BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tergantng dari motif yang dimiliki (Taufik, 2007). menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindunginya dalam melawan serangan penyakit. Keseimbangan zat zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung antibodi dan lebih dari 100 zat gizi, seperti AA, DHA taurin, dan

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Menyusui, artinya memberikan makanan kepada bayi yang langsung dari

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak,

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menempuh, menemui, mengarungi, menyebrangi, menanggung, mendapat,

LAMPIRAN KUESIONER Identitas Pengetahuan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan

BAB II TINJAUAN TEORI. A. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif. tim, kecuali vitamin, mineral dan obat (Prasetyono, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

Melindungi kesehatan ibu :

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASI ADALAH ANUGERAH LUAR BIASA YANG DIBERIKAN TUHAN KEPADA MANUSIA KENAPA BANYAK ORANG TUA TIDAK MEMBERIKAN ASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk air putih, selain menyusui selama 6 bulan sejak dilahirkan. 3 Cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas (Depkes RI, 1996).

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: )

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH,

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui pengetahuan yang baik tentang pentingnya dan manfaat kolostrom

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam. penyerapan, dan penggunaan zat-zat tersebut (Triaswulan, 2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi berumur 0 6 bulan tanpa

MANFAAT ASI BAGI BAYI

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kolostrum merupakan air susu yang pertama kali keluar seringkali berwarna

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan terpisah satu sama lain oleh jaringan lemak. Tiap lobus terdiri dari lobuli

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Definisi Air Susu Ibu (ASI) Air susu ibu (ASI) adalah makanan utama bagi bayi yang kaya akan

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akhiran pe dan an. Imbuhan pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes RI, 1992). MP-ASI

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

BAB 1 PENDAHULUAN. reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder, 2011). Masa ini

Bab 3 Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif sebagai Modal Pembangunan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB II LANDASAN TEORI. Skinner (Notoatmodjo, 2007), merumuskan perilaku sebagai. respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. kandungan zat gizi yang sesuai untuk kebutuhan bayi dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

2.1 Pengertian Air Susu Ibu (ASI) BAB II TINJAUAN PUSTAKA Air susu ibu (ASI) adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. Air susu ibu merupakan makanan yang telah disiapkan untuk calon bayi saat ia pada masa kehamilan. Pada masa kehamilan ibu, hormon tertentu merangsang payudara untuk memperbanyak saluran-saluran air susu dan kelenjar-kelenjar air susu. Air susu ibu merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi serta mempunyai nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat manusia ataupun susu hewan seperti sapi, susu kerbau dan lain-lainnya. Air susu ibu sangat menguntungkan ditinjau dari berbagai segi, baik segi gizi, kesehatan, ekonomi maupun sosio-psikologis. Air susu ibu merupakan makanan terbaik ciptaan Tuhan yang diperuntukkan bagi bayi yang baru dilahirkan. Makanan-makanan tiruan bagi bayi yang diramu menggunakan teknologi masa kini, ternyata tidak mampu menandingi keunggulan ASI. Sebab ASI, mempunyai nilai gizi paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat oleh manusia ataupun susu yang berasal dari hewan, seperti susu sapi, kerbau, atau kambing (Khasanah, 2011). 2.2 Pengertian ASI Eksklusif Air susu ibu (ASI) merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. Air susu ibu mengandung zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI diberikan kepada bayi karena mengandung banyak manfaat dan kelebihan. Diantaranya adalah menurunkan risiko terjadinya penyakit infeksi, misalnya infeksi saluran pencernaan (diare), infeksi saluran pernapasan, dan 9

10 infeksi telinga. ASI juga bisa menurunkan dan mencegah terjadinya penyakit noninfeksi seperti penyakit alergi, obesitas, kurang gizi, asma, dan eksim. Selain itu ASI dapat pula meningkatkan IQ dan EQ anak. Menyusi anak bisa menciptakan ikatan psikologis dan kasih sayang yang kuat antara ibu dan bayi. Bayi merasa terlindung dalam dekapan ibunya, mendengar langsung degup jantung ibu, serta merasakan sentuhan ibu saat disusui olehnya. Pedoman internasional menganjurkan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama. Hal tersebut didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberikan semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan oleh bayi selama 6 bulan pertama setelah kelahirannya. Yang dimaksud dengan pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan obat. WHO, UNICEF, dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Dalam rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Selanjutnya demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan pendamping ASI dan ASI hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2009). 2.3 Jenis ASI Berdasarkan Waktu Produksi Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 jenis. Diantaranya adalah sebagai berikut (Roesli, 2000, Khasanah, 2011) :

