ANALISIS KINERJA BETON ASPAL BERBAHAN TAMBAH LIMBAH BOTOL AIR MINERAL (PET) TERHADAP VARIASI TEMPERATUR DAN LAMA PERENDAMAN BANJIR

dokumen-dokumen yang mirip
STABILITAS DINAMIS BETON ASPAL CAMPURAN PANAS DIBAWAH VARIASI TEMPERATUR

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

ANALISIS KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE- BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55 TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

BAB III LANDASAN TEORI

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH

PENGGUNAAN ABU BATUBARA HASIL PEMBAKARAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON (LASTON)

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK KERAMIK SEBAGAI TAMBAHAN AGREGAT HALUS DALAM CAMPURAN ASPAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

PENGARUH KANDUNGAN AIR HUJAN TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK MARSHALL DAN INDEKS KEKUATAN SISA (IKS) CAMPURAN LAPISAN ASPAL BETON (LASTON)

BAB I PENDAHULUAN. disektor ekonomi, sosial budaya, politik, industri, pertahanan dan keamanan.

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

PENGARUH TEPUNG KANJI SEBAGAI ZAT ADITIF TERHADAP NILAI STABILITAS DAN NILAI KELELEHAN PADA CAMPURAN ASPAL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

Karakteristik Campuran AC-WC dengan Penambahan Limbah Plastik Low Density Polyethylene (LDPE)

PENGARUH STYROFOAM DAN SEMEN PORTLAND KOMPOSIT PADA CAMPURAN ASPAL LAPIS PERMUKAAN (AC WC) TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

VARIASI PERENDAMAN PADA CAMPURAN BETON ASPAL TERHADAP NILAI STABILITAS MARSHALL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

PENGARUH LIMBAH KARET BAN SEBAGAI CAMPURAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL, PADA JENIS PERKERASAN LAPIS TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS B

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

BAB I PENDAHULUAN. lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement). Secara struktural

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR NTISARI BAB I PENDAHULUAN 1

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

KARAKTERISTIK LASTON MENGGUNAKAN BAHAN PENGISI ABU SAWIT

Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun makin meningkat. Laston (Asphalt Concrete, AC) yang dibuat sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat.

PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC DENGAN FILLER ABU SEKAM PADI, PASIR ANGGANA, DAN SPLIT PALU ABSTRACT

ABSTRAKSI. Kata kunci : filler lumpur lapindo, HRS, laston, parameter uji Marshall, kadar aspal optimum

PEMANFAATAN HASIL PENGUPASAN ASPAL UNTUK DAUR ULANG CAMPURAN BETON ASPAL

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

PEMANFAATAN ASPAL STARBIT E-55 UNTUK MENAHAN PENURUNAN KINERJA AKIBAT RENDAMAN AIR HUJAN PADA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN FILLER SEMEN DAN LAMA RENDAMAN BANJIR TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN SMA

perkerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, ukuran dan gradasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

Transkripsi:

