Peran Mahasiswa Melalui Gerakan Indonesia Membaca untuk Mewujudkan Pendidikan Indonesia yang Berkarakter Oleh : Ghoffar Albab Maarif

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi

Membaca Sebagai Sumber Kemajuan Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

I. PENDAHULUAN. membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan

SAMBUTAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-87 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini berada dalam genggaman anak bangsa Indonesia sendiri.

Oleh : Izza Akbarani*

BAB I PENDAHULUAN. insan yang memiliki berbagai dimensi yaitu sebagai bagian dari civitas akademika

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan mengarahkan peserta didik untuk mendengarkan,

Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan ku cabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 10 pemuda maka akan ku guncang dunia -Ir.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diketahui bahwa literasi merupakan kemampuan mengakses, memahami, dan

BAB I PENDAHULUAN. dan lembaga-lembaga sosial lainnya. Masyarakat juga mengambil peran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sunatra dalam Pendidikan Politik Kewarganegaraan (2016), suatu bangsa akan

Oleh. Soekirno. Tantangan Budaya Baca dan Perbukuan Nasional. Tantangan Budaya Baca dan Perbukuan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. untuk membudayakan manusia (Dhiu, 2012:24). Subjek sentral dalam dunia pendidikan

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA DIES NATALIS KE-62 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

BAB I PENDAHULUAN. Krisis Multidimensional, (Jakarta: PT Bumi Aksara.2011), Hlm. 14.

MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA RI SAMBUTAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA PADA UPACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE 87 TAHUN 2015

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERAN PERSATUAN MAHASISWA DALAM PEMBANGUNAN INDONESIA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

PUNCAK HARI BHAKTI DOKTER INDONESIA DALAM RANGKA SEABAD KEBANGKITAN NASIONAL DAN SEABAD IDI, Rabu, 28 Mei 2008

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia mempunyai kualitas yang tinggi. Sihombing (2001)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENULIS MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan yang

PIDATO HARI KEBANGKITAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usia dini yang merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan membaca yang tinggi agar dapat mengikuti laju perkembangan ilmu. dapat membuka pintu gerbang ilmu pengetahuan.

TANTANGAN DAN HARAPAN PERGURUAN TINGGI DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Ifah Hanifah, 2013

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

C. Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara dalam Perumusan dan Penetapan Pancasila

WALIKOTA SALATIGA SAMBUTAN WALIKOTA SALATIGA PADA UPACARA BENDERA PERINGATAN HUT KE-71 KEMERDEKAAN RI TINGKAT KOTA SALATIGA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rosita, 2013

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

2015 PERANAN KARANG TARUNA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP MENTAL GENERASI MUDA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

2016 KONTROL SOSIAL HMI TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAHAN KOTA BANDUNG

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-83 TAHUN 2011

PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

REPRESENTASI PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALISME DAN. CERITA DARI TAPAL BATAS (Analisis Semiotik untuk Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan)

BAB I PENDAHULUAN. Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm Fathul Mu in, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik dan

PIDATO KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN PERPUSTAKAAN NASIONAL KE-31

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. dimatangkan oleh berbagai pergerakan yang bersifat nasional di daerah-daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang selalu menarik untuk dibahas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

Salam hormat Bapak Presiden dan Wakil Presiden,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

Sambutan Presiden RI pada Peresmian OSO Sports Center, Bekasi, 25 Maret 2011 Jumat, 25 Maret 2011

BAGIAN 1 Jiwa Peduli Jiwa Relawan

BELAJAR SEBAGAI SARANA MENINGKATKAN KUALITAS SDM PROF. IDA YUSTINA

49. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B)

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.

I. PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan perbaikan mutu belajarmengajar

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi. Dengan adanya gaya kepemimpinan akan terjalin kerjasama serta

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA TOKOH SUTAN SJAHRIR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Problem pembelajaran sastra di sekolah, lagi-lagi harus berkait

BAB 1 PENDAHULUAN. Manfaat Penelitian, (5) Penegasan Istilah. kuatlah yang membawa bangsa ini mewujudkan cita-citanya. Peran serta

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

PERAN GURU DALAM MEMBENTUK ARIF BUDAYA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI WAWASAN KEBANGSAAN BERBASIS KEORGANISASIAN MAHASISWA DALAM MENINGKATKAN NASIONALISME

Transkripsi:

Peran Mahasiswa Melalui Gerakan Indonesia Membaca untuk Mewujudkan Pendidikan Indonesia yang Berkarakter Oleh : Ghoffar Albab Maarif Tragedi nol buku, demikian sastrawan senior Taufiq Ismail sampaikan dalam sebuah audiensi dengan Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) tahun 2010. Tragedi nol buku, sebuah ungkapan keprihatinan dari sesorang sastrawan senior terhadap budaya bangsa ini. Kalimat tersebut lahir dari kontemplasi beliau melihat budaya baca bangsa ini. Budaya baca yang sangat rendah. Keprihatinan Taufiq Ismail tersebut sangat beralasan, didukung oleh sebuah fakta atau temuan dari berbagai lembaga yang melakukan studi tentang hal tersebut. Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2009 melakukan studi tentang minat baca terhadap 65 negara. Dari studi PISA tersebut, Indonesia menempati urutan ke-57 dari 65 negera yang di survei tentang minat baca. Indonesia masih kalah dengan Thailand, yang menempati posisi ke-50. Bila dibandingkan dengan Jepang, jarak Indonesia semakin lebih jauh. Jepang menempati posisi ke-8 dalam hasil survei tersebut. Disinilah seharusnya mahasiswa bisa mengambil peran penting tersebut. Mahasiswa adalah insan akademis yang juga sebagai makhluk sosial. Ada dua peran mahasiswa dalam meningkatkan mutu pendidikan dalam hal ini minat baca yakni: (1) berperan sebagai petugas knowledge transfer dari dunia kampus menuju luar kampus dalam upaya mencerdaskan bangsa dalam berbagai bidang terutama kalangan menengah ke bawah; (2) sebagai pelopor dalam pembentukan community development untuk memacu dinamisasi kehidupan masyarakat kelas menengah ke bawah.

Peran Mahasiswa melalui Gerakan Indonesia Membaca untuk mewujudkan Pendidikan Indonesia yang Berkarakter Tragedi nol buku, demikian sastrawan senior Taufiq Ismail sampaikan dalam sebuah audiensi dengan Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) tahun 2010. Tragedi nol buku, sebuah ungkapan keprihatinan dari sesorang sastrawan senior terhadap budaya bangsa ini. Kalimat tersebut lahir dari kontemplasi beliau melihat budaya baca bangsa ini. Budaya baca yang sangat rendah. Taufiq Ismail melakukan penelitian tentang kewajiban membaca buku sastra pada SMA di 13 negara pada Juli - Oktober 1997. Beliau melakukan serangkaian wawancara dengan tamatan SMA 13 negara dan bertanya beberapa hal antara lain: 1) Kewajiban membaca buku 2) Tersedianya buku wajib di perpustakaan sekolah 3) Bimbingan menulis dan, 4) Pengajaran sastra di tempat mereka Ternyata hasil penelitiannya sungguh mengejutkan. Siswa SMA Indonesia tidak wajib membaca buku sastra sama sekali sehingga dianggap sebagai siswa yang bersekolah tanpa kewajiban membaca. Tidak berlebihan bila beliau menggunakan kata tragedi dalam kalimat tersebut. Tragedi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti peristiwa yang menyedihkan. Patut bila seorang Taufiq Ismail sedih melihat budaya baca kita yang begitu rendah. Sedih melihat budaya kita yang semakin jauh dari tradisi membaca. Dalam kesempatan tersebut beliau membandingkan dimasa perjuangan kemerdekaan. Tidak heran bila tokoh kemerdekaan bangsa ini memiliki pemikiran yang visioner dalam membangun bangsa ini. Memiliki langkah-langkah yang strategis dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Kemampuan mengorganisir perjuangan kemerdekaan itu diperoleh dari bahan mereka yang beraneka ragam. Gagasan brilian dalam melawan segala tipu muslihat penjajah merupakan rangkuman dari intisari buku-buku yang mereka baca.