11 1. Kolostrum Kolostrum merupakan cairan khusus yang disekresikan pada hari pertama sampai ketiga kelahiran bayi. Cairan ini encer dan berwarna kuning-putih dan seringkali menyerupai darah daripada susu. Kolostrum mengandung sel hidup yang menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit. Kolostrum merupakan pencahar yang ideal yang berguna untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi. Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI yang matang. Kolostrum keluar pada hari pertama sampai hari ke empat dengan komposisi yang selalu berubah dari hari ke hari. Jumlah kolostrum yang dikeluarkan sangat bervariasi berkisar 10-100 ml/hari dengan rata-rata sekitar 30 ml atau sekitar 3 sendok makan. 2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi) ASI masa transisi adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI matang. ASI transisi diproduksi pada hari keempat hingga keempat belas. Pada tahap ini, kadar protein berkurang sedangkan kadar karbohidrat dan lemak serta volume ASI semakin meningkat. 3. ASI Matang (mature) ASI matang adalah ASI yang diproduksi sejak hari keempat belas, dan seterusnya. Pada tahapan ini, volume ASI mulai normal. ASI matang merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai usia 6 bulan. Setelah 6 bulan, ASI tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi sehingga mulai diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI.

12 2.4 Komposisi Air Susu Ibu ASI mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh bayi (Suhardjo, 1992) yang terdiri dari : 1. Kolostrum Segera setelah melahirkan air susu ibu yang keluar berwarna kekuningkuningan, kental dan agak lengket. Air susu ini disebut kolostrum dan ini diproduksi dalam masa kira-kira seminggu pertama. Kemudian setelah itu air susu yang diproduksi berwarna putih. Kolostrum berbeda dengan air susu ibu yang berwarna putih dalam hal : a. Lebih banyak protein b. Lebih banyak immunoglobulin A dan laktoferrin dan juga sel-sel darah putih yang berperan penting dalam mencegah timbulnya infeksi penyakit. c. Kurang dalam hal lemak dan laktose d. Lebih banyak vitamin A e. Lebih banyak natrium dan seng 2. Protein Kandungan protein air susu ibu sepertiga dari susu sapi. Hampir semua protein dari susu sapi berupa kasein dan hanya sedikit berupa soluble whey protein. Kasein membentuk gumpalan liat dalam perut bayi. Air susu ibu mengandung total protein lebih rendah tetapi lebih banyak soluble whey protein. Whey membentuk gumpalan lebih lunak yang lebih mudah dicernakan dan diserap.

13 3. Lemak Sekitar separuh dari energi air susu ibu berasal dari lemak yang mudah diserap dibandingkan dengan susu sapi. Hal ini karena adanya enzim lipase dalam ASI. Kandungan lemak total ASI bervariasi antara ibu satu dengan lainnya dari satu fase laktasi ke fase lainnya. Air susu yang pertama keluar selama menyusui disebut susu awal (foremilk). Cairan ini mengandung kira-kira 1-2 persen lemak dan tampak encer. Air susu encer ini membantu memberikan kepuasan kepada bayi yang merasa haus waktu mulai minum air susu ibu. Air susu berikutnya disebut susu akhir (hindmilk) yang mengandung lemak paling sedikit tiga atau empat kali lebih banyak daripada susu mula. Ini memberi hampir seluruh energi, oleh karena itu merupakan hal yang sangat penting bahwa bayi harus mendapatkan susu akhir tersebut. 4. Laktose Zat gizi ini merupakan komponen utama karbohidrat dalam air susu ibu. Jumlah laktose dalam ASI tidak banyak bervariasi antara ibu-ibu yang menyusui. Dibandingkan dengan susu sapi, kandungan laktose dalam ASI lebih banyak. Disamping merupakan sumber energi yang mudah dicerna, beberapa laktose diubah menjadi asam laktat. Asam ini membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tak diinginkan dan mungkin membantu dalam penyerapan kalsium dan mineral-mineral lainnya. 5. Mineral Susu ibu mengandung sedikit kalsium dibandingkan dengan susu sapi, tetapi karena kalsium ASI mudah diserap maka kalsium ASI cukup dapat memenuhi

