BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makna umum pendidikan adalah sebagai usaha manusia menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mivtha Citraningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membantu penyelesaian masalah pembangunan yang ada. Upaya yang dilakukan

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antara siswa yang belajar dengan guru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Muhammad Abdul Wahid A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kebutuhan yang harus dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tahun 1945, berfungsi mengembangkan kemampuan dan. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang ada pada manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al-Qur an Allah menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat. martabat orang yang berilmu. Oleh karena itu Allah berfirman :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan kesuksesan masa depan masyarakat semuanya yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan bidang pendidikan merupakan bagian yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resti Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang semakin cepat menuntut sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang makin. berkembang pesat dan arus globalisasi yang hebat maka muncullah

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan. Tingkat Satuan Pendidikan 2006.

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan bukan hanya belajar dari tidak tahu untuk menjadi tahu

2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PROYEK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA PADA MATERI SISTEM KOLOID

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari manusia, mulai dari lahir hingga mati. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Trianto, 2011). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu muatan kurikulum yang wajib dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. IPA merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, bukan hanya penguasaan fakta, konsep, maupun prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Namun, saat ini kecenderungan pembelajaran IPA hanya sebagai produk, dan siswa hanya menghapal teori-teori saja. Hal ini diperparah dengan adanya anggapan bahwa IPA merupakan pelajaran yang sulit sehingga menurunkan motivasi belajar peserta didik. Selain itu, pembelajaran IPA yang diterapkan di lapangan cenderung berorientasi pada tes/nilai, padahal hakikat IPA meliputi empat unsur utama, yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi (Trianto, 2012). Melalui pembelajaran IPA dapat dibangun berbagai keterampilan berpikir tingkat tinggi. Adapun kekuatan pembelajaran IPA untuk membangun kemampuan berpikir siswa terletak pada kemampuan merumuskan hipotesis, yang mengacu dikembangkannya berbagai kemampuan berpikir siswa. Kemampuan berpikir ini kurang dapat dikembangkan pada pembelajaran IPA tanpa eksperimen atau praktikum, seperti halnya pembelajaran IPA yang ditemukan di sekolahsekolah di Indonesia pada umumnya (Susiwi et al, 2009). 1

2 Menurut Rustaman (2003) Pembelajaran biologi sebagai bagian dari sains terdiri dari produk dan proses. Produk biologi terdiri atas sebuah teori dan prinsip dari kehidupan makhluk hidup beserta interaksinya dengan lingkungan. Menurut Sapriati (2013) keterampilan proses sains sebagai keterampilan yang menekankan pada fakta dan pendekatan konsep, yang digunakan dalam pembelajaran IPA yang didasarkan pada langkah kegiatan dalam menguji sesuatu hal yang biasa dilakukan oleh para ilmuwan pada waktu membangun atau membuktikan suatu teori. Yuliati (2016) mengatakan bahwa pembelajaran sains selama ini memiliki kecenderungan hanya mengasah aspek mengingat dan memahami, keadaan ini dilihat dengan kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan aktivitas yang dilakukan cenderung tidak relevan dengan materi pembelajaran, aktivitas siswa hanya sebatas mencatat dan mendengarkan, selain itu pendekatan yang digunakan kurang mampu mengaktifkan siswa. Penjelasan tersebut didukung oleh hasil penelitian Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2007 sebagaimana dikutip oleh Handika dan Wangid (2013) yang menyatakan bahwa metode ceramah dan cara menulis di papan tulis merupakan metode yang paling banyak digunakan. Hal ini menyebabkan kesempatan siswa untuk terlibat dalam proses belajar dan kesempatan untuk mengembangkan diri berkurang. Berbagai temuan tersebut juga didukung berdasarkan hasil observasi di SMA Parulian 1 Medan saat mengamati salah satu guru biologi mengajar dengan menggunakan metode ceramah terlihat ketika guru menyampaikan materi pembelajaran, siswa hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, hal itu terlihat jika diberi kesempatan bertanya, hanya satu dua orang yang berani untuk bertanya. Siswa juga jarang menyampaikan pendapat dan hanya beberapa siswa yang berani menjawab pertanyaan guru, siswa juga terlihat merasa kurang semangat dengan proses pembelajaran yang monoton berpusat pada guru saja. Dari hasi observasi diatas menunjukan bahwa masih rendahnya keterampilan proses sains siswa. Adanya trend Kurikulum 2013, konsep pembelajaran kurikulum 2013 adalah pembelajaran kompetensi dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan

