demikian dapat disimpulkan biopremium dengan konsentrasi CO terendah pada sepeda motor Jupiter MX 2006 terdapat pada biopremium E 20. Melihat hasil diatas, Maka bahan bakar E 20 memenuhi batasan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 05 tahun 2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor, yaitu untuk konsentrasi CO sebesar 5.5% vol dan HC sebesar 2400 ppm pada putaran idle untuk sepeda motor 4 langkah tahun pembuatan kurang dari 2010. Untuk mengetahui hasil uji emisi gas buang yang optimal pada masing-masing biopremium dimana terjadinya pembakaran yang sempurna pada ruang bakar, dapat kita lihat pada hasil konsentrasi CO 2 dan O 2. Hal ini dikarenakan apabila konsentrasi CO 2 menunjukkan hasil yang tinggi, membuktikan reaksi konsentrasi CO menjadi CO 2 terjadi reaksi stoichiometri atau pembakaran sempurna. Begitu pula untuk konsentrasi O 2, dimana semakin rendahnya O 2 267

JTM. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 261-270 membuktikan terjadinya reaksi Hidrogen yang dikandung didalam bahan bakar tereaksi dengan Oksigen yang kemudian menghasilkan konsentrasi H 2 O. Berikut ini adalah tabel hasil CO 2 dan O 2 pada masing-masing bahan bakar pada putaran 6500 rpm dikarenakan pada putaran tersebut merupakan torsi maksimal dari kendaraan Yamaha Jupiter MX 2006. Tabel 2. Emisi gas buang yang optimal pada bahan bakar biopremium pada putaran 6500 rpm Jenis bahan bakar Emisi gas buang CO 2 (% vol) O 2 (%vol) E 5 7,577 4,497 E 10 8,587 2,41 E 15 12,147 1,857 E 20 11,223 3,427 Berdasarkan tabel pengujian emisi gas buang pada masing-masing bahan bakar menunjukkan bahwa perbandingan campuran biopremium pada putaran idle adalah biopremium E 5 dengan konsentrasi CO 2 sebesar 7,577 % vol dan konsentrasi O 2 sebesar 4,497 %vol, sedangkan biopremium E 10 menghasilkan konsentrasi CO 2 sebesar 8,587 %vol dan O 2 sebesar 2,41 %vol. Untuk biopremium E 15 menghasilkan konsentrasi CO 2 sebesar 12,147 %vol dan O 2 sebesar 1,857 %vol. Pada biopremium E 20 menghasilkan konsentrasi CO 2 sebesar 11,223 %vol dan O 2 sebesar 3,427 %vol. dengan demikian dapat disimpulkan biopremium dengan konsentrasi CO 2 terendah pada sepeda motor Jupiter MX 2006 terdapat pada biopremium E 15. KUTIPAN DAN ACUAN Pemakaian bioethanol murni secara langsung pada mesin bensin akan sulit karena diperlukan banyak modifikasi. Pada temperatur rendah bioethanol akan sulit terbakar, sehingga dengan bioethanol murni mesin akan sulit starting. Pencampuran bioethanol dengan bensin akan mempermudah starting pada temperatur rendah. Sifat bioethanol murni yang korosif dapat merusak komponen mesin seperti alumunium, karet, timah, plastik dll. Mencampur bioethanol dengan bensin akan menghasilkan gasohol. Komposisi campuran dapat bervariasi. Selama ini pabrikan mobil Ford telah mengembangkan mobil berbahan bakar bioethanol mulai dari E20, E20 berarti 20% ethanol dan 80% bensin. Keuntungan dari pencampuran ini adalah bahwa bioethanol cenderung akan menaikkan bilangan oktan dan mengurangi emisi CO 2. Berdasarkan penelitian B2TP BPPT gasohol dengan porsi bioethanol hingga 20% bisa langsung digunakan pada mesin otomotif tanpa menimbulkan masalah teknis dan sangat ramah lingkungan. Kadar C dari hasil uji pada rpm 2500 untuk gasohol 20% tercatat 0.76% CO, sedangkan premium 3.66% dan pertamax 2.85. Satu hal yang harus diteliti lagi adalah pada kondisi tertentu bensin agak sulit bercampur dengan bioethanol karena molekul bioethanol yang bersifat polar akan sulit tercampur secara merata dengan bensin yang bersifat non polar terutama dalam kondisi cair. Dan bioethanol juga cenderung menyerap air yang juga bersifat polar. (Sri Utami Handayani,Tanpa tahun.) Menurut Obert ada empat sumber pengeluaran polutan motor bakar antara lain: Pipa gas buang (knalpot) merupakan sumber emisi yang paling utama sekitar 65-85 persen yaitu mengeluarkan HC yang terbakar maupun tidak terbakar, NOx, CO yang paling banyak dan campuran alcohol, aldehida, keton, penol, asam, ester, ether, epoksida, peroksida, dan oksigenat yang lain.