14 kebutuhan bayi. Dalam kedua macam air susu itu kandungan zat besinya rendah. Namun sekitar 71,5 persen besi dalam ASI dapat diserap, sedangkan dari bahan makanan lainnya hanya 5-10 persen. Selain itu simpanan besi pada bayi sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya selama bulan-bulan pertama dalam hidupnya. Air susu ibu juga mengandung natrium, kalium, fosfor, dan khlor yang lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dengan jumlah itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. 6. Vitamin Apabila makanan ibu cukup seimbang, maka vitamin-vitamin yang dibutuhkan bayi selama 4-6 bulan pertama dapat dipenuhi dari air susu ibu. Hanya dijumpai sedikit vitamin D dalam lemak ASI, namun bagi bayi yang mendapatkan air susu ibu dalam periode yang cukup, jarang menderita riketsia selama memperoleh sinar matahari yang cukup. Akhir-akhir ini fraksi vitamin D yang larut dalam air ditemukan. Fungsi substansi ini masih terus dipelajari, namun diperkirakan bahwa zat tersebut merupakan suplemen vitamin D dalam lemak. Jumlah vitamin, vitamin A dan vitamin C bervariasi tergantung pada makanan ibunya. 2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI Proses menyusui selama awal minggu pertama merupakan masa kritis yang menentukan produksi ASI. Keberhasilan menyusui dipengaruhi oleh kondisi sebelum kehamilan dan saat menyusu. Kondisi sebelum kehamilan itu sendiri, juga ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir maupun saat pubertas. Keberhasilan menyusui

15 tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI (Siregar, 2004, Khasanah, 2011) diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Makanan Ibu Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjarkelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI (Siregar, 2004). Ibu membutuhkan kalori tambahan 300-500 kalori per hari untuk memproduksi ASI. Ibu yang menyusui diajurkan makan dalam porsi yang lebih banyak dari biasanya. Ibu juga dianjurkan untuk tidak mengonsumsi makanan yang berlemak tinggi dan mengandung gula dan minuman bersoda. Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi, diperlukan energi yang sama dengan jumlah energi yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar ibu menghasilkan 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur. Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam produksi ASI. Terlebih, jika pada masa kehamilan ibu, juga mengalami kekurangan gizi. Oleh karena itu, tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui mutlak diperlukan. Di

16 samping bahan makanan sumber protein, seperti ikan, telur dan kacangkacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI. 2. Frekuensi Menyusui Frekuensi menyusui dapat mempengaruhi produksi ASI. Semakin sering menyusui, akan semakin meningkatkan produksi ASI. Oleh karena itu, berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi. Berdasarkan hasil penelitian, produksi ASI akan optimal ketika ibu menyusui bayinya 8 kali atau lebih per hari selama 1 bulan awal menyusui. 3. Menyusui Sesuai Keinginan Bayi Menyusui yang tidak dijadwal atau menyusui sesuai keinginan bayi, ternyata dapat meningkatkan produksi ASI pada 2 minggu pertama. Hal ini menunjukkan bahwa produksi ASI lebih dipengaruhi oleh kebutuhan bayi dibandingkan kapasitas ibu untuk memproduksi ASI. Artinya, ASI akan diproduksi sesuai kebutuhan bayi. 4. Keadaan Psikologis Ibu Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis. Saat menyusui, seorang ibu memerlukan ketenangan pikiran dan sebaliknya jauh dari perasaan tertekan (stress) karena akan berpengaruh terhadap produksi ASI dan kenyamanan bayi saat menyusu. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya. Terkadang ibu merasa tidak percaya diri karena ASI-nya kurang. Ditambah lagi pendapat dan saran yang salah dari orang lain menyebabkan ibu cepat berubah fikiran dan menjadi

