Munandar dalam Satriani (2011, hlm. 2) bahwa Kreativitas merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Juwita Mega Ningsih, 2015 Meningkatkan Kreativitas Menari Anak D engan Menggunakan Properti Tari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rachmayanti Gustiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi dan informasi memiliki pengaruh besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu potensi yang dimiliki manusia adalah potensi kreatif. Setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan implementasi di lapangan, pembelajaran seni budaya khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Renni Rohaeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Azzela Mega Saputri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni tari seyogyanya mengarah pada pencapaian tiga domain

BAB V KESIMPULAN dan IMPLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siska Novalian Kelana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Tari Polostomo Untuk Meningkatkan Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran Tari Di SMPN 22 Bandung

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atas. Bahkan saat ini sudah banyak sekolah-sekolah dan lembaga yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni di sekolah umum SMA pada dasarnya diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Endang Permata Sari, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Unggun Oktafitri Pratama, 2013

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai. Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun,

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Dalam merancang pendidikan untuk anak usia prasekolah memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB III METODE PENELITIAN. analisis atau descriptive research. Melalui metode deskriptif analisis peneliti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan karya insan yang terbentuk dari bagian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Mata pelajaran seni tari merupakan bagian dari pendidikan seni budaya. Sesuai dengan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah lembaga formal yang kita kenal dengan sekolah. guru sesuai dengan disiplin ilmu yang dikuasainya.

A. Latar Belakang Masalah

LEMBAR HAK CIPTA LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

BAB I PENDAHULUAN. Nur Syarifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan cara untuk mengembangkan sumber daya manusianya salah satunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bealakang Norma Egi Rusmana, 2013

PEMBELAJARAN SENI TARI MELALUI BASIC LEARNING DI SMP NEGERI 17 SURABAYA. Oleh: VINA NUR INDAH SARI NIM:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. atau pedoman dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar-mengajar merupakan kegiatan inti dari pendidikan formal

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang

BAB I PENDAHULUAN. usia Taman Kanak-kanak memiliki karakteristik yaitu rasa ingin tahu dan antusias

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. Secara alamiah anak-anak sangat suka menggambar atau membuat coretancoretan

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

PENERAPAN TARI RANTAK PADA PEMEBELAJARAN SENI TARI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA DI SMPN 9 BANDUNG

BAB II KAJIAN TEORI. relevan dengan penelitian ini. Berikut ini akan diuraikan beberapa kajian relevan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kognitif saja tetapi juga tidak mengesampingkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mella Tania K, 2014

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia, dimana anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mumun Mudiawati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Liestia Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. peneliti merumuskan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban dari

Oleh: Asi Tritanti Eni Juniastuti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. SD Kristen Paulus Bandung merupakan lembaga pendidikan tingkat dasar

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar,

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan prilaku sosial dan penanaman dasar keilmuan. Tentu saja, kemampuan numerik maupun kemampuan-kemampuan sosio-kultural.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) kesenian diubah menjadi seni budaya, sesuai kurikulum itu pula mata pelajaran seni budaya mencakup seni musik, seni tari, seni rupa dan teater. Mata pelajaran tersebut haruslah diberikan dengan seimbang, bukan hanya terfokus pada beberapa mata pelajaran saja. Pada beberapa sekolah mata pelajaran terutama dalam bidang seni tari terkadang hanya disampaikan secara tidak menyeluruh atau terkesan dikesampingkan. Pembelajaran seni tari merupakan salah satu mata pelajaran yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas pada diri siswa di kelas, mengingat pembelajaran seni tari tidak mengharuskan siswa untuk meniru ataupun menghafal apa yang diberikan guru, tetapi siswa diberikan sebuah stimulus agar dapat menumbuhkan daya kreativitas mereka melalui imajinasi yang diwujudkan dari hasil pencipataan sendiri. Selain itu pula, pembelajaran seni tari mampu membentuk pengalaman kreatif siswa karena ikut berkontribusi dalam perkembangan anak. Komalasari (dalam Lestari 2015, hlm 2) menyebutkan bahwa: Pendidikan seni tari dapat berkontribusi mengembangkan cita rasa keindahan, serta mempunyai kemampuan menghargai karya seni yang dapat membentuk individu yang apresiatif terhadap budayanya. Proses pembelajaran seni tari berfungsi menjadi media ekspresi, komunikasi, pengembangan kreativitas yang dapat merangsang kemampuan berfikir salah satunya adalah kemampuan kreativitas. Berdasarkan pendapat diatas bahwa dalam pembelajaran seni tari dapat memacu perkembangan siswa dalam berbagai hal seperti perkembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang nantinya berdampak dalam kemampuan berpikir siswa terutama dalam mengembangkan kreativitas. Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menciptakan hal yang baru, baik itu gagasan atau karya nyata. 1 Seperti yang diungkapkan oleh Munandar dalam Satriani (2011, hlm. 2) bahwa Kreativitas merupakan