POLITEKNOLOGI VOL.13 NO.1 JANUARI 2014 ANALISIS KINERJA BETON ASPAL BERBAHAN TAMBAH LIMBAH BOTOL AIR MINERAL (PET) TERHADAP VARIASI TEMPERATUR DAN LAMA PERENDAMAN BANJIR ABSTRACT EVA AZHRA LATIFA 1, EDY PRAMONO 2 Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) Kampus Baru UI Depok Jurusan Teknik Sipil PNJ, Telp 021 7863532, Fax 021 7863532 e-mail: evaalmy@gmail.com Roads with flexible pavements whose surface layer consists of asphalt concrete have a high likelihood to get deteriorate due to frequent submersion caused by floods. This research aims to attain an economical asphalt concrete mix with high durability to submersion under the influence of high temperature. Performance is improved by making the asphalt concrete mix resistant to temperature changes through adding mineral water bottle wastes into asphalt until the optimum characteristics are attained. The filler aggregate used is stone ash. Research is conducted on the asphalt concrete mixture that submerged for 24.72 and 120 hours at 300, 380, and 500 celsius. Stability, flow, marshall quotient and pore contents are all tested by the marshall method.. Determination of the best mix with soaking time and temperature variation is done by the regression analysis method. Keywords: aggregate filer, asphalt concrete, mineral water bottle waste, submersion, stability, temperature. ABSTRAK Jalan raya dengan perkerasan lentur yang lapis permukaannya terdiri dari beton aspal berpotensi tinggi untuk rusak karena seringnya terendam air akibat banjir. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan campuran ekonomis beton aspal yang mempunyai durabilitas tinggi terhadap rendaman air banjir yang dipengaruhi suhu tinggi. Peningkatan kinerja dilakukan dengan membuat campuran beton aspal tahan terhadap perubahan suhu dengan menambahkan limbah botol air mineral kedalam aspal sampai tercapai sifat yang optimum. Agregat pengisi yang digunakan abu batu. Penelitian dilakukan terhadap campuran beton aspal dengan masing-masing agregat pengisi direndam dengan lama perendaman 24,72 dan 120 jam pada temperatur 30, 38 dan 50 0 celcius. Stabilitas, kelelehan, kekakuan marshall dan kandungan pori diuji dengan metode marshall. Penentuan campuran terbaik dari variasi agregat pengisi, variasi lama perendaman dan variasi temperatur dilakukan dengan metoda analisis regresi. Kata kunci : agregat pengisi, beton aspal, limbah botol air mineral, perendaman, stabilitas, temperatur. PENDAHULUAN Permasalahan umum pada campuran beton aspal adalah ketidaktahanan terhadap beban lalu lintas dan temperatur udara yang tinggi. [1] Permasalahan bertambah di daerah dataran rendah yang sering terkena banjir dan sistem drainase jalan yang tidak berfungsi sebagaimana seharusnya. Menurut penelitian yang dilakukan Universitas Gajah Mada terhadap desain konstruksi jalan, air dan beban muatan, penyebab kerusakan jalan paling tinggi adalah desain konstruksi yang tidak sesuai standar diatas 50 persen dan yang paling rendah adalah beban muatan sekitar 15 persen (kompasiana, 2012). Sesuai data Balai Pelaksana Jalan Nasional IV, jalan 1 nasional di DKI Jakarta yang dalam kondisi baik sepanjang 27,48 km, kondisi sedang 106,95 km. Jalan rusak juga meningkatkan biaya logistik menjadi 30 persen dari yang seharusnya10 persen. Pemerintah pusat hanya mampu menangani sepuluh ruas jalan rusak dari 27 ruas sepanjang 8,22 kilometer dan terbanyak di sisi timur dan barat Jakarta, sesuai dengan anggaran yang tersedia tahun ini senilai Rp 120,54 miliar [2] Tujuan umum penelitian adalah untuk mendapatkan campuran beton aspal yang ekonomis dan mempunyai ketahanan (durabilitas) tinggi terhadap rendaman air pada temperatur tinggi.untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya adalah membuat campuran beton aspal lebih kedap