Selama 70 tahun sampai saat ini, kita telah menelantarkan kewajiban membaca di sekolah-sekolah. Kita tidak lagi mewajibkan siswa-siswa untuk membaca lagi. Membaca turun derajatnya dengan menjadi sekedar anjuran, himbauan, dan ajakan. Keprihatinan Taufiq Ismail tersebut sangat beralasan, didukung oleh sebuah fakta atau temuan dari berbagai lembaga yang melakukan studi tentang hal tersebut. Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2009 melakukan studi tentang minat baca terhadap 65 negara. Dari studi PISA tersebut, Indonesia menempati urutan ke-57 dari 65 negera yang di survei tentang minat baca. Indonesia masih kalah dengan Thailand, yang menempati posisi ke-50. Bila dibandingkan dengan Jepang, jarak Indonesia semakin lebih jauh. Jepang menempati posisi ke-8 dalam hasil survei tersebut. Studi yang sama juga dilakukan oleh United Nations Development Programme (UNDP) terhadap minat baca beberapa negara di dunia. Tidak jauh berbeda dengan temuan PISA sebelumnya, dari temuan UNDP tersebut, Indonesia menempati posisi ke-96. Urutan tersebut memaksa dahi kita berkerut. Memaksa kita mengelus dada. Minat baca kita berada pada posisi titik nadir. Ini adalah tragedi besar, sama halnya dengan musibah-musibah yang pernah terjadi belakangan ini. Tragedi nol buku ini sama dahsyatnya dengan bencana tsunami yang terjadi beberapa tahun yang lalu di Nanggroe Aceh Darussalam. Bila bencana tsunami korban fisik lebih besar, maka tragedi nol buku ini menghancurkan dari dimensi karakter dan mentalitas bangsa. Sama dengan kekhawatiran kita bersama tentang perluasan dan penyebaran penggunan narkoba yang semakin membesar. Melihat keadaan tersebut, tidak ada cara lain untuk membentuk budaya membaca ini selain dengan menjadikan membaca sebagai kewajiban melalui Gerakan Indonesia Membaca. Bagi Umat Islam, membaca bukan sekedar anjuran atau himbauan namun sebuah kewajiban. Membaca adalah perintah Allah SWT yang pertama dan sekaligus utama bagi umat Islam. Bahkan perintah sholat turun jauh sesudah perintah membaca. Semua menyadari bahwa buku menjadi salah satu pilar penting dalam membangun karakter bangsa. Karena buku bukan sekedar memberikan kita

segudang ilmu pengetahuan atau sekedar memuaskan dahaga intelektualisme kita. Mengenyangkan akal kita semata. Namun, buku juga memiliki peran dalam membentuk cara berpikir, bertutur, dan berbuat. Buku bisa menguatkan jiwa yang ringkih. Itulah buku, benda yang memiliki andil besar dalam melahirkan peradaban-peradaban besar di muka bumi ini. Buku, demikian besar pengaruhnya dalam menentukan arah dan kebesaran sebuah peradaban. Tidak heran bila banyak negara begitu peduli terhadap minat baca bangsanya. Berbagai langkah dan upaya dilakukan agar minat baca warganya meningkat. Berbagai stimulus diberikan untuk mendorong agar warganya memiliki kebiasaan atau budaya membaca. Kita bisa mencontoh Jepang dalam membangun budaya baca warganya. Di Jepang ada program atau gerakan yang bernama 20 minutes reading of mother and child. Gerakan atau program ini mengharuskan seorang ibu untuk mengajak anaknya membaca buku 20 menit sebelum tidur. Ini merupakan salah satu contoh dari upaya Jepang dalam meningkatkan budaya baca warganya. Disinilah seharusnya mahasiswa bisa mengambil peran penting tersebut. Beri aku 10 pemuda (mahasiswa) akan kugoncangkan dunia, itulah sepenggal pidato Soekarno, founding father bangsa ini, yang mengisyaratkan begitu penting peran mahasiswa dalam mengubah kehidupan bangsa ini. Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Tetapi pada dasarnya makna mahasiswa tidak sesempit itu. Terdaftar sebagai mahasiswa di sebuah perguruan tinggi hanyalah syarat administratif menjadi mahasiswa, tetapi menjadi mahasiswa mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar masalah administratif itu sendiri. Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Mahasiswa merupakan sebagai generasi muda yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya minat baca. Mahasiswa adalah insan akademis yang juga sebagai makhluk sosial. Dengan tingkat intelektual yang dimiliki mahasiswa, diharapkan dapat memberikan perubahan yang berarti terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia.