2 manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya. Berdasarkan pendapat tersebut bahwa dalam mengaplikasikan suatu materi diperlukan kreativitas yang akan menghasilkan karya sesuai dengan keinginan siswa, maka untuk menghasilkan karya yang baik kreativitas siswa tersebut perlu diasah. Untuk mengasah kreativiatas siswa bisa dengan cara capturing, surronding, challenging, dan broandening. (Andapita, http://hot.detik.com/read/2013/11/20/192005/2418946/775/4-langkah-mengasahkreativitas-anak, diunduh tanggal 23 Deember 2014) Capturing, ide atau gagasan dari seorang siswa harus diterima dengan baik oleh seorang guru, bila ide atau gagasannya tersebut kurang sesuai dengan yang dimaksud, guru membimbing siswa sedikit demi sedikit sehingga akan didapatkan kreativitas yang dimaksud. Surronding, adanya interaksi sosial dengan lingkungan sekitar baik itu dengan siswa yang lain, guru atau lingkungan, sehingga dengan adanya interaksi dengan lingkungan sekitar siswa dapat menemukan ide-ide kreatif berdasarkan pengalamannya saat berinteraksi. Challenging, siswa diberikan suatu masalah atau hal yang harus dianalisis sehingga dalam menyelesaikan masalahnya itu siswa ada rangsang untuk berpikir, namun harus dengan bimbingan seorang guru juga. Broandening, ini adalah tahap terakhir dalam mengasaha kreativitas siswa yaitu dengan mempelajari hal-hal baru yang didapatkan oleh siswa. Selain itu juga ada beberapa hal untuk meningkatkan kreativitas siswa, yaitu (a) menumbuhkan rasa percaya diri siswa, (b) membiarkan siswa untuk eksplorasi, (c) membiarkan siswa berimajinasi, (d) guru sebaiknya lebih banyak memberi saran daripada larangan, (e) guru memberikan kegiatan yang merangsang kreativitas, (f) memberikan kesempatan siswa untuk berpikiran sendiri, dan (g) guru sebaiknya tidak memarahi siswa jika melakukan kesalahan. Siswa sekolah menengah pertama (SMP) termasuk ke dalam kategori remaja, dimana pada usia remaja ini termasuk pada periode operasional formal. Pada periode ini, idealnya remaja memiliki pemikiran sendiri dalam memecahkan suatu masalah yang sedang dihadapinya. Menurut Shaw dan Costanzo (2009, hlm. 58) mengatakan bahwa periode tersebut memungkinkan remaja untuk berpikir lebih abstrak, menguji hipotesis, dan mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya daripada sekedar melihat apa adanya. Oleh karena itu, pemikiran

3 seorang remaja berkembang dengan sedemikian rupa dan dapat berpikir multidimensi. Siswa tidak lagi menerima informasi saja tetapi dapat memproses informasi tersebut dan mengadaptasikan sesuai dengan pemikirannya sendiri, maka dalam pembelajaran seni tari ini siswa lebih dibebaskan untuk mengeksplorasi apa yang didapat dalam pembelajaran tersebut sebagai sebuah kegiatan untuk mengembangkan kreativitas siswa. Berdasarkan observasi di SMP Negeri 15 Bandung, proses pembelajaran seni tari sudah mulai memfokuskan pada siswa dimana siswa yang mengembangkan materi yang telah diberikan oleh guru. Mata pelajaran seni tari termasuk ke dalam pelajaran SBK yang didalamnya terdapat mata pelajaran seni yang lain seperti seni rupa, seni musik dan seni teater, namun materi seni yang diberikan tidak merata. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya SDM pengajar yang menguasai seluruh bidang seni, sehingga untuk tingkatan kelas tertentu hanya diberikan satu sampai dua bidang seni saja. Minat siswa terhadap pembelajaran seni tari cukup menurun, sehingga berdampak pada kreativitas siswa terhadap pembelajaran seni tari. Hal ini dikarenakan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru selalu sama pada setiap proses pembelajaran sehingga membuat siswa bosan dan jenuh untuk mengikuti pembelajaran. Untuk wilayah eksplorasi siswa pun hanya sebatas eksplorasi gerak saja. Padahal pembelajaran seni tari merupakan bidang seni yang komplek. Selain gerak, terdapat beberapa unsur pendukung di dalamnya, antara lain musik, busana dan rias. Ketiga unsur tersebut kurang dieksplorasi guru dan siswa dalam pembelajaran seni tari, padahal dengan ketiga unsur tersebut dapat meningkatkan ketertarikan siswa dalam pembelajaran seni tari sehingga terjadi peningkatan kreativitas siswa. Selain itu pula, guru yang mengajarkan tari di sekolah harus mampu memahami bahwa karakteristik potensi siswa yang belajar tari di sekolah umum sangat berbeda-beda perbedaan karakteristik siswa mengharuskan kadar pemberian pengetahuan dan keterampilan tari disesuaikan dengan kemampuan siswa. Guru harus lebih kreatif mengelola kelas dengan menciptakan suasana belajar yang hidup., bervariasi, mengundang rasa ingin tahu dan mengoptimalkan daya berpikir siswa.

