BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

BAB I PENDAHULUAN. asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

I. PENDAHULUAN. Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, karena daging merupakan sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

BAB I PENDAHULUAN. - Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Daging ayam memiliki nilai gizi

STUDI KASUS KADAR FORMALIN PADA TAHU DAN KADAR PROTEIN TERLARUT TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU DUKUH PURWOGONDO KECAMATAN KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. sanitasi. Banyaknya lingkungan kita yang secara langsung maupun tidak lansung. merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia

UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP. (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS

I. PENDAHULUAN. mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut (Putra et. al., 2015). Usaha

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan peradaban dan pola berpikir manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

III. PANGAN ASAL TERNAK DAN PERANANNYA DALAM PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

I. PENDAHULUAN. pembangunan sesuai dengan yang telah digariskan dalam propenas. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih maju, kesadaran kebutuhan nutrisi asal ternak semakin meningkat,

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 6 TAHUN : 2003 SERI : B NOMOR : 1 NOMOR 3 TAHUN 2003 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (Undang-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ayam broiler merupakan komoditi ternak yang mempunyai prospek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. tahun Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh serta kelangsungan hidup. Dengan demikian menyediakan air

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. bangunan atau kios-kios dengan batasan-batasan yang ditentukan dimana

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PENDAHULUAN. Tabel 1. Konsumsi Telur dan Daging Broiler pada Beberapa Negara ASEAN Tahun 2009

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL )

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Proyeksi konsumsi kedelai nasional

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan semakin banyaknya produk pertanian

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan mendasar manusia dalam bertahan hidup adalah adanya pangan. Pangan merupakan sumber zat gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi landasan utama manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupannya (Karsin, 2004). Untuk dapat memenuhi asupan gizi, manusia harus mengkonsumsi berbagai sumber zat gizi tersebut. Hal tersebut dikarenakan pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia untuk mempertahankan kehidupannya. Pangan sebagai kebutuhan biologis manusia akan mempengaruhi pada kebutuhan rohani dan psikologis. Namun, kebutuhan biologis menjadi pokok utama dalam keberlangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia melakukan pengawasan pangan dengan membuat kebijakan pangan. Kebijakan pangan yang dibentuk berupa undangundang, peraturan pemerintah, surat keputusan menteri serta perangkat lainnya. Adapun Kebijakan pangan tersebut diantaranya UU RI Nomor 7 Tahun 1996, UU RI Nomor 8 Tahun 1999, UU RI Nomor 23 Tahun 1992, PP RI Nomor 21 Tahun 2005, PP No. 28 tahun 2004, PP Nomor 58 Tahun 2001, PP Nomor 69 Tahun 1999, UU No.18 Tahun 2012, Peraturan Pemerintah No 22 tahun 1983, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 4 Tahun 2006, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 180/Menkes/Per/IV/1985, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 329 Tahun 1976, Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.00.05.23.1455, Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.52.4321 dan kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). Pada dasarnya kebijakan tersebut dibuat salah satu diantarnya untuk mengawasi tentang keamanan pangan yang ada di Indonesia. 1

2 Jaminan bahwa pangan memenuhi persyaratan konsumsi baik dari segi jumlah dan kualitas (gizi, dan aman), diperlukan suatu jaminan keamanan. Jaminan terhadap keamanan pangan atau bahan pangan telah menjadi tuntutan seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan. Jaminan terhadap keamanan pangan juga telah menjadi tuntutan dalam perdagangan nasional maupun internasional. Jaminan keamanan pangan dapat diartikan sebagai jaminan bahwa pangan atau bahan pangan tersebut bila dipersiapkan dan dikonsumsi secara benar tidak akan membahayakan kesehatan manusia (Murdhiati, 2006). Salah satu cara membuat jaminan keamanan tersebut dengan membuat kebijakan keamanan pangan. Keamanan pangan adalah semua kondisi dan upaya yang diperlukan selama produksi, processing, penyimpanan, distribusi dan penyiapan makanan untuk memastikan bahwa makanan tersebut aman, bebas dari penyakit, sehat, dan baik untuk konsumsi manusia (Joint FAO/WHO Expert Commitiee of Food Safety) yang diacu dalam Damayanthi (2004). Selanjutnya Damayanthi (2004) menambahkan bahwa keamanan pangan itu termasuk salah satu faktor mutu yang menentukan tingkat penerimaan/ pemuasan konsumen. Produk yang keamanan pangannya menjadi sorotan salah satunya adalah produk daging segar. Produk daging segar sangat mudah rusak dan secara biologi masih aktif. Kerusakan daging segar ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu diantaranya pertumbuhan mikroorganisme dalam daging, kerusakan karena suhu, kadar air, oksigen, tingkat keasaman, dan Ph serta kandungan gizi daging (Hendrasty, 2013). Daging juga merupakan sumber protein hewani yang dibutuhkan dalam tubuh manusia sehingga keamanannya perlu diperhatikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Nasional, konsumsi protein (gram) per kapita rata-rata penduduk Indonesia yang berasal dari produk daging mengalami peningkatan dari tahun 1999 hingga tahun 2013. BPS menunjukkan bahwa pada tahun 1999 protein yang dikonsumsi per kapita dari daging menunjuk pada angka 1,33 dan kurva ini mengalami kenaikan setiap tahunnya, hingga pada tahun 2012 mencapai angka 3,41. Namun, pada tahun 2013 mengalami penurunan yang tajam