dengan menggunakan agregat pengisi (filler) berbutir lebih halus dan meningkatkan kinerja aspal agar daya lekatnya meningkat dan lebih tahan terhadap perubahan temperatur. Potensi keawetan campuran beton aspal dapat didifinisikan sebagai ketahanan campuran terhadap pengaruh kerusakan kombinasi akibat air dan suhu. Jalan yang terus menerus terendam air banjir diprediksi akan menyebabkan kerusakan sebagian besar infrastruktur jalan dan berpengaruh terhadap kekuatan (stabilitas) lapis perkerasan beton aspal [3]Lama waktu genangan banjir juga menjadi penting sebagai ukuran besar kecilnya kerugian yang ditimbulkan dari bencana banjir ini [4] Agregat bergradasi menerus dapat memberikan rongga antar butiran agregat (VMA) yang kecil. Keadaan ini menghasilkan stabilitas yang tinggi, tetapi membutuhkan kadar aspal yang rendah untuk mengikat agregat. VMA yang kecil mengakibatkan aspal yang dapat menyelimuti agregat terbatas dan menghasilkan film aspal yang tipis membuat aspal mudah lepas, mengakibatkan lapis tidak lagi kedap air, oksidasi mudah terjadi, dan lapis perkerasan menjadi rusak. Sedangkan pemakaian aspal yang banyak mengakibatkan aspal menyelimuti agregat secara berlebihan dan menghasilkan rongga yang kecil dan rentan terhadap bleeding.di Indonesia saat ini untuk beton aspal campuran panas umumnya menggunakan filler yang terdiri dari campuran abu batu, abu batu kapur, semen, dan bahan non plastis lainnya [5] Polietilena teraftalat (PET) merupakan jenis polimer terbanyak ketiga yang diproduksi setelah Polietilena dan Polipropilena. Bersifat jelas, keras, tahan terhadap pelarut, Densitas : + 1,4 g/cm3 : 1,370 g/cm3 (amorf) : 1,455 g/cm3 (kristal) Modulus Elastisitas (E) : 2800-3100 Mpa, Kuat tarik 55-75 Mpa. Temperatur glass (Tg) : 75 o C. Titik leleh dapat mencapai 260 o C. Konduktivitas thermal : 0,24 W /(m.k). [6]. Polietilena yang dipanaskan dan EVA AZHRA L., EDY PRAMONO, ANALISIS KERJA BETON... 2 dicampur dengan aspal minyak panas meningkatkan kekakuan aspal dan ditengarai meningkatkan ketahanan aspal terhadap perubahan suhu. METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan metode eksperimen di Laboratorium dengan melakukan sejumlah pengujian terhadap karakteristik beton aspal campuran panas dengan agregat pengisi abu batu, fly ash, dan semen Portland dengan aspal tanpa dan dengan limbah botol air mineral. HASIL DAN PEMBAHASAN Pori dalam campuran beton aspal Tinjauan tentang pori yang dinyatakan dengan rongga terisi aspal, rongga terhadap agregat dan rongga dalam campuran antara beton aspal tanpa limbah dan dengan limbah botol air mineral dinyatakan dalam bar chart dibawah ini.masing- masing diagram tersebut diikuti dengan data setelah campuran dengan limbah botol air mineral diuji pada kondisi terendam 24, 72 dan 120 jam pada suhu 30, 38 dan 50 0 Celsius. Masing- masing diagram tersebut diikuti dengan data setelah campuran dengan limbah botol air mineral diuji pada kondisi terendam 24, 72 dan 120 jam pada suhu 30, 38 dan 50 0 Celsius Gambar 3.1. Rongga terisi aspal beton aspal tanpa dan dengan limbah botol air mineral (PET)

POLITEKNOLOGI VOL.13 NO.1 JANUARI 2014 Dari gambar 3.3 terlihat bahwa PET menyebabkan rongga dalam agregat menjadi lebih banyak dibandingkan tanpa PET. Setelah direndam dan suhu meningkat kecenderungannya tetap sama dimana rongga dalam agregat meningkat oleh pertambahan waktu perendaman dan suhu perendaman. Gambar 3.2 Rongga terisi aspal campuran beton aspal dengan limbah botol air mineral Dari gambar 3.1 dan 3.2 dapat dilihat bahwa dengan penambahan limbah botol air mineral pada kondisi standar, pori yang terisi aspal lebih sedikit dibandingkan dengan tanpa limbah. Karena limbah menyebabkan aspal menjadi lebih kaku maka pada suhu ruang dan terendam sampai dengan 72 jam jumlah pori yang terisi aspal sedikit. Namun setelah direndam dan suhu meningkat, aspal beserta limbah menjadi lebih cair sehingga mengisi pori lebih banyak. % rongga dalam agregat 17,60 17,41 17,40 17,20 17,00 16,80 16,60 16,97 acuanpet PET Gambar 3.3. Rongga dalam agregat beton Gambar 3.4. Rongga dalam agregat campuran beton aspal dengan limbah botol air mineral % Gambar 3.5. Rongga dalam campuran beton % 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 15 10 5 0 rongga dalam campuran 3,58 4,49 rongga dalam campuran 24 72 120 perendaman, jam acuanpet pet 30 C 38 C 50 C Gambar 3.6. Rongga dalam campuran beton aspal dengan limbah botol air mineral Rongga dalam campuran beton aspal dengan PET lebih kecil dari tanpa PET seperti ditunjukkan oleh gambar 3.5.. Setelah direndam dan suhu meningkat, aspal dan PET yang mencair mampu mengisi pori lebih banyak, sehingga pori dalam campuran menjadi lebih sedikit, seperti ditunjukkan oleh gambar 3.6 Stabilitas, kelelehan dan kekakuan Marshall Akibat pembebanan yang dinyatakan dengan stabilitas, kelelehan dan nilai kekakuan Marshall dinyatakan sebagai berikut: 3

