BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang

DUIT UNTUK NASDEM DAN PAN DIPENDING SPJ AKAN DIEVALUASI BPK

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

BAB VI. Penutup. pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014?

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

I. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen

Pembaruan Parpol Lewat UU

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah atau seringkali

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT. Nomor 11/Kpts/ /III/2014

I. PENDAHULUAN. Hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau rakyat selalu berada. terbaik dalam perkembangan organisasi negara modern.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Umum Kepala Daerah menjadi Cossensus politik Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. memperoleh dan menambah dukungan suara bagi para kandidat kepala daerah. Partai politik

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. warga tertentu. Strategi komunikasi politik juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan system pemerintahan. Dimana para calon pemimpin. PP NO 6 Tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

BAB VI PENUTUP. sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa : Faktor Kemenangan koalisi Suharsono-Halim dalam

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis :

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep

KOMISI PEMILIHAN UMUM

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia yaitu kesejahteraan rakyat.

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Pesta demokrasi dimulai, saat ini bangsa Indonesia sedang memeriahkan

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

BAB I PENDAHULUAN. praktek politik masa lalu yang kotor. Terlepas dari trauma masa lalu itu, praktek

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

TANTANGAN DAN STRATEGI PARPOL DALAM PILKADA SERENTAK

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

BAB I PENDAHULUAN. rakyat indonesia yang berdasarkan pancasila dan undang undang dasar negara

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG

Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

BAB VI KESIMPULAN. berasal dari dana mereka masing-masing. Di samping itu bantuan finansial dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KONSEPSI REVISI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TTG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga

Terpelajar itu harusnya setia dalam mendidik (Tawakkal Baharuddin) Untuk: Keluarga, Saudara dan Sahabat

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

BAB I PENDAHULUAN. perwakilan. Partai politik melalui anggota-anggotanya yang duduk di lembaga

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini kehidupan politik di Indonesia sangat dinamis. Ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ).

BAB V PENUTUP. ikatan-ikatan sosial. Selain itu keberadaan masyarakat sipil juga berpengaruh

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

KOMISI PEMILIHAN UMUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI...

BAB III DATA RESPONDEN

Tjhai Chui Mie, Perempuan Tionghoa, Calon Walikota Singkawang Pilihan PDIP

PENDAHULUAN Latar Belakang

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU

DUKUNGAN TERHADAP CALON INDEPENDEN

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

A. Kesimpulan BAB V PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Salah satu

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

LAMPIRAN. Daftar Informan. Waktu. Tanggal 1 Novemvber 2016 pukul WIB. Tanggal 1 November WIB

Transkripsi:

1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya pemerintahan. Perubahan ini juga membawa implikasi yang luas dalam dinamika politik di berbagai daerah di Indonesia. Fungsi sebuah partai politik adalah sebagai saluran aspirasi bagi warga negara. Peran partai politik ini memperoleh momentum dalam Pemilukada (Pemilihan Umum Kepala Daerah), ketika warga negara memilih para anggota legislatif atau Kepala Daerah yang akan membawa aspirasi mereka. Partai politik berfungsi menyeleksi, menawarkan, dan mencalonkan kadernya sebagai calon anggota legislatif atau Kepala Daerah untuk dipilih rakyat. Dengan demikian, partai yang menjadi pemenang Pemilukada di suatu daerah, bisa dimaknai sebagai partai yang memperoleh tempat di hati masyarakat untuk menyalurkan aspirasi mereka. Dalam menghadapi Pemilukada partai politik terus melakukan konsolidasi terutama untuk penggalangan dana. Sebagai contoh dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pada saat pemilu 2009 anggota DPR RI dimintai iuran Rp 25 juta. Untuk kader yang menjadi Kepala Daerah besaran iurannya lebih banyak, sedangkan untuk anggota DPRD besarnya lebih sedikit (Kompas 18 Juni 2012 ).

