BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PERSEPSI ANAK SEKOLAH DASAR MENGENAI BAHAYA ROKOK (STUDI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KOTA DEMAK)

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa. Remaja (adolescence) dalam bahasa inggris,

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB I PENDAHULUAN. baik orang dewasa, remaja, bahkan anak anak. Peningkatan konsumsi rokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. muncul pula tingkat kecanduan yang berbeda-beda dan bentuk implementasi

BAB 1 PENDAHULUAN. larangan merokok. Lebih dari 40 negara telah menempelkan label peringatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring,

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

BAB I PENDAHULUAN. pandang, gaya hidup dan budaya suatu masyarakat, bahkan perseorangan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dimana-mana, baik instansi pemerintah, tempat umum, seperti ; pasar, rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku merokok tidak mengenal batasan usia mulai dari kalangan remaja,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produk barang atau jasa yaitu sebuah iklan. atau suara, dan simbol simbol agar masyarakat sadar dan mengetahuinya.

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua

BAB I PENDAHULUAN dan pada abad 21 ini, akan ada 1 miliar orang meninggal akibat. penyakit disebabkan rokok (Evy, 2008).

I. PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari, sering kita menemukan perokok di mana-mana, baik di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB 1 PENDAHULUAN. Global Adult Tobacco survey (GATS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa

I. PENDAHULUAN. bernama rokok ini. Bahkan oleh sebagian orang, rokok sudah menjadi. tempat kerja, sekolah maupun ditempat-tempat umum.

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. utama kanker di dunia. Survei dari WHO 8,2 juta orang meninggal kerena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah siswa remaja yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. namun juga dapat menimbulkan kematian (Kementrian Kesehatan. Republik Indonesia, 2011). World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang. tidak asing lagi yang berkembang di kehidupan masa kini.

HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN PEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA ANAK DI KELURAHAN SAWAH BESAR RW VII. Manuscript

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB 1 : PENDAHULUAN. menimbulkan banyak kerugian, baik dari segi sosial, ekonomi, kesehatan bahkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan hal yang umum bagi kebanyakan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2008, Tobacco Free Initiative (TFI) WHO wilayah Asia Tenggara merilis survey pemakaian rokok di Indonesia jumlah perokok per hari di Indonesia sekitar 63,2% dari seluruh laki-laki perokok dan 4,5% perokok wanita dewasa. 1 Rokok di Indonesia pada saat ini tidak hanya dikonsumsi oleh orang dewasa atau remaja. Saat ini anak-anak kecil pun sudah mulai mengkonsumsi rokok. Kelompok umur paling muda adalah berusia 5-9 tahun. 2 Menurut data Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2011, penggunaan tembakau meningkat di Indonesia, ada lebih 61 juta pengguna tembakau di Indonesia. Lebih dari sepertiga (36,1%) penduduk Indonesia menggunakan tembakau dalam rokok, sebanyak 67,4% perokok adalah laki-laki sedangkan presentasi perokok perempuan lebih rendah yaitu 4,5%. 3 Lebih dari sepertiga pelajar dilaporkan biasa merokok dan ada 3 diantara 10 pelajar menyatakan pertama kali merokok pada umur dibawah 10 tahun. Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2009, pada anak usia 13-15 tahun 20% merokok dengan presentase laki-laki 41% dan perempuan 3,5%. Sebanyak 30,4% siswa pernah merokok, siswa menggunakan produk tembakau sebanyak 22,5%, siswa merokok sebanyak 20,3%, menggunakan produk tembakau lainnya sebanyak 6,5%. Sebanyak 64,2% anak-anak sekolah di Indonesia terpapar asap rokok selama mereka di rumah atau menjadi second hand smoke (SHS). 4 Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2010, terjadi kecenderungan peningkatan usia mulai merokok pada usia yang lebih 1

