Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah

dokumen-dokumen yang mirip
KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

FASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTER!KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK I N DONESIA NOMOR 174 /PMK.08/2016

2015, No Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Ta

, No.2063 melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dan Menteri Keuangan menyediakan Dukunga

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Memperbesar Pintu Masuk Partisipasi Swasta Dalam Penyedian Infrastruktur Sosial

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Mengapa KPBU?

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

ALTERNATIF PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN. Kebijakan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah

Fasilitas Fiskal untuk Mendukung Percepatan Pembangunan Infrastruktur 1

TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011

PENGAMANAN FISKAL MELALUI POLA PEMBAGIAN RISIKO ANTARA PEMERINTAH DAN SWASTA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind

1 of 9 21/12/ :39

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

FAQ. bahasa indonesia

PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR [*] TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PINJAMAN OLEH PEMERINTAH DAERAH. Ilustrasi:

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DALAM

PEMBAHASAN KERANGKA PANDUAN UMUM PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA (KPBU) DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

Implementasi Perpres 67/2005 di Daerah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

KPBU sebagai Skema Pengadaan Infrastruktur Yang Akuntabel, Transparan dan Kompetitif

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 140/PMK.06/2014 TENTANG

Tulisan Hukum/Nonih Rimadewi/Umum 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

Menimbang : a. bahwa dalam Pasal 235 Undang-Undang Nomor 1 Tahun

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat 2017

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PAPARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA DALAM MENDUKUNG INDONESIA BEBAS SAMPAH MEKANISME DAN LINGKUP PENGADAAN

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.06/2014 TENTANG

PEMBIAYAAN INVESTASI MELALUI PUSAT INVESTASI PEMERINTAH SEBAGAI UPAYA PERCEPATAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN

MENTERIKEUANGAN REPUBUK INDONESlA SALIN AN

MEMAHAMI PROJECT BASED SUKUK (PBS)

PERTAMINA BUTUH RP 520 TRILIUN DALAM 10 TAHUN UNTUK BANGUN KILANG

Perkembangan Infrastruktur Indonesia

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164 /PMK.06/2014 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MEKANISME PELAKSANAAN PROYEK KPBU OLEH PEMERINTAH DAERAH

1 of 5 18/12/ :41

TATA CARA PENGANGGARAN, PENGALOKASIAN, PENYALURAN, PENGGUNAAN, MONITORING DAN EVALUASI DANA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur.

PENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN. Oleh: Sinthya Roesly, S.T., M.M., M.B.A., M.Eng.Sc.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No untuk pembangunan bendungan serta sejalan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.06/2017 tentang Tata Cara Pendanaan Pengadaan

MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu mengenai hal skema penjaminan

2015, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.07/2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH

PUSAT INVESTASI PEMERINTAH (PIP) MINISTRY OF FINANCE RI. INDONESIA EBTKE CONFERENCE AND EXHIBITION 2014 Jakarta, 5 June 2014

2015, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diatur dalam suatu Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimak

SALINAN NO : 14 / LD/2009

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 89/PMK.05/2011 TENTANG

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasionall Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.07/2006 TENTANG TATACARA PENERBITAN, PERTANGGUNGJAWABAN, DAN PUBLIKASI INFORMASI OBLIGASI DAERAH

1 of 6 21/12/ :39

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah Jakarta, 26 Oktober 2017

Outline o Kebutuhan Pembiayaan untuk Pembangunan Infrastruktur dan Skema Pembiayaannya. o Pembiayaan Infrastruktur Melalui APBN/APBD. o Pembiayaan Infrastruktur Daerah Melalui Pinjaman Daerah Berdasarkan PMK 174/PMK.08/2016. o Pembiayaan Infrastruktur Daerah melalui Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). 2