17 stres. Akibatnya, bisa menekan refleks sehingga ASI tidak berproduksi dengan baik. 5. Pengaruh Sarana Kesehatan Tempat melahirkan diduga berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif oleh ibu kepada bayinya. Ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan yang menerapkan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui mempunyai kesempatan yang besar untuk memberikan ASI secara eksklusif. Hal ini berkaitan dengan diterapkannya 10 langkah menuju keberhasilan menyusui di fasilitas kesehatan. Tetapi banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin yang tidak menerapkan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui. Sebab, melahirkan di rumah sakit lebih menitikberatkan pada upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, dan ibu maupun anaknya berada dalam keadaan selamat dan sehat, sementara masalah pemberian ASI kurang mendapat perhatian. Makanan pertama yang diberikan, justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ia selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih baik dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar atau poster-poster yang memuji penggunaan susu formula. 6. Penggunaan Alat Kontrasepsi yang Mengandung Estrogen dan Progesteron Kontrasepsi pil tidak dianjurkan digunakan untuk ibu yang melakukan program ASI eksklusif. Hal ini karena kontrasepsi pil mengandung hormon estrogen yang dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi

18 ASI secara keseluruhan. Kontrasepsi yang dianjurkan adalah kontrasepsi dalam rahim yaitu IUD atau spiral. Karena IUD dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oksitosin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI. 2.6 Manfaat Pemberian ASI Eksklusif - Manfaat Bagi Bayi Menurut Roesli (2000) manfaat ASI pada bayi adalah sebagai berikut: 1. Sebagai nutrisi terbaik karena sumber gizi yang ideal dengan komposisi seimbang yang sesuai dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhan. 2. Meningkatkan daya tahan tubuh, karena mengandung berbagai zat antibodi yang mencegah terjadinya infeksi. 3. Meningkatkan kecerdasan, karena ASI mengandung asam lemak (DHA, AA/Arachidonic Acid, omega-3, omega-6) yang diperlukan untuk pertumbuhan otak. 4. Meningkatkan jalinan kasih sayang. 5. Tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal. 6. Bayi yang menyusu pada ibunya, pertumbuhan gigi gerahamnya lebih baik. 7. Buah dada ibu telah diciptakan sedemikian rupa sehingga waktu bayi menghisap, kemungkinan bayi akan tersedak lebih kecil. - Manfaat Bagi Ibu Adapun menurut Roesli (2000) manfaat ASI eksklusif pada ibu bila memberikan ASI eksklusif yaitu: 1. Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi.

19 2. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. 3. Mempercepat pemulihan kesehatan. 4. Menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan cukup berhasil. 5. Mengecilkan rahim karena kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat membantu rahim ke ukuran semula seperti sebelum hamil. 6. Lebih cepat langsing kembali karena menyusui membutuhkan energi maka tubuh akan mengambil lemak dari lemak yang tertimbun selama hamil. 7. Mengurangi kemungkinan menderita kanker payudara. 8. Lebih ekonomis dan murah karena dapat menghemat pengeluaran untuk susu formula. 9. Tidak merepotkan dan hemat waktu karena ASI dapat diberikan dengan segera tanpa harus menyiapkan atau memasak air. 10. Portabel dan praktis karena mudah dibawa kemana-mana sehingga saat berpergian tidak perlu membawa berbagai alat untuk menyusui. 11. Memberi ibu kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam karena telah berhasil memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. - Manfaat Bagi Keluarga Prasetyono (2009) menyebutkan beberapa hal yang menjadi keuntungan bagi keluarga dengan memberikan ASI eksklusif yaitu: 1. Menyusui menciptakan suasana hangat dan harmonis

20 2. Kedekatan bayi dan ibu yang terus menerus akan menjadi dasar yang kuat 3. Membangun hubungan psikososial yang kuat dalam keluarga 4. Hemat dan mengurangi biaya pengobatan karena bayi jarang sakit 5. Tidak memerlukan dana khusus 6. Keluarga menjadi bahagia karena ibu dan anak sehat - Manfaat Bagi Negara Pemberian ASI akan dapat menghemat pengeluaran negara untuk pemberian susu formula, perlengkapan menyusui serta biaya menyiapkan susu. Menyusui juga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi serta mengurangi subsidi rumah sakit untuk perawatan ibu dan anak, sehingga menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun negara (Roesli, 2009). - Manfaat ASI Bagi Lingkungan ASI akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi udara. Dengan hanya memberi ASI manusia tidak memerlukan kaleng susu, karton dan kertas pembungkus, botol plastik dan dot karet. Karena untuk membuat ASI tidak memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap dan tidak memerlukan alat trasportasi (Roesli, 2009). 2.7 Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif Lawrence Green (1980) menganalisis determinan perilaku kesehatan dan menyebutkan ada 3 faktor yang menjadi penyebab perilaku yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat. Setiap faktor tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap perilaku.

