BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam setiap pelanggaran hukum yang menjadi perhatian adalah pelaku dan barang bukti, karena keduanya dibutuhkan dalam penyidikkan kasus pelanggaran hukum tersebut. Barang bukti menjadi bagian yang dianggap penting karena dengan barang bukti tersebut dapat mengungkap faktor-faktor yang menjadi penyebab dan mengetahui siapa yang terkait atau terlibat dalam suatu kasus pelanggaran hukum. Agar barang bukti tetap terjaga dan terjamin keutuhannya dalam rangka menunjang proses peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, harus dilakukan pengelolaan terhadap barang bukti tersebut oleh sebuah lembaga atau institusi resmi berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, Penegakan hukum dalam arti luas tidak terlepas dari proses Integrated Criminal Justice System yang dilaksanakan melalui proses penyidikan, penuntutan, peradilan dan rehabilitasi yang pada hakekatnya untuk mewujudkan kepastian hukum dan rasa keadilan, pada dasarnya penegakan hukum berdasarkan sistem peradilan pidana adalah wujud kekuasaan Negara untuk melakukan tindakan yang diperlukan untuk upaya paksa dalam menghadapi warga Negara yang melakukan pelanggaran hukum termasuk pengambilalihan serta penyitaan atau perampasan barang bukti demi terwujudnya ketertiban, kebenaran dan keadilan serta perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM), sehingga keseluruhan proses penegakkan hukum harus dapat dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan 1
menurut hukum dimana di dalamnya adalah pemeliharaan, pengawasan, keselamatan dan keamanan terhadap benda sitaan Negara sebagai barang bukti tindak pidana sesuai ketentuan dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang mengatur tentang penyitaan barang bukti menyebutkan bahwa penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 36 dan 37 yang pada intinya menjelaskan bahwa harta benda dan barang milik seseorang berhak mendapatkan perlindungan dan tidak boleh dirampas semena-mena atau secara melawan hukum, terkait dengan hal tersebut bagi warga Negara yang bermasalah dengan hukum sehingga hak milik pribadinya dikenakan upaya paksa penyitaan sebagai barang bukti maka untuk pemeliharaan, pengawasan, keselamatan dan keamanannya telah diamanahkan dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (KUHAP) pada pasal 44 ayat (1) dan (2) pasal 44 ayat (1) menyebutkan bahwa benda sitaan disimpan dalam Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara. ayat (2) penyimpanan benda sitaan dilaksanakan dengan sebaik baiknya dan tanggung jawab atasnya ada pada pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan dan benda tersebut dilarang untuk dipergunakan oleh siapapun juga. 2
Rupbasan yang secara institusional merupakan landasan yuridis sekaligus landasan operasional untuk pengelolaan benda sitaan negara, implementasi dari ketentuan-ketentuan yang diamanahkan dalam Undang-undang tersebut pada dasarnya menjelaskan bahwa melalui peranan institusi Rupbasan, Negara dan pemerintah telah berupaya memberikan perlindungan pemenuhan kebutuhan hak asasi manusia berkaitan dengan barang bukti milik warganegara yang sedang bermasalah dan berhubungan dengan hukum. Keberadaan Rupbasan sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.04.PR.07.03 Tahun 1985 Bab II pasal 27 (1) Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara, untuk selanjutnya dalam keputusan ini disebut Rupbasan adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang penyimpanan benda sitaan dan barang rampasan negara berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Perundangundangan (Kementerian Hukum dan HAM) DKI Jakarta. Ayat (2) menyebutkan bahwa Rupbasan dipimpin oleh seorang Kepala. Pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan negara di Rupbasan juga mengacu pada petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan HAM RI melalui Surat Keputusan Dirjen Pemasyarakatan No.E1.35.PK.03.10 tahun 2002 yang berisi : 1. Bahwa pelaksanaan pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara adalah tugas Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara selaku Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan untuk kepentingan 3
