BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman belajar melalui proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktifitas yang bertujuan mengarahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu memantau tingkat perkembangan hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan seorang di lingkungan sekolah, disatu sisi tampaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai wadah pendidikan formal mempunyai tugas pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kondisi dan karakter siswa. Dengan melihat secara langsung, anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu lembaga formal dalam sistem pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktifitas yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani dan kesehatan pada hakikatnya adalah proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga peserta didik dapat mengalami perubahan yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat di puaskan satu persatu, karena memiliki standard masing masing.

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing, disamping memliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan, terutama di negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah salah satu lembaga formal dalam sistem pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. Sekolah pada hakikatnya merupakan lembaga pendidikan yang bertugas untuk

prilaku hidup sehat peserta didik, dalam kehidupan sehari-hari (Suroto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan di dalam GBHN tahun 1973 yang dikutip oleh (Fuad Ihsan,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan harus diarahkan pada pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. lawan dan berusaha memasukan bola ke dalam jaring atau gawang lawan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Program pendidikan jasmani sekolah dan kesehatan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. merumuskan tujuan pendidikan itu berisikan pengembangan aspek pribadi

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jasmani dan rohani pelakunya. Melalui pendidikan jasmani

aktifitas fisik,demikian pula halnya dalam belajar passing dengan kaki bagian

BAB I PENDAHULUAN. mengintensifkan peyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. merambah hingga masing-masing mata pelajaran, sehingga hampir semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada tingkah laku yang lebih buruk. Belajar adalah suatu atau serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana, pembekalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi belakangan ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktifitas yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional yang tertuang dalam BAB II pasal 3 yang berumuskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan watak. kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional.

BAB I PENDAHULUAN. sadar melalui pendidikan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) belakangan ini

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah lembaga formal dalam sistem pendidikan tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. Suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari bahwasanya di. mengelola pembelajaran baik dalam menguasai

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Sasaran pembelajaran ditunjukan bukan hanya mengembangkan keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. fisik melalui mata pelajaran pendidikan jasmani. Hal tersebut bisa dipahami karena mengarahkan

SMPIT AT TAQWA Beraqidah, Berakhlaq, Berprestasi

BAB I PENDAHULUAN. mensukseskan pembangunan yang sejalan dengan kebutuhan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan (UUD 1945). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sampai kapanpun dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ada sejak adanya manusia, dalam arti sejak adanya manusia telah ada pula usahausaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. dasar, teknik dan strategi pemain olahraga, internalisasi nilai nilai (sportifitas,

BAB I PENDAHULUAN. sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan terutama di negera - negara

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara terencana akan meningkatkan kebugaran jasmani seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini berarti bahwa siswa harus belajar sesuatu darinya.

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wahyu Tristian Pribadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jasmani bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. dan bahkan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul betul

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aline Noor Fajrina,2014

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan watak. Banyak dijumpai penyelenggaraan pendidikan jasmani di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmani

BAB I PENDAHULUAN. jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan peraturan, pendidikan,pelatihan,pembinaan,pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktifitas jasmani, maka dari itu besar bagi manusia untuk mengenal

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan pengembangan dalam kepribadian maupun pengetahuan. maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong. perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi (IPTEK) Belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan penelitian yang telah dilakukan mengenai penggunaan modifikasi raket sebagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia

BAB I PENDAHULUAN. misalnya dengan jalan memilih metode mengajar yang baik dan benar. Metode

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kegiatan formal yang dilakukan di sekolah.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas sumber daya manusia sangat bergantung pada kualitas pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa. Berhasilnya pembangunan di bidang pendidikan akan sangat berpengaruh terhadap pembangunan di bidang yang lainnya. Oleh karena itu, pembangunan dalam bidang pendidikan sekarang ini semakin giat dilaksanakan. Berbagai carapun ditempuh untuk memperoleh pendidikan baik secara formal maupun pendidikan secara nonformal. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibinsyah, 2003:10). Di dalam penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan pendidikan jasmani sangat penting, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan olahraga yang dilakukan secara sistematis. Dauer dan Pangrazi (1989:1) menyatakan pendidikan jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan kontribusi, terutama melalui gerak, untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh untuk tiap siswa. Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan melalui gerak dan harus dilaksanakan dengan cara-cara yang 1