4 Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk menerapkan materi tata rias dalam pembelajaran seni tari, hal ini dikarenakan pemberian tata rias dianggap tidak perlu sehingga apabila terdapat sebuah pertunjukan di sekolah, guru lebih senang untuk mendandani siswa tanpa memberikan kesempatan pada siswa untuk berkreasi tentang tata rias. Pemberian materi tata rias sebagai materi seni tari diharapkan dapat menarik minat siswa terhadap pembelajaran seni tari, sehingga dapat meningkatkan kreativitas siswa. Tata rias merupakan seni untuk mengubah wajah dari aslinya dengan menggunakan bahan dan alat kosmetik. Rias bukan hanya mengaplikasikan kosmetik pada wajah, tapi dalam hal ber-makeup membutuhkan banyak pengetahuan, mulai dari anatomi wajah, karakteristik warna dan garis, gradasi warna dan komposisi warna. Menurut Harymawan (dalam Rosala dkk) bahwa tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetik untuk mewujudkan wajah dari suatu peran. (1999, hlm. 139). Oleh karena itu, untuk ber-makeup harus mengetahui anatomi wajah karena dapat memperbaiki atau mengubah wajah seseorang, sehingga kekurangan yang dimiliki dapat ditutupi dengan teknik bermakeup dan penggunaan kosmetik. Dalam dunia pertunjukan, tata rias erat sekali hubungannya terutama dalam seni teater dan seni tari, karena dengan menggunakan rias dapat memperkuat karakter seorang tokoh. Ada beberapa jenis rias yang dikelompokkan oleh para ahli, yaitu (a) rias jenis, dilakukan utuk merubah jenis seorang pemeran dari laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya. (b) rias bangsa, untuk merubah menjadi bangsa asing (etnis), dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang sifat bangsa, tipe dan watak agar penggunaannya bisa selaras. (c) rias usia, untuk merubah seseorang menjadi yang lain usianya. (d) rias watak, rias ini agak sulit untuk melakukannya, karana dengan adanya bentuk luar dari watak seseorang (e) rias temporal, rias ini digunakan untuk membedakan rias sesuai dengan perbedaan waktu, dan (f) rias lokal seni rias yang difungsikan dan ditentukan oleh tempat atau keadaan si pemeran ( Rosala dkk, 1999, hlm. 30). Dari beberapa jenis rias yang telah disebutkan di atas, peneliti memilih materi rias fantasi sebagai materi yang akan diberikan kepada siswa, hal ini dikarenakan pembelajaran seni tari dengan materi rias fantasi ini lebih membebaskan anak untuk berkreativitas dalam membuat garis dan karakter

