BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku semenjak diutusnya Rasulullah saw. Oleh karenanya pada zaman

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengganggu ketentraman umum serta tindakan melawan perundang-undangan.

EUTHANASIA DALAM TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah selaku penguasa yang sah atau ulil amri. Ada tiga bagian jarimah

BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS JARI<MAH TA ZI<R TERHADAP SANKSI HUKUM MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat, karena adanya pelanggaran atas ketentuan-ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. layanan di internet menggunakan www (world wide web). Adanya internet

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

BAB IV STUDI KOMPARASI ANTARA HUKUM PIDANA DAN FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAK KEJAHATAN PERDAGANGAN ORGAN TUBUH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gambaran Peristiwa Tindak Pidana Pencurian Oleh Penderita

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan

Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan. tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu:

BAB IV ANALISIS PEMIDANAAN ORANG TUA ATAU WALI DARI PECANDU NARKOTIKA DI BAWAH UMUR MENURUT HUKUM PIDANA DAN HUKUM ISLAM

BAB III TINJAUAN FIQH JINAYAH TERHADAPPERCOBAAN KEJAHATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

BAB IV. Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri. Pidana Hacker. Negeri Purwokerto No: 133/Pid.B/2012/PN.

BAB IV. A. Pandangan Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Hukuman Kumulatif. Dari Seluruh Putusan yang dijatuhkan oleh Hakim, menunjukkan bahwa

Assalamu alaikum wr. wb.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB III PEMAAFAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM KEADAAN MABUK. A. Alasan Obyektif Pemaafan bagi Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengganggu ketenangan pemilik barang. Perbuatan merusak barang milik. sebagai orang yang dirugikan dalam tindak pidana tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. problematika dan mengontrol perkembangan tersebut.salah satu problematika

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAKAN MENGEMIS DI MUKA UMUM. A. Analisis terhadap Sanksi Hukum Bagi Pengemis Menurut Pasal 504

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK.

BAB II MENURUT FIKIH JINAYAH

BAB III ANALISIS. hukum positif dan hukum Islam, dalam bab ini akan dianalisis pandangan dari kedua

DAFTAR PUSTAKA. Achadiat Crisdiono M., Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam. Tantangan Zaman, (Jakarta; EGC, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Aksara, 1992, h Said Agil al-munawar, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Bumi

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

BAB IV STUDI KOMPARATIF HUKUM PIDANA INDONESIA DAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP MALPRAKTEK MEDIS

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT

BAB II PENGAMPUNAN DALAM HUKUM PIDANA ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 488/PID.B/2015/PN.SDA TENTANG PERCOBAAN PENCURIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya zaman kejahatan dan pelanggaran banyak. bermunculan di negeri pertiwi ini dengan berbagai metode.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI BANYUWANGI TERHADAP TINDAK PIDANA PENANGKAPAN IKAN DENGAN POTASIUM CIANIDA

BAB IV. Hakim adalah organ pengadilan yang memegang kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan Negara yang merdeka untuk meyelenggarakan peradilan guna

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Kekerasan seksual pada anak, yaitu dalam bentuk pencabulan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PIDANA DAN HUKUM PIDANA ISLAM. Hukum pidana adalah sistem aturan yang mengatur semua perbuatan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam merupakan perintah dari Allah SWT, yang ditaati oleh

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik

BAB II PEMIDANAAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PROBOLINGGO NO. 179/PID.B/PN.PBL TENTANG TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGGING

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat ialah tentang kejahatan. Kejahatan adalah suatu

A. Analisis Terhadap Tinjauan Aborsi Menurut PP. Nomor 61 Tahun Menurut ketentuan yang ada dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana

BAB I PENDAHULUAN. mampu memadukan roda transportasi lain. Pengembangan lalu lintas dan

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP ANCAMAN PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DALAM PASAL 365 AYAT (4) KUHP

A. Analisis Tentang Fenomena Pemasangan Identitas KH. Abdurraman Wahid (Gus Dur) pada Alat Peraga Kampanye PKB di Surabaya