2 tepat agar memiliki makna bagi siswa. Pendidikan jasmani merupakan program pembelajaran yang memberikan perhatian yang proporsional dan memadai pada domain-domain pembelajaran, yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani guru diharapkan mengajar berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internelisasi nilai-nilai (sportivitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain). Pelaksanaannya bukan melalui pembelajaran konvesional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi dan sosial. Sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Proses pendidikan jasmani harus dapat di laksanakan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Maka dengan itu perlu di cari suatu bentuk metode dan gaya mengajar dalam kegiatan proses belajar mengajar merupakan salah satu solusi atau cara pendekatan yang bisa diharapkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Banyak gaya mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Gaya yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan materi dan kebutuhan pembelajaran yang akan disampaikan. Gaya mengajar pendidikan jasamani harus berorientasi pada siswa jangan selalu berpusat pada guru. Orientasi pembelajaran harus disesuaikan, dengan perkembangan anak, isi dan ulasan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan. Sasaran pembelajaran ditunjukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi pada perkembangan pribadi anak seutuhnya. Konsep dasar pendidikan jasmani, metode

3 dan gaya pembelajaran pendidikan jasmani yang efektif perlu dipahami oleh mereka yang hendak mengajar pendidikan jasmani. Pada umumnya guru pendidikan jasmani gaya mengajar yang cenderung digunakan adalah gaya komando. Gaya komando merupakan gaya mengajar yang dalam pelaksanaannya berpusat pada guru, artinya guru sepenuhnya mengambil peran dalam kegiatan belajar mengajar. sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peniliti di lapangan. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 05 februari 2016, bahwa mata pelajaran pendidikan jasmani sangat diminati oleh siswa, namun ditemukan banyak siswa yang menjadi jenuh dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani secara khusus dalam mempelajari servis panjang forehand bulutangkis. Guru kurang kreatif dalam mengembangkan gaya mengajar yang variatif, sehingga kurang bervariasi dan pendekatan yang kurang berorientasi kepada siswa, serta kemampuan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran yang akhirnya mengakibatkan menurunnya hasil belajar siswa. Variasi pembelajaran merupakan suatu proses untuk menentukan gaya mengajar apa yang paling baik dilaksanakan agar muncul perubahan dan keterampilan pada diri siswa kearah yang ingin dicapai. Hal ini sesuai dengan hasil observasi peneliti pada kegiatan proses pembelajaran pendidikan jasmani untuk teori di kelas guru menerapkan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah lebih mengutamakan hapalan dari pada pengertian, mengutamakan hasil dari proses, dan pengajaran berpusat pada guru. Jadi kegiatan guru yang utama adalah menerangkan dan siswa

4 mendengarkan atau mencatat apa yang disampaikan guru., sedangkan untuk praktek di lapangan guru penjas menggunakan gaya mengajar komando yang selalu berpusat pada guru tersebut sehingga siswa tidak bisa mengembangkan aspek kemampuannya. Proses belajar mengajar pendidikan jasmani secara khusus dalam materi kemampuan servis panjang forehand bulutangkis tidak seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dari nilai hasil siswa untuk praktek di lapangan tidak mencapai hasil yang baik khususnya untuk pembelajaran service panjang forehand dalam permainan bulutangkis, dari nilai KKM 75 jumlah siswa yang tuntas 12 orang sedangkan yang tidak tuntas 24 orang dengan presentase yang tuntas 33.33 % dan yang tidak tuntas 66.66 %. Berdasarkan observasi peneliti ketidak tuntasan tersebut terjadi pada sikap pelaksanaan dimana pada saat perkenaan raket dengan shuttlecock masih menghasilkan pukulan servis yang tidak sesuai dengan yang diharapkan dari proses pembelajaran ini. Hal ini dikarenakan ada sebagian besar dari siswa yang diteliti masih salah dalam cara memegang raket, gerakan kaki pada saat melakukan servis masih salah dan pada saat di akhir gerakan pinggul dan bahu masih tampak kaku sehingga hasil dari pukulan servis tersebut kurang terarah dan melambungnya shuttlecock seringkali melewati garis belakang lapangan. Peneliti menganalisa bahwa salah satu penyebab kurangnya kompetensi hasil belajar pendidikan jasmani materi servis panjang forehand dalam permainan bulutangkis pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sosopan adalah guru tidak menerapkan variasi gaya mengajar yang tepat, dimana siswa hanya berfokus pada apa yang disampaikan guru, dimana siswa merasa bosan dan jenuh bahkan siswa kurang merasakan proses pembelajaran tersebut dan siswa tidak dapat

