BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

et al., 2005). Menurut Wan Ngah et al (2005), sambung silang menggunakan glutaraldehida, epiklorohidrin, etilen glikol diglisidil eter, atau agen

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keberadaan logam berat di sistem perairan dan distribusinya, diatur oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

I. PENDAHULUAN. ekosistem di dalamnya. Perkembangan industri yang sangat pesat seperti

I. PENDAHULUAN. dan perubahan lingkungan tidak menghambat perkembangan industri. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan nilai ekonomi kandungan logam pada PCB (Yu dkk., 2009)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung sangat pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya industri-industri yang berkembang, baik dalam skala besar

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan pestisida dari tahun ke tahun semakin meningkat.

I. PENDAHULUAN. Bidang industri di Indonesia pada saat ini berkembang cukup pesat. Hal ini

ADSORPSI Pb(II) OLEH ASAM HUMAT TERIMOBILISASI PADA HIBRIDA MERKAPTO SILIKA DARI ABU SEKAM PADI

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti industri kertas, tekstil, penyamakan kulit dan industri lainnya.

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Larutan logam kromium yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari

2016 BIOSORPSI LOGAM KROMIUM HEKSAVALEN

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan pestisida selama aktifitas pertanian umumnya digunakan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Mita Rilyanti, Buhani dan Fitriyah. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung Jl. S. Brodjonegoro No.1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Ginjal Puyuh yang Terpapar Timbal (Pb)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses produksinya menghasilkan limbah yang mengandung sulfat dan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun memerlukan bahan pangan yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

4. Hasil dan Pembahasan

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Maya Masriza 1), Shinta Elystia 2), Sri Rezeki Muria 2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH INTERFERENSI ION KADMIUM (Cd 2+ ) TERHADAP BIOSORPSI ION TIMBAL (Pb 2+ ) OLEH SEL RAGI Saccharomyces cerevisiae

I. PENDAHULUAN. Pada masa sekarang konsumsi bahan bakar minyak sangat tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. industri tapioka, yaitu : BOD : 150 mg/l; COD : 300 mg/l; TSS : 100 mg/l; CN - :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PENGGUNAAN EM4 DAN BIO HS SEBAGAI PENYERAP ION LOGAM Pb 2+

I. PENDAHULUAN. seiring dengan meningkatnya konsumsi di masyarakat. Semakin pesatnya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan teknologi dan berkembangnya dunia industri, ikut andil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. supaya dapat dimanfaatkan oleh semua makhluk hidup. Namun akhir-akhir ini. (Ferri) dan ion Fe 2+ (Ferro) dengan jumlah yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat sudah sangat

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN

Warna Bau ph Kuning bening Merah kecoklatan Coklat kehitaman Coklat bening

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

4.1. Penentuan Konsentrasi Gel Pektin dalam Cookies

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

KAJIAN ph DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI Cd(II) DAN Zn(II) PADA HUMIN. Study of ph and EquilibriumTime on Cd(II) and Zn(II) Adsorption by Humin

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. harus berkurang dikarenakan adanya sumber-sumber air yang tercemar.

Indonesian Journal of Chemical Science

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan perairan yang disebabkan oleh logam-logam berat

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi sel darah. Karena peranannya ini, kerusakan tulang dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah merubah

Adsorpsi Pb 2+ dan Zn 2+ pada Biomassa Imperata cylindrica

I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan seringkali. berupa dampak positif maupun negatif. Salah satu aktivitas manusia yang

PROGRAM STUDI S3 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

BAB I PENDAHULUAN I.1

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah beracun dapat memutuskan mata rantai lingkungan hidup dan menghancurkan tatanan ekosistem. Limbah beracun umumnya merupakan limbah persenyawaan kimia. Senyawa kimia yang beracun bagi organisme hidup dan manusia adalah senyawa kimia yang memiliki bahan aktif yang bisa berasal dari logam berat. Hampir semua logam berat berpotensi sebagai pencemar lingkungan dan berdampak terhadap kehidupan jika keberadaannya di lingkungan melebihi ambang batas. Beberapa logam berat yang sering mencemari lingkungan adalah Cd, Pb, Hg, Cu, Cr dan As (Suhendrayatna, 2001; Broto dan Syamsul, 2006; Abidin dan Sunardi, 2009). Tingginya resiko yang diakibatkan oleh keberadaan logam berat di perairan, menjadi masalah serius sehingga perlu dilakukan upaya dalam menanggulangi maupun menurunkan konsentrasi pencemar sampai di bawah ambang batas baku mutu lingkungan. Berbagai metode telah dicoba untuk menurunkan konsentrasi pencemar logam berat di perairan misalnya metode fisika, biologi dan kimia. Secara kimia umumnya dilakukan dengan pengendapan dan oksidasi-reduksi, sedangkan secara fisika umumnya dilakukan dengan penyaringan mekanik, elektrodeposisi, maupun sistem membran. Pengolahan secara kimia-fisika membutuhkan teknologi yang tinggi dan peralatan yang cukup mahal sehingga perlu digunakan metode yang lebih murah. Teknik adsorpsi merupakan salah satu metode yang cukup efektif dan signifikan, disamping mudah diaplikasikan dan mudah disintesis. Beberapa adsorben alami telah dikembangkan, dan diaplikasikan untuk menangani logam berat serta memungkinkan untuk dilakukan pemulihan (recovery) logam (Ahalya dkk., 2004). Melalui proses pemulihan, material ini dapat dibuang dan ramah terhadap lingkungan diantaranya kitin (Lesbani, 2001; 2006; Franco dkk., 2004; Santosa dkk., 2007), kitosan (Cheung dan McKay, 2003; Guibal, 2004; Cahyaningrum dkk., 2008; Darjito dkk., 2006; M. Sehol, 2008). Demikian pula 1