BAB III PENCURIAN DALAM HUKUM PIDANA. A. Pengertian Pidana, Hukum Pidana, dan Bentuk-bentuk Pidana

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK DIBAWAH UMUR

BAB II KONSEP TINDAK PIDANA ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HUKUM DALAM HUKUM REKAYASA FOTO DENGAN UNSUR PENCEMARAN NAMA BAIK DI FACEBOOK, INSTAGRAM, TWETTER, BBM DAN WHATSAAP

crime dalam bentuk phising yang pernah terjadi di Indonesia ini cukup

BAB I PENDAHULUAN. mengalami suatu kegagalan dalam memperjuangkan kepentingannya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya merupakan hal yang sangat di perhatikan oleh pemerintah (Negara) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ini sangat diidam-idamkan oleh semua orang. Orang akan melakukan apapun

BAB I PENDAHULUAN. Allah pada nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir. 1

BAB I PENDAHULUAN. berpedoman penuh pada Al-Qur an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI DALAM BENTUK FUNDS WIRE

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PERJUDIAN TOGEL MELALUI MEDIA INTERNET

BAB II PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN (PENCURIAN) MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM. A. Pengertian Pelanggaran Hak Pemegang Paten (Pencurian)

BAB IV ANALISIS ASPEK PIDANA DALAM PASAL 2 UU NO. 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Wardi Muslih, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika Offset, Jakarta, 2004, hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan adalah suatu lapangan pertumbuhan pohon-pohon yang secara

BAB I PENDAHULUAN. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjamin, melindungi dan menjaga kemaslahatan kemaslahatan

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk individu yang tidak dapat lepas dari aspek

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT FIQH JINA>YAH DAN KUHP

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat. Guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S.1) Oleh : Satria Rifky Arfianto

(ubi-ius ubi-societas). Hukum menghendaki kerukunan dan perdamaian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KONSEP PENAMBAHAN HUKUMAN MENURUT FIQH JINAYAH. Hukuman dalam bahasa Arab disebut uqūbāh.

BAB I PENDAHULUAN. melanggar hukum perundang-undangan, baik hukum Islam maupun hukum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara menjamin atas ketertiban dan

ANALISIS TENTANG PENYATUAN PENAHANAN ANAK DENGAN DEWASA MENURUT FIKIH JINAYAH DAN UU NO. 23 TAHUN 2002

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV. A. Penerapan Perda Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Larangan Menggunakan

BAB IV KOMPARASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF MENGENAI SANKSI PROSTITUSI ONLINE. A. Persamaan Sanksi Prostitusi Online Menurut Hukum Positif dan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI MEDAN NOMOR : 67/PID.SUS/2015/PT.MDN DALAM PERKARA

BAB I PENDAHULUAN. luas daratannya, yakni 71% berbanding 29%. 1. segala aspek yang berhubungan dengan kelautan. Penulis di sini terpanggil

BAB II TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR DALAM KASUS PIDANA PENCURIAN

Tindak pidana perampasan kemerdekaan orang lain atas dasar. keduanya, diantaranya persamaan-persamaan itu adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BAB II KETENTUAN TENTANG JARIMAH DAN MALPRAKTEK MEDIS. Jarimah (tindak pidana) berasal dari kata ( م ) yang berarti

BAB V PENUTUP. sebelumnya, serta arahan dari pembimbing maka dalam bab ini penulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks syari at Islam, hukuman adalah sesuatu yang mengikuti

