BAB I PENDAHULUAN. pelaku dan barang bukti, karena keduanya dibutuhkan dalam penyidikkan kasus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik bidang hukum, sosial, politik, ekonomi dan budaya. Dari

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah adanya kekuasaan berupa hak dan tugas yang dimiliki oleh seseorang

I. PENDAHULUAN. Penanganan dan pemeriksaan suatu kasus atau perkara pidana baik itu pidana

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

Oleh : Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia KEMENTRIAN HUKUM DAN HAM RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi setiap orang, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET * Oleh : Dr. Ramelan, SH.MH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG

2011, No b. bahwa Tindak Pidana Korupsi adalah suatu tindak pidana yang pemberantasannya perlu dilakukan secara luar biasa, namun dalam pelaksan

Bag.I. HUBUNGAN SISTEM PEMASYARAKATAN DENGAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM LAINNYA DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA TERPADU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Aset. Aset Negara. Aset Tindak Pidana. Pemulihan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No kementerian/lembaga tanpa pernyataan dirampas, serta relevansi harga wajar benda sitaan Rp300,00 (tiga ratus rupiah) yang dapat dijual

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. didirikan pada setiap ibukota kabupaten atau kota, dan apabila perlu dapat dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

2011, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lemba

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERAN KEMENTERIAN KEUANGAN DALAM PEMULIHAN ASET TINDAK PIDANA KORUPSI

Dr. W. Riawan Tjandra, S.H., M.Hum. Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Lex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017. PENGELOLAAN BENDA SITAAN MENURUT PASAL 44 KUHAP 1 Oleh : Maria Prisilia Djapai 2

2 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA NARKOTIKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara yang memiliki posisi strategis dalam kehidupan

BERITA NEGARA. No.711, 2013 MAHKAMAH AGUNG. Penyelesaian. Harta. Kekayaan. Tindak Pidana. Pencucian Uang. Lainnya PERATURAN MAHKAMAH AGUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

II. TINJAUAN PUSTAKA. penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur menurut Undang-Undang ini.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 018/PUU-IV/2006 Perbaikan Permohonan Secara on the Spot Tanggal 09 Oktober 2006

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

PERAN RUMAH PENYIMPANAN BENDA SITAAN NEGARA WONOGIRI DALAM MENGELOLA, MERAWAT DAN MENYIMPAN BENDA SITAAN NEGARA DAN BARANG RAMPASAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

PERAN KEMENTERIAN ATR/BPN DALAM PROSES PEMBLOKIRAN, PENYITAAN, PERAMPASAN, DAN PERALIHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 117/PUU-XII/2014 Bukti Permulaan untuk Menetapkan Sebagai Tersangka dan Melakukan Penahanan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

negeri Blitar, Bea dan cukai Blitar, kejaksaan negeri Nganjuk, dan kejaksaan negeri Tulungagung. Dalam perkembangannya, kantor RUPBASAN masih

TUMPANG TINDIH KEWENANGAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI. Oleh : Sulistyo Utomo, SH* *

BAB I PENDAHULUAN. demokratis yang menjujung tinggi hak asasi manusia seutuhnya, hukum dan

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU-KUHAP) Bagian Keempat Pembuktian dan Putusan

DHAHANA PUTRA DIREKTORAT JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

PELAKSANAAN UPAYA PAKSA TERHADAP ANGGOTA POLRI PELAKU TINDAK PIDANA DI WILAYAH HUKUM POLRES JAYAPURA KOTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

Pengelolaan Barang Sitaan, Temuan dan Rampasan

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap individu, sehingga setiap orang memiliki hak persamaan dihadapan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PENGELOLAAN BENDA SITAAN DAN BARANG RAMPASAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF PEMULIHAN ASET

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K

2014, No c. bahwa dalam praktiknya, apabila pengadilan menjatuhkan pidana tambahan pembayaran uang pengganti, sekaligus ditetapkan juga maksimu

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

Pernyataan Pers MAHKAMAH AGUNG HARUS PERIKSA HAKIM CEPI

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Tahanan Negara Klas I Medan yang berlokasi di Jalan Lembaga

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

BAB III DASAR HUKUM PEMBERHENTIAN TIDAK TERHORMAT ANGGOTA KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA MENURUT PERPRES NO 18 TAHUN 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum, Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