Kebutuhan Pembiayaan untuk Pembangunan Infrastruktur dan Skema Pembiayaannya 3

Kebutuhan Pembangunan Infrastruktur 2015-2019 Infrastruktur Dasar Pem. Pusat & Daerah BUMN Swasta Total IDR Investasi Infrastruktur Prioritas IDR 4.769,2 Triliun Sumber : Bappenas, 2015 APBN/APBDtermasuk pinjaman (41.25%) BUMN (22.23%) KPBU (36.52%) Skema pembiayaan alternatif Konektivitas 1003 379,2 445 1827,2 Kelistrikan 124,3 596,5 786,5 1507,3 Komunikasi, Air dan Perumahan Total 851,3 90,5 519,9 1461,7 1987,6 1066,2 1751,4 4769,2 Kebijakan Fiskal Dalam Mengatasi Keterbatasan APBN/APBD: - Agar Pemerintah tidak semata-mata mengandalkan APBN/APBD sebagai sumber pembiayaan infrastruktur. - Lebih mendorong skema Kerjasama dengan swasta termasuk Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). - Kementerian Keuangan memberikan perhatian khusus pada skema KPBU dengan cara menyediakan berbagai fasilitas seperti Project Development Fund (PDF), Viability Gap Fund (VGF), Guarantee, dan skema Availability Payment. 4

Creative Financing ** Reguler * Strategi Pembiayaan Infrastruktur Kelayakan Proyek Skema Pembiayaan 1 Layak Secara Ekonomi tetapi Tidak Layak Secara Finansial Pemerintah Pemerintah *Lebih diutamakan untuk wilayah timur, pedesaan dan perbatasan APBN/APBD 2 Layak Secara Ekonomi tetapi Tidak Layak Secara Finansial Swasta Pemerintah Pembiayaan secara kombinasi (Hybrid Financing) 3 Layak Secara Ekonomi dan Finansial Marjinal Pemerintah Swasta Swasta KPBU Dengan Dukungan Pemerintah (VGF) atau Inovasi pembiayaan lainnya seperti Bank Infrastruktur, Bank Tanah, dll) 4 Layak Secara Ekonomi dan Finansial Swasta Swasta KPBU Reguler 5 Layak Secara Ekonomi tetapi Tidak Layak Secara Finansial Operasi dan Pemeliharaan BUMN BUMN Konstruksi Penugasan BUMN Sekuritisasi Aset (Aset Recycling) ** Lebih diutamakan untuk wilayah barat dan perkotaan Sumber: BAPPENAS 5

Penugasan BUMN untuk Pembangunan Infrastruktur yang Mendapat Fasilitas Fiskal Program 10.000 MW Tahap I o Bentuk Jaminan: Jaminan penuh atas pinjaman PT PLN kepada Lembaga Keuangan o Dasar Hukum: Perpres No. 91/2007 dan Peraturan Menteri Keuangan No. 44/2008 o Pemerintah telah menerbitkan 36 surat jaminan. Program 10.000 MW Tahap II o Bentuk Jaminan: Jaminan Kelayakan Usaha ( JKU ) untuk PT PLN (Persero) Pemerintah menjamin PT PLN dapat membayar kewajiban atas pembelian listrik. o Dasar Hukum: Perpres No. 4/2010, Permen ESDM Nomor No 40/2014, Peraturan Menteri Keuangan No. 173/2014 jo. Peraturan Menteri Keuangan No. 130/2016. o Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 130/2016 JKU dapat diterbitkan untuk proyek ekspansi (in common facilities and non common facilities). o Pemerintah telah menerbitkan 12 SJKU. Program 35.000 MW o Bentuk Jaminan: Jaminan atas pinjaman PLN dan Jaminan Kelayakan Usaha. o Dasar Hukum: Perpres 4 Tahun 2016 dan Peraturan Menteri Keuangan No.130 Tahun 2016. o Dibutuhkan daftar proyek dari PT PLN. Proyek Tol Trans Sumatera o Dasar Hukum Penugasan: Perpres No. 100/2014 jo. 117/2015 o Bentuk Jaminan: Jaminan penuh atas pinjaman PT Hutama Karya kepada Lembaga Keuangan sesuai PMK No. 253/2015 Jaminan Obligasi Hutama Karya sesuai PMK No. 168/2016 o Pemerintah telah menerbitkan 2 Surat Jaminan untuk pinjaman Hutama Karya dan 2 surat Jaminan untuk penerbitan Obligasi Hutama karya 6