EVA AZHRA L., EDY PRAMONO, ANALISIS KERJA BETON... kg kg Gambar 3.7. Stabilitas campuran beton Gambar 3.8. Stabilitas campuran beton aspal dengan limbah botol air mineral Gambar 3.7. memperlihatkan bahwa campuran dengan limbah PET menunjukkan stabilitas lebih rendah dari tanpa limbah, namun demikian nilainya jauh berada diatas nilai stabilitas yang disyaratkan sebesar 800 kg. Setelah direndam dengan waktu perendaman dan suhu yang meningkat, stabilitas menunjukkan kecenderungan yang sama untuk terus berkurang, seperti disajikan pada gambar 3.8. mm 2000 1000 1900 1850 1800 1750 1700 1650 0 3,8 3,6 3,4 3,2 3 stabilitas 1736,7 stabilitas 1861,47 24 72 120 perendaman, jam kelelehan 3,3 3,73 PET acuan PET 30 C PET 38 C PET 50 C PET acuan PET PET Gambar 3.9. Kelelehan campuran beton 4 mm 10 5 0 kelelehan 24 72 120 perendaman, jam 30 C 38 C 50 C Gambar 3.10. Kelelehan campuran beton aspal dengan limbah botol air mineral Kelelehan beton aspal dengan PET lebih sedikit dibandingkan tanpa PET seperti ditunjukkan oleh gambar 3.9. Namun setelah waktu perendaman dan suhu meningkat, kelelehan beton aspal dengan PET makin meningkat, sesuai dengan yang disajikan gambar 3.10. kg/cm 600 400 kekakuan marshall 499,50 529,6 acuan PET PET Gambar 3.11. Kekakuan campuran beton kg/mm 600 400 200 0 kekakuan marshall 24 72 120 perendaman, jam 30 C 38 C 50 C Gambar 3.12. Kekakuan campuran beton aspal dengan limbah botol air mineral Kekakuan beton aspal dengan PET sebagai hasil bagi stabilitas dan kelelehan campuran lebih kecil dibandingkan tanpa PET seperti ditunjukkan oleh gambar 3.11. Walaupun campuran menunjukkan

POLITEKNOLOGI VOL.13 NO.1 JANUARI 2014 kelelehan yang lebih kecil dari tanpa PET, namun karena nilai stabilitas lebih kecil sehingga menyebabkan kekakuan lebih kecil juga. Setelah mengalami waktu perendaman dan suhu yang meningkat kecenderungan pola sama juga terjadi dimana kekakuan makin menurun seiring dengan bertambahnya waktu dan suhu rendam seperti ditunjukkan oleh gambar 3.12. Dari hasil penelitian dapat dicermati hal-hal sebagai berikut: Dampak waktu pe rendaman Ditinjau dari porositas, lamanya perendaman berdampak pada jumlah pori sebanding dengan bertambahnya lama perendaman. Rongga dalam agregat bertambah besar seiring dengan lamanya waktu perendaman, namun dapat dianalisis bahwa aspal menjadi lebih cair sehingga dapat mengisi pori lebih banyak. Sejalan dengan itu berat isi dan berat jenis menjadi lebih kecil. Ditinjau dari kekuatan campuran lamanya perendaman menyebabkan aspal melepaskan diri dari agregat sehingga kekuatan campuran menurun, kelelehan meningkat dan kekakuan Marshall menurun sebanding dengan bertambahnya lama perendaman Dampak peningkatan suhu Ditinjau dari porositas peningkatan suhu menyebabkan aspal berangsur-angsur meleleh dan menyebabkan pori dalam agregat menjadi lebih besar dan implikasinya pori dalam campuran menjadi lebih sedikit dan pori yang terisi aspal menjadi lebih banyak. Senada dengan perendaman, berat jenis dan berat isi menjadi lebih kecil. Pencairan aspal dapat dilihat lebih jelas setelah campuran mengalami pemanasan dimana pada suhu maksimum 50 0 C rongga dalam agregat lebih besar dan jumlah pori menjadi lebih sedikit serta pori yang terisi aspal menjadi lebih banyak, sehingga campuran menjadi lebih kedap. Stabilitas, kelelehan dan kekakuan Marshall Penambahan limbah botol air mineral dengan jenis Polietilena teraftalat (PET) sebanyak enam persen dari berat campuran pada penelitian ini menyebabkan beton aspal menjadi lebih kaku sehingga lebih tahan terhadap peningkatan suhu karena titik lelehnya sekitar 260 0 Celsius. Walaupun kemampuan menerima beban lebih kecil dari campuran beton tanpa limbah, namun karena lebih kaku, maka perubahan bentuknya juga menjadi lebih kecil. Pada akhirnya nilai kekakuan Marshall tetap lebih besar dari campuran tanpa limbah, dengan kata lain campuran beton aspal dengan limbah PET lebih mampu menerima beban roda kendaraan serta peningkatan suhu dibandingkan dengan campuran tanpa limbah. KESIMPULAN Dari analisa data diatas sesuai dengan tujuan akhir penelitian yaitu mendapatkan karakteristik terbaik dari campuran dengan variasi agregat pengisi, waktu perendaman dan temperatur dapat disimpulkan bahwa : 1. Campuran beton aspal dengan penambahan limbah botol air mineral membuat rongga di dalam campuran lebih besar karena aspal menjadi lebih kaku. Namun setelah terendam air dengan suhu 50 0 Celsius dalam waktu 120 jam, aspal mencair sehingga pori yang terisi aspal menjadi lebih banyak. 2. Campuran beton aspal dengan limbah botol air mineral mempunyai kemampuan lebih kecil dalam menerima beban, dan kemampuan tersebut makin menurun berbanding lurus dengan peningkatan waktu rendam dan temperatur 3. Campuran beton aspal dengan limbah botol air mineral mempunyai kelelehan lebih kecil dibandingkan tanpa penambahan limbah botol air mineral. 5