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum pidana atau fiqh jina<yah merupakan bagian dari syariat Islam yang berlaku semenjak diutusnya Rasulullah saw. Oleh karenanya pada zaman Rasulullah dan Al-khulafa Al-rasyidin, hukum pidana Islam berlaku sebagai hukum publik. Yaitu hukum yang diatur dan diterapkan oleh pemerintah selaku penguasa yang sah atau uly al-amri. Ada tiga bagian jarimah yang digolongkan menurut berat ringannya hukuman, yaitu hudud, qishas-diyat dan ta z<ir. Maka tidak boleh seorang pun melanggarnya. Bagi pihak-pihak berwenang agar menerapkan hukuman terhadap pelanggar dengan suatu hukuman yang membuatnya jera. Mayoritas manusia tidak mengindahkan aturan Al-Qur'an dan As-Sunnah, tapi mengindahkan peraturan penguasa dengan berbagai hukuman. Ini karena lemahnya keimanan terhadap Allah dan hari akhir, atau karena tidak adanya keimanan di benak mayoritas mereka, sebagaimana firman Allah: 1 ي ا أ ي ه ا ال ذ ين آم ن وا أ ط يع وا للا و أ ط يع وا الر س ول و أ و ل األم ر م ن ك م Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri di antara kalangan kalian. (QS. Al Nisa : 59). 2 1 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), 9. 2 Rahmad Rosyadi dan Rais Ahmad, Formulasi Syari at Islam dalam Perspektif Tata Hukum Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2006), 12. 1

2 Dalam syariah Islam kejahatan euthanasia atau yang dikenal dalam fiqh jinayah dengan istilah qishas dan diyat merupakan perbuatan yang dilarang oleh agama. Proses pengharaman tersebut karena dapat merugikan serta dapat menimbulkan kematian. Jina<yah adalah tindakan kriminal atau tindakan kejahatan yang mengganggu ketentraman umum serta tindakan melawan perundang-undangan. Fiqih jina<yah adalah mengetahui berbagai ketentuan hukum tentang perbuatan kriminal yang dilakukan oleh orang mukallaf sebagai hasil pemahaman atas dalil yang terperinci. Tujuan disyari atkannya adalah dalam rangka untuk memelihara akal, jiwa, harta dan keturunan. Ruang lingkupnya meliputi berbagai tindak kejahatan kriminal, seperti pencurian, perzinahan, homoseksual, menuduh seseorang berbuat zina, minum khamar, membunuh atau melukai orang lain, merusak harta orang dan melakukan gerakan kekacauan dan lain sebagainya. Dalam fiqh jinayah, tindak pidana (delik, jari<mah) diartikan sebagai perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara yang diancam oleh Allah dengan hukuman h}udu>d, qishas>h, diyat, atau ta zir>. 3 Larangan-larangan syara tersebut adakalanya berupa mengerjakan perbuatan yang dilarang atau meninggalkan perbuatan yang diperintahkan. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tindak pidana adalah melakukan perbuatan yang dilarang atau meninggalkan setiap perbuatan yang diperintahkan, atau melakukan atau 3 Ali bin Muhammad bin Habib Mawardi, Al-Ahkâm al-sulthaniyah, (Beirut: Dâr al-kitâb al- Arabi, 1380 H), 192.

3 meninggalkan perbuatan yang telah ditetapkan fiqh jinayah atas keharaman dan diancamkan hukuman terhadapnya. Adapun pengertian jina>yah, para fuqaha menyatakan bahwa lafal jina>yah yang dimaksudkan di sini adalah setiap perbuatan yang dilarang oleh syara, baik perbuatan itu mengenai jiwa, harta benda, atau lain-lainnya. Sayyid Sabiq memberikan definisi jina>yah, bahwa istilah jina>yah menurut syara adalah setiap perbuatan yang dilarang. Perbuatan yang dilarang itu menurut syara adalah dilarang untuk melakukannya, karena adanya bahaya mengenai agama, jiwa, akal, kehormatan, atau harta benda. 4 Hukum pidana Islam dalam pengertian fikih dapat disamakan dengan istilah jari<mah yang diartikan sebagai larangan syara yang dijatuhi sanksi oleh pembuat syari at (Allah) dengan hukuman had atau ta zir>. Para fuqaha menggunakan kata jina>yah untuk istilah jari>mah yang diartikan sebagai perbuatan yang dilarang. 5 Pengertian jina>yah atau jari>mah tidak berbeda dengan pengertian tindak pidana delik dalam hukum positif (pidana). Sebagian para ahli fiqh jinayah sering menggunakan kata-kata jina>yah untuk jari>mah yang diartikan sebagai perbuatan seseorang yang dilarang saja. Sedangkan yang dimaksud dengan kata jina>yah ialah perbuatan yang dilarang oleh syara, apakah perbuatan mengenai jiwa atau benda dan lainnya. 6 4 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), 9. 5 Rahmad Rosyadi dan Rais Ahmad, Formulasi Syari at Islam dalam Perspektif Tata Hukum Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2006), 123. 6 Ibid