Skema Pembiayaan Penyediaan Infrastruktur Daerah 6. Meningkatkan Produktivitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar Internasional Penyediaan prasarana dan/atau sarana untuk pelayanan publik di daerah, seperti pembangunan Jalan, Pasar Tradisional, Rumah Sakit, serta infrastruktur lainnya yang mendukung peningkatan produktivitas masyarakat di daerah. APBN/APBD KPBU Pinjaman Daerah PT SMI Bank Proyek Badan Usaha Pemda BUMD PSO & Non PSO 7

Pembiayaan Infrastruktur Daerah melalui APBN/APBD 8

Pembiayaan Infrastruktur Daerah melalui APBN/APBD No Uraian 2015 2016 2017 2017 2018 APBNP APBNP APBN APBNP RAPBN I. Infrastruktur Ekonomi 280,3 307,1 377,8 390,3 395,1 1. Melalui K/L 196,8 151,2 153,7 157,1 161,2 33 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 111,1 101,7 98,9 101,5 104,2 22 Kementerian Perhubungan 59,1 45,5 42,1 40,8 44,2 18 Kementerian Pertanian 8,9 5,3 2,7 2,5 1,4 20 Kementerian ESDM 8,1 4,6 3,6 3,1 2,8 2. Melalui Non K/L 6,8 5,3 2,6 6,0 3,0 a. VGF (termasuk Cadangan VGF) 1,2 1,1 0,3 0,5 1,2 b. Belanja Hibah 4,5 4 2,2 5,4 1,4 3. Melalui Transfer Daerah 41 88 183,7 180,9 182,8 a. Dana Alokasi Khusus 29,7 66,3 32,3 32,3 33,9 b. Tambahan Otsus Infrastruktur Prov. Papua & Papua Barat 3 1,8 - - - c. Perkiraan Dana Desa Untuk Infrastruktur 8,3 18,8 24 24,0 24,0 d. Perkiraan Dana Transfer Umum untuk Infrastruktur - - 124 121,2 120,9 4. Melalui Pembiayaan 35,7 62,1 37,8 46,2 48,1 a. Fasilitas Likuiditas 5,1 9,2 9,7 3,1 2,2 b. Penjaminan Pemerintah pada Proyek Percepatan Pembangunan 0,8 36,2 - - - Pembangkit Tenaga Listrik menggunakan Batubara c. Penyertaan Modal Negara - - 7,2 9,6 6,1 d. BLU LMAN - - 20 32,1 35,4 II. Infrastruktur Sosial 6,3 5,7 5,5 8,2 9,0 23 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 4,3 4,6 4,2 5,6 5,8 25 Kementerian Agama 2,1 1,2 1,2 2,6 2,9 24 Kementerian Kesehatan 0,3 III. Dukungan Infrastruktur 3,7 4,2 4,1 2,6 4,9 56 BPN 1,3 0,3 0,1 0,2 2,8 19 Kementerian Perindustrian 0,6 0,4 0,6 0,4 0,2 Jumlah 290,3 317,1 387,3 401,1 409,0 Sumber: DJA, Kementerian Keuangan 9

Pembiayaan Infrastruktur Daerah Melalui Pinjaman Daerah Berdasarkan PMK 174/PMK.08/2016 10

Pertimbangan Daerah Melakukan Pinjaman APBD 1. Dengan kapasitas fiskal yang terbatas, maka daerah memiliki keterbatasan penyediaan infrastruktur (hanya infrastruktur dasar). 2. APBD lebih ditujukan untuk perbaikan atau pemeliharaan infrastruktur yang telah ada. Pinjaman Daerah 1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat melalui penyediaan infrastruktur dasar; 2. Percepatan pencapaian target Program Pembangunan Daerah; 3. Pelaksanaan kegiatan prioritas Daerah; 4. Keterbatasan alokasi anggaran pada APBD; 5. Efisiensi dalam proses pengadaan (dilakukan hanya satu kali). 11