3 keterampilan. Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba/ mengumpulkan data, mengasosiasi/ menalar, dan mengkomunikasikan. Penguatan pendekatan saintifik perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian untuk mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya nyata (Project Based Learning) dan berbasis pemecahan masalah (Problem Based Learning)., salah satu cara yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut ialah dengan menerapkan metode keterampilan proses sains saat proses pembelajaran. Beberapa prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma seperti ; (1) peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu; (2) guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3) pendekatan kontekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran verbalisme menjadi keterampilan aplikatif (Permendikbud Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2013). Penggunaan model pembelajaran juga karena tuntutan kurikulum yang berlaku, pada pembelajaran kurikulum 2013 sesuai dengan Permendikbud No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, yang menyebutkan bahwa pendekatan pembelajaran dapat menggunakan beberapa strategi seperti pembelajaran kontekstual diantaranya yaitu Problem Based Learning dan Project Based Learning. Tan dalam Rusman (2012) Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) selanjutnya disingkat PBL adalah suatu metode pembelajaran yang menggunakan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada dengan kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.

4 Menurut Buck Institute for Education (BIE) dalam Wena (2009) Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) selanjutnya disingkat PjBL adalah model pembelajaran yang berfokus pada konsep-konsep dan prinsipprinsip utama (central) dari suatu disiplin, melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya, memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai, dan realistik. Berdasarkan hasil penelitian Andi Wahyudi, et al, yang berjudul Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri Jumapolo Tahun Pelajaran 2013/2014 menarik kesimpulan bahwa keterampilan proses sains siswa di kelas ekperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dengan nilai uji hipotesis Sig. 0,001 < 0,050 dan nilai F hitung > F tabel, yaitu 11.231 > 4.000. Hal ini menunjukan bahwa model Problem Based Learning berpengaruh signifikan terhadap keterampilan proses sains siswa. Berdasarkan hasil penelitian Nuril Maghfiroh, et al, yang berjudul Pengaruh Project Based Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMA Negeri Sidoarjo menarik kesimpulan bahwa keterampilan proses sains siswa di kelas ekperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dengan nilai uji hipotesis Sig. 0,003 < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa model Project Based Learning berpengaruh signifikan terhadap keterampilan proses sains siswa. Salah satu materi biologi Kelas X SMA yang sangat dekat dengan lingkungan adalah materi keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati adalah seluruh mikrorganisme, tumbuhan, dan hewan termasuk di dalamnya ada gen yang mereka miliki, juga adanya lingkungan hidup yang mereka susun dari ekosistem rumit (Indrawan, et al, 2007). Berdasarkan KD pada materi keanekaragaman hayati (lampiran 1), siswa diharapkan mampu mengembangkan sikap kagum terhadap ciptaan Tuhan, berperilaku ilmiah, dan menganalisis data hasil oberservasi tentang berbagai tingkat keanekaragaman hayati (gen, jenis dan ekosistem) di Indonesia dan mengkomunikasikannya secara lisan maupun tertulis. Untuk dapat mencapai