21 1. Faktor predisposisi (predisposing factors) merupakan faktor yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Faktor predisposisi meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan faktor demografi seperti usia, pendidikan dan pekerjaan. 2. Faktor pemungkin (enabling factors) mencakup berbagai keterampilan dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, keterjangkauan berbagai sumber daya, biaya, jarak, ketersediaan transportasi, jam buka, dan keterampilan petugas kesehatan. 3. Faktor penguat (reinforcing factors) adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat bergantung pada tujuan dan jenis program. Faktor penguat terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

22 Faktor Predisposisi Pengetahuan Keyakinan Nilai Sikap Variabel Demografi Faktor Pemungkin Ketersediaan sumber daya kesehatan Aksesbilitas sumber daya kesehatan (biaya, jarak, transportasi, jam buka) Komitmen masyarakat / pemerintah terhadap kesehatan Keterampilan petugas kesehatan Perilaku Spesifik Faktor Penguat Keluarga Teman Guru Majikan Tenaga Kesehatan Masyarakat Gambar. 2.1 Teori Determinan Perilaku menurut Green (1980)

23 2.7.1 Umur Ibu Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan. Umur sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan dan nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun masih belum matang dan belum siap dalam hal jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, serta persalinan. Sedangkan ibu yang berumur 20-30 tahun disebut masa dewasa, dimana pada masa ini diharapkan telah mampu memecahkan masalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan, nifas dan merawat bayinya nanti, serta keterpaparan mengenai informasi ASI eksklusif cenderung lebih besar. Sedangkan pada usia >30 tahun informasi yang didapat kurang, karena pada usia tersebut sebagian besar ibu dianjurkan tidak hamil lagi untuk mencegah terjadinya komplikasi (Depkes RI, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Sariyanti (2015) menunjukkan bahwa umur berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,022), dengan proporsi responden yang berumur 20 30 tahun pada pemberian ASI eksklusif sebesar 62,9% sedangkan responden yang berumur <20 dan >30 tahun pada pemberian ASI eksklusif sebesar 30,6%. 2.7.2 Paritas Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim. Semakin banyak anak yang dilahirkan akan mempengaruhi produkvitias ASI karena berhubungan dengan status kesehatan ibu dan kelelahan. Pikiran, perasaan dan sensasi seorang ibu sangat mempengaruhi peningkatan atau penghambat pengeluaran oksitosin yang sangat berperan dalam pengeluaran ASI (Roesli, 2005). Menurut Neil, WR yang dikutip oleh Ramadani (2009), jumlah persalinan yang pernah dialami memberikan

24 pengalaman pada ibu dalam memberikan ASI kepada bayi. Penelitian di Brazil menyebutkan bahwa paritas mempengaruhi dalam pemberian ASI eksklusif, yaitu ibu dengan paritas 1 (primipara) mempunyai kecenderungan mengalami permasalahan dalam menyusui bayi yang dilahirkannya, masalah yang paling sering muncul adalah puting susu yang lecet akibat kurangnya pengalaman yang dimiliki atau belum siap menyusui secara fisiologis (Venancio, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Ida (2012) bahwa paritas berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,043), dengan proporsi responden yang mempunyai paritas lebih dari 1 kali pada pemberian ASI eksklusif sebesar 31,4% sedangkan responden yang mempunyai paritas 1 kali pada pemberian ASI eksklusif sebesar 16,4%. 2.7.3 Pendidikan Ibu Pendidikan adalah segala upaya yang di rencanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan, sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi pendidikan dibidang kesehatan (Lawrence Green: 1980 dalam Notoatmodjo 2007). Menurut Notoatmodjo (2007), Tingkat pendidikan seseorang akan membantu orang tersebut untuk lebih mudah menangkap dan memahami suatu informasi. Mereka yang berpendidikan tinggi akan berbeda dengan mereka yang berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan seorang ibu yang rendah memungkinkan ia lambat dalam mengadopsi pengetahuan baru khususnya hal-hal yang berhubungan dengan ASI Eksklusif. Hasil penelitian (Anggriani, 2013) menunjukkan ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,024), dengan proporsi responden yang