Pembiayaan Infrastruktur Daerah melalui Pinjaman Pemerintah Pusat (PIP) Dalam Miliar Rupiah Berdasarkan Wilayah 1.400,00 5,3% 1.200,00 1.000,00 800,00 31,6% Barat 600,00 Tengah 400,00 200,00 63,2% Timur - 2011 2012 2013 2014 2015 Series2 190,00 1.160,28 606,96 368,61 239,69 Sejak Tahun 2015, fungsi pemberian pinjaman daerah PIP dialihkan Menteri Keuangan kepada PT SMI. Berdasarkan Sektor Infrastruktur 9,52% 4,76% Jalan & Jembatan 42,86% Rumah Sakit 42,86% Pasar Terminal 12

Pembiayaan Infrastruktur Daerah melalui Pinjaman PT SMI Mendapatkan Penambahan Penyertaan Modal Negara melalui Pengalihan Investasi Pemerintah 1. UU Nomor 3 Tahun 2015 Tentang APBN P Tahun 2015, Pasal 23A ayat (1). 2. PP Nomor 95 Tahun 2015 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Ke Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT SMI. 3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 232 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Pengalihan Investasi Pemerintah dalam PIP menjadi PMN pada PT SMI. Memiliki fungsi untuk memanfaatkan aset (leveraging Asset) dalam rangka meningkatkan kapasitas pembiayaan 1. Jaminan dari Menteri Keuangan atas Pemenuhan Kembali Kewajiban Pemerintah Daerah kepada PT. SMI berdasarkan perjanjian pinjaman. 2. Jaminan bertujuan untuk menjaga kualitas aset PT SMI. Sehingga tidak memberikan pengaruh negative atas pelaksanaan fungsi pemanfaatan aset (Leveraging Asset). 3. Jaminan tersebut bersifat garansi halmana Menteri Keuangan memastikan pemenuhan kewajiban pemda kepada PT. SMI melalui Security Mechanism. Memiliki fleksibilitas Memiliki fleksibiltas khususnya dalam hal pemupukan modal, memperoleh sumber pendanaan dan strategi investasi jangka panjang, serta secara langsung tidak memiliki risiko fiskal yang besar bagi keuangan negara. 1. PMK Nomor 174/PMK.08/2016 tentang Pemberian Jaminan Kepada Perusahaan Perseroan (Persero) PT SMI Dalam rangka Penugasan Penyediaan Pembiayaan Infrastruktur Daerah 2. PMK Nomor 121/PMK.07/2017 tentang Perubahan PMK 47/PMK.07/2011 tentang Tata Cara Penyelesaian Tunggakan Pinjaman Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah Melalui Sanksi Pemotongan DAU dan/atau DBH 3. PMK Nomor 125/PMK.08/2017 tentang Tata Cara Pengelolaan Dana Jaminan Penugasan Pembiayaan Infrastruktur Daerah 13

Profil PT SMI Regulasi PMK No. 100 / PMK.010/ 2009 sebagai Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur (berisi lingkup usaha dan sektor pembiayaan infrastruktur) Legalitas PP No. 66/2007 jo PP No. 75/2008 sebagai Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur KMK No. 396/KMK.01/2009 sebagai Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur (Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Kepemilikan 100% dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia (Kementerian Keuangan sebagai RUPS) Visi Menjadi katalis dalam percepatan pembangunan infrastruktur nasional Misi 1. Menjadi mitra strategis yang memberikan nilai tambah dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia 2. Menciptakan produk pembiayaan yang fleksibel 3. Menyediakan pelayanan berkualitas dengan tata kelola yang baik 14