penyidikan, penuntutan, pemeriksaan dalam sidang pengadilan dan pelaksanaan putusan pengadilan. 2. Bahwa pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara menunjang proses peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, mengandung aspek pelayanan, aspek pengamanan, aspek pemeliharaan agar keutuhan barang bukti tetap terjamin. 3. Bahwa pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara sebagai suatu kegiatan proses penegakan hukum, maka harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku. 4. Bahwa pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara adalah suatu rangkaian kegiatan yang merupakan suatu sistem dimulai sejak proses penerimaan sampai pada pengeluaran Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan Negara. 5. Bahwa untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara tersebut di atas, perlu dikeluarkan Petunjuk Pelaksanaan Pemasyarakatan yang mengatur tata cara mengelola barang bukti. Keberhasilan pengelolaan benda sitaan Negara sebagai barang bukti pada kasus tindak pidana sangat didukung oleh peran serta dari masing masing institusi penegak hukum yaitu pihak penyidik maupun pihak penuntut dalam hal ini adalah institusi Kepolisian, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Bea Cukai, Pengadilan, Kejaksaan serta Instansi Pemerintah lainnya, namun 4
dalam pelaksanaan pengelolaan benda sitaan Negara masih terdapat beberapa kendala dan hambatan diantaranya adalah : 1. Informasi tentang perkembangan penanganan terkait benda sitaan dan barang rampasan Negara yang disimpan di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (RUPBASAN) Klas I Jakarta Barat belum dilakukan secara optimal oleh instansi penitip. 2. Pihak Kejaksaan Negeri belum secepatnya menyerahkan salinan atau petikan Putusan Pengadilan yang telah diterimanya terhadap benda sitaan atau barang rampasan Negara yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. 3. Menumpuknya benda sitaan Negara hasil tindak pidana di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Klas I Jakarta Barat dan Tangerang akibat tidak segera di eksekusi benda sitaan Negara yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. 4. Menurunnya nilai ekonomis benda sitaan Negara hasil tindak pidana akibat tidak ditaatinya batas waktu penyimpanan oleh para pihak. B. Rumusan Masalah Berdasarkan temuan temuan permasalahan yang peneliti kemukakan di atas, maka rumusan permasalahnya dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pelaksanaan pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan Negara? 5
2. Bagaimanakah pelaksanaan Peraturan Bersama Antar Penegak Hukum tentang Sinkronisasi Ketatalaksanaan Sistem Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan Negara? 3. Bagaimanakah pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan Negara dapat menjadi potensi bagi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)? 4. Faktor faktor apa saja yang menjadi hambatan dalam pengelolaan benda sitaan Negara dan upaya upaya apa yang dilakukan untuk mengatasinya? C. Keaslian Penelitian Bahwa dalam rangka mengetahui dan menghormati serta membandingkan hasil penulisan yang telah ada sehingga tidak terjadi anggapan bahwa telah meniru atau menjiplak karya yang sama dengan yang akan penulis teliti, maka peneliti telah mencari informasi terhadap penulisan tentang pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan Negara yang berpotensi sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), baik di perpustakaan Universitas Gadjah Mada maupun pada sumber lain, dan tidak ditemukan judul maupun materi penulisan tesis yang sama dengan Judul dan bahan penelitian yang akan peneliti tulis dalam bentuk tesis dengan judul : Pengelolaan Benda Sitaan Dan Barang Rampasan Negara Sebagai Potensi Bagi Penerimaan Negara Bukan Pajak (Studi kasus di Rupbasan Klas I Jakarta Barat dan Tangerang) 6
D. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai usaha untuk menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan memberikan informasi bagi instansi terkait serta masyarakat sehingga dapat mengetahui dan memahami tentang pelaksanaan pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan Negara. 2. Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Jurusan Hukum Bisnis dalam bentuk Tesis. 3. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan pelaksanaan pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan Negara agar dapat dijadikan potensi Penerimaan Negara Bukan Pajak bagi Rupbasan dimasa datang. E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pelaksanaan pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan Negara pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Klas I Jakarta Barat dan Tangerang. 2. Mengetahui pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan Negara dapat menjadi potensi bagi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 3. Mengetahui faktor faktor yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kewenangan terhadap pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan Negara dan upaya untuk mengatasinya. 7