3 hingga hanya mencapai angka 2,38 (BPS, 2013). Hal ini disebabkan banyak munculnya pemberitaan tentang keamanan produk daging segar yang diragukan. Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan (DPPK) meminta masyarakat ekstra waspada saat mengonsumsi daging terutama segi standar halal serta standar kesehatannya (Kompas, 2013). Pada dasarnya daging segar yang sesuai standar keamanan adalah daging segar yang layak dikonsumsi manusia dengan persyaratan aman, sehat, utuh dan halal (ASUH). Aman artinya daging tidak tercemar bahaya biologi, kimiawi dan fisik. Sehat berarti daging memiliki zat yang dibutuhkan dan berguna bagi kesehatan tubuh manusia. Utuh berarti daging tidak di campur dengan bagian lain dari hewan tersebut atau bagian dari hewan lain. Sedangkan halal berarti hewan maupun dagingnya disembelih, ditangani dan jenis daging yang tidak dilarang menurut syariat agama Islam. Hal tersebut dikarenakan kehalalan menjadi hak konsumen sehingga keberadaannya harus dijamin dan dilindungi oleh semua pihak secara bertanggung jawab. Sertifikasi halal mutlak dibutuhkan untuk menghilangkan keraguan masyarakat akan kemungkinan adanya bahan baku, bahan tambahan atau bahan penolong yang tidak halal dalam suatu produk yang dijual (Widowati, et al. 2003 dan Apriyatono, 2003 dalam Afianti). Beberapa produk daging segar yang dijual di pasar diantaranya, daging kambing, sapi, domba, ayam, bebek, dan kerbau. Namun, daging sapi segar merupakan komoditas daging disukai konsumen Indonesia selain daging ayam, daging kambing/domba, dan lain-lainnya. Alasan alasan konsumen menyukai daging sapi ini antara lain karena pertimbangan gizi, status sosial, pertimbangan kuliner, dan pengaruh budaya barat (Jonsen, 2004). Disamping itu, tingkat kecernaan protein daging sapi tinggi mencapai 95-100% dibandingkan kecernaan protein tanaman yang hanya 65-75% (Aberle et.al., 2001). Daging sapi segar merupakan daging yang berwarna merah dan mengandung nilai gizi tinggi. Selain mutu proteinnya tinggi, pada daging sapi terdapat pula kandungan asam amino esensial yang lengkap dan seimbang (Lukman, 2008). Namun disisi lain, keamanan daging sapi segar