5 riasnya. Selain itu pula, dalam rias fantasi ini lebih mudah diaplikasikan oleh siswa karena tidak terpatok oleh patokan-patokan yang terdapat pada rias karakter tari tradisi sehingga siswa dapat lebih mengembangkan imajinasi dan kreativitas mereka. Rias fantasi memiliki tujuan untuk mengubah wajah seseorang dengan menampilkan rekaan wajah menjadi tidak realistis atau menjadi wujud khayalan yang diinginkan. Rias fantasi merupakan visualisasi dari imajinasi seorang penata rias tentang sosok tertentu atau benda tertentu. Terdapat dua jenis rias fantasi, yaitu rias fantasi nasional (fancy) merupakan rias yang menerapkan berbagai jenis atau tipe tema namun tetap mempertahankan penampilan manusia seutuhnya dan tidak merubah atau menambahkan benruk baru pada wajah, dan bagian-bagian wajah lainnya.an bentuk baru pada wajah dan bagian-bagian wajah yang lainnya dan riad fantasi internasional merupakan rias yang merubah penampilan seutuhnya dengan cara merubah/menambahkan bentuk baru pada wajah, dan bagian-bagian wajah lainnya serta bagian tubuh disesuaikan dengan tema. (Tritianti dan Juniastuti, http://unjtatariasfantasi.wordpress.com/tata-rias-fantasi- 2/, diunduh pada tanggal 18 Oktober 2015) Penerapan materi rias fantasi sebagai materi alternatif dalam pembelajaran seni tari memiliki tujuan yaitu untuk memberikan pengalaman baru kepada siswa sehingga dapat termotivasi dan lebih berminat terhadap pembelajaran seni tari serta untuk mengetahui adanya peningkatan kreativitas siswa. Selain itu pula, dengan diterapkannya rias fantasi dalam pembelajaran seni tari, siswa dapat bebas mengekspresikan diri sesuai dengan keinginan mereka dan dapat meningkatkan penjiwaan siswa dalam menari serta siswa diharapkan terampil dalam mengaplikasikan make-up baik warna, garis dan aksen yang sesuai dengan karakter dan tema yang diangkat. Dengan kata lain, mata pelajaran seni tari dapat dijadikan sebagai kegiatan kreatif dengan cara menggabungkan beberapa sub bidang studi atau mata pelajaran yang menjadikan satu kesatuan tindakan, sehingga dapat menghasilkan suatu bentuk penampilan yang diwarnai oleh unsur-unsur yang dipadukan (Masunah, 2012, hlm. 259), maka dari itu materi di setiap bidang seni akan tercapai dengan baik. Penerapan pembelajaran seperti itu dapat mendorong daya

6 cipta atau daya kreativitas anak dalam menemukan hal-hal baru. Dalam menerapkan kegiatan kreatif ini sebaiknya memotivasi siswa adalah dengan memberikan rangsangan awal. Rangsangan awal tersebut bisa dari rangsangan visual, auditif, gagasan ataupun kinestetik, yang nantinya bisa menghadirkan suasana bermain kepada siswa. Dengan suasana seperti itu, dalam pembelajaran seni tari akan lebih menyenangkan dan siswa lebih leluasa untuk berkreativitas. Kegiatan kreatif yang peneliti terapkan dalam pembelajaran seni tari ini dapat menjadikan sebuah pembelajaran yang efektif dan efisien di dalam kelas, karena peneliti mengaitkan materi rias fantasi dalam pembelajaran seni tari ini dengan mata pelajaran seni rupa yang sangat erat dengan warna, garis dan karakter. Dalam rangsangan awalnya pun, peneliti memberikan rangsangan gambar kedok topeng Cirebon. Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan siswa terhadap warna, garis, aksen dan karakter yang nantinya dikembangkan oleh siswa. Selain itu pula dengan menggunakan stimulus kedok topeng Cirebon, siswa dapat melihat pengembangan dari setiap bagian wajah, misalnya saja pada bagian alis. Alis pada kedok topeng Cirebon merupakan pengembangan dari bentuk alis pada umumnya dimana pada ujung alis tersebut dibuat agak melingkar. Dari hal tersebutlah kedok topeng Cirebon dapat dijadikan stimulus bagi siswa untuk memahami rias fantasi yang merupakan pengembangan atau wujud baru dari rias pada biasanya. Setelah siswa mampu memahami dari rangsangan yang diberikan tersebut barulah siswa membuat konsep rias fantasi sesuai dengan imajinasi dan kreativitas siswa sesuai tema. Berdasarkan pemikiran latar belakang di atas, peneliti mengambil judul penelitian yaitu Rias Fantasi Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas IX Dalam Pembelajaran Seni Tari di SMP Negeri 15 Bandung. Selain untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran seni tari, siswa dapat mengenal unsur pendukung lain yang terdapat pada seni tari dimana unsur-unsur tersebut saling berkaitan satu sama lain dan menjadikan pembelajaran seni tari menjadi sebuah kegiatan kreatif dan dapat menumbuhkan kreativitas bagi siswa.