-2- Di dalam Pasal 7 ayat (4) dinyatakan bahwa pemberian Kompensasi bagi Korban tindak pidana terorisme dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-Un

BAB I PENDAHULUAN. material. Fungsinya menyelesaikan masalah yang memenuhi norma-norma larangan

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan tentang pelanggaran (overtredingen), kejahatan

PELAKSANAAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tanggal 1 Agustus Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 Tentang : Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Di Indonesia, tindak pidana ko. masyarakat dan dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MAROS NOMOR : 01 TAHUN 1989 T E N T A N G

BAB 10 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam setiap pelanggaran hukum yang menjadi perhatian adalah pelaku dan barang bukti, karena keduanya dibutuhkan dalam penyidikkan kasus pelanggaran hukum tersebut. Barang bukti menjadi bagian yang dianggap penting karena dengan barang bukti tersebut dapat mengungkap faktor-faktor yang menjadi penyebab dan mengetahui siapa yang terkait atau terlibat dalam suatu kasus pelanggaran hukum. Agar barang bukti tetap terjaga dan terjamin keutuhannya dalam rangka menunjang proses peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, harus dilakukan pengelolaan terhadap barang bukti tersebut oleh sebuah lembaga atau institusi resmi berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, Penegakan hukum dalam arti luas tidak terlepas dari proses Integrated Criminal Justice System yang dilaksanakan melalui proses penyidikan, penuntutan, peradilan dan rehabilitasi yang pada hakekatnya untuk mewujudkan kepastian hukum dan rasa keadilan, pada dasarnya penegakan hukum berdasarkan sistem peradilan pidana adalah wujud kekuasaan Negara untuk melakukan tindakan yang diperlukan untuk upaya paksa dalam menghadapi warga Negara yang melakukan pelanggaran hukum termasuk pengambilalihan serta penyitaan atau perampasan barang bukti demi terwujudnya ketertiban, kebenaran dan keadilan serta perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM), sehingga keseluruhan proses penegakkan hukum harus dapat dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan 1

menurut hukum dimana di dalamnya adalah pemeliharaan, pengawasan, keselamatan dan keamanan terhadap benda sitaan Negara sebagai barang bukti tindak pidana sesuai ketentuan dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang mengatur tentang penyitaan barang bukti menyebutkan bahwa penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 36 dan 37 yang pada intinya menjelaskan bahwa harta benda dan barang milik seseorang berhak mendapatkan perlindungan dan tidak boleh dirampas semena-mena atau secara melawan hukum, terkait dengan hal tersebut bagi warga Negara yang bermasalah dengan hukum sehingga hak milik pribadinya dikenakan upaya paksa penyitaan sebagai barang bukti maka untuk pemeliharaan, pengawasan, keselamatan dan keamanannya telah diamanahkan dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (KUHAP) pada pasal 44 ayat (1) dan (2) pasal 44 ayat (1) menyebutkan bahwa benda sitaan disimpan dalam Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara. ayat (2) penyimpanan benda sitaan dilaksanakan dengan sebaik baiknya dan tanggung jawab atasnya ada pada pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan dan benda tersebut dilarang untuk dipergunakan oleh siapapun juga. 2

Rupbasan yang secara institusional merupakan landasan yuridis sekaligus landasan operasional untuk pengelolaan benda sitaan negara, implementasi dari ketentuan-ketentuan yang diamanahkan dalam Undang-undang tersebut pada dasarnya menjelaskan bahwa melalui peranan institusi Rupbasan, Negara dan pemerintah telah berupaya memberikan perlindungan pemenuhan kebutuhan hak asasi manusia berkaitan dengan barang bukti milik warganegara yang sedang bermasalah dan berhubungan dengan hukum. Keberadaan Rupbasan sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.04.PR.07.03 Tahun 1985 Bab II pasal 27 (1) Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara, untuk selanjutnya dalam keputusan ini disebut Rupbasan adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang penyimpanan benda sitaan dan barang rampasan negara berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Perundangundangan (Kementerian Hukum dan HAM) DKI Jakarta. Ayat (2) menyebutkan bahwa Rupbasan dipimpin oleh seorang Kepala. Pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan negara di Rupbasan juga mengacu pada petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan HAM RI melalui Surat Keputusan Dirjen Pemasyarakatan No.E1.35.PK.03.10 tahun 2002 yang berisi : 1. Bahwa pelaksanaan pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara adalah tugas Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara selaku Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan untuk kepentingan 3