2 penggunaan mikroorganisme sebagai adsorben logam berat diantaranya Sacchromyces cerevisiae (Mawardi dkk., 1997; Ngah dan Chen, 2006; Amaria dkk., 2007; Kresnawaty dan Tri Panji, 2007; Lestari S., 2003; Liu dkk., 2010), Aspergillus niger (Kapoor dan Viraraghavan, 1997; Nurdin, 1998; Mukhopadhyay, M., 2008). Penggunaan mikroorganisme Aspergillus niger dan Saccharomyces cerevisiae sebagai adsorben didasarkan atas luas permukaannya yang sangat tinggi sehingga cocok sebagai agen penyerap kation (Hughes dan Poole, 1990), prekonsentrasi dan spesiasi pemisahan logam-logam runut (Bag dkk., 2000), efisiensi penyerapan melalui lingkungan eksternalnya cukup tinggi, baik pada sel hidup maupun mati (biomassa). Biomassa mati memberi keuntungan karena tidak toksik, mudah diperoleh, tidak memerlukan nutrisi tambahan (Ngah dan Chen, 2006; Peter J dan Viraraghavan T., 2008). Sel mati Chlorella regularis dapat mengadsorpsi total logam berat kira-kira dua kali lebih besar dibanding sel hidupnya (Nakajima dkk., 1981). Kemampuan akumulasi logam berat terutama disebabkan oleh dinding sel mikroorganisme yang tersusun oleh polisakarida, protein dan lipid yang mengandung gugus fungsional seperti karboksilat, hidroksil, sulfohidril, fosfat dan amino (Gadd dan White., 1993; Tobin dkk., 1994; Kapoor dan Viraraghavan, 1997; Wang dan Chen, 2006; Peter dan Viraraghavan, 2008). Pemanfaatan secara langsung, biomassa Aspergillus niger dan Saccharomyces cerevisiae bentuk mati/kering memiliki sifat rentan terhadap degradasi biologi dan sangat lembek, sehingga ketika biomassa diinteraksikan dengan kation dalam medium air, sulit dipisahkan kembali kation-kation logam dari adsorbennya. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan untuk meningkatkan kemampuan tersebut dan menarik untuk dilakukan. Beberapa pengembangan yang telah dilakukan melalui imobilisasi mikroorganisme pada polimer sebagai padatan pendukung. Polimer alami seperti natrium alginat, kitin, kitosan dan turunan selulosa umumnya digunakan sebagai padatan pendukung. Imobilisasi yeast pada polivinil alkohol (PVA) dapat meningkatkan kekuatan mekanik dan ketahanan kimia. Hal ini dibuktikan pada imobilisasi biomassa dengan teknik pemerangkapan pada Ca-alginat maupun Na-alginat menggunakan