2 Dalam kerangka itu, ada fenomena menarik dalam pemilihan umum Kepala Daerah (Pemilukada). Besarnya basis massa dan konstituen yang dimiliki oleh partai pemenang pemilu legislatif, menjadikannya percaya diri untuk maju sendiri dan dengan kadernya sendiri dalam Pemilukada. Hal ini kerap terjadi, partai pemenang ini berkoalisi dengan partai-partai lain, dan mencalonkan kandidat yang berasal dari interen partai yang berpotensi sebagai kompetitor dalam Pemilukada. Langkah yang ditempuh oleh partai-partai politik ini pun bukan tanpa alasan. Hal ini karena partai politik yang menang dalam pemilu legislatif cenderung berjaya dalam Pemilukada, namun justru kenyataanya sebaliknya partai pemenang pemilu legislatif belum tentu menang dalam Pemilukada. Menurut catatan LSI (Lembaga Survey Indonesia 2005), sebagian besar (72,3 persen) Pemilukada dimenangkan oleh partai atau koalisi partai yang bukan pemenang pemilu legislatif. Berdasarkan hasil penelitian (P2P-LIPI), Ikrar Nusa Bhakti dalam Kompas (31 Mei 2011) menyatakan partai politik yang menang di banyak daerah dalam pemilu legislatif, mengalami kekalahan telak dalam Pemilukada selama 2009 sampai 2010. Partai politik mengakui bahwa salah satu faktor kekalahan ini adalah karena mereka mengusung kader sendiri. Akibatnya, mereka membuka lebih lebar lagi peluang bagi non-kader untuk ikut serta dalam Pemilukada. Ada beberapa hal yang mungkin bisa menjelaskan fenomena di atas. Pertama, berbeda dengan pemilu legislatif yang berbasis partai politik, Pemilukada adalah berbasis individu kandidat. Dengan demikian, ketokohan

3 seorang figur kandidat akan sangat menentukan tingkat keterpilihannya. Oleh karena itu, sosok incumbent (tokoh yang menjabat) menjadi rebutan partai-partai pemenang untuk mencalonkannya kembali. Selain karena sosok incumbent sudah sangat populer, kedudukannya sebagai pejabat diduga bisa dimanfaatkan untuk memobilisasi dana maupun dukungan dari masyarakat. Kedua, karena faktor popularitas saja belum cukup untuk memenangi Pemilukada. Faktor modal finansial juga sangat menentukan dalam Pemilukada. Hal ini berarti bahwa partai yang besar, ataupun kandidat yang terkenal, harus didukung pula oleh dana yang memadai. Para kandidat membutuhkan biaya yang cukup besar untuk bisa meraih simpati massa sekaligus memobilisasi para pemilih tersebut. Pertanyaan yang kemudian timbul, peran apakah yang bisa dilakoni oleh partai politik dalam fenomena Pemilukada yang seperti ini? Secara normatif, partai politik berfungsi sebagai mediator untuk melakukan penjaringan caloncalon yang akan diajukan sebagai legislator dan pemimpin daerah. Oleh karena itu, baik dan buruknya parlemen dan pemerintah sangat tergantung dari kualitas partai dalam seleksi kandidat tersebut. Untuk menjalankan fungsi tersebut di atas, partai politik mempunyai mekanisme kaderisasi. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti akan membahas tentang rekrutmen partai politik PDI-P yang akan menjadi kompetitor dalam Pemilukada. Kaderisasi dapat dimaknai sebagai proses regenerasi partai untuk memastikan bahwa rekrutmen politik akan menghasilkan orang-orang baru yang kompeten, dan menjamin berlangsungnya sirkulasi elit partai. Melalui mobilisasi sumberdaya, kader-kader yang direkrut sejak awal inilah yang secara optimal

4 dapat diarahkan untuk menjadi kandidat guna mengisi jabatan publik. Dengan demikian, kandidat sejatinya merupakan cerminan partai yang berbasis ideologi tertentu, yang sudah mempunyai basis konstituen yang jelas sebagaimana terbukti dalam kemenangan dalam pemilu legislatif. Akan tetapi, yang terjadi adalah partai kehilangan fungsi normatifnya tersebut. Partai politik mengalami krisis kader yang bisa diandalkan untuk memenangi Pemilukada yang mensyaratkan popularitas, kapasitas, dan dana. Meskipun banyak kader partai yang cukup popular, tetapi tidak mempunyai kapasitas dan tidak mempunyai uang. Hal ini menunjukkan terjadinya krisis kaderisasi dan seleksi kandidat dalam partai politik. Serangkaian Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada) secara langsung yang telah digelar di seluruh penjuru Tanah Air pada Tahun 2010. Di Provinsi Jawa Tengah sendiri setidaknya ada 17 (tujuh belas) daerah Kabupaten/Kota yang telah menggelar Pemilukada pada Tahun 2010 termasuk Kota Magelang. Kota ini telah menyelenggarakan pesta demokrasi lokal memilih calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah untuk kedua kalinya dengan dipilih secara langsung. Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung dimaksud agar keputusan politik yang dihasilkan merupakan cerminan perilaku politik yang demokratis serta sesuai dengan partisipasi nyata masyarakat. Dibandingkan dengan sistem perwakilan, pemilihan langsung jelas lebih demokratis karena rakyat langsung dapat menggunakan hak pilihnya, meskipun pada sisi lain sistem pemilihan langsung dapat menciptakan suhu persaingan politik yang sangat tajam, sehingga akan menimbulkan gesekan-gesekan di tengah masyarakat.