4 Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian hukum pidana Islam, maka dapat diketahui bahwa ruang lingkup pembahasan hukum pidana Islam meliputi dua aspek, yakni aspek tindak pidana dan aspek hukuman (sanksi pidana). Aspek tindak pidana meliputi aspek unsur dan syarat tindak pidana serta klasifikasi tindak pidana, sedangkan aspek hukuman meliputi aspek pertanggung jawaban, klasifikasi hukuman, dan ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan dan gugurnya hukuman. Salah satu tindak pidana dalam syariat Islam yaitu kejahatan euthanasia. Paham ini dianut oleh orang-orang yang menderita penyakit yang sudah gawat/ kritis dan merasa akan sakarotul maut lalu memohon mati dalam keadaan tenang tidak tersiksa dengan bantuan suntikan dokter atau obat bunuh diri. Mereka berpendapat bahwa hidup itu hanya sengsara saja. Sebab sudah pasti akan berakhir dengan kehancuran dan hidup hanya kegila-gilaan saja dan berakhir dengan mustahil saja. Kejahatan euthanasia tidak dikenal dalam perundang-undangan hukum pidana dan istilah bukan intruksi hukum nama tersebut biasa dipakai orang untuk mengisahkan kematian yang mulus dan tenang, dalam arti bahwa orang tersebut akan meninggal dengan tenang, tentram tampa rasa nyeri, bebas ketakutan dan sebagainya. Dilihat dari buku perundang-undangan euthanasia menyangkut soal keselamatn jiwa meskipun tidak dijelaskan tetapi ada hukum tentang hukuman tindak pidana tersebut yaitu menyangkut jiwa manusia, dimana

5 euthanasia mendekati dengan peraturan hukum yang terdapat dalam buku ke 2 bab IX pasal 344 KUHP. 7 Pasal 344 adalah kematian belas kasihan (meroy death) sebab kematian belas kasihan terjadi apabila pasien berdasarkan permintaan untuk menghentikan kehidupannya. Permintaan tersebut dinyatakan jelas dan dengan kesungguhan hati sebab tanpa dasar permintaan jelas dan kesungguhan hati, maka hal itu sama dengan pembunuhan biasa (pasak 338) KUHP. Pasal 344 KUHP menyebutkan barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu itu sendiri yang disebutkan dengan nyata-nyata dan dengan sungguh-sungguh dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun. Dalam fiqh jinayah biasanya diakitkan dengan masalah suicide atau bunuh diri sedangkan dalam hukum pidana hukum bunuh diri dibahas dalam pasal tersendiri yaitu pasal 345 KUHP. 8 Kematian yang diidamkan oleh pada penderita, sudah barang tentu, adalah kematian yang normal pada umumnya, jauh dari rasa sakit dan mengerikan. Kematian inilah yang dalam istilah medis disebut euthanasia yang dewasa ini diartikan dengan pembunuhan terhadap pasien yang tipis harapannya untuk sembuh. Euthanasia sebenarnya bukanlah merupakan suatu persoalan yang baru. Bahkan euthanasia telah ada sejak zaman Yunani purba. Dari Yunanilah euthanasia bergulir dan berkembang ke beberapa negara di dunia, baik di Benua Eropa sendiri, Amerika maupun Asia. Di negara-negara barat, seperti Swiss, 7 Rahmad Rosyadi dan Rais Ahmad, Formulasi Syari at Islam dalam Perspektif Tata Hukum Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2006), 123. 8 Ibid.,

