BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 128/Menkes/Sk/II/2004 tentang. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat Menteri Kesehatan RI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. beragam macamnya, salah satunya ialah puskesmas. Puskesmas adalah unit

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu program

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. IV.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26.A TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBAGIAN JASA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN

2017, No Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 200

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI LAMONGAN TENTANG BUPATI LAMONGAN, bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Kabupaten

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 50 TAHUN 2014

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 60 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pada pembangunan desentralisasi yang membutuhkan kemandirian. daerah. Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan dalam

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi Puskesmas Kotabumi Udik. A. Gambaran Umum Puskesmas Kotabumi Udik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN PERSALINAN DAERAH

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, puskesmas adalah unit pelaksana. teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung-jawab

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

TENTANG BUPATI SERANG,

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan yang ada di Indonesia mulai banyak. mengalami perkembangan dari segi macamnya.

PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI BERAU

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah. Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknik dinas

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Dae

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI MAGELANG PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kecamatan yang baru dimekarkan dari kecamatan induknya yaitu Kecamatan

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PANGANDARAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN DINAS KESEHATAN UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT CIKAMPAK JLN. Lintas Sumatera-Riau kode Pos 21465

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR TAHUN 2015

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 18 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan derajat kesehatan masyarakat dan keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PENGGUNAAN DANA JAMINAN PERSALINAN DI KABUPATEN KARANGASEM

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan Kesehatan merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pemerintah telah menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan Pengawas Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan (Kemenkes RI, 2014). Sejak saat itulah sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia mengalami perubahan besar. Sistem pembiayaan yang dulunya menggunakan pembayaran langsung oleh pasien kepada Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) berubah menjadi sistem asuransi sosial yang dikelola oleh BPJS Kesehatan. Pelayanan Kesehatan dalam program JKN dilakukan secara berjenjang yang dimulai dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang diselenggarakan oleh FKTP tempat peserta terdaftar (Kemenkes RI, 2014). Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) adalah faskes yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan individu yang bersifat umum untuk keperluan pengamatan, promotif, preventif, mendiagnosis, perawatan atau pelayanan kesehatan lainnya (Kemenkes RI, 2014). Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) peserta JKN terdiri dari Puskesmas, dokter, dokter gigi, klinik pratama dan Rumah Sakit Kelas D Pratama yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan (Kemenkes RI, 2014). Selanjutnya, FKTP ini akan mendapatkan pembayaran dari BPJS Kesehatan dalam bentuk kapitasi dan non-kapitasi. Tarif kapitasi adalah besaran pembayaran perbulan yang dibayar dimuka oleh BPJS Kesehatan kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan. Tarif kapitasi ini diberlakukan pada FKTP yang melakukan pelayanan berupa : administrasi pelayanan; promotif dan preventif; pemeriksaan, pengobatan dan 1

konsultasi medis; tindakan medis non-spesialistik, baik operatif maupun nonoperatif; obat dan bahan medis habis pakai; dan pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama. Sementara itu, tarif non-kapitasi merupakan besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada FKTP berdasarkan jenis dan jumlah pelayanan yang diberikan. Tarif non-kapitasi ini diberlakukan pada FKTP yang melakukan pelayanan kesehatan di luar lingkup pembayaran kapitasi. Salah satunya meliputi jasa pelayanan kebidanan dan neonatal (Permenkes No. 52 Tahun 2016). Cakupan pelayanan kebidanan dan neonatal yang termasuk di dalam program JKN meliputi pelayanan pemeriksaan kehamilan (antenatal care), pertolongan persalinan (intranatal care), pemeriksaan bayi baru lahir (neonatus), pemeriksaan persalinan (postnatal care) dan pelayanan Keluarga Berencana (KB) setelah melahirkan (BPJS Kesehatan, 2013). Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala langsung dalam 18-24 jam tanpa komplikasi baik pada ibu ataupun pada janin (Wiknjosastro, 2000). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 59 Tahun 2014, tarif jasa pelayanan untuk persalinan normal sebesar Rp 600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) dan persalinan pervaginam dengan tindakan emergensi dasar sebesar Rp 750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah). Dalam melakukan klaim terkait persalinan normal kepada pihak BPJS Kesehatan diperlukan kelengkapan administrasi umum dan kelengkapan lain terkait pelayanan yang diberikan berupa jenis persalinan (tanpa penyulit/ dengan penyulit). Rekapitulasi ini dapat diketahui dari pendokumentasian pelayanan yang ditulis di dalam berkas rekam medis pasien, baik data administartif maupun data medisnya. Menurut Hatta (2013) salah satu kepentingan dari tujuan primer pengadaan rekam medis ialah untuk kepentingan pembiayaan. Dalam hal ini rekam medis yang akurat mencatat segala pemberian pelayanan kesehatan yang diterima pasien. Apabila diagnosis dan kode diagnosis yang dicantumkan pada berkas rekam medis tidak tepat, maka akan berdampak pada biaya pelayanan kesehatan. Keakuratan kode diagnosis dipengaruhi oleh ketepatan penulisan diagnosis, 2