EVA AZHRA L., EDY PRAMONO, ANALISIS KERJA BETON... 4. Sehubungan dengan stabilitas dan kelelehan seperti diatas, maka kekakuan campuran beton aspsl menjadi lebih kecil dibandingkan dengan tanpa penambahan limbah botl air mineral 5. Perlu penelitian lebih lanjut terhadap kinerja beton aspsl dengan penambahan limbah botol air mineral untuk memutuskan apakah limbah ini dapat meningkatkan kinerja campuran terhadap pengaruh variasi lama perendaman dan temperatur. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih ditujukan kepada DP3M yang telah mendanai penelitian ini dan memberikan sumbangsih terhadap kemajuan atmosfir penelitian di PNJ. DAFTAR PUSTAKA [1] Bowoputro,H,dkk,2009, Pengaruh Temperatur dan Perendaman Lumpur Lapindo terhadap Nilai Stabiltas Campuran Beton aspal, J Rekayasa Sipil / Volume 3, No.3 2009, 1978 5658 [2] Ginting, Nensi L,2011, Studi Perbandingan Penggunaan Retona Blend 55 dan Aspal Pen 60/70 terhadap Rancangan Campuran, skripsi, Universitas Sumatera Utara [3] http//www. kompasiana, 29 Jan 2012 [4] Huda,Muhammad Nur,2008, Pengaruh Suhu Sintering terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Komposit Daur Ulang Plastik (HDPE, PET) dan Karet dengan Variasi Suhu Sintering 170, 180 dan 190 0 C, tesis,universitas Muhammadiyah, Surakarta. [5] Latifa,Eva A, dkk,2011 Research on Characteristic of Hotmix Asphaltic Concrete Using Various Kinds of Aggregate Filler, Prosiding 14 th FSTPT International Symposium, 2011 [6] Widodo,Dian Cahyo, 2010, Pengaruh Penambahan Filler Semen dan Lama Rendaman Banjir terhadap Karakteristik Campuran SMA, skripsi, Universitas Muhammadiyah, Surakarta. 6

Bagan alir urutan pekerjaan yang dilakukan : POLITEKNOLOGI VOL.13 NO.1 JANUARI 2014 Mulai Benda uji Marshall agregat pengisi abu batu Benda uji Marshall agregat pengisi fly ash Benda uji Marshall agregat pengisi semen Portland Tiap jenis benda uji direndam dengan lama,24,48, 72 jam Pengujian Marshall untuk setiap variasi agregat pengisi,variasi lama perendaman dan variasi temperatur, aspal dengan limbah botol air mineral Pengujian Marshall untuk setiap variasi agregat pengisi,variasi lama perendaman dan variasi temperatur, aspal tanpa limbah botol air mineral Tiap jenis agregat pengisi direndam 24 jam suhu 25,37,5,50C Tiap jenis agregat pengisi direndam 48 jam suhu 25,37,5,50C Analisis Data Kesimpulan Tiap jenis agregat pengisi direndam 72 jam suhu 25,37,5,50C Selesai 7

EVA AZHRA L., EDY PRAMONO, ANALISIS KERJA BETON... 8