Studi Komparasi Biopremium Dengan Pertamax Terhadap Emisi Kendaraan Bak oli adalah sumber kedua emisi sekitar 20 persen yang mengeluarkan hidrokarbon yang terbakar maupun tidak yang dikarenakan blow-by gas. Tangki bahan bakar sekitar 5% berasal dari bensin yang menguap karena cuaca panas Karburator adalah faktor lainnya, terutama ketika mengendarai pada kondisi stop and go (kondisi macet) dengan cuaca panas, dengan kerugian penguapan dan bahan bakar mentah sekitar 5-10 persen. Berikut ini akan dijelaskan prinsip produksi masing-masing zat pencemar yang dihasilkan oleh motor bensin: Karbon Monoksida (CO) Apabila bahan bakar terbakar dengan sempurna, maka terjadi reaksi sebagai berikut: C + O 2 CO 2 Namun, apabila unsur oksigen (udara) tidak cukup, maka terjadi pembakaran yang tidak sempurna yang menghasilkan CO seperti pada reaksi dibawah ini. C + 1/2O 2 CO Jumlah gas CO yang dikeluarkan oleh mesin kendaraan dipengaruhi oleh perbandingan antara udara dan bahan bakar yang dihisap oleh mesin kedalam ruang bakar. (Toyota Astra Motor (1995:2-11) Hidrokarbon (HC) Menurut Toyota Astra Motor (1995:2-11), bentuk gas buang HC dapat dibedakan atas: - Bahan bakar yang tidak terbakar dan keluar sebagai gas mentah. - Bahan bakar yang terpecah karena reaksi panas sehingga berubah menjadi gugusan HC lain yang ikut keluar bersama gas buang. Menurut Toyota Astra Motor (1995:211), penyebab utama timbulnya HC adalah: - Sekitar dinding-dinding ruang bakar yang bertemperatur rendah dimana temperatur itu tidak mampu melakukan pembakaran - Missing (Miss Fire) yaitu terjadinya pembakaran tidak pada waktu kompresi, hal ini menyebabkan pembakaran awal. PENUTUP Simpulan Dari hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan tentang pengujian emisi gas buang menggunakan bioethanol sebagai campuran premium bisa diambil kesimpulan sebagai berikut: Perbandingan penggunaan biopremium terhadap kadar emisi gas buang pada Sepeda Motor Yamaha Jupiter MX 2006 berdasarkan hasil pengujian menunjukkan emisi gas buang yang dihasilkan biopremium lebih ramah lingkungan daripada pertamax. Dimana hasil pengujian emisi gas buang beracun (CO dan HC) pada putaran idle untuk bahan bakar biopremium yang paling rendah terdapat pada biopremium E 20 Perbandingan hasil pengujian emisi gas buang yang paling optimal (CO 2 dan O 2 ) pada putaran 6500 rpm berada pada biopremium E 15 dengan konsentrasi CO 2 sebesar 12,147 %vol dan O 2 sebesar 1,857 %vol. Hal ini membuktikan pada ruang bakar terjadi reaksi konsentrasi CO menjadi CO 2. Begitu pula untuk konsentrasi O 2, dimana semakin rendahnya O 2 membuktikan terjadinya reaksi Hidrogen yang dikandung didalam bahan bakar bereaksi dengan Oksigen yang kemudian menghasilkan konsentrasi H 2 O. 269

JTM. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 261-270 Saran Dari serangkaian hasil pengujian dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut: Sebelum melakukan pengujian emisi gas buang, persiapkan kendaraan untuk dilakukan tune-up terlebih dahulu agar hasil pengujian menunjukkan data yang optimal. Sesuai dengan hasil penelitian diatas maka penulis menyarankan penggunaan biopremium E 15 sebagai bahan bakar yang optimal pada Sepeda Motor Yamah Jupiter MX 2006.. Toyota Astra Motor. 2010. Training Manual New Step 1. Jakarta: PT Toyota Astra Motor Warju. 2009. Pengujian Performa Mesin Kendaraan Bermotor. Edisi Pertama. Surabaya: Unesa University Press. Permen LH Nomor 05. 2006. Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru. (Online). (http://langitbiru.menlh.go.id / upload / publikasi / pdf / Permen-04-2009.pdf, diakses 9 Juli 2012) Pertamina. 2011. Premium. (Online). (http://www.pertamina.com/index.php, diakses 10 Februari 2012) Pertamina. 2011. Pertamax. (Online). (http://www.pertamina.com/index.php, diakses 10 Februari 2012) DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Arismunandar, Wiranto. 1988. Motor Bakar Torak. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Halderman, James. D&Linder, Jim. 2006. Automotive Fuel And Emissions Control Systems. New Jersey: Pearson education, Inc. Handayani, Sri Utami. Tanpa tahun. Pemanfaatan Bioethanol Sebagai Bahan Bakar Pengganti Bensin. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Hardjono. A. 2001. Teknologi Minyak Bumi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. La Ode, M. Abdul Wahid. Tanpa tahun. Pemanfaatan Bio-Ethanol Sebagai Bahan Bakar Kendaraan Berbahan Bakar Premium. Puspita, Yani. 2008. Studi Eksperimen Pemanfaatan Molase (Tetes tebu) sebagai bahan bakar biopremium. Surabaya: Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya. Supadi, dkk. 2010. Panduan Penulisan Skripsi Program S1. Surabaya: Jurusan Pendidikan Teknik Mesin. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Surabaya. Tjokrowisastro, Eddy Harmadi & Widodo, Budi Utomo Kukuh. (1990). Teknik Pembakaran Dasar dan Bahan Bakar. Surabaya: FTI-ITS. Toyota Astra Motor. 1995. Training Manual New Step 2. Jakarta: PT Toyota Astra Motor.