5 Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, khususnya Pasal 24 ayat 5, bahwa penentu Bupati/Walikota atau Wakil Bupati/Wakil Walikota dalam Pemilukada langsung adalah masyarakat dan sudah tidak lagi pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang dipilih oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Selanjutnya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, bahwa Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota berkewajiban menyampaikan laporan kepada DPRD untuk setiap tahap pelaksanaan pemilihan dan menyampaikan informasi kegiatannya kepada masyarakat. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota sebagai penyelenggara pemilihan mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilihan. Komisi Pemilihan Umum Kota Magelang sebagai lembaga yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri serta dipercaya untuk melaksanakan Pemilukada adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Komisi Pemilihan Umum. Segala rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan Pemilukada, khususnya Pemilukada merupakan tanggung jawab Komisi Pemilihan Umum Kota Magelang, dan dalam pelaksanaannya harus senantiasa dikoordinasikan serta dilaporkan kepada Pemerintah Kota Magelang. Disamping itu Komisi Pemilihan Umum Kota Magelang harus mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang berasal dari APBD Kota Magelang. Berdasarkan data KPU propinsi Jawa Tengah, tingkat partisipasi pemilih Kota Magelang dalam pemilihan Kepala Daerah (Pemilukada) tahun 2010, mengalami penurunan. Pada Pemilukada 2005 lalu, partisipasi

6 pemilih bisa mencapai 77,2 persen, sedangkan tahun 2010 71,02 persen. Hal itu disampaikan Nuswantoro Dwiwarno, anggota KPU Jateng Divisi Kampanye dan Hubungan Kelembagaan, dalam acara evaluasi eksternal penyelenggaraan Pemilukada Walikota dan wakil Walikota Magelang 2010, di Gedung Wanita, Kamis (30 September 2010). Berdasarkan evaluasinya, penyebab penurunan itu, berbagai kemungkinan antara lain adalah faktor kejenuhan atau calon Kepala Daerah tidak sesuai dengan harapan mereka. Meski demikian, katanya, khusus di wilayah Kota Magelang, dalam pelaksanaan Pemilukada masyarakat sangat antusias sehingga jumlah partisipan cukup bagus karena masuk dalam grade 70 yaitu telah lebih mencapai 71,02 persen. Sehubungan dengan pelaksanaan Pemilukada Kota Magelang, peneliti akan memotret perilaku partai politik PDI-P yang dijadikan obyek penelitian, karena menang dalam pemilukada 2010. Dengan mengambil setting Pemilukada di Kota Magelang Jateng, khususnya PDI-P studi ini secara spesifik mencoba menjelaskan rekrutmen politik yang dilakukan PDI-P dalam memperebutkan jabatan strategis. Dalam pelaksanaan Pemilukada Kota Magelang banyak terjadi gesekan-gesekan terutama antar pendukung calon. Disamping terjadi ketegangan antar calon, sesama pendukung calon sendiri yang diusung partai tertentu, juga terjadi perselisihan, sampai akhirnya terjadi pemukulan yang pada ujungnya membawa korban orang meninggal dunia. Hal ini sangat berpengaruh terhadap situasi keamanan pada saat pelaksanaan Pemilukada berlangsung. Adapun yang lebih menarik lagi adalah bahwa pemilu legislatif di tahun 2010 tersebut dimenangkan oleh Partai Demokrat, namun pada pelaksanaan Pemilukada di