4 harus diperhatikan karena produk pangan asal ternak berisiko tinggi terhadap cemaran mikroba yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Setelah ternak dipotong, mikroba yang terdapat pada hewan mulai merusak jaringan sehingga bahan pangan hewani cepat mengalami kerusakan bila tidak mendapat penangan yang baik (Rahayu, 2006). Hayes (1996) menambahkan bahwa mikroba pada daging sapi segar dapat meningkat dikarenakan faktor kontaminasi lingkungan, sanitasi yang buruk dan adanya kontaminasi selama proses penanganan. Agar daging sapi segar dapat memenuhi standart keamanannya diperlukan perlakuan yang baik mulai dari penanganan daging sapi segar, pengangkutan, pengawetan hingga tempat penjualan. Bagian yang sangat erat kaitannya dengan konsumsi daging sapi segar pada masyarakat adalah distribusi/tempat dimana masyarakat dapat memperoleh daging sapi segar. Pada kegiatan distribusi ini, perlu pengawasan agar masyarakat terjamin keamanannya dalam mengkonsumsi daging sapi segar. Ada beberapa tempat yang menjual daging sapi segar diantaranya kios, swalayan, dan pasar tradisional. Pasar tradisional cenderung lebih dipilih oleh para konsumen ketika ingin membeli daging sapi segar. Hal ini disebabkan lokasi pasar yang lebih dekat dari rumah dibandingkan kios daging dan swalayan. Selain itu, biasanya harga yang didapatkan konsumen lebih murah dikarenakan adanya proses tawar menawar ketika terjadi transaksi jual beli. Oleh karenanya, agar dapat memenuhi hak para konsumen dalam hal keamanan pangan daging sapi segar, disyaratkan agar kebersihan pasar harus terpelihara. Di pasar tradisional daging ayam dan daging ruminansia diperdagangkan cukup diletakkan di atas meja dan terbuka sehingga pencemaran mikroba sangat mungkin terjadi (Yanti, et al. 2008). Selain itu, pembeli harus dibatasi ketika memegang daging agar tidak terkontaminasi oleh kuman yang mungkin ada pada tangan pembeli tersebut. Untuk menanggulangi agar daging sapi aman untuk dikonsumsi sebaiknya pasar tradisional dilengkapi dengan alat pendingin agar daging sapi segar tidak cepat rusak (Susanto, 2014). Namun kenyataannya berdasarkan Poesoro (2007) bahwa kebersihan pasar yang minim, tempat pembuangan sampah

5 yang kurang terpelihara, kurangnya lahan parkir, dan buruknya sirkulasi udara merupakan permasalahan infrastruktur di pasar tradisional di Indonesia. Arania (2013) menambahkan bahwa pasar tradisional selama ini identik dengan tempat yang kumuh, kotor dan sembraut terutama di bagian pasar yang menjual daging banyak lalat yang beterbangan dengan lantai yang becek dan kotor. Dengan hal tersebut harus menjadi kewaspadaan konsumen saat membeli daging sapi segar yang aman. Hal ini berbeda dengan di pasar swalayan yang telah diperhatikan cara penjualan ke konsumen dengan memberi kemasan dan daging diletakkan di tempat pendingin (Hendrasty, 2013). Kota Surakarta memiliki 20 jenis pasar. Diantara 20 jenis pasar tersebut salah satunya terdapat pasar tradisional atau umum. Pasar tradisional tersebut menjual kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya termasuk daging sapi segar. Pada tahun 2013 jumlah pasar tradisional sebanyak 26 unit. (Tabel 1) Tabel 1. Pasar Menurut Jenisnya di Kota Surakarta No Jenis Pasar Tahun 2012 2013 1 Departement Store - - 2 Pasar Swalayan - - 3 Pusat Perbelanjaan - - 4 Umum/Tradisional 27 26 5 Hewan 2 2 6 Pasar Buah 1-7 Pasar Sepeda - 1 8 Ikan - - 9 Lain-lain - 1 10 Mebel 1 1 11 Barang Antik 1 1 12 Klitikan 1 1 13 Besi 2 2 14 Bambu 1 1 15 Ngarsopuro 1 2 16 Peralatan Rumah Tangga 1 1 17 Textil 2 2 18 Bunga 1 1 19 Rupa-rupa 1 1 20 Kebutuhan siswa 1 1 Jumlah 43 44 Sumber: BPS Kota Surakarta 2013

