BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak sekali permasalahan yang

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan berbagai aktivitas yang rutin dalam menjalani

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan yang tinggi pula terhadap aktivitas belajar (Chang, 2012), sehingga apa pun yang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 24 jam, yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan sehari-harinya.

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I. 1.1 Latar Belakang. untuk berinteraksi dengan individu lain, dan hal ini telah dimulai semenjak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, pemerintah sangat serius dalam menangani bidang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. lihat di kota-kota besar, tidak terkecuali juga kota-kota kecil, banyak sekali game

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salina Mayo Safitri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan yang terjadi di kalangan remaja semakin beragam. Permasalahan yang muncul tidak

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaannya. Perubahan-perubahan tersebut juga turut serta

BAB I PENDAHULUAN. keahlian tertentu sesuai dengan jurusan masing-masing. SMK menyiapkan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi pemerintah merupakan organisasi yang dibentuk untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kedisiplinan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan. Setiap


BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku sosial anak menjadi lebih baik dan berakhlak.

BAB I PENDAHULUAN. hal ini dibuktikan dengan data yang didapatkan, dimana menurut survey yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

2015 PENGARUH DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

I. PENDAHULUAN. Dampak perkembangan teknologi di antaranya adalah perkembangan jaringan

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vera Ratna Pratiwi,2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. adalah sumber daya spesial yang tidak dapat disimpan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakses informasi melalui media cetak, TV, internet, gadget dan lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dimiliki oleh seseorang, baik itu orang dewasa maupun anak-anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Permainan melalui jaringan internet ini disebut game online. Game online

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. transformasi nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Salah satu produk teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembentukan konsep diri anak menurut (Burns, 1993). bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. empiris yang mendasari perubahan kurikulum adalah fakta di lapangan. menunjukkan bahwa tingkat daya saing manusia Indonesia kurang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan yang berlangsung seumur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN DISIPLIN ANAK DI KOMPLEK MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia,

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara

BAB I PENDAHULUAN. Badan Narkotika Nasional, sebagian besar korban penyalah gunaan narkoba. remaja berusia dibawah 20 tahun. (Rahman, 2008: 71).

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bangsa yang mampu bertahan dan mampu memenangkan persaingan yang semakin

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, seiring harapan untuk memiliki anak dari hasil pernikahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi manusia dewasa yang mampu berdiri sendiri di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan yaitu dengan memperbaiki aspek

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA YANG MEMILIKI PERILAKU MEROKOK DI SMPN I MOJOANYAR JABON MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan. Aktivitas belajar dapat merangsang siswa terlibat secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi penerus bangsa, penerus perjuangan demi kemajuan suatu bangsa. Masa remaja adalah masa transisi atau perpindahan dari masa kanakkanak menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh mereka, salah satunya adalah masalah kedisiplinan yang merujuk pada kedisiplinan dalam penggunaan waktu (Sarwono, 2012). Kebiasaan untuk tidak menepati waktu sudah menjadi budaya di masyarakat Indonesia. Dalam keseharian kebiasaan dengan budaya seperti ini sering disebut dengan kebiasaan jam karet. Jam karet diartikan sebagai penguluran waktu beberapa saat lamanya di luar waktu yang telah ditentukan sebelumnya (Ancok, 2004). Pada hakikatnya waktu adalah barang yang mahal, suatu hal yang mampu mengantarkan seseorang menuju kesuksesan. Banyak semboyan yang berkaitan dengan waktu. Ada yang mengatakan waktu adalah pedang. Waktu adalah emas. Waktu adalah kunci kesuksesan. Memang benar kesuksesan berawal dari pemanfaatan waktu yang baik. Menggunakan waktu sesuai dengan kebutuhan akan mengantarkan seseorang pada keberhasilan. Penggunaan waktu yang tepat sering diartikan sebagai disiplin dalam penggunaan waktu. Seseorang dikatakan bisa berdisiplin waktu manakala orang tersebut mampu memanfaatkan seluruh waktu dengan baik, memanfaatkan untuk hal-hal yang positif dan sesuai dengan jadwal 1