Penugasan kepada PT SMI Penugasan (* Pinjaman Daerah *) PMK 174/PMK.06/2016 542 Pemda Pemerintah melalui Menteri Keuangan menugaskan kepada PT SMI untuk menyediakan pembiayaan bagi pembangunan infrastruktur daerah dalam bentuk Pinjaman Daerah sebagaimana program Pemerintah yang sebelumnya dilakukan oleh Pusat Investasi Pemerintah (PIP). Dalam menjalankan penugasan dimaksud, PT SMI dilengkapi dengan mekanisme yang dapat memastikan pengembalian pinjaman, sehingga pelaksanaan penugasan oleh PT SMI tidak akan memberikan pengaruh negatif kepada kualitas aset PT SMI (Security Mechanism). Mekanisme dimaksud berangkat dari adanya JAMINAN dari Menteri Keuangan kepada PT SMI. Jaminan tersebut memastikan bahwa Pemda dapat memenuhi kewajibannya sebagaimana telah disepakati di dalam perjanjian pinjaman. Security Mechanism dilakukan oleh Menteri Keuangan melalui penggunaan dana talangan dan pelaksanaan pemotongan DAU dan/atau DBH ( intercept ). Skema intercept dilakukan oleh Menteri Keuangan sebagai bentuk penggantian atas penggunaan dana jaminan penugasan pembiayaan infrastruktur daerah. 15

Kriteria Pinjaman dan Lingkup Infrastruktur Pemda dapat melakukan Pinjaman yang digunakan untuk membiayai kegiatan penyediaan infrastruktur dalam rangka pelayanan publik. Penyediaan infrastruktur yang dapat diberikan fasilitas pembiayaan, yaitu: o Infrastruktur yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). o Infrastruktur yang dapat menjadi obyek pembiayaan perusahaan pembiayaan infrastruktur berdasarkan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan pembiayaan yang telah disalurkan oleh PIP maupun PT SMI sebagian besar merupakan daerah-daerah yang berada di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah. Oleh karena itu, dengan memperhatikan tujuan pemerataan distribusi pembangunan infrastruktur, PT SMI ditugaskan untuk dapat memprioritaskan pembangunan infrastruktur di wilayah Indonesia bagian timur dan tengah. Disamping itu, PT SMI ditugaskan untuk memberikan pinjaman daerah dalam rangka pembiayaan sektor infrastruktur yang belum memiliki anggaran yang memadai, sehingga sektor prioritas adalah sektor non-kesehatan dan non-pendidikan, seperti: infrastruktur instalasi pengelolaan air, irigasi, pengelolaan limbah, jalan, jembatan, transportasi dan sektor lainnya dalam ruang lingkup usaha perusahaan pembiayaan infrastruktur. 16

Jangka Waktu dan Suku Bunga Pinjaman Daerah Jangka Waktu o Pinjaman daerah yang disediakan oleh PT SMI dalam rangka pembiayaan infrastruktur daerah baik skala kecil, menengah maupun besar sehingga jangka waktu pinjaman yang dapat diberikan oleh PT SMI diharapkan di atas 5 tahun. Hal ini berbeda dengan pinjaman daerah yang diberikan oleh PIP yaitu rata-rata 5 tahun. o Jangka waktu pinjaman diatas 5 tahun diharapkan dapat memberikan edukasi kepada daerah dalam rangka mengakses pembiayaan jangka menengah dan panjang dari lembaga keuangan komersial sehingga dapat memperbesar volume pembiayaan dalam rangka pembangunan infrastruktur daerah. Suku Bunga Pinjaman Daerah o Besaran suku bunga atas pinjaman pembiayaan infrastruktur daerah sebesar imbal hasil Surat Berharga Negara dengan tenor setara ditambahkan 0,75% (nol koma tujuh lima persen). Hal ini berbeda dengan besaran bunga yang telah dikenakan oleh PIP atas pinjamannya kepada Pemda (sebesar suku bunga BI ditambahkan 2%). o Dalam hal terdapat perubahan kebijakan perbankan maupun kebijakan pembiayaan infrastruktur daerah, PT SMI dapat mengajukan perubahan besaran bunga pinjaman yang dapat dikenakan kepada Pemda kepada Menteri Keuangan. o Struktur tingkat suku bunga dimaksud diharapkan dapat memberikan kemudahan akses pembiayaan kepada daerah dalam rangka mengejar percepatan pembangunan infrastruktur. 17