beban kerja coder, pengetahuan petugas tentang terminologi medis dan sarana (Depkes RI, 2010). Faktor-faktor seperti variasi dari dokter yang mendeskripsikan diagnosis, kurang jelasnya penulisan diagnosis (khususnya jika tulisan tangan), tidak lengkapnya pendokumentasian rekam medis, penggunaan sinonim dan singkatan dokter yang tidak familiar dengan dasar pendokumentasian diagnosis dan pengalaman serta pendidikan coder dapat menyebabkan kesalahan coding atau tidak akuratnya informasi (Fahzandipour, dkk, 2010). Pemilihan Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta sebagai lokasi penelitian karena Puskesmas Tegalrejo merupakan Puskesmas mampu Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) yang cukup banyak melayani kasus persalinan normal dan persalinan normal dengan emergensi dasar di Yogyakarta. Selain itu, berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta pada bulan Agustus 2016, bahwa yang melakukan kegiatan coding dan proses pengajuan klaim non-kapitasi terkait persalinan normal tidak dilakukan oleh petugas rekam medis, tetapi oleh bidan. Permasalahan inilah yang mendorong peneliti untuk meneliti terkait ada tidaknya selisih biaya persalinan normal dilihat dari diagnosis pada formulir pengajuan klaim non-kapitasi dan berkas rekam medis di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat selisih biaya persalinan normal yang ditimbulkan dari adanya ketidaksesuaian penulisan diagnosis pada formulir pengajuan klaim non-kapitasi dan berkas rekam medis di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta? 3

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui adanya selisih biaya persalinan normal dilihat dari penulisan diagnosis pada formulir pengajuan klaim non-kapitasi dan berkas rekam medis di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus. a) Mengetahui penulisan diagnosis dan kode diagnosis persalinan normal pada formulir pengajuan klaim non-kapitasi dan berkas rekam di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta. b) Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penulisan diagnosis dan kode diagnosis persalinan normal pada formulir pengajuan klaim non-kapitasi dan berkas rekam medis di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta. c) Mengetahui selisih biaya persalinan normal yang dilihat dari penulisan diagnosis pada formulir pengajuan klaim non-kapitasi dan berkas rekam medis di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang berharga secara langsung yaitu di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta dengan menerapkan teori yang peneliti peroleh dari institusi pendidikan. b. Bagi Puskesmas Dapat digunakan sebagai masukan khususnya mengenai adanya selisih biaya persalinan normal dilihat dari penulisan diagnosis pada formulir pengajuan klaim non-kapitasi dan berkas rekam medis di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta. 2. Manfaat Teoritis a. Bagi Peneliti Lain Dapat dijadikan bahan masukan dan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang sejenis dengan penelitian ini. 4