muda. Pada tahun 2007 usia pertama kali merokok pada usia 5-9 tahun sebesar 1,3%, pada usia 10-14 tahun sebesar 10,5%. 5 Selanjutnya menurut data Riskesdas tahun 2010 usia pertama kali merokok pada usia 5-9 tahun sebesar 1,7%, pada usia 10-14 tahun sebesar 17,5%. 6 Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Propinsi Jawa Tengah tahun 2007, persentase pertama kali merokok/mengunyah tembakau paling muda pada usia 5 9 tahun sebesar 12,9 %, 10-14 tahun sebesar 51,6 %. Di kota Demak presentase pertama kali merokok/mengunyah tembakau pada usia 5-9 tahun sebanyak 1,1 %, usia 10-14 tahun sebanyak 9,9%. 7 Berdasarkan karakteristik tempat tinggal maka prevalensi perokok di pedesaan meningkat dari 36,6% pada tahun 2007 menjadi 37,4% pada tahun 2010. Prevalensi perokok di perkotaan 31,2% tahun 2007 meningkat menjadi 32,3% pada tahun 2010. 6 Hal ini menyatakan bahwa angka perokok di pedesaan lebih tinggi daripada di perkotaan. Pada data diatas menunjukkan bahwa perokok pemula usia muda semakin meningkat bahkan angka perokok di daerah pedesaan lebih tinggi dari daerah perkotaan. Selain membahayakan, merokok memberikan dampak buruk bagi siapapun yang melakukannya, pada anak-anak rokok dapat menghambat pertumbuhan jasmani, kecerdasan, dan tingkat kemahirannya. 8 Bahaya rokok pada anak sangatlah mengkhawatirkan semakin dini usia perokok maka akan semakin banyak pula zat-zat berbahaya yang masuk dan menumpuk pada tubuh perokok muda tersebut, persentase tertinggi pasien radang paru-paru pada anak adalah mereka yang menghisap rokok di tahun pertamanya. Bahaya umum yang dialami anak-anak yang menghisap rokok diantaranya susah bernafas, mudah cemas, tidak berfungsinya organ hidung dan mata dengan baik. Berbagai penelitian mengungkap anak-anak yang terbiasa menghisap rokok lebih rentan terserang penyakit pernafasan dibanding temanteman sebayanya yang tidak merokok. 9 2

Bahaya yang ditimbulkan oleh rokok kurang diperhatikan oleh perokok remaja dan anak-anak karena pengetahuan mereka yang minim tentang bahaya rokok. Karena mereka cenderung meniru apa yang mereka lihat tanpa mengetahui dampak apa yang ditimbulkan. Anak usia sekolah dengan rentang umur 8-12 tahun sudah mampu mempersepsikan apa yang dia lihat dan dia dengar. 10 Menurut hasil penelitian di Rembang tahun 2012 diketahui terdapat perbedaan persepsi merokok antara siswa SD dengan orang tua merokok dan tidak merokok. 11 Hal ini membuktikan bahwa persepsi anak-anak berbeda-beda sesuai dengan apa yang mereka lihat di lingkungannya. Penelitian yang dilakukan di India tahun 2007, menunjukan bahwa 20% dari responden yaitu anak-anak mengatakan bahwa laki-laki yang merokok memiliki lebih banyak teman daripada laki-laki yang tidak merokok, selanjutnya 30% responden mengatakan bahwa laki-laki yang merokok lebih percaya diri dan aktif dalam melakukan suatu hal daripada yang tidak merokok. 12 Persepsi tentang sesuatu hal dapat muncul karena beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya persepsi, antara lain adalah faktor situasi, karena situasi turut berperan serta dalam pembentukan persepsi seseorang. Situasi pada suatu daerah juga akan mempengaruhi persepsi yang muncul pada masyarakat di daerah tersebut. 13 Seperti persepsi masyarakat pada daerah perkotaan tentunya akan berbeda dengan masyarakat di daerah pedesaan karena situasi daerah, tingkat pengetahuan, gaya hidup, fasilitas, dan akses informasi yang di dapat pun juga berbeda. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di wilayah kota Demak, SDN Bintoro 1 merupakan sekolah daerah perkotaan karena letak sekolah yang berada di pusat kota Demak berdekatan dengan akses layanan kesehatan, dan sarana pendidikan lainnya. SDN Bintoro 1 yang merupakan salah satu SD berprestasi memiliki fasilitas yang sangat memadai untuk menunjang kegiatan belajar mengajar sehingga memungkinkan siswa untuk mengakses dan mendapatkan informasi lebih banyak. Dalam wawancara yang dilakukan pada 10 3

anak kelas 4 dan 5, diperoleh data bahwa 80% responden sudah tahu tentang rokok, bahaya rokok bagi kesehatan, dan kandungan rokok. SDN Donorojo 2 merupakan sekolah di daerah pedesaan karena letak sekolah jauh dari pusat kota Demak, jauh dari jangkauan akses layanan kesehatan, pendidikan dan sarana prasarana lainnya. Fasilitas di sekolah tersebut juga sangat terbatas dan belum dapat menunjang berjalannya proses kegiatan belajar dengan baik, karena letaknya yang jauh dari pusat kota dan sarana prasarana yang menunjang lainnya maka informasi yang didapatkan siswapun terbatas. Pada wawancara yang dilakukan pada siswa kelas 4 dan 5 sebanyak 10 orang, diketahui 60% responden hanya sekedar tahu apa itu rokok. Mereka hanya mengetahui bahwa rokok itu berbahaya tetapi tidak tahu bahaya apa saja yang ditimbulkan oleh rokok, selanjutnya 40% responden tidak mengetahui bahwa rokok itu berbahaya. Mereka juga tidak mengetahui kandungan apa saja yang terdapat dalam rokok. Jadi mereka mempersepsikan rokok dilihat dari bentuknya saja. Berdasarkan uraian diatas maka penulis akan meneliti bagaimanakah persepsi bahaya rokok pada anak sekolah dasar di perkotaan dan pedesaan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut Bagaimanakah persepsi bahaya rokok pada anak sekolah dasar di perkotaan dan di pedesaan? C. Tujuan Umum Mengetahui persepsi bahaya rokok pada anak sekolah dasar di perkotaan dan pedesaan. D. Tujuan Khusus 1. Mendeskripsikan persepsi bahaya rokok pada anak sekolah dasar di perkotaan 2. Mendeskripsikan persepsi bahaya rokok pada anak sekolah dasar di pedesaan 3. Menganalisis perbedaan persepsi bahaya rokok pada anak sekolah dasar di perkotaan dan pedesaan 4