Pelaksanaan Pemberian Pinjaman PT SMI Pelaksanaan Penugasan Penyediaan Pembiayaan Infrastruktur Daerah Pemberian pinjaman dilakukan secara selektif oleh PT SMI. Pelaksanaan pemberian pinjaman oleh PT SMI dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan mengenai pinjaman daerah. Pengajuan Usulan Pinjaman SMI menerima usulan pinjaman dari Pemda. Usulan pinjaman disampaikan dengan melampirkan dokumen pendukung, yaitu sebagai berikut: Persetujuan DPRD; Salinan berita acara pelantikan gubernur, bupati, atau walikota; Pernyataan Kepala Daerah bahwa Pemda tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang berasal dari Pemerintah dan/atau pihak lain; Studi kelayakan; Laporan keuangan daerah yang telah diaudit; Dokumen resmi Pemda mengenai RPJMD; APBD dan RAPBD tahun berkenaan. Penilaian dan Persetujuan Usulan Pinjaman Penilaian usulan pinjaman, dengan memperhatikan, antara lain: aspek keuangan, ekonomi, sosial&politik, dan teknis/proyek. SMI dapat berkoordinasi dengan DJPK, mengenai: kapasitas fiskal daerah, batas kumulatif pinjaman daerah, kemampuan membayar kembali, batas maksimal defisit APBD. Persetujuan/penolakan disampaikan SMI kepada Pemda paling lambat 40 hari setelah usulan pinjaman diterima benar dan lengkap. Perjanjian Pinjaman Pembiayaan Syarat penandatanganan perjanjian pinjaman pembiayaan yaitu Pemda telah menyampaikan surat pernyataan Kepala Daerah yang disetujui DPRD, kesediaan dipotong DAU/DBH dan syarat penandatanganan lainnya. Syarat efektif perjanjian pinjaman pembiayaan yaitu pemda telah menyampaikan surat persetujuan pelampauan defisit APBD dari Menteri Keuangan dalam hal Pinjaman melebihi maksimal defisit APBD tahun berkenaan, dan memenuhi syarat efektif lainnya. 18

Pembiayaan Infrastruktur Daerah melalui Skema KPBU 19

Perbedaan Pengadaan Infrastruktur Skema Konvensional dan KPBU Konvensional KPBU APBN/APBD harus menyediakan 100% biaya konstruksi Risiko Konstruksi ditangggung oleh Pemerintah dan APBN Fokus pengadaan pada aset secara fisik Pemerintah harus mengadakan kontrak terkait konstruksi, operasional dan pemeliharaan serta layanan tambahan Risiko operasi dan kinerja aset ditanggung oleh pemerintah Adanya keterbatasan atas inovasi yang dilakukan oleh Badan Usaha karena design dibuat oleh Pemerintah APBN/APBD tidak harus menyediakan 100% biaya konstruksi Risiko konstruksi seluruhnya ditanggung oleh swasta Fokus pengadaan pada layanan Kontrak tunggal dengan Badan Usaha untuk seluruh kegiatan Desain, Konstruksi, Pembiayaan, Perawatan dan Operasional Risiko operasi dan kinerja asset ditanggung oleh swasta Persaingan yang kompetitif memungkinkan inovasi-inovasi yang dilakukan Badan Usaha 20