5 kompetensi dasar yang diharapkan maka, diperlukan suatu kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi secara kompleks melalui kegiatan observasi/pengamatan tingkat keanekaragaman hayati serta dapat mengembangkan berbagai macam keterampilan yang dimilikinya untuk memecahkan suatu masalah pada keanekaragaman hayati di lingkungan sekitar. Alangkah baiknya jika materi tersebut diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran berbasis proyek ditambah lagi dengan menerapkan aspek keterampilan proses sains. Menerapkan pengajaran yang menggunakan model seperti diatas telah diciptakan suatu kegiatan atau suasana yang kooperatif dan komunikatif, dimana dalam proses pembelajaran siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Artinya siswa harus dilibatkan secara aktif dalam kegiatan belajar serta berkontribusi dalam membangun pengetahuan dan mampu mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh kedalam dunia nyata. Berdasarkan uraian permasalahan diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Perbedaan Keterampilan Proses Sains Siswa Yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Project Based Learning Pada Materi Keanekaragaman Hayati Di Kelas X SMA Parulian 1 Medan T.P. 2017/2018. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka diidentifikasi pokok-pokok masalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran masih jarang diterapkan dalam kegiatan belajar dan mengajar pada mata pelajaran biologi, guru lebih sering menerapkan metode ceramah dan tanyajawab. 2. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) belum pernah digunakan oleh guru dalam mengajarkan mata pelajaran biologi. 3. Rendahnya keterampilan proses sains siswa.

6 1.3. Batasan Masalah Mengingat luasnya ruang lingkup masalah yang akan diteliti dan agar penelitian lebih jelas serta terarah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini dibatasi pada model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL). 2. Penelitian ini meneliti keterampilan proses sains siswa yang dibatasi hanya pada aspek observasi, klasifikasi, berkomunikasi, mengajukan pertanyaan, dan interpretasi data pada kegiatan belajar dan mengajar materi keanekaragaman hayati. 3. Subjek penelitian dibatasi pada siswa/i kelas X-MIA SMA Parulian 1 Medan T.P. 2017/2018. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain: 1. Bagaimanakah Keterampilan Proses Sains siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi Keanekaragaman Hayati di kelas X SMA Parulian 1 Medan T.P. 2017/2018? 2. Bagaimanakah Keterampilan Proses Sains siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada materi Keanekaragaman Hayati di kelas X SMA Parulian 1 Medan T.P. 2017/2018? 3. Apakah ada perbedaan antara Keterampilan Proses Sains siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada materi Keanekaragaman Hayati di kelas X SMA Parulian 1 Medan T.P. 2017/2018?

7 1.5. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini antara lain, yaitu: 1. Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi keanekaragaman hayati di kelas X SMA Parulian 1 Medan T.P. 2017/2018. 2. Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada materi keanekaragaman hayati di kelas X SMA Parulian 1 Medan T.P. 2017/2018. 3. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan proses sains siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada materi keanekaragaman hayati di kelas X SMA Parulian 1 Medan T.P. 2017/2018. 1.6. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai berikut: 1. Bagi siswa, sebagai pengalaman belajar yang mampu memotivasi siswa dalam memahami materi sehingga dapat meningkatkan keterampilan proses sains pada mata pelajaran biologi. 2. Bagi guru, sebagai bahan masukan dalam memilih model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran biologi untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa dalam kegiatan belajar dan mengajar. 3. Bagi sekolah, sebagai bahan acuan untuk guru-guru lain dalam memperbaiki teknik pengajarannya sehingga dapat meningkatkan keterampilan proses sains di sekolah. 4. Bagi peneliti, sebagai masukan untuk mempersiapkan diri menjadi guru yang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.

8 5. Bagi prodi pendidikan biologi dan masyarakat sebagai bahan acuan, perbandingan ataupun referensi bagi para peneliti yang melakukan penelitian pengembangan selanjutnya. 1.7. Definisi Operasional 1. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang dimiliki secara alami oleh manusia meliputi keterampilan kognitif, manual, dan sosial yang tercerminkan dalam hakikat pembeljaran IPA yaitu proses dan produk. 2. Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah. 3. Problem Based Learning (PjBL) atau pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang berfokus pada aktivitas proyek dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai dan realistik. 4. Materi keanekaragaman hayati merupakan salah satu materi biologi dimana siswa sering kesulitan untuk memahami konsep-konsepnya. 5. SMA Parulian 1 Medan merupakan sekolah yang dipilih untuk penelitian.