6 Kondisi pasar tradisional di Kota Surakarta layaknya pasar tradisional Indonesia pada umumnya. Meskipun, telah terdapat beberapa kebijakan keamanan pangan di pasar tradisional namun, kondisi bangunan, sanitasi, desain layout masih kurang sesuai dengan standart pasar tradisional yang sehat yang sesuai dengan KMK No. 519 Tentang Pedoman Penyelanggaraan Pasar Sehat Th. 2008. Berdasarkan hal tersebut, mendorong penliti untuk melakukan penelitian mengenai implementasi kebijakan keamanan pangan daging sapi segar di pasar tradisional di Kota Surakarta. B. Rumusan Masalah Daging sapi segar merupakan salah satu alternatif dalam memenuhi kebutuhan pangan. Meskipun sudah ada beberapa kebijakan yang mengatur tentang keamanan pangan, namun banyak terdapat permasalahan mengenai implementasi kebijakan keamanan daging sapi segar di pasar tradisional di kota Surakarta. Diperkuat dari penelitian Mulyadi (2010) bahwa kelemahan yang terdapat pada pasar tradisional di Kota Surakarta dari sisi bangunan dan infrastruktur adalah bangunan masih kelihatan kumuh karena kurang perawatan, warna bangunan yang pudar, saluran kotor dan tidak terawat atau kurang memadai, kurang baiknya sistem drainase, kurang terdapat fasilitas umum dan fasilitas sosial yang memadai. Kelemahan pasar tradisional dari sisi non fisik adalah manajemen pengelola tidak transparan dan profesional, keterbatasan wawasan dan visi dari pengelola pasar, belum memikirkan kepentingan pedagang dan pengunjung pasar, masih ada pedagang yang membuang sampah tidak pada tempatnya, kurangnya bak penampungan sampah, pedagang tidak menghiraukan aturan dan papan zoning yang sudah tersedia sebagai pemandu, tidak ada kepastian harga barang yang dijual kepada konsumen. Permasalahan implementasi kebijakan ini diduga terdapat hubungan dengan faktor seperti kondisi pasar, karakteristik pedagang dan pengetahuan keamanan pangan. Kebijakan keamanan yang ada diduga kurang mempertajam dan memperdalam mengenai kriteria daging sapi segar yakni ASUH. Untuk mempertajam kebijakan keamanan pangan yang sudah ada

7 dibutuhkan perumusan pengembangan kebijakan keamanan pangan agar sesuai dengan kriteria standar keamanan pangan daging sapi. Berdasarkan kenyataan di atas, maka peneliti ingin mengkaji mengenai implementasi kebijakan keamanan pangan pada daging sapi segar di pasar tradisional di Kota Surakarta. Penelitian dipilih karena sebelumnya belum pernah dilakukan di lokasi pasar tradisional di Kota Surakarta. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai : 1. Apa saja kebijakan yang ada untuk keamanan pangan daging sapi segar di pasar tradisional? 2. Apakah program Pemerintah Kota Surakarta dalam upaya menerapkan keamanan pangan daging sapi segar? 3. Bagaimana implementasi kebijakan keamanan pangan daging sapi segar di pasar tradisional di Kota Surakarta? 4. Apakah ada hubungan yang nyata antara kondisi pasar, karakteristik pedagang dan pengetahuan kebijakan dan keamanan pangan oleh pedagang dengan Implementasi Keamanan Pangan? 5. Bagaimana bentuk rekomendasi pengembangan kebijakan untuk meningkatkan mutu dan keamanan daging sapi segar di pasar tradisional di Kota Surakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui kebijakan keamanan pangan daging sapi segar di pasar tradisional di Kota Surakarta. 2. Mengetahui program Pemerintah Kota Surakarta dalam upaya menerapkan keamanan pangan daging sapi segar 3. Mengetahui implementasi kebijakan keamanan pangan daging sapi segar di pasar tradisional di Kota Surakarta. 4. Mengetahui hubungan yang nyata antara kondisi pasar, karakteristik pedagang dan pengetahuan kebijakan dan keamanan pangan oleh pedagang dengan Implementasi Keamanan Pangan.

8 5. Membuat rekomendasi rumusan dalam pengembangan kebijakan untuk meningkatkan mutu dan keamanan daging sapi segar di pasar tradisional di Kota Surakarta. D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti mengenai identifikasi kebijakan, identifikasi progaram keamanan pangan, implementasi kebijakan, mengetahui faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan keamanan daging sapi segar di pasar tradisional, merumuskan pengembangan kebijakan keamanan pangan di pasar tradisional Surakarta dan merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam menghasilkan suatu perumusan dalam pengembangan kebijakan tentang keamanan pangan. 3. Bagi Konsumen Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan evaluasi oleh konsumen dalam menentukan daging sapi segar yang sesuai dengan standart kebijakan keamanan daging sapi segar di pasar tradisional Kota Surakarta. 4. Bagi Pedagang Hasil Penelitian ini diharapkan menjadi pengetahuan akan pentingnya keamanan pangan dan pertimbangan para pedagang dalam menjual daging sapi segar agar lebih memperhatikan keamanan pangan. 5. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sumber informasi bagi pemerhati mengenai permasalahan yang sama di masa mendatang.