KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada

BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

ADLN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. 13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse, dan recycle melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya

BAB I PENDAHULUAN. yang belum bisa ditangani dengan tuntas, terutama dikota-kota besar. Rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

BAB III STUDI LITERATUR

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI POLEWALI MANDAR

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BAB I P E N D A H U L U A N

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. open dumping atau penimbunan terbuka, incenerator atau di bakar, sanitary landfill

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

1. Pendahuluan ABSTRAK:

BAB I PENDAHULUAN I- 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan responden pemukiman elite

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POLEMIK PENGELOLAAN SAMPAH, KESENJANGAN ANTARA PENGATURAN DAN IMPLEMENTASI Oleh: Zaqiu Rahman *

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. sampah yaitu dari paradigma kumpul angkut buang menjadi pengolahan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR

Praktik Cerdas TPA WISATA EDUKASI. Talangagung

BUPATI HULU SUNGAI UTARA

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi akan. mempengaruhi perilaku, gaya hidup, dan pola konsumsi masyarakat.

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Orgic's Home Generasi Muda Peduli Sampah

pendahuluan dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur ulang yang mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur ulang.

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung yang dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 3R BERBASIS MASYARAKAT Sri Subekti Fakultas Teknik, Teknik Lingkungan Universitas Pandanaran Semarang

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992

PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu permasalahan lingkungan hidup yang sering kali menjadi

SATUAN ACARA PENYULUHAN. Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar

BANTAENG, 30 JANUARI (Prof. DR. H.M. NURDIN ABDULLAH, M.Agr)

KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) By. Gotri Ruswani, S.Pd.

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

Gambar 2.1 organik dan anorganik

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi

Transkripsi:

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Sampah Sampah merupakan barang sisa yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Berdasarkan istilah lingkungan untuk manajemen, Basriyanta (2007) sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang sebagai hasil aktifitas manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sedangkan menurut Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan (Slamet, 2002). 2. Jenis-Jenis Sampah Berdasarkan bahan asalnya, sampah dibagi menjadi dua jenis yaitu sampah organik dan sampah anorganik (Sucipto, 2012). a. Sampah Organik Sampah organik ialah sampah yang dapat didegradasi atau diuraikan secara sempurna melalui proses biologi baik secara aerob maupun secara anaerob. Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi sampah organik basah dan sampah organik kering. Isitilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang cukup tinggi misalnya sisa sayuran dan kulit buah. 6

7 b. Sampah Anorganik Sampah anorganik ialah sampah yang bersifat tidak dapat di uraikan secara sempurna melalui proses biologi. Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup, melainkan berasal dari bahan yang bisa diperbarui dan bahan yang berbahaya serta beracun. Jenis yang termasuk kedalam kategori bisa didaur ulang misalnya bahan yang terbuat dari plastik dan logam. 3. Sumber-Sumber Sampah Damanhuri & Padmi (2010) mengatakan bahwa ada beberapa sumber sampah antara lain sampah dari rumah tinggal, sampah dari perkantoran, sampah dari jalan, taman dan tempat umum. a. Sampah dari rumah tinggal Sampah dari rumah tinggal merupakan sampah yang dihasilkan dari kegiatan atau lingkungan rumah tangga atau sering disebut dengan istilah sampah domestik. Dari kelompok sumber ini umumnya dihasilkan sampah berupa sisa makanan, plastik, kertas, karton dll. b. Sampah dari perkantoran (institusi) Sumber sampah dari kelompok ini meliputi perkantoran, sekolah, rumah sakit, lembaga pemasyarakatan, dll. Dari sumber ini potensial dihasilkan sampah seperti halnya dari daerah komersial non pasar. c. Sampah dari jalan, taman dan tempat umum Sumber sampah dari kelompok ini dapat berupa jalan kota, taman, tempat parkir, tempat rekreasi, saluran drainase kota, dll. Dari daerah ini umumnya