7 B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan masalah di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan penelitian ke dalam bentuk pertanyaan seperti berikut. 1. Bagaimana proses pembelajaran rias fantasi bertema pada siswa kelas IX di SMP Negeri 15 Bandung? 2. Bagaimana hasil pembelajaran rias fantasi bertema pada siswa kelas IX di SMP Negeri 15 Bandung? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini ada dua, yaitu tujuan umum dan tujuan yang dipaparkan sebagai berikut. 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tata rias sebagai salah satu pembelajaran seni tari agar siswa dapat meningkatkan daya kreativitasnya. 2. Tujuan Khusus Tujuan dari penelitian ini yaitu : a. Memproses pembelajaran seni tari melalui materi rias fantasi kepada siswa. b. Memperoleh data hasil kreativitas siswa dalam pembelajaran seni tari melalui materi rias fantai. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik dari segi teori maupun ptaktik, seperti berikut. 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran dalam mengembangkan keilmuan seni yang terkait dengan kreativitas siswa. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan pengetahuan siswa dalam bidang rias yang terkait dengan karakter tokoh yang dibawakan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru 1) Dapat dijadikan referensi sebuah pembelajaran seni tari.

8 2) Dapat memperluas pengetahuan guru dalam mengembangkan metode pembelajaran seni tari. 3) Sebagai salah satu alternatif guru dalam meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran seni tari. b. Bagi Peneliti Menambah wawasan pengetahuan serta keterampilan dalam mengkaji suatu permasalahan yang berhubungan dengan pembelajaran tari. c. Bagi Siswa Dapat memberikan pengalaman langsung dalam membangun kreativitas dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. d. Bagi Departemen Pendidikan Seni Tari UPI Dapat menambah sumber pustaka mengenai model/metode pembelajaran tari sebagai upaya menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas siswa. e. Bagi Sekolah 1) Dengan meningkatnya hasil belajar siswa maka secara otomatis akan meningkatkan mutu pendidikan sekolah tersebut. 2) Dapat mencetak siswa yang mempunyai kreativitas dan keterampilan yang mumpuni. E. Struktur Organisasi Penelitian Struktur organisasi penelitian skripsi dimana memberikan gambaran kandungan yang terdapat pada setiap bab, urutan penulisannya serta keterkaitannya antara satu bab dengan bab yang lain. Adapun struktur organisasi penelitian sebagai berikut. 1. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini memuat pendahuluan yang didalamnya diuraikan mengenai pembelajaran seni tari sebagai media untuk meningkatkan kreativitas siswa, namun untuk saat ini kreativitas yang terjadi di kelas IX SMP Negeri 15 Bandung terbilang menurun dikarenakan guru mengembangkan metode pembelajaran yang digunakan. Hal ini berdampak pada minat dan kreativitas siswa yang menurun karena merasa bosan dengan pembelajaran yang selalu sama setiap pertemuaannya. Melalui pembelajran seni tari ini diharapkan terdapat perubahan

9 baik ketika diberikan treatment maupun setelah diberikan treatment dalam meningkatkan kreativitas siswa. 2. BAB II LANDASAN TEORITIS Pada bab ini, menjelaskan mengenai konteks yang jelas pada setiap topik atau permasalahan yang peneliti angkat. Berikut kajian pustaka/ landasan teoritis pada skripsi ini mengenai tata rias, psikologi warna, kreativitas, pembelajaran seni tari, komponen pembelajaran dan karakteristik siswa SMP. 3. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini memabahs metode penelitian yang digunakan, yakni metode Pre-Experimental Design dengan model One Shoot Case Study melalui pendekatan kuatitatif dimana tidak ada kelas pembanding. Populasi penelitian adalh kelas IX SMP Negeri 15 Bandung dengan mengambil sampel kelas IX A dengan jumlah siswa 34 orang. Adapun alasan pemilihan metode karena peneliti ingin mengetahui sejauh mana kreativitas siswa terhadap pembelajaran seni tari. selain itu pula alasan pemilihan lokasi dan sampel pada penelitian ini dikarenakan SMP Negeri 15 Bandung merupakan tempat peneliti melangsungkan PPL (Program Profesi Lapangan) sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. 4. BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini menguraikan hasil penelitian yang didapat dari penerapan treatment tanpa melakukan pretest terlebih dahulu. Pengujian hipotesis berasal dari nilai pada pertemuan akhir yanga nantinya akan dibandingkan dengan nilai rata-rata dari setiap pertemuannya, sehingga dapat terlihat seberapa besar keberhasilan pengaruh treatment terhadap kreativitas siswa. 5. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini peneliti mengemukakan simpulan penerapan rias fantasi dalam pembelajaran seni tari sebagai alternatif untuk meningkatkan kreativitas siswa, terbukti dari hasil yang didapat pada penelitian.