6 euthanasia sudah tidak dianggap sebagai suatu pembunuhan lagi, bahkan euthanasia sudah dilegalisasi dan diatur dalam Hukum Pidana. 9 Euthanasia merupakan suatu persoalan yang dilematik baik di kalangan dokter, praktisi hukum, maupun kalangan agamawan. Di Indonesia masalah ini juga pernah dibicarakan, seperti yang dilakukan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dalam seminarnya pada tahun 1985 yang melibatkan para ahli kedokteran, ahli hukum positif dan ahli fiqh jinayah, akan tetapi hasilnya masih belum ada kesepakaran yang bulat terhadap masalah tersebut. 10 Demikian juga dari sudut pandang agama, ada sebagian yang membolehkan dan ada sebagian yang melarang terhadap tindakan euthanasia, tentunya dengan berbagai argumen atau alasan. Dalam Debat Publik Forum No 19 Tahun 1V, 1 Januari 1996, Ketua Komisi Fatwa Majlis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Prof. KH. Ibrahim Husein menyatakan bahwa, Islam membolehkan penderita AIDS dieuthanasia jika memenuhi syarat-syarat berikut: 11 1. Obat atau vaksin tidak ada. 2. Kondisi kesehatannya makin parah. 3. Atas permintaannya dan atau keluarganya serta atas persetujuan dokter. 4. Adanya peraturan perundang-undangan yang mengizinkannya. 9 Hardinal, Euthanasia dan Persentuhannya dengan Hukum Kewarisan Islam Dalam Mimbar Hukum No 6 Tahun VII, (Jakarta: Ditbanpera Islam, 1996), 7-8. 10 Akh. Fauzi Aseri, Euthanasia Suatu Tinjauan dari Segi Kedokteran, Hukum Pidana dan Hukum Islam, dalam Problematika Hukum Kontempore, Editor oleh Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshary, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), 51 11 Masjfuk Zuhdi, Penderita AIDS Tidak Boleh Dieuthanasia, Dalam Mimbar Hukum No. 6 Tahun VII, (Jakarta: Ditbanpera Islam, 1996), 28.

7 Pro kontra terhadap tindakan euthanasia hingga saat ini masih terus berlangsung. 12 Mengingat euthanasia merupakan suatu persoalan yang rumit dan memerlukan kejelasan dalam kehidupan masyarakat, khususnya bagi umat Islam. Maka Majlis Ulama Indonesia (MUI) dalam pengkajian (muzakarah) yang diselenggarakan pada bulan Juni 1997 di Jakarta yang menyimpulkan bahwa euthanasia merupakan suatu tindakan bunuh diri. 13 Melalui latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan judul: Studi Komparasi Tindak Pidana Euthanasia Antara KUHP pasal 344 dan Fiqh Jina>yah, yaitu membandingkan tindak pidana mengambil harta dengan kekerasan atau pencurian dengan kekerasan tersebut antara fiqh jina>yah dan KUHP. B. Identifikasi dan Batasan Masalah Melalui latar belakang tersebut diatas, terdapat beberapa permasalahan yang dapat peneliti identifikasi dalam penulisan penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Tindak pidana euthanasia menurut fiqh jina>yah. 2. Tindak pidana euthanasia menurut KUHP. 3. Faktor-faktor yang melatar belakangi kejahatan euthanasia dan sanksi hukumnya menurut fiqh jina>yah dan KUHP. 12 Ibid., 51 13 Forum Keadilan No. 4, 29 April 2001, 45.