8 dihasilkan sampah berupa daun, pasir atau lumpur, sampah umum seperti plastik, kertas, dll. Sementara itu, Suwerda (2012) mengatakan bahwa sampah dapat bersumber dari rumah tangga, pertanian, dan industri. Yang termasuk dalam sampah rumah tangga antara lain berupa sisa hasil pengolahan makanan, barang bekas dari perlengkapan rumah tangga, kertas, kaleng dan sampah dari kebun serta halaman. Sampah yang tergolong dari pertanian pada umumnya berupa sampah yang mudah membusuk, seperti rerumputan dan jerami. Adapun sampah yang bersumber dari industri menghasilkan jenis sampah yang beragam, tergantung dari bahan baku yang digunakan, proses produksi, output produk yang dihasilkan. 4. Kelompok Peduli Lingkungan Kelompok peduli lingkungan merupakan kumpulan anggota masyarakat yang tumbuh berkembang berdasarkan pada kedekatan, keserasian, dan interaksi secara langsung di lingkungan sosial masyarakat. Kelompok dalam suatu masyarakat ditunjukkan oleh adanya dua orang atau lebih yang berinteraksi satu sama lain dengan tujuan yang sama. Menurut Soerjono Soekanto dalam Maryati & Suryawati (2001) himpunan manusia dapat dikatakan sebagai kelompok apabila. a. Adanya kesadaran sebagai bagian dari kelompok yang bersangkutan. b. Adanya hubungan timbal balik antara anggota satu dengan yang lainnya. c. Adanya faktor pengikat diantara masing-masing anggota masyarakat, sehingga hubungan mereka bertambah erat. Berupa kepentingan, tujuan dan ideologi serta politik yang sama. d. Memiliki struktur dan pola prilaku yang sama.

9 Kelompok di dalam masyarakat terbagi beberapa jenis, salah satunya adalah kelompok sosial. Kelompok sosial adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri atas dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma norma tertentu, yang khas bagi kesatuan sosial tersebut. Berdasarkan hubungan sosial dan tujuan, kelompok sosial dibagi menjadi kelompok primer dan sekunder. a. Kelompok primer adalah kelompok-kelompok yang saling mengenal diantara anggotanya, serta terdapat kerja sama yang bersifat pribadi. Misalnya keluarga dan rukun tetangga yang mana kelompok primer merupakan kelompok yang bersifat akrab. b. Kelompok sekunder adalah kelompok-kelompok besar yang terdiri dari banyak orang, hubungannya tidak harus mengenal secara pribadi, kurang akrab, dan sifatnya tidak begitu langgeng karena mereka berkumpul berdasarkan pada kepentingan yang sama. Kelompok peduli lingkungan termasuk kedalam kelompok sosial primer maupun sekunder. Karena pada dasarnya kelompok peduli lingkungan didirikan berdasarkan tujuan dan kepentingan yang sama diantara anggota masyarakat yakni memiliki kepedulian terhadap kesehatan dan juga lingkungan yang bersih dari sampah rumah tangga.

10 5. Pengelolaan Sampah Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, pengelolaan sampah merupakan serangkaian kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan meliputi pengurangan dan penanganan sampah yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan. Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan dua sistem, yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Kedua sistem ini dapat digunakan sebagai langkah pengelolaan yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing (Sucipto, 2012). a. Sistem sentralisasi Sistem sentralisasi adalah sistem pengelolaan sampah yang terpusat dari daerah yang cakupannya luas. Pengelolaan sampah dilakukan ditingkat TPA (tempat pembuangan akhir). Disetiap sub-area tidak diadakan pengolahan sampah, hanya aktivitas pengumpulan sampah. Kelebihan sistem ini hanya bisa dilihat dari bisa dikelolanya sampah dengan beberapa alternatif. Kelemahan dari sistem sentralisasi ialah biaya pengangkutan sampah cukup besar dan lahan yang dibutuhkan untuk pengumpulan dan pengelolaan cukup luas. b. Sistem desentralisasi Berbeda dengan sistem sentralisasi, sistem desentralisasi mensyaratkan penggolangan sampah pada area hulu atau penghasil sampah pertama. Pada sistem ini, disetiap sub-area tidak hanya aktivitas pengumpulan sampah akan tetapi juga pengolahannya sampai menjadi produk yang dapat digunakan lagi. Kelebihan sistem desentralisasi ialah memungkinkan luas lahan yang dibutukan untuk pengumpulan dan pengolahan tidak terlalu luas.