3 polivinil alkohol lebih baik dalam menyerap Pb(II) dibanding menggunakan poliakrilamida (Ting dan Sun, 2000; Wu dan Yu, 2007). Imobilisasi asam humat pada berbagai padatan pendukung, menunjukkan bahwa kitosan merupakan padatan pendukung yang lebih baik daripada silika gel dan kitin (Santosa, 2007). Pemilihan kitosan dalam penelitian ini sebagai padatan pendukung pada proses imobilisasi karena tersedia cukup banyak di lingkungan, tidak bersifat toksik dan adanya gugus -OH, -NH 2 dan gugus -NHCOCH 3 - kitosan yang dapat membentuk kelat, Di sisi lain kajian tentang konversi situs aktif kitosan baik melalui imobilisasi, hibridisasi atau impregnasi dihasilkan hibrida turunan kitosan dengan daya adsorpsi yang lebih baik terhadap logam-logam berat seperti Cu(II), Ni(II), Cd(II), Zn(II), Pb(II) dan Cr(III) (Mahatmanti., 2001; Wu dkk., 2002; Chow dan Khor, 2002; Sehol, 2004; Darjito dkk., 2006; Popuri S. R dkk., 2009). Penelitian tentang imobilisasi biomassa telah banyak dilakukan. Darnall dkk. (1986) dan Kamatsuka H dkk. (2004) mengimobilisasi sel alga pada matrik silika gel, selain sebagai biosorben, biomassa hasil imobilisasi terbukti dapat digunakan untuk mendapatkan kembali Au(III) dan asam phtalat. Maquleira dkk. (1994) menggunakan Saccharomyces cerevisiae yang diimobilisasi dengan sepiolit untuk tujuan pemekatan logam runut. Amaria dkk. (2007) menggunakan biomassa Saccharomyces cerevisiae asal limbah fermentasi industri bir yang diimobilisasi pada silika gel memiliki kestabilan biomassa imobil pada ph 2-12, kapasitas adsorpsi sebesar 15 mg/g sedangkan tanpa imobilisasi stabil pada ph 2-10, kapasitas adsorpsi sebesar 9 mg/g dengan waktu kontak 60 menit. Mekanisme adsorpsi terhadap Zn(II) didominasi oleh mekanisme pemerangkapan. Kresnawaty dan Tri Panji (2007) menggunakan biomassa Saccharomyces cerevisiae, hasilnya menunjukkan waktu kontak optimum satu jam dengan ph optimum 5 tetapi kurang efektif menyerap ion logam Zn(II) pada konsentrasi rendah. Saifuddin dan Raziah (2007) mengimobilisasi Saccharomyces cerevisiae menggunakan kitosan/ lignosulfonat dalam menyerap Cr(III) asal limbah industri pada ph 5 dengan waktu kontak 30-60 menit, konsentrasi awal optimum 50 mg/l, hasil imobilisasi cocok digunakan sebagai pengisi kolom reaktor. Studi adsorpsi Cd(II) pada kitosan-alumina diperoleh ph optimum pada ph 7, waktu kontak

4 optimum 15 menit, kapasitas adsorpsi kitosan-alumina terhadap Cd(II) sebesar 15 0,05 mg/g adsorben (Darjito dkk., 2006). Kemampuan adsorpsi Cr(III) > Pb(II) menggunakan mycelia poliporous squamosus yang diimobilisasi menggunakan kalsium alginat optimum pada ph 6 untuk konsentrasi 1-100 mg/l (Wuyep, dkk., 2007; Peter J dan Viraraghavan, 2008). Valdman (2000) berhasil mengimobilisasi biomassa Sargassum sp menggunakan silika gel, hasilnya menunjukkan penurunan harga kapasitas maupun energi adsorpsi ion logam Cu(II), Cd(II) dan Pb(II) bila dibandingkan dengan biomassa tanpa polimer pendukung, akan tetapi diperoleh agregat yang lebih stabil (Buhani, 2003). Secara ekonomis pemilihan kitosan sebagai matrik pendukung sangat potensial, kitosan merupakan polimer kedua terbanyak di alam setelah selulosa dan memiliki kemampuan sebagai adsorben. Beberapa kajian menunjukkan bahwa kitosan memiliki kemampuan dalam proses penyerapan logam-logam berat (adsorben). Laju adsorpsi dan kapasitas adsorpsi Cd(II), Pb(II), dan Cr(III) pada kitosan lebih meningkat dibanding kitin (Schmul dkk., 2001; Lesbani, 2001; Franco dkk., 2004). Keberadaan gugus amina bebas pada kitosan lebih efektif dari gugus asetamida pada kitin, sehingga kitosan menjadi pilihan dalam mengembangkan fungsinya sebagai adsorben maupun sebagai pengimobil biomassa. Demikian pula dengan keunggulan biomassa (Aspergillus niger, Saccharomyces cerevisiae), maka proses imobilisasi mikroorganisme memiliki potensi menjanjikan. Imobilisasi biomassa Aspergillus niger dan Saccharomyces cerevisiae (kering/mati) menggunakan pengimobil kitosan dalam mengadsorpsi Cr(III), Pb(II), Cd(II) sejauh pelusuran penulis belum dilaporkan oleh peneliti sebelumnya, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut terutama modifikasi keduanya secara bersama. Dengan imobilisasi biomassa Aspergillus niger dan Saccharomyces cerevisiae pada kitosan, diharapkan biomassa tersebut memiliki sifat fisik tambahan yang berbeda dengan biomassa tanpa diimobilisasi, dapat mencegah degradasi biologi akibat perubahan kimia yang berasal dari lingkungan biomassa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini telah dilakukan sintesis adsorben biomassa Aspergillus niger dan atau Saccharomyces cerevisiae terimobilisasi