8 4. Komparasi tindak pidana euthanasia antara KUHP pasal 344 dan dalam fiqh jina>yah. 5. Perbuatan yang dapat digolongkan terhadap kejahatan euthanasia dan sanksi hukumnya menurut fiqh jina>yah dan KUHP. 6. Dasar hukum kejahatan euthanasia dan sanksi hukumnya menurut fiqh jina>yah dan KUHP. 7. Pengertian kejahatan euthanasia menurut KUHP dan sanksi hukumannya. 8. Tinjauan fiqh jina>yah terhadap kejahatan euthanasia dan sanksi hukumannya. Adapun batasan masalah yang menjadi fokus peneliti dalam penelitian ini, yaitu peneliti akan mengkaji tentang : 1. Tindak pidana euthanasia dalam tinjauan fiqh jina>yah dan KUHP. 2. Komparasi tindak pidana euthanasia dalam tinjauan fiqh jina>yah dan KUHP. C. Rumusan Masalah Melalui latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah tersebut di atas. Maka rumusan masalah yang akan peneliti kaji dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Apa yan dimaksud dengan tindak pidana euthanasia menurut KUHP pasal 344 dan fiqh jina>yah?

9 2. Bagaimana komparasi tindak pidana euthanasia menurut KUHP pasal 344 dan fiqh jina>yah. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang peneliti kaji dalam penelitian ini, maka penulisan penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui penertian dari tindak pidana euthanasia menurut KUHP pasal 344 dan fiqh jina>yah. 2. Untuk mengetahui dan memahami komparasi tindak pidana euthanasia mnurut KUHP pasal 344 dan fiqh jina>yah. E. Kegunaan Hasil Penelitian Dalam penulisan penelitian ini, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis, sebagai berikut: 1. Teoritis Secara teoritis, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih hukum terhadap komparasi tindak pidana euthanasia antara KUHP pasal 344 dan fiqh jina>yah. Dan penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur dan referensi, baik oleh peneliti selanjutnya maupun bagi pemerhati fiqh jinayah dalam memahami persamaan dan perbedaan tindak kejahatan euthanasia menurut KUHP dan fiqh jina>yah.

10 2. Praktis Secara praktis, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi masyarakat, khususnya masyarakat dan pemerhati atau peneliti lebih lanjut tentang komparasi tindak pidana euthanasia antara KUHP pasal 344 dan fiqh jina>yah. F. Definisi Oprasional Untuk mempermudah pembaca dalam memahami penulisan penelitian ini, dan untuk berbagai pemahaman interpretatif yang bermacam-macam, maka peneliti akan menjelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Kejahatan euthanasia menurut Pasal 344 KUHP adalah sebuah kejahatan dimana perbuatan tersebut merupakan perintah dari pasien yang menyuruh seorang dokter atau seorang pelaku untuk membunuh dirinya karena ingin meninggal dengan tenang tanpa rasa nyeri, dimana sanksi hukumnya dalam Pasal 344 KUHP menyebutkan barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang disebutkan dengan nyata-nyata dan dengan sungguh-sungguh dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun. Dalam fiqh jinayah sanksi hukum euthanasia biasanya dikaitkan dengan masalah suicide atau bunuh diri sedangkan dalam KUHP hukum bunuh diri

11 dibahas dalam pasal tersendiri yaitu pasal 345 KUHP. Di mana dalam penelitian ini kejadian Euthanasia jarang terjadi dalam penelitian ini. 14 2. Fiqh Jina<yah: Fiqh adalah ilmu tentang hukum-hukum syara praktis yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci. atau fiqh adalah himpunan hukumhukum syara yang bersifat praktis yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci. Sedangkan jina<yah adalah suatu istilah untuk perbuatan yang dilarang syara, baik perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta dan lainya. Di mana yang di maksud dalam penelitian ini adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara dan dapat menimbulkan hukuman qishas atau diyat, di mana hukum qishas dan diyat adalah perbuatan yang hukumannya di tentukan atau di tetapkan ole Allah. 15 G. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kajian pustaka, yaitu penelitian terhadap komparasi tindak pidana euthanasia antara KUHP pasal 344 dan fiqh jina>yah,. 1. Data yang dikumpulkan. Berdasarkan judul dan rumusan masalah dalam penulisan penelitian ini, maka data-data yang akan dimpulkan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 14 Hardinal, Euthanasia dan Persentuhannya dengan Hukum Kewarisan Islam Dalam Mimbar Hukum No 6 Tahun VII, (Jakarta: Ditbanpera Islam, 1996), 7-8. 15 Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 8.