11 Menurut (SNI 19-2454-2002) tentang teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan, secara umum teknologi pengolahan sampah dibedakan menjadi 3 (tiga) metode yaitu open dumping, sanitary landfill dan controlled landfill. a. Open dumping adalah sistem pengolahan sampah dengan hanya membuang/menimbun sampah disuatu tempat tanpa ada perlakuan khusus sehingga sistem ini dapat menimbulkan gangguan pencemaran lingkungan. b. Sanitary landfill adalah metode pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup. c. Controlled landfill adalah perpaduan antara sistem open dumping dan sanitary landfill dimana penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah tempat pembuangan akhir penuh yang dipadatkan atau setelah mencapai periode tertentu. Dalam proses pengelolaan sampah yang perlu ditekankan adalah proses meminimalisir volume sampah dari sumber utama. Artinya bahwa kegiatan pengelolaan sampah diawali dari rumah tangga sebagai pengahasil sampah dengan penerapan prinsip-prinsip yang mudah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Basriyanta (2007) menyimpulkan bahwa salah satu solusi yang dapat diterapkan dalam menjaga kondisi lingkungan sekitar dan relatif mudah untuk dilakukan ialah menerapkan prinsip 3R. a. Mengurangi (reduce) adalah upaya untuk mengurangi penggunaan bahanbahan yang dapat merusak lingkungan. Pengurangan sampah dapat dilakukan sejak awal dari sumber penghasil sampah dengan mengubah pola konsumtif,

12 yaitu merubah kebiasaan dari menghasilkan sampah secara berlebihan menjadi hemat dan menghasilkan sedikit volume sampah. b. Menggunakan kembali (reuse) adalah menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengolahan) atau bisa dikatatan bahwa reuse merupakan proses memilah dan memilih serta mengoptimalkan fungsi sampah yang masih bisa dimanfaatkan. c. Mendaur ulang (recycle) adalah mendaur ulang sampah yang tidak berguna menjadi bahan yang mempunyai nilai ekonomis dan nilai guna melalui proses pengelolaan. 6. Partisipasi Secara umum partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan seseorang dalam sebuah program atau kelompok. Dalam program pengembangan masyarakat, partisipasi merupakan suatu hal yang penting dan prinsip. Menurut Theresia (2015) partisipasi adalah keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan. Dalam pembangunan partisipasi merupakan wujud dari kesadaran dan kepedulian serta tanggung jawab masyarakat terhadap pentingnya pembangunan yang bertujuan untuk memperbaiki mutu hidup mereka. Mardikanto & Soebianto (2015) mengatakan bahwa partisipasi pada dasarnya merupakan suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan. Artinya bahwa dalam suatu kegiatan yang ada di masyarakat akan berjalan dengan baik apabila adanya sikap

13 mendukung dan keterlibatan masyarakat secara individu maupun kelompok atas dasar tanggung jawab anggota masyarakat itu sendiri. Berpartisipasinya anggota masyarakat dalam suatu program dipengaruhi oleh (1) cara pandang anggota masyarakat terhadap isu atau aktivitas tertentu yang dianggap penting, (2) anggota masyarakat merasa tindakannya akan membawa perubahan, khususnya di tingkat rumah tangga atau individu dan kelompok, (3) perbedaan partisipasi antar anggota harus diakui dan dihargai, (4) saling mendukung dalam setiap partisipasi (Nasdian, 2014). Adapun bentuk (tahap) partisipasi menurut Cohen & Uphoff dalam Girsang (2011) adalah sebagai berikut. a. Tahap pengambilan keputusan, tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program. b. Tahap pelaksanaan, pada tahap ini partisipasi digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota kelompok. c. Tahap evaluasi, partisipasi anggota masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan program selanjutnya. d. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi anggota masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program Partisipasi anggota masyarakat kelompok peduli lingkungan dapat diketahui dengan adanya gagasan, keikutsertaan dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan sampai dengan realisasi atau keterlibatan secara langsung maupun tidak langsung