25 berpendidikan tinggi pada pemberian ASI eksklusif sebesar 44,4%, sedangkan responden yang berpendidikan rendah pada pemberian ASI eksklusif sebesar 20,4%. 2.7.4 Pekerjaan Ibu Bagi ibu yang bekerja, upaya pemberian ASI eksklusif sering kali mengalami hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan. Sebelum pemberian ASI eksklusif berakhir secara sempurna, dia harus kembali bekerja. Kegiatan atau pekerjaan ibu sering kali dijadikan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, terutama yang tinggal di perkotaan (Prasetyono, 2009). Di kota besar ada kecendrungan makin banyak ibu yang tidak memberi ASI pada bayi nya dengan alasan ibu bekerja. Walaupun sebenarnya ibu bekerja dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya bila ibu tersebut memiliki pengetahuan tentang menyusui, memerah ASI serta menyimpan ASI (Soetjiningsih, 1997). Peningkatan jumlah angkatan kerja wanita ini menyebabkan banyak ibu yang harus meninggalkan bayi sebelum usia 6 bulan karena masa cuti sudah habis (Depkes, 2005). Hasil penelitian (Madani, 2013) menunjukkan ada hubungan bermakna antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,001), dengan proporsi responden yang tidak bekerja pada pemberian ASI eksklusif sebesar 41,5%, sedangkan responden yang bekerja pada pemberian ASI eksklusif sebesar 9,8%. 2.7.5 Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Over

26 Behavior). Pengalaman penelitian menyatakan ternyata perilaku yang disadari oleh pengetahuan lebih baik dari pada perilaku yang tidak disadarai oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Hasil penelitian Septia (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,003), dengan proporsi responden yang berpengetahuan baik pada pemberian ASI eksklusif sebesar 38,9% sedangkan ibu yang berpengetahuan kurang pada pemberian ASI eksklusif sebesar 11,8%. 2.7.6 Sikap Ibu terhadap ASI Eksklusif Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek dan manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku (Notoatmodjo, 2007). Seorang ibu yang tidak pernah mendapat nasehat atau pengalaman, penyuluhan tentang ASI dan seluk beluknya dari orang lain, maupun dari buku - buku bacaan dapat mempengaruhi sikapnya pada saat ibu tersebut harus menyusui. Sikap seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan yang dipunyainya dan ia akan memberikan sikap negatif terhadap ASI, jika pengetahuan tentang hal itu kurang (Haryati, 2006). Ibu yang berhasil menyusui anak sebelumnya dengan pengetahuan dan pengalaman cara pemberian ASI secara baik dan benar akan menunjang laktasi berikutnya. Sebaliknya, kegagalan menyusui pada masa lalu akan mempengaruhi sikap seorang ibu terhadap penyusuan sekarang. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam diri ibu dalam menyusui anaknya. Pengetahuan tentang ASI, nasehat, pengalaman, penyuluhan, bacaan, pandangan dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat akan membentuk sikap ibu yang positif

27 terhadap menyusui (Depkes RI, 2005). Penelitian Rubinem (2012) menunjukkan hubungan bermakna antara sikap dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,01), dengan proporsi responden yang positif pada pemberian ASI eksklusif sebesar 34,7% sedangkan responden dengan sikap negatif pada pemberian ASI eksklusif sebesar 11,8%. 2.7.7 Pendapatan Keluarga Tingkat ekonomi dalam kehidupan sosial memegang peranan penting karena tingkat ekonomi sosial yang baik atau cukup akan memberi kemudahan akses terhadap pelayanan dan fasilitas kesehatan serta tingkat konsumsi makan bergizi dalam keluarga yang berkaitan dengan produksi dan kualitas pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui sedangkan jika keluarga memiliki tingkat ekonomi sosial yang rendah akan mengakibatkan kurangnya daya beli untuk mencukupi kebutuhan keluarga, hal ini akan berdampak kurangnya tingkat kecukupan gizi dan produksi ASI bagi ibu menyusui (Depkes RI, 2005). Hasil penelitian Fatmawati (2013) menunjukkan terdapat hubungan status ekonomi dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,041), dengan proporsi responden yang mempunyai status ekonomi tinggi pada pemberian ASI eksklusif sebesar 24,2% sedangkan responden yang mempunyai status ekonomi rendah pada pemberian ASI eksklusif sebesar 10,5%. 2.7.8 Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi Menyusu Dini atau permulaan menyusu dini adalah bayi menyusu segera setelah lahir. Bayi diletakkan diatas perut ibunya sehingga terjadi kontak kulit langsung dengan kulit ibunya setidaknya dalam satu jam segera setelah lahir dengan cara bayi merangkak mencari payudara. Pada jam pertama, bayi berhasil menemukan payudara ibu yang merupakan awal hubungan menyusui antara bayi dan ibunya, yang akhirnya