E. Manfaat 1. Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memberikan informasi mengenai persepsi anak sekolah dasar tentang bahaya rokok mengingat semakin meningkatnya perokok pemula usia muda 2. Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai penambah wawasan bagi mahasiswa kesehatan masyarakat tentang persepsi anak usia sekolah dasar terhadap bahaya rokok serta mampu memberikan peluang bagi peneliti selanjutnya untuk melanjutkan penelitian tentang rokok. 5

F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No. Peneliti Judul Desain Studi Variabel Hasil 1. Ayu Puspita Hub.persepsi (2010) 14 terhadap lingkungan perokok dengan perilaku merokok pada anak di Kel. Sawah Besar RW VII. Survey Analitik Bebas : Persepsi anak terhadap lingkungan Perilaku Merokok anak Ada hub.yang bermakna antara persepsi lingkungan perokok dengan perilaku merokok pada anak di kel.sawah besar RW.VII 2. Dewi Ratna Puspitasari (2012) 11 Perbedaan persepsi merokok antara siswa putra SD (kelas IV-VI) dengan orangua merokok dan tidak merokok Komparatif Bebas; Orangtua merokok dan tidak merokok Persepsi merokok siswa putra Ada perbedaan persepsi merokok antara siswa putra SD (kelas IV - VI) dengan orang tua merokok dan tidak merokok dimana didapatkan ρ value 0.000 pada 0.05. 3. Slamet Gunedi (2013) 15 Gambaran persepsi orang tua terhadap perilaku merokok pada anak usia sekolah dasar di RW 07 Kelurahan Sawah Besar, Semarang Deskriptif Bebas : Persepsi orangtua Perilaku merokok pada anak Menggambarkan persepsi orang tua terhadap perilaku merokok pada anak sekolah dasar yang di pengaruhi oleh faktor orang tua teman sebaya lingkungan dan iklan di media masa. 4. Avissina Nugraha (2013) 16 Persepsi perokok terhadap pesan peringatan bergambar pada kemasan rokok dan keputusan berhenti merokok (studi pada tukang ojek dan tukang becak di kota semarang) Explanatory Research Bebas : Persepsi terhadap pesan peringatan bergambar pada kemasan rokok Tukang ojek dan tukang becak Ada perbedaan keputusan berhenti merokok antara tukang ojek dan becak (p-value <0,005) 6

5. Naresh R. Makwana, dkk. (2007) 12 A study on prevalence of smoking and tobacco chewing among adolescents in rural areas of Jamnagar District, Gujarat State Cross Sectional Bebas : Smoking and tobacco chewing among adolescents Hasil penelitian menyatakan 33,12% remaja kecanduan dengan tembakau kunyah, mereka mempunyai persepsi bahwa anak laki-laki yang merokok mempunyai teman yang lebih banyak dan lebih aktif dari yang tidak yang merokok. Perbedaan penelitian ini dengan Ayu Puspita (2012) adalah terletak pada variabel bebas yaitu persepsi anak terhadap lingkungan dan variabel terikat perilaku merokok anak, perbedaan lainnya terletak pada design penelitian yaitu menggunakan survey analitik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Dewi Ratna Puspitasari (2012) terletak pada variabel bebas yaitu orang tua merokok dan tidak merokok dan variabel terikat yaitu persepsi merokok siswa putra. Perbedaan dengan penelitian Slamet Gunaedi (2013) terletak pada sasaran yaitu orang tua, variabel bebas yaitu persepsi orang tua, variabel terikat yaitu perilaku merokok anak, dan design penelitian menggunakan metode deskriptif. Perbedaan dengan penelitian Avissina Nugraha (2013) terletak pada sasaran yaitu pada tukang ojek dan tukang becak, variabel bebas persepsi terhadap pesan peringatan bergambar pada kemasan rokok, variabel terikat yaitu tukang ojek dan tukang becak, dan design penelitian menggunakan explanatory research. Penelitian Naresh Makwana (2007) perbedaan terletak pada sasaran yaitu remaja, variabel bebas yaitu prevalensi merokok dan mengunyah tembakau di kalangan remaja dan design penelitian menggunakan metode cross sectional. 7