14 dalam pengelolaan sampah. Partisipasi secara langsung berarti memberikan tenaga dalam kegiatan yang dilaksanakan. Adapun partisipasi secara tidak langsung dapat berupa bantuan keuangan, berpikir dan materi dari luar. Berdasarkan hal tersebut partisipasi yang dimaksud dalam penelitian ini ialah keikutsertaan atau keterlibatan anggota masyarakat kelompok peduli lingkungan dalam kegiatan-kegiatan pengelolaan sampah secara langsung maupun tidak langsung. Bentuk partisipasinya secara luas terkait dengan kegiatan pemilahan di tingkat rumah tangga dan pembuatan kompos di tempat pembuangan sementara. 7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Partisipasi merupakan pengambilan bagian, keterlibatan atau keikutsertaan masyarakat dalam suatu kegiatan. Proses partisipasi berawal dari persepsi diikuti proses emosi dan melahirkan prilaku dalam bentuk peran serta anggota masyarakat kelompok peduli lingkungan dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Menurut Tarigan dalam Yuwono (2006) partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu (1) penyuluhan, (2) keterlibatan dalam organisasi formal, (3) keterlibatan tokoh masyarakat, dan (4) perilaku tradisional. Penyuluhan merupakan sumber penggerak utama masyarakat dalam partisipasi. Karena pada dasarnya masyarakat dalam menumbuh kembangkan minat partisipasi dibuktikan melalui keberhasilan yang dicapai lembaga penyuluh baik yang berasal dari pemerintah lembaga swadaya maupun masyarakat itu sendiri terhadap suatu kegiatan yang diadakan. Adanya kebutuhan akan kepuasan pada seseorang mendorong orang untuk berpatisipasi dalam suatu program. Hal ini berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai oleh seseorang atau masyarakat yang

15 bersangkutan. Disamping itu seseorang akan berpartisipasi jika mendapat keuntungan dan dapat meningkatkan status sosialnya dimasyarakat, maka menurut Tjondronegoro dalam Ningrum (2014) faktor yang mempengaruhi partisipasi adalah kebutuhan, motivasi, struktur sosial dan stratifikasi sosial dalam masyarakat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aprianto (2008) mengatakan bahwa, faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi adalah pengalaman berkelompok, lama tinggal, metode kegiatan dan pelayanan kegiatan. Adapun umur, tingkat pendidikan, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga tidak berhubungan secara nyata atau signifikan dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Gani (1986) mengatakan bahwa pembinaan dari lembaga-lembaga sosial berpengaruh terhadap motivasi masyarakat untuk berpartisipasi. Pembinaan memegang peranan penting dalam menumbuh kembangkan minat partisipasi masyarakat. Sebagai penyerta, pelatih dan pendidik serta mendorong masyarakat untuk berpartisipasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Tamarli (1994) mengatakan umur merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi. Semakin tua seseorang, relatif berkurang kemampuan fisiknya dan keadaan tersebut akan mempengaruhi partisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat. Selain itu, seseorang yang umurnya semakin tua maka penerimaannya terhadap suatu hal yang baru semakin rendah karena orang yang termasuk dalam golongan tua lebih cendrung bertahan dengan nilai-nilai lama yang menyebabkannya sulit menerima suatu yang sifatnya baru. Akibatnya masyarakat dengan pola pikir yang sederhana menjadikannya semakin terbelakangi. Begitu

16 juga sebaliknya semakin muda umur seseorang maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi dalam kegiatan atau program yang ada di lingkungan sosialnya. Karena pada umumnya umur muda adalah dimana seseorang dapat mengambil keputusan dengan benar sehingga bisa diajak untuk menjadi bagian dari kelompok serta memiliki kepedulian yang cukup tinggi terhadap lingkungan sekitarnya. Berbeda dengan pendapat yang dikatakan oleh Girsang (2011) semakin tua umur seseorang maka semakin tinggi tingkat partisipasinya, dikarenakan seseorang yang memiliki umur tua memiliki rasa tanggung jawab yang lebih tinggi terhadap suatu program atau kegiatan. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan yang dimiliki seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan sesorang maka semakin luas pengetahuannya terhadap pengelolaan lingkungan sehingga semakin tinggi pula tingkat kesadaran akan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan. Pendapatan adalah besarkecilnya penghasilan rata-rata yang diperoleh seseorang selama satu bulan dalam bentuk rupiah. Semakin tinggi pendapatan semakin besar kemungkinan tersedianya dana untuk biaya pengelolaan lingkungan. Sehingga, semakin tinggi tingkat pendapatan semakin tinggi pula tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan pemukiman (Daud, 2009). Adapun faktor lainnya yang mempengaruhi partisipasi yaitu lama tinggal. Semakin lama tinggal di suatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagai bagian dari lingkungannya, sehingga timbul keinginan untuk selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan di lingkungan tempat tinggalnya. Disamping