2 yang telah dibuat. Sehingga hasilnya sesuai dengan harapan-harapan yang diinginkan dan tanpa ada sisa waktu terbuang sia-sia (Arianto, 2013). Oleh sebab itu remaja sebagai generasi penerus bangsa juga dituntut untuk bisa berdisiplin terutama disiplin dalam penggunaan waktu, karena salah satu unsur kualitas dari sumber daya manusia adalah kedisiplinan (Astuti, 2004). Menurut Astuti (2004) remaja harus mampu memanfaatkan seluruh waktunya dengan baik untuk hal-hal yang positif agar apa yang menjadi harapan bisa terpenuhi sesuai dengan target yang ingin dicapai. Akan tetapi pada kehidupan sehari-hari masih banyak ditemui kasus-kasus kurangnya pemanfaatan waktu dengan baik, seperti penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh tokoh psikologi beberapa waktu yang lalu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Larson (Santrock, 2012) melaporkan bahwa remaja AS pada musim panas banyak menghabiskan waktu untuk menonton televisi dan bermain dengan teman-teman. Sedangkan penelitian nasioanal yang dilakukan oleh Rideout, dkk (Santrock, 2012) pada 2.200 anak dan remaja dari usia 8-18 tahun melaporkan bahwa lebih dari 6,5 jam setiap hari dihabiskan untuk media (social media); 2,5 jam digunakan untuk bersama orangtua dan hanya 50 menit untuk mengerjakan pekerjaan rumah, menonton televisi menghabiskan waktu lebih dari 3 jam. Sedangkan ramaja Singapura menghabiskan waktu lebih dari 5 jam per hari untuk dihabiskan di depan internet. Dari laporan di atas dapat diketahui bahwa waktu remaja habis untuk memenuhi kesenangan atau memuaskan diri sendiri dengan media elektronik. Fenomena-fenomena ketidakdisiplinan yang terjadi di Indonesia dikalangan remaja khususnya siswa SMA, berawal mulai dari keterlambatan masuk sekolah

3 maupun pulang ke rumah. Hal ini mengindikasikan bahwa memang terjadi penurunan kedisiplinan di kalangan remaja khususnya kedisiplinan dalam penggunaan waktu (ForumSains, 2011). Selain keterlambatan, perilaku membolos sekarang juga menjadi suatu hal yang biasa di kalangan remaja khususnya siswa SMA. Hal tersebut sudah menjadi rutinitas sehari-hari para remaja. Merasa bangga dan hebat jika berani melarikan diri dari sekolah pada jam efektif untuk belajar. Hal ini sesuai dengan temuan tim Polresta Surakarta yang bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Pemuda Olahraga yang mengadakan razia pada para pelajar dan berhasil menangkap 10 pelajar yang berkeliaran di tempat umum pada jam sekolah (Humas Polresta SKA, 2013). Sedangkan razia yang dilakukan di kota Sukoharjo berhasil menangkap 40 siswa yang sedang membolos di jam-jam sekolah. Razia dilakukan di alun-alun, tempat rekreasi dan warnet (Murniati, 2013). Kebiasaan membolos tidak hanya dilakukan oleh siswa yang berada di wilayah surakarta dan sekitarnya, namun hal tersebut juga dilakukan oleh siswa yang berada di daerah Kediri (tim Polresta Kediri, 2007 dalam Arunal, 2013). Hal ini memberikan informasi bahwa para pelajar belum menyadari arti kedisiplinan dalam penggunaan waktu, karena waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar justru digunakan untuk bermain. Sehingga siswa tersebut akan ketinggalan pelajaran dan akan merugikan diri sendiri dikemudian hari. Ditambah lagi banyak orang tua khususnya kaum ibu yang mengeluhkan kebiasaan anaknya yang terkait dengan video game, tidak sedikit kaum ibu yang mengeluh karena remaja mereka telah kecanduan video game. Video game memang

4 mengasyikkan dan bisa membuat orang yang bermain menjadi kecanduan, membuat orang rela menghabiskan waktu berjam-jam di depan laptop, menjadikan orang kurang produktif dan kurang bersosialisasi (Asmanadin, 2004). Belum lagi jika para remaja berpamitan untuk belajar kelompok ke rumah salah satu teman, waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar, merampungkan tugas sekolah justru digunakan untuk mengobrol sehingga tugas sekolah tidak terselesaikan sampai di rumah sudah kecapekkan, langsung tidur dan pada akhirnya anak tidak mengerjakan tugas sekolah, sampai sekolah mendapatkan hukuman dari guru yang bersangkutan (Rahman, 2008). Selain kasus-kasus di atas masih ditemukan lagi berbagai macam ketidak disiplinan dalam penggunaan waktu yang dilakukan oleh remaja seperti yang diungkapkan oleh Sonita (2013). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya masih banyak ditemukan siswa yang datang terlambat ke sekolah sehingga mereka ketinggalan pelajaran, bermain di luar kelas ketika guru yang mengampu pelajaran tidak datang mengajar atau datang ke kelas terlambat dan ada siswa yang membolos pada jam pelajaran tertentu sehingga mereka ketinggalan pelajaran di mata pelajaran tersebut. Berdasarkan uraian hasil penemuan oleh berbagai sumber memang ada penurunan kedisiplinan yang seharusnya dipertahankan oleh para remaja yang semboyannya remaja adalah generasi penerus bangsa yang dituntut mempunyai karakter yang baik salah satunya adalah dalam hal kedisiplinan dalam penggunaan waktu. Sehingga perlu adanya penelitian untuk menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan dalam penggunaan waktu pada remaja.