Pembiayaan Infrastruktur melalui KPBU Skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) sebagai salah satu solusi untuk menyelesaikan permasalahan kekurangan pendanaan dalam penyediaan infrastruktur di Indonesia. KPBU dapat membawa transfer teknologi dan keahlian sehingga diharapkan tersedianya layanan infrastruktur yang lebih efisien dan membuka lapangan kerja atas proyek infrastruktur dimaksud. Dalam skema KPBU, investor akan mendapatkan pengembalian atas investasinya berdasarkan pendapatan yang diperoleh dari pengguna layanan infrastruktur tersebut dan/atau dari pembayaran/subsidi dari Pemerintah berdasarkan ketersediaan dan kualitas layanan infrastruktur. KPBU secara umum dapat didefinisikan sebagai pola pengadaan proyek infrastruktur yang didasarkan pada kontrak tertulis antara Pemerintah sebagai pemilik proyek kerjasama dengan pihak sponsor/investor dari swasta yang berdasarkan pada skema pembagian risiko dan pengembalian atas investasi yang wajar berdasarkan spesifikasi layanan infrastruktur yang dibutuhkan. Secara umum proyek-proyek yang dilakukan dengan skema KPBU mempunyai karakteristik yaitu: (1) mempunyai nilai investasi yang besar/sangat besar; (2) mempunyai dampak yang strategis untuk kepentingan nasional; (3) transformatif artinya hanya Pemerintah yang baik yang bisa menyediakan layanan infrastruktur tersebut. 21

Pembiayaan Infrastruktur melalui KPBU Jenis Infrastruktur Infrastruktur Ekonomi Transportasi; Jalan; Sumber Daya Air dan Irigasi; Ketenagalistrikan; Telekomunikasi dan Elektronika, dll. Infrastruktur Sosial Kesehatan; Lembaga Pemasyarakatan; Perumahan Rakyat, dll. PJPK Dalam pelaksanaan KPBU, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah bertindak selaku Penangungg Jawa Proyek Kerjasama (PJPK). Penentuan Menteri/Kepala Lembaga /Kepala Daerah sebagai PJPK dilakukan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan sektor. BUMN/BUMD dapat bertindak selaku PJPK sepanjang diatur dalam peraturan perundang-undangan sektor. Pengembalian Investasi PJPK menetapkan bentuk pengembalian investasi yang meliputi penutupan biaya modal, biaya operasional, dan keuntungan Badan Usaha Pelaksana. Pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana atas Penyediaan Infrastruktur bersumber dari: Pembayaran pengguna bentuk tarif oleh dalam PJPK menetapkan tarif awal atas penyediaan infrastruktur. Tarif dapat ditentukan berdasarkan tingkat kemampuan pengguna PJPK memberikan Dukungan Kelayakan sehingga Badan Usaha Pelaksana dapat memperoleh pengembalian investasi Pembayaran ketersediaan layanan (Availability Payment) PJPK menganggarkan dana pembayaran ketersediaan layanan untuk penyediaan infrastruktur yang dilakukan oleh Badan Usaha Pelaksana pada masa operasi selama jangka waktu yang diatur dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS). PJPK melakukan pembayaran Ketersediaan Layanan kepada Badan Usaha Pelaksana apabila telah memenuhi kondisi: Infrastruktur yang dikerjasamakan telah dibangun dan dinyatakan siap beroperasi. Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah menyatakan bahwa infrastruktur telah memenuhi indikator layanan infrastruktur sebagaimana diatur dalam PKS. 22

Tahap Pengadaan Infrastruktur Berbasis KPBU 23

Dana Penyiapan Proyek atau Project Development Fund (PDF) Pembiayaan pelaksanaan penyiapan kajian akhir studi kelayakan dan pendampingan transaksi PDF dapat diberikan setelah kajian awal studi kelayakan dan market sounding dilaksanakan oleh PJPK dan/atau Bappenas, dan/atau KPPIP (untuk proyek KPBU prioritas) Dasar Hukum Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur Peraturan Menteri Keuangan nomor 129/PMK.08/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan nomor 265/PMK.08/2015 tentang Fasilitas dalam Rangka Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur. Contoh Proyek Proyek SPAM Umbulan, Jawa Timur Palapa Ring (Barat, Tengah, Timur) Proyek SPAM Lampung 24