17 itu, lama tinggal akan berpengaruh juga terhadap lama anggota masyarakat tergabung dalam suatu kelompok atau komunitas tertentu yang ada dimasyarakat. Dari penjelasan di atas yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini faktorfaktor yang mempengaruhi partisipasi anggota masyarakat kelompok peduli lingkungan meliputi umur, tingkat pendidikan, pendapatan, pengalaman/lamanya keanggotaan, jumlah anggota keluarga dan pembinaan. B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian terdahulu maksudnya ialah hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya untuk digunakan sebagai bahan perbandingan, rujukan dan sebagai referensi bagi peneliti yang melakukan penelitian sejenis. Adapun penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan perbandingan, rujukan sekaligus referensi penulis dalam meneliti pengelolaan sampah rumah tangga beserta partisipasi masyarakat antara lain sebagai berikut. Penelitian yang dilakukan oleh Aprianto, Y (2008) tentang Tingkat Partisipasi Warga Dalam Pengelolaan Lingkungan Berbasis Masyarakat. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah mengkaji tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan dan mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan lingkungan tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi warga dalam pengelolaan lingkungan ialah pengalaman berkelompok lama tinggal/lama menjadi anggota, metode kegiatan dan pelayanan kegiatan

18 Penelitian yang dilakukan oleh Ankesa, H (2016) yang berjudul Tingkat Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Kelompok Peduli Lingkungan Di Sub Das Cikapundung Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi ibu rumah tangga dalam kegiatan peduli lingkungan tergolong pada kategori sedang. Faktor yang berhubungan positif sangat nyata dengan tingkat partisipasi ibu rumah tangga kelompok peduli lingkungan adalah tingkat pengetahuan, struktur kelompok, interaksi kelompok, bantuan fasilitas, sosialisasi dari tokoh masyarakat dan program penyuluhan, sedangkan umur merupakan faktor yang berhubungan negatif sangat nyata dengan tingkat partisipasi. Faktor yang berhubungan positif nyata dengan tingkat partisipasi adalah tingkat pendidikan formal dan tingkat dukungan keluarga. C. Kerangka Pemikiran Sampah merupakan salah satu permasalahan yang belum teratasi dengan baik. Dimana rumah tangga sebagai sumber utama penghasil sampah dengan tingkat keragaman aktifitas yang berbeda-beda menyebabkan semakin tingginya timbulan sampah yang dihasilkan. Disamping itu, kebiasan masyarakat yang membuang dan membakar sampah sembarangan menyebabkan semakin kompleknya permasalahan sampah rumah tangga. Hal ini yang melatar belakangi pemerintah Desa Karang Tengah mendirikan anggota masyarakat kelompok peduli lingkungan sebagai alternatif dalam mengatasi permasalahan sampah rumah tangga. Berdirinya anggota masyarakat kelompok peduli lingkungan tentunya memiliki sejarah, visi misi, kepengurusan dan program kelompok. Adapun kegiatan anggota masyarakat kelompok peduli lingkungan dalam pengelolaan

19 sampah rumah tangga meliputi kegiatan pemilahan dan kegiatan pembuatan kompos. Tingkat partisipasi dilihat dari masing-masing kegiatan tersebut. Partispasi anggota masyarakat kelompok peduli lingkungan dalam pengelolaan sampah rumah tangga dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi umur, tingkat pendidikan, pendapatan, lamanya keanggotaan, jumlah anggota keluarga, dan pembinaan. Faktor yang mempengaruhi partisipasi : 1. Umur 2. Tingkat pendidikan 3. Pendapatan 4. Lamanya keanggotaan 5. Jumlah anggota keluarga 6. Pembinaan Profil Kelompok Peduli Lingkungan : 1. Sejarah 2. Visi & misi 3. Kepengurusan kelompok 4. Program kelompok Partisipasi anggota masyarakat: 1. Kegiatan pemilahan 2. Kegiatan pembuatan kompos Gambar 1. Kerangka pemikiran