5 Lysenko dkk (2013) mengklasifikasikan ketidakdisiplinan ke dalam perilaku antisosial. Hal tersebut terjadi akibat pola asuh orang tua yang salah. Sedangkan Cope dan Lorraine (2008) menyatakan bahwa munculnya kedisiplinan karena ada latihan dan meniru perilaku orang lain. Pada dasarnya kedisiplinan adalah kepatuhan yang dilakukan oleh seseorang terhadap norma atau aturan yang berlaku di suatu tempat. Disiplin mempunyai tujuan untuk membentuk perilaku manusia (Hurlock, 1990). Menurut Astuti (2004) perilaku disiplin tidak terbatas pada satu tempat tertentu, melainkan di berbagai tempat seperti sekolah, jalan raya, dan tempat-tempat pelayanan umum. Seperti halnya disiplin dalam penggunaan waktu artinya seseorang diharapkan mampu menggunakan seluruh waktunya untuk kegiatan yang positif, membuat jadwal sederhana untuk setiap aktivitas yang dilakukan sehingga antara satu aktivitas dengan aktivitas yang lain tidak saling bertabrakan (Ancok, 2004). Anak-anak dalam kategori remaja masih berada di bawah tanggung jawab orang tua, sehingga dalam masalah ketidakdisiplinan remaja, orang tua akan mendapat sorotan pertama sebagai salah satu penyebabnya. Orang tua serta keluarga merupakan tempat untuk membentuk remaja yang berkualitas dari segi psikis, khususnya aspek disiplin. Keluarga merupakan tempat yang paling utama bagi anak dalam proses mengenalkan norma atau aturan. Norma atau aturan akan diperkenalkan orang tua melalui pola asuh yang diterapkan (Astuti, 2004). Pola perilaku yang dimunculkan anak akan terbentuk melalui pola asuh keluarga terutama muncul dari contoh perilaku orang tua. Keluarga adalah lingkungan sosial pertama yang dijumpai anak dalam kehidupan. Cara orang tua

6 dalam mengasuh anak akan turut menentukan perilaku anak ketika anak di luar rumah, termasuk perilaku disiplin anak. Pola asuh yang otoriter dan permisif dianggap sebagai cara yang kurang baik dalam membentuk perilaku disiplin anak. Anak yang dididik dengan cara yang otoriter akan merasa bahwa dunia itu penuh dengan tekanan dan akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia rasakan. Anak yang terlalu banyak melakukan disiplin yang keras, dikemudian hari dapat menjurus pada kenakalan remaja. Sebaliknya apabila anak dididik dan diasuh dengan cara yang permisif, anak tidak akan dapat menunjukkan perilaku disiplin karena tidak pernah mendapat bimbingan atau contoh, arahan dan perhatian orang tua. Akibatnya anak cenderung menjadi bingung dan merasa tidak aman karena tidak tahu mana yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan (Hurlock, 1990). Berbeda dengan kedua pola asuh di atas, pola asuh demokratis dianggap sebagai cara yang lebih baik untuk membentuk perilaku disiplin anak. Menurut Hurlock (1990) disiplin bertujuan untuk mengembangkan kendali atas perilaku mereka sendiri sehingga mereka akan melakukan apa yang benar meskipun tidak ada orang lain yang mengancam dengan hukuman. Pengendalian ini disebut dengan pengendalian internal dan hanya diperoleh dengan cara mendidik dan mengasuh anak secara demokratis. Astuti (2004) menambahkan bahwa orang tua yang mendidik dengan pola asuh demokratis akan menjelaskan secara gamblang kepada anakanaknya akan suatu hal, mana yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Menurutnya ketiga pola asuh yang telah dipaparkan di atas akan memiliki pengaruh yang berbeda-beda dalam pembentukan disiplin pada remaja.

7 Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui bahwa pola asuh yang diterapkan orang tua akan berdampak pada perilaku anak ketika anak di luar rumah. Pada saat anak di luar rumah akan menampakkan perilaku-perilaku yang sudah didapatnya di lingkungan rumah. Sehingga fokus dari penelitian ini adalah kedisiplinan dalam penggunaan waktu di lingkungan sekolah, karena anak usia remaja banyak melakukan aktivitas di luar rumah (Santrock, 2012). Apabila dilihat dari fenomena yang telah dipaparkan di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu apakah memang benar pola asuh demokratis akan mempengaruhi kedisiplinan pada anak?. Selanjutnya judul dari penelitian ini adalah HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui hubungan antara pola asuh demokratis dengan kedisiplinan dalam penggunaan waktu 2. Mengetahui tingkat kedisiplinan dalam penggunaan waktu 3. Mengetahui tingkat pola asuh demokratis 4. Mengetahui sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kedisiplinan dalam penggunaan waktu

8 C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan baru dalam bidang psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan rujukan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti dengan tema yang sama 2. Manfaat Praktis a. Orang tua: Penelitian ini ditujukan untuk orang tua agar para orang tua menerapkan pola asuh demokratis pada anak sehingga anak mampu mengembangkan sikap disiplin b. Subjek Penelitian: Subjek penelitian dapat mengoptimalkan kemampuan dalam mendisiplinkan diri apabila orang tua menerapkan pola asuh demokratis c. Guru Sekolah: bagi para guru dapat menggunakan pendekatan demokratis dalam membimbing siswa-siswinya untuk mendorong terbentuknya kedisiplinan dalam penggunaan waktu.