5 berkreatifitas lebih aktif sehingga proses belajar mengajar kurang maksimal terlaksana. Seperti halnya pada proses pembelajaran pada permainan bulutangkis, siswa belum mampu melakukan servis panjang forehand dengan baik, dimana siswa kurang diberi kesempatan melatih servis panjang forehand dengan baik dan tidak banyak diberikan kesempatan mengembangkan potensinya/bakatnya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Ditinjau dari sarana dan prasarana di SMP Negeri 2 Sosopan, memiliki beberapa sarana olahraga di antaranya: satu (1) lapangan bulu tangkis, satu (1) lapangan voli, dan satu (1) lapangan sepakbola (lapangan serbaguna). Sedangkan prasarana yang dimiliki terdiri dari bola voli sebanyak lima (5), bola kaki sebanyak tiga (3), dan peralatan permainan bulu tangkis seperti reket sebanyak sepuluh (10), dua (2) sloop shuttlecock, dan dua (2) net bulu tangkis. Peralatan tersebut kondisinya cukup baik bila digunakan saat pembelajaran pendidikan jasmani. Berdasarkan dari kondisi tersebut maka perlu mengetahui cara atau gaya mengajar yang tepat untuk menyampaikan materi pembelajaran agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Pembelajaran adalah usaha sadar dan sengaja oleh guru dan murid yang membuat siswa belajar melalui pengaktifan berbagai unsur dalam hasil belajar siswa. Untuk memperbaiki proses belajar servis panjang forehand pada permainan bulutangkis secara efektif dan efesien maka penulis mempunyai ketertarikan untuk menerapkan gaya mengajar yang tepat. Salah satu gaya mengajar yang dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar servis

6 panjang forehand bulutangkis adalah menggunakan gaya mengajar resiprokal (timbal-balik), Dalam menggunakan metode resiprokal (timbal-balik) akan memberikan kebebasan pada siswa untuk membuat keputusan sehubungan dengan pelaksanaan tugas, siswa diberi kewajiban untuk menilai hasil belajar secara terbatas, penilaian hanya terbatas pada penilaian formatif atau korektif oleh seorang terhadap seorang siswa, oleh sekelompok siswa terhadap kelompok siswa lain, atau sekelompok siswa terhadap hasil belajar seorang siswa. Apabila gaya mengajar resiprokal (timbal-balik) diterapkan dalam proses pembelajaran servis panjang forehand dalam permainan bulutangkis, maka siswa dapat lebih aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan diri sendiri, menilai teman sendiri, bertanggung jawab pada perbuatan dan hasilnya, oleh sebab itu peneliti mengangkat judul: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Service Panjang Forehand Bulutangkis Melalui Gaya Mengajar Resiprokal Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sosopan Tahun ajaran 2015-2016. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dibuat suatu gambaran permasalahan yang dihadapi yang berkaitan dengan pelaksanaan identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Kurangnya perhatian guru dalam memilih gaya mengajar yang tepat pada suatu materi pembelajaran yang mempengaruhi hasil belajar siswa.

7 2. Siswa merasa bosan dan jenuh bahkan siswa kurang merasakan proses pembelajaran tersebut dan siswa tidak dapat berkreatifitas lebih aktif sehingga proses belajar mengajar kurang maksimal terlaksana. 3. Siswa tidak mendapat umpan balik secara langsung dari guru penjas pada saat melakukan kesalahan gerak yang dilakukan oleh dirinya senidri karna hanya berfokus pada hasil bukan proses pada saat melakukan gerakan servis panjang forehand. 4. Proses belajar siswa kurang aktif dan kurang partisipasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani sehingga berakibat pada rendahnya pencapaian nilai hasil belajar servis panjang forehand pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sosopan. C. Pembatasan Masalah Untuk menghindari interprestasi yang salah dan sebagai pembatasan masalah dalam penelitian yang dilakukan maka perlu kiranya menentukan pembatasan masalah, agar penulisan ini lebih berfokus dan terarah pada hal-hal pokok saja untuk menghindari pemahaman yang terlalu meluas dan mempertegas sasaran yang akan dicapai. Pembatasan masalah tentang, penerapan gaya mengajar resiprokal dalam upaya memperbaiki proses belajar servis panjang forehand pada permainan bulutangkis siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sosopan Tahun Ajaran 2015/2016. Penelitian ini hanya meneliti dari segi proses.

8 D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti: Apakah dengan menggunakan gaya mengajar resiprokal dapat meningkatkan hasil belajar service panjang forehand bulutangkis pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sosopan Tahun Ajaran 2015-2016?. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Untuk meningkatkan hasil belajar service panjang forehand bulutangkis pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sosopan Tahun Ajaran 2015-2016, melalui gaya mengajar resiprokal. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat : 1. Meningkatkan kemajuan pendidikan yang lebih baik bagi guru dan siswa, dalam memperbaiki proses belajar servis panjang forehand pada permainan bulutangkis siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sosopan. 2. Adapun manfaat penelitian ini secara praktis adalah sebagai masukan pikiran dalam memperbaiki proses belajar servis panjang forehand pada permainan bulutangkis siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sosopan. 3. Sebagai masukan bagi mahasiswa lain di Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.