28 berkelanjutan dalam kehidupan ibu dan bayi. IMD dapat melatih motorik bayi, dan sebagai langkah awal untuk membentuk ikatan batin antara ibu dan bayi. Untuk melakukan IMD, dibutuhkan waktu, kesabaran, serta dukungan dari keluarga (Roesli, 2008). Cara bayi melakukan inisisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara. Berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, proses IMD ini menjadi salah satu faktor penentu keberhasilannya. Dengan mempraktekkan IMD, maka produksi ASI akan terstimulasi sejak dini, sehingga tidak ada lagi alasan ASI kurang, atau ASI tidak keluar yang seringkali menjadi penghambat ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan. (Depkes RI, 2008). Dengan IMD, ibu semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASI-nya sehingga tidak merasa perlu untuk memberikan makanan/minuman apapun kepada bayi karena bayi bisa nyaman menempel pada payudara ibu segera setelah lahir (Fikawati S, 2009). Penelitian Ida (2012) menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara IMD dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,024), proporsi responden yang melakukan IMD pada pemberian ASI eksklusif sebesar 36,7% sedangkan responden yang tidak melakukan IMD pada pemberian ASI eksklusif sebesar 19,6%. 2.7.9 Dukungan Keluarga Dukungan keluarga merupakan faktor pendukung yang pada prinsipnya adalah suatu kegiatan baik bersifat emosional maupun psikologis yang diberikan kepada ibu menyusui dalam memberikan ASI. Seorang ibu yang tidak pernah mendapatkan nasehat atau penyuluhan tentang ASI dari keluarganya dapat mempengaruhi sikapnya ketika ia harus menyusui sendiri bayinya (Lubis, 2000). Dari semua dukungan bagi ibu menyusui dukungan suami adalah dukungan yang berarti bagi ibu. Suami dapat berperan aktif dalam

29 keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Suami cukup memberikan dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan praktis seperti mengganti popok dan lain-lain (Roesli, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Septia (2012) menunjukkan terdapat hubungan dukungan keluarga baik dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,005), dengan proporsi responden dengan dukungan keluarga baik pada pemberian ASI eksklusif sebesar 40,4% sedangkan responden yang kurang mendapat dukungan keluarga pada pemberian ASI eksklusif sebesar 8,3%. 2.7.10 Dukungan Petugas Kesehatan Semua fasilitas kesehatan memiliki peranan penting untuk mendukung menyusui. Tidak hanya unit perawatan persalinan yang memiliki tanggung jawab. Petugas kesehatan bisa berbuat banyak untuk mendukung dan mendorong wanita yang ingin menyusui bayinya. Bila petugas tidak secara aktif mendukung menyusui, maka mereka mungkin secara tidak sengaja telah menghalanginya (Depkes RI, 2009). Setiap kontak yang dimiliki seorang petugas kesehatan dengan seorang ibu adalah merupakan kesempatan untuk mendorong dan mempertahankan menyusui. Saat menimbang bayi, penting sekali mendiskusikan tentang menyusui (Roesli, 2001). Penelitian Rubinem (2012) menunjukkan hubungan bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,004), dengan proporsi responden yang mendapat dukungan petugas kesehatan pada pemberian ASI eksklusif yaitu 33,9% sedangkan responden yang kurang mendapat dukungan petugas kesehatan pada pemberian ASI eksklusif yaitu 7,3%.