7 menangkan oleh partai pengusung yaitu PDI-P. Studi ini akan menjelaskan bahwa partai politik cenderung berperilaku pragmatis, khususnya dalam rekrutmen politik kandidat yakni tidak mencalonkan kadernya sendiri melainkan mencari aktor lain yang mempunyai elektabilitas lebih tinggi sehingga dapat memenangkan dalam Pemilukada Kota Magelang Tahun 2010. Sebagaimana diketahui, Pemilukada Kota Magelang diikuti oleh empat pasangan calon Walikota dan wakil Walikota Magelang periode 2010 2015. Masing-masing adalah nomor urut 1 pasangan Drs. Kuncoro dengan Rahajeng Eni Rahayu Spd (Kunci) dari kelompok independen. Drs. Kuncoro merupakan dosen Universitas Tidar Magelang, dan wakilnya Rahajeng Eni Rahayu adalah seorang guru di SMA Yudha Karya Kota Magelang. Adapun nomor urut 2 adalah pasangan Dr. Senin Budi Prasetyo Msi dengan Kholid Abidin ST (Sendikho) diusung oleh Partai Demokrat dan Partai Damai Sejahtera dan PPP. Dr Senin Budi Prasetyo Msi, pada saat itu menjabat Sekretaris Daerah Kota Magelang, adapun wakilnya Kholid Abidin ST adalah anggota DPRD Kota Magelang. Kemudian nomor urut 3 adalah Pasangan Ir. H. Sigit Widyonindito, MT dengan Joko Prasetyo S.Sos (Sijoli) diusung oleh PDIP, PAN, PKS, dan gabungan Partai non parlemen. Ir. H. Sigit Widyonindito adalah pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang, adapun wakilnya adalah Joko Prasetyo seorang anggota DPRD Kota Magelang. Terakhir pasangan nomor urut 4 H. Budiyarto dengan Titik Utami S.Sos, yang diusung oleh Partai Golkar, PKB dan PKPI. H. Budiarto adalah purnawirawan TNI AD, adapun Titik Utami S.Sos adalah seorang dosen Universitas Muhammadiyah Kota Magelang. Para kandidat Kepala Daerah di atas

8 mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, ada yang dari kalangan akademisi, militer, birokrat dan pengusaha. Ada yang diusung oleh beberapa partai politik dan ada juga yang lewat jalur independen (KPU Kota Magelang Periode 2008-2013). 1.2 Rumusan Masalah Mengacu dari latar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1.2.1 Bagaimana Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan melakukan proses rekrutmen politik untuk kandidat kepala daerah dalam Pemilukada di Kota Magelang? 1.2.2 Bagaimana implikasi proses rekrutmen politik dalam Pemilukada di Kota Magelang terhadap ketahanan wilayah? 1.3 Keaslian Penelitian Keaslian dalam penelitian ini mengemukakan bahwa dalam Pemilukada banyak terjadi dinamika kejadian di lingkungan masyarakat, yang mempunyai implikasi terhadap ketahanan wilayah, yang mana hal ini jarang disampaikan secara sistematis. Dalam penelitian yang lain contohnya adalah: 1.3.1 Politisasi PDI-P dalam strategi elit di Pemilukada. 1.3.2 Pusaran politik PDI-P dalam rekrutmen kandidat partai. Kajian yang sudah biasa dilaksanakan adalah menggunakan isu tradisional seperti etnis atau marga dalam aktifitas politik dalam Pemilukada, tapi tidak disertai implikasinya terhadap ketahanan dalam wilayah tersebut. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji bagaimana proses rekrutmen tokoh di internal PDI

9 Perjuangan sehingga bisa memenangkan dalam Pemilukada serta implikasinya terhadap ketahanan wilayah di Kota Magelang. Sebagaimana diketahui dalam pemilu legislatif 2010 Kota Magelang PDI-P mengalami kekalahan. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk menjawab pertanyaan dari permasalahan yang ada yaitu : 1.4.1. Menjelaskan tentang proses rekrutmen politik di internal PDI Perjuangan atau kaderisasi tokoh yang akan dijadikan calon kepala daerah dalam kompetisi Pemilukada. 1.4.2. Menjelaskan tentang implikasinya dalam proses rekrutmen politik dalam Pemilukada terhadap ketahanan wilayah. 1.5 Manfaat penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1.5.1 Untuk memperdalam pengetahuan tentang rekrutmen politik di internal PDI Perjuangan dalam Pemilukada Kota Magelang 2010. 1.5.2 Untuk memberikan sumbangan pengetahuan bagi para pembaca terkait rekrutmen politik PDI Perjuangan dalam Pemilukada Kota Magelang 2010. 1.5.3. Kepada pemerhati, hasil penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan atau pertimbangan dalam pendidikan politik bagi mahasiswa atau masyarakat luas.