Mahasiswa yang sebenar-benarnya adalah mahasiswa yang tidak sekedar memikirkan kepentingan akademis semata. Namun jauh tersirat dalam benaknya tentang arti dan kualitas hidupnya sebagai pribadi yang mampu mengabdi terhadap masyarakat. Pribadi yang diharapkan dalam hal ini adalah pribadi yang mampu melihat permasalahan disekitarnya serta menjadi bagian penentu arah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Suatu keadaan yang sangat menyedihkan terhadap rendahnya minat baca di Indonesia hendaknya menjadi perhatian mahasiswa. Fungsi agent of social change yang melekat pada jati diri mahasiswa pada saat ini, hendaklah bukan sebatas slogan-slogan demontrasi saja. Namun suatu pemikiran yang yang rekonstruktif dan solutif terhadap permasalahan minat baca. Sebagai mahasiswa ada beberapa perannya seperti yang dikemukakan oleh Isjoni. Ada dua peran mahasiswa dalam meningkatkan mutu pendidikan dalam hal ini minat baca yakni: (1) berperan sebagai petugas knowledge transfer dari dunia kampus menuju luar kampus dalam upaya mencerdaskan bangsa dalam berbagai bidang terutama kalangan menengah ke bawah; (2) sebagai pelopor dalam pembentukan community development untuk memacu dinamisasi kehidupan masyarakat kelas menengah ke bawah. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat kita artikan bahwa mahasiswa sebagai calon guru yang profesional harus memiliki pribadi yang unggul. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan mahasiswa dalam meningkatkan minat baca di Indonesia, antara lain: 1. Sadar bahwa membaca itu penting Kesadaran merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam kelangsungan hidup. Ketika adanya kesadaran seseorang bahwa membaca itu penting, maka ia berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya. Sebaliknya jika kesadaran itu tidak ada, maka tidak akan pernah memiliki motivasi ingin tahu. 2. Intropeksi diri Maksudnya seorang mahasiswa harus betul-betul mengintropeksi dirinya, baik secara kognitif, afektif dan psikomotor. Setelah pribadinya

terbenahi, maka ia dapat memberikan sejumlah ilmu yang diperolehnya kepada masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua peserta didik, sesama mahasiswa, dan masyarakat; memanfatkan teknologi informasi secara tepat untuk menyampaikan pentingnya budaya membaca. 3. Melakukan kontrol terhadap kebijakan pemerintah. Mahasiswa peka terhadap kebijakan pemerintah dan mengajukan suatu pendapat dan saran sebagai solusi untuk meningkatkan minat baca di Indonesia. 4. Sebagai fasilitator, merupakan peran mahasiswa dalam memberi pelayanan seperti buku untuk memudahkan siswa dalam kegiatan membaca. 5. Sebagai pelopor dalam pembentukan kelompok baca untuk memacu dinamisasi masyarakat kalangan menengah ke bawah. 6. Sebagai pembangkit dan pendorong terhadap kelompok yang sudah ada di masyarakat yang selama ini belum berfungsi dan berusaha untuk memfungsikannya. Dengan terbebasnya bangsa ini dari tragedi nol buku maka pembangunan bangsa ini dapat berjalan dengan lancar serta membawa bangsa ini kepada kejayaan dan kesejahteraan. Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa yang akan menggantikan pemimpin-pemimpin bangsa nantinya sudah saatnya menjalankan nilai-nilai peran dan fungsi mahasiswa sehingga diharapkan nantinya nilai tersebut bisa menjadi pengontrol kita kelak ketika pada saatnya menggantikan posisi para pemimpin bangsa.