Dukungan Kelayakan atau Viabilty Gap Fund (VGF) Dukungan Pemerintah dalam bentuk kontribusi sebagian biaya konstruksi yang diberikan secara tunai pada proyek KPBU yang sudah memiliki kelayakan ekonomi namun belum memiliki kelayakan finansial. Dukungan Kelayakan dapat diberikan setelah tidak terdapat lagi alternatif lain untuk membuat Proyek Kerja Sama layak secara finansial. Pemerintah Daerah dapat berkontribusi atas pemberian dukungan ini setelah memperoleh persetujuan dari DPRD. Tujuan Dukungan Kelayakan yaitu: Meningkatkan kelayakan finansial Proyek Kerja Sama sehingga menimbulkan minat dan partisipasi Badan Usaha pada Proyek Kerja Sama. Meningkatkan kepastian pengadaan Proyek Kerja Sama dan pengadaan Badan Usaha pada Proyek Kerja Sama sesuai dengan kualitas dan waktu yang direncanakan. Mewujudkan layanan publik yang tersedia melalui infrastruktur dengan tarif yang terjangkau oleh masyarakat. Dalam hal Proyek Kerja Sama Daerah, Pemerintah Daerah dianjurkan untuk dapat berkontribusi atas pemberian Dukungan Kelayakan setelah mendapatkan persetujuan dari DPRD. Dasar Hukum Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur Peraturan Menteri Keuangan 223/PMK.011/2012 tentang Pemberian Dukungan Kelayakan atas Sebagian Biaya Konstruksi Pada Proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Peraturan Menteri Keuangan 143/PMK.011/2013 tentang Panduan Pemberian Dukungan Kelayakan atas Sebagian Biaya Konstruksi Pada Proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur sebagaimana diubah menjadi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 170/PMK.08/2015. Contoh Proyek: proyek sarana penyediaan air minum (SPAM) di Umbulan, Jawa Timur, senilai Rp2,1 triliun 25

Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment) Pembayaran secara berkala oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah kepada badan usaha atas tersedianya layanan infrastruktur yang sesuai dengan kualitas dan/atau kriteria sebagaimana ditentukan dalam perjanjian KPBU. Pembayaran ketersediaan layanan merupakan Belanja Negara atau Belanja Daerah yang bertujuan untuk: Memastikan ketersediaan layanan yang berkualitas kepada masyarakat secara berkesinambungan. Mengoptimalkan nilai guna dari APBN/APBD. Menyediakan skema pengembalian investasi yang menarik minat Badan Usaha untuk bekerjasama dengan Pemerintah. Pembayaran ketersediaan layanan dilakukan untuk: KPBU Pemerintah Pusat melalui mekanisme APBN KPBU Pemerintah Daerah melalui mekanisme APBD Setiap pelaksanaan pembayaran ketersediaan layanan dilakukan secara tepat waktu dan dilakukan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan mengenai pelaksanaan pembayaran APBN/APBD. Pembayaran ketersediaan layanan tidak disediakan untuk KPBU yang telah mendapatkan Dukungan Kelayakan. Pembayaran ketersediaan layanan yang dilakukan oleh BUMN/BUMD selaku PJPK mengikuti mekanisme korporasi. Dasar Hukum Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. PMK Nomor 190/PMK.08/2015 tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan Dalam Rangka KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur. Contoh Proyek Proyek Palapa Ring Paket Barat, Tengah, dan Timur, senilai Rp7,76 triliun. 26

Penjaminan Infrastruktur dalam Skema KPBU pemberian jaminan atas kewajiban finansial PJPK untuk membayar kompensasi kepada badan usaha saat terjadi risiko infrastruktur sesuai dengan alokasi yang disepakati dalam perjanjian KPBU yang menjadi tanggung jawab PJPK. Dasar Hukum Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha yang Dilakukan Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur Peraturan Menteri Keuangan Nomor 260/PMK.011/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha sebagaimana diubah menjadi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8/PMK.08/2016. Contoh Proyek Proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 2x1000 Megawatt di Batang, Jawa Tengah, senilai Rp54 triliun. 27

Terima Kasih 28