12 a. Data Primer 1. Pengertian sanksi kejahatan euthanasia menurut Pasal 344 KUHP. 2. Klasifikasi kejahatan euthanasia menurut Pasal 344 KUHP. 3. Motif-motif kejahatan euthanasia menurut Pasal 344 KUHP. b. Data Sekunder 1. Sanksi kejahatan euthanasia Menurut Ilmu kedokteran. 2. Sanksi kejahatan euthanasia menurut hukum positif. 2. Sumber Data Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penulisan penelitian ini secara tepat dan menyeluruh, maka peneliti menggunakan dua bentuk sumber data sebagai berikut: a. Sumber Primer Data primer yaitu merupakan sumber data utama dalam penelitian ini yang diperoleh oleh peneliti dari sumbernya secara langsung. Adapun yang dimaksud dengan data primer yaitu: a) Pembunuhan dalam KUHP b) Pembunuhan dalam Fiqh Jina>yah c) Djazuli, Fiqh Jinayat (Menanggulangi Kejahatan dalam Islam), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000)

13 b. Sumber Sekunder Data sekunder adalah data yang dibutuhkan sebagai pendukung data primer. Data ini bersumber dari referensi dan literatur yang mempunyai korelasi dengan judul dan pembahasan penelitian ini seperti buku, catatan, dan dokumen. Adapun sumber data sekunder yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini, ialah sebagaimana berikut: 1. Ali bin Muhammad bin Habib Mawardi, Al-Ahkam al-sulthaniyah, (Beirut: Dâr al-kitâb al- Arabi, 1380 H) 2. Ali Al-Shobuni, Tafsir Ayat Al-Ahkam, Beirut: Dar Al-Kutub Al- Ilmiyah, 2004. 3. Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam (Fikih Jinayah), Jakarta: Sinar Grafika, Cet-I, 2004 4. Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, Cet-2, 2005. 5. Abdur Rahman, Tindak Pidana dalam Syari at Islam,Hudud dan Kewarisan. (Radja Grafindo: Jakarta, 1404 H) 6. Jazuli, Fiqh Jinayah, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000) 7. Muslich, Ahmad Wardi, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset. 2005, Cet.II.

14 8. Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam,Pustaka Setia Bandung, (Bandung: 2010) 9. Rahmad Rosyadi dan Rais Ahmad, Formulasi Syari at Islam dalam Perspektif Tata Hukum Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2006) 10. Suharto. R.M, Hukum Pidana Materiil, Ed-2, Jakarta: Sinar Grafika, Cet-2, 2002. 11. Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 2012) 3. Teknik pengumpulan data Untuk memperoleh data-data yang peneliti butuhkan dalam penulisan penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui buku dan jurnal yang ada di perpustakaan. Agar dapat memperoleh data yang akurat dan sesuai dengan kajian penelitian ini, yaitu. Kepustakaan adalah menggali data tentang Euthanasia dalam KUHP dimana data yang dikumpulkan terdapat dalam literatur buku, Untuk melakukan studi kepustakaan, perpustakaan merupakan suatu tempat yang tepat guna memperoleh bahan-bahan dan informasi yang relevan untuk dikumpulkan, dibaca dan dikaji, dicatat dan dimanfaatkan. 16 16 Ibid., 125.