penyidikan, penuntutan, pemeriksaan dalam sidang pengadilan dan pelaksanaan putusan pengadilan. 2. Bahwa pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara menunjang proses peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, mengandung aspek pelayanan, aspek pengamanan, aspek pemeliharaan agar keutuhan barang bukti tetap terjamin. 3. Bahwa pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara sebagai suatu kegiatan proses penegakan hukum, maka harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku. 4. Bahwa pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara adalah suatu rangkaian kegiatan yang merupakan suatu sistem dimulai sejak proses penerimaan sampai pada pengeluaran Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan Negara. 5. Bahwa untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara tersebut di atas, perlu dikeluarkan Petunjuk Pelaksanaan Pemasyarakatan yang mengatur tata cara mengelola barang bukti. Keberhasilan pengelolaan benda sitaan Negara sebagai barang bukti pada kasus tindak pidana sangat didukung oleh peran serta dari masing masing institusi penegak hukum yaitu pihak penyidik maupun pihak penuntut dalam hal ini adalah institusi Kepolisian, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Bea Cukai, Pengadilan, Kejaksaan serta Instansi Pemerintah lainnya, namun 4

dalam pelaksanaan pengelolaan benda sitaan Negara masih terdapat beberapa kendala dan hambatan diantaranya adalah : 1. Informasi tentang perkembangan penanganan terkait benda sitaan dan barang rampasan Negara yang disimpan di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (RUPBASAN) Klas I Jakarta Barat belum dilakukan secara optimal oleh instansi penitip. 2. Pihak Kejaksaan Negeri belum secepatnya menyerahkan salinan atau petikan Putusan Pengadilan yang telah diterimanya terhadap benda sitaan atau barang rampasan Negara yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. 3. Menumpuknya benda sitaan Negara hasil tindak pidana di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Klas I Jakarta Barat dan Tangerang akibat tidak segera di eksekusi benda sitaan Negara yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. 4. Menurunnya nilai ekonomis benda sitaan Negara hasil tindak pidana akibat tidak ditaatinya batas waktu penyimpanan oleh para pihak. B. Rumusan Masalah Berdasarkan temuan temuan permasalahan yang peneliti kemukakan di atas, maka rumusan permasalahnya dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pelaksanaan pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan Negara? 5

2. Bagaimanakah pelaksanaan Peraturan Bersama Antar Penegak Hukum tentang Sinkronisasi Ketatalaksanaan Sistem Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan Negara? 3. Bagaimanakah pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan Negara dapat menjadi potensi bagi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)? 4. Faktor faktor apa saja yang menjadi hambatan dalam pengelolaan benda sitaan Negara dan upaya upaya apa yang dilakukan untuk mengatasinya? C. Keaslian Penelitian Bahwa dalam rangka mengetahui dan menghormati serta membandingkan hasil penulisan yang telah ada sehingga tidak terjadi anggapan bahwa telah meniru atau menjiplak karya yang sama dengan yang akan penulis teliti, maka peneliti telah mencari informasi terhadap penulisan tentang pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan Negara yang berpotensi sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), baik di perpustakaan Universitas Gadjah Mada maupun pada sumber lain, dan tidak ditemukan judul maupun materi penulisan tesis yang sama dengan Judul dan bahan penelitian yang akan peneliti tulis dalam bentuk tesis dengan judul : Pengelolaan Benda Sitaan Dan Barang Rampasan Negara Sebagai Potensi Bagi Penerimaan Negara Bukan Pajak (Studi kasus di Rupbasan Klas I Jakarta Barat dan Tangerang) 6

D. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai usaha untuk menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan memberikan informasi bagi instansi terkait serta masyarakat sehingga dapat mengetahui dan memahami tentang pelaksanaan pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan Negara. 2. Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Jurusan Hukum Bisnis dalam bentuk Tesis. 3. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan pelaksanaan pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan Negara agar dapat dijadikan potensi Penerimaan Negara Bukan Pajak bagi Rupbasan dimasa datang. E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pelaksanaan pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan Negara pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Klas I Jakarta Barat dan Tangerang. 2. Mengetahui pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan Negara dapat menjadi potensi bagi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 3. Mengetahui faktor faktor yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kewenangan terhadap pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan Negara dan upaya untuk mengatasinya. 7