5 dengan mengkaji parameter adsorpsi seperti, optimasi persentase massa adsorben, ph, waktu kontak dan konsentrasi awal adsorben terhadap Cr(III), Pb(II) dan Cd(II). 1.2 Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran literatur dari berbagai sumber yang telah dilakukan hingga saat disertasi ini disusun maka dapat dikemukakan bahwa: Kemampuan biomassa dalam mengikat logam berat sangat dibatasi oleh beberapa kendala seperti ukurannya yang kecil dan mudah rusak karena degradasi oleh mikroorganisme lain (Harris dan Ramelow, 1990). Selain itu biomassa Aspergillus niger dan Saccharomyces cerevisiae tidak dapat digunakan secara langsung dalam kolom kromatografi karena sangat lunak dan berbentuk granular (Volesky dan Philips, 1995). Keterbatasan biomassa Aspergillus niger dan Saccharomyces cerevisiae dapat diatasi dengan melakukan modifikasi melalui imobilisasi pada padatan atau polimer pendukung, Keberhasilan imobilisasi bergantung pada jenis biomassa, teknik imobilisasi dan padatan pendukung (Godjevargova dan Mihova, 2003). Padatan pendukung yang digunakan sebagai pengimobil adalah padatan anorganik dan organik yang mengandung gugus-gugus fungsi yang efektif sebagai situs adsorpsi, ligan serta memiliki permukaan yang luas (Tong dkk., 1994; Zhao dkk., 1994; Valdman, 2000; Kim dkk., 2011). Kajian imobilisasi biomassa pada berbagai padatan pendukung telah dilakukan oleh beberapa peneliti, akan tetapi imobilisasi biomassa Aspergillus niger dan Saccharomyces cerevisiae pada kitosan untuk mengadsorpsi Cr(III), Pb(II) dan Cd(II) belum banyak diteliti. Berdasarkan uraian latar belakang, secara umum penelitian terdahulu mengimobilisasi Aspergillus niger dan Saccharomyces cerevisiae dalam bentuk sel hidup, dan tidak menggunakan kitosan sebagai pendukung. Maquleira dkk. (1994) menggunakan Saccharomyces cerevisiae tujuan pemekatan logam runut namun menggunakan padatan pendukung sepiolit. Demikian pula Amaria dkk. (2007) mengimobilisasi Saccharomyces cerevisiae pada silika gel. Saifuddin dan Raziah (2007) telah mengimobilisasi Saccharomyces cerevisiae menggunakan kitosan dengan pengikatan-silang

6 lignosulfonat hanya sebatas menyerap Cr(III). Kresnawaty dan Tri Panji (2007) menggunakan biomassa Saccharomyces cerevisiae. Hasilnya menunjukkan bahwa adsorpsi Zn(II) kurang efektif menyerap pada konsentrasi di bawah 20 ppm. Secara umum imobilisasi biomassa Aspergillus niger dan atau Saccharomycess cerevisiae kemungkinan dapat menurunkan kapasitas adsorpsi, akan tetapi dengan imobilisasi akan memberikan keuntungan bagi biomassa seperti meningkatkan ketahanan fisik biomassa, mudah dipisahkan dan dapat dipakai berulang. Penelitian tentang imobilisasi biomassa Aspergillus niger dan Saccharomycess cerevisiae menggunakan polimer pendukung kitosan yang diisolasi dari limbah udang sejauh ini belum pernah diteliti, termasuk kajian tentang pengaruh adsorpsinya terhadap Cr(III), Pb(II) dan Cd(II). Kajian adsorpsi menggunakan metode batch, sejauh penelusuran penulis belum pernah dilaporkan. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui karakter adsorben biomassa Aspergillus niger dan Saccharomyces cerevisiae yang diimobilisasi pada kitosan. 2. Memprediksi mekanisme adsorpsi Cr(III), Pb(II) dan Cd(II) oleh adsorben hasil imobilisasi. 3. Memperoleh adsorben hasil imobilisasi yang efektif dan memiliki kapasitas adsorpsi tinggi terhadap Cr(III), Pb(II) dan Cd(II). 1.4 Manfaat Penelitian. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kemampuan Aspergillus niger dan Saccharomyces cerevisiae terimobilisasi dalam mengadsorpsi Cr(III), Pb(II) dan Cd(II). 2. Memberikan informasi tentang manfaat dan nilai ekonomis biomassa Aspergillus niger, Saccharomyces cerevisiae serta limbah udang. 3. Memperdalam pengetahuan tentang sifat fisika dan kimia biomassa Aspergillus niger, Saccharomyces cerevisiae yang diimobilisasi pada kitosan

7 4. Memberikan kontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan terutama bidang ilmu kimia, khususnya kimia lingkungan dalam mengatasi pencemaran logam berat.