15 4. Teknik pengolahan data Untuk mempermudah peneliti dalam menganalisa data-data yang telah dikumpulkan, maka peneliti menggap perlu melakukan pengolahan data melalui beberapa teknikpengolahan data sebagai berikut: 1. Pengeditan: Yaitu memeriksa kelengkapan data-data yang sudah diperoleh. Data-data yang sudah diperoleh diperiksa dan dieedit apabila tidak terdapat kesesuaian atau relevansi dengan kajian penelitian. 2. Pemberian kode: Yaitu memberikan kode terhadap data-data yang diperoleh dan sudah dieedit, kemudian dikumpulkan sesuai dengan relevansi masing-masing data tersebut. 3. Pengkategorisasian: Yaitu dengan mengkategorisasikan atau mensistematisasikan data. Data yang sudah diedit dan diberi kode kemudian diorganisasikan sesuai dengan pendekatan dan bahasan yang telah dipersiapkan. 5. Tekhnik analisa data Setelah seluruh data-data yang dibutuhkan oleh peneliti terkumpul semua dan sudah diolah melalui teknik pengolahan data yang digunakan oleh peneliti, kemudian data-data tersebut dianalisis. Adapun data yang dianalisis

16 dalam penelitian ini yaitu berupa analisis euthanasia menurut. KUHP dan di komparasikan berdasarkan teori pembunuhan menurut fiqh jina<yah. 17 Untuk menganalisa data yang sudah dikumpulkan dan diolah melalui teknik pengolahan data, penulis menggunakan metode deskripif analisis. Metode deskriptif yaitu merupakan salah satu metode analisa data dengan mendeskripsikan fakta-fakta secara nyata dan apa adanya sesuai dengan objek kajian dalam penelitian ini. 18 yaitu KUHP dan fiqh jina>yah. Selain itu, peneliti juga menggunakan metode landasan teori deduktif untuk menganalisa data-data yang sudah dikumpulkan dan diolah oleh peneliti dalam penelitian ini. Pola pikir deduktif yaitu metode analisa data dengan memaparkan data yang telah diperoleh secara umum untuk ditarik kesimpulan kepada data-data. Peneliti menggunakan metode ini untuk memaparkan secara umum mengenai komparasi tindak pidana euthanasia dalam tinjauan fiqh jina>yah dan KUHP. dan kemudian ditarik kesimpulan secara khusus sesuai dengan analisis fiqh jina>yah dan KUHP. H. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah peneleliti dalam menyusun penulisan penelitian ini secara sistematis, dan mempermudah pembaca dalam memahami hasil penelitian 17 Sugiyono, Metode Penelitian., hal. 224. 18 Ibid, hal. 225

17 ini, maka peneliti mensistematisasikan penulisan penelitian ini menjadi beberapa bab, sebagai berikut: Bab pertama ini berisi tentang pendahuluan. Dalam bab ini, peneliti mengkaji secara umum mengenai seluruh isi penelitian, yang terdiri dari: Latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi oprasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab kedua ini adalah Kejahatan Euthanasia dalam KUHP yang terdiri dari: Pengertian Kejahatan Euthanasia dalam KUHP, Dasar hukum Kejahatan Euthanasia dalam KUHP, Rukun dan Kejahatan Euthanasia dalam KUHP, Sanksi Kejahatan Euthanasia dalam KUHP. Pada bab ketiga ini dijelaskan tentang Hukuman Pembunuhan Kejahatan Euthanasia Menurut Fiqh jina>yah. Dalam landasan bab kedua ini, pertama peneliti akan mengkaji tentang masalah yang terdiri dari: Hukuman Pembunuhan Kejahatan Euthanasia Menurut Fiqh jinayah yang terdiri dari: Pengertian Pembunuhan Kejahatan Euthanasia Menurut Fiqh jinayah, Dasar hukum Pembunuhan Kejahatan Euthanasia Menurut Fiqh jinayah, Rukun dan syarat Pembunuhan Kejahatan Euthanasia Menurut Fiqh jinayah, Sanksi Pembunuhan Kejahatan Euthanasia Menurut Fiqh jinayah.

18 Pada bab keempat ini akan dijelaskan hasil komparasi tindak pidana euthanasia dalam tinjauan fiqh jina>yah dan KUHP, sanksi pembunuhan euthanasia sengaja, sanksi euthanasia semi sengaja, sanksi euthanasia pembunuhan salah. Bab kelima menyajikan penutup. Dalam bab ini, peneliti akan memaparkan hasil penelitian, yang terdiri dari: Kesimpulan, Saran.