b. Bagi Institusi Pendidikan 1) Dapat dijadikan masukan untuk mengevaluasi sistem pembelajaran yang dilakukan; dan 2) Dapat dijadikan masukan untuk mengukur sejauh mana ilmu rekam medis dapat diaplikasikan di lapangan. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang memiliki hubungan dengan penelitian ini dan telah dilakukan sebelumnya serta dapat dijadikan acuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini antara lain : Tabel 1. Keaslian Penelitian No Peneliti (tahun) Judul Penelitian 1 Gani (2014) Evaluasi Pelaksanaan Coding Penyakit oleh Dokter dan Perawat Berdasarkan Unsur Manajemen (5M) di Puskesmas Gondousuman II Yogyakarta Persamaan Objek penelitian yang dilakukan oleh Gani (2014) dan peneliti samasama di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama (FKTP). Perbedaan Penelitian Gani (2014) lebih mengacu pada evaluasi pelaksanaan coding sementara peneliti lebih mengacu pada selisih biaya yang ditimbulkan dari ketidaksesuaian penulisan kode diagnosis. 2 Hudayani (2016) Komparasi Biaya Riil dengan Tarif INA CBG s dan Analisis Komponen Biaya yang Berpengaruh pada Pasien Stroke Hemoragi Rawat Inap Peserta JKN di Rumah Sakit Kabupaten Pekalongan Sama-sama membandingkan kesesuaian biaya dengan tarif pada program JKN. Objek penelitian ini dilakukan di FKTP sementara penelitian Hudayani (2016) dilakukan di FKRTL. Penelitian ini berfokus pada selisih biaya yang timbul pada klaim nonkapitasi sebagai akibat dari ketidaksesuaian penulisan kode diagnosis. Sementara penelitian Hudayani (2016) berfokus pada sistem pembayaran INA CBG s. 3 Safriantini (2014) Analisis Besaran Penelitian Safriantini (2014) Objek penelitian Safriantini (2014) 5

Biaya Kapitasi dan Premi Program Jaminan Kesehatan PT. Jamsostek Berdasarkan Biaya Klaim dan Utilisasi Pelayanan (Studi Kasus PT. Jamsostek Daerah Istimewa Yogyakarta) dan Penelitian ini memiliki persamaan dalam hal fokusan sistem pembiayaan kapitasi. dilakukan di PT Jamsostek, sementara Penelitian ini dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat primer (FKTP). Selain itu, penelitian ini berfokus pada ketidaksesuaian penulisan kode diagnosis yang mempengaruhi besarnya biaya klaim non-kapitasi. F. Gambaran Umum Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta Berdasarkan Buku Gambaran Umum Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta Tahun 2016 dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Lokasi Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta terletak di Jalan Magelang Km. 2 No. 180 Yogyakarta, tepatnya di kelurahan Karangwaru, Kecamatan Tegalrejo, sebelah barat Kota Yogyakarta dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara : Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman b. Sebelah Timur : Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta c. Sebelah Selatan : Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta d. Sebelah Barat : Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul 2. Cakupan Wilayah Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta mempunyai luas wilayah kerja 2,91 km 2, kontur tanahnya adalah datar dengan dilewati beberapa sungai yang lebarnya sedang 5 10 m dengan debit air yang relatif kecil. Ketinggian daratan adalah 113 m dari permukaan air laut. Suhu udara maksimum 32 o C dan suhu udara minimum 24 o C. Kisaran curah hujan ratarata 2000 mm/tahun. Jumlah hari dengan jumlah hujan terbanyak adalah 100 hari. Wilayah Tegalrejo termasuk perkotaan dengan padatnya bangunan perumahan dan pertokoan serta pusat-pusat bisnis dan pendidikan. Kecamatan Tegalrejo sendiri terdiri dari empat kelurahan yang memiliki 46 RW dan 188 RT. 6

a. Kelurahan Kricak : 13 RW, 61 RT b. Kelurahan Karangwaru : 14 RW, 56 RT c. Kelurahan Tegalrejo : 12 RW, 47 RT d. Kelurahan Bener : 7 RW, 26 RT Wilayah Tegalrejo memiliki penduduk yang sangat beragam, baik dari segi sosial ekonomi, tingkat pendidikan, asal daerah, agama, dll. Keragaman tersebut menjadi kesatuan yang sangat dinamis karena semua menjalankan fungsinya dengan baik. Hal ini didukung pula oleh struktur kepemerintahan yang sudah terpola dan masyarakat yang telah memiliki kesadaran tinggi terhadap aspek-aspek kehidupan. Transportasi dapat berjalan dengan lancar karena memiliki jalan raya yang menunjang serta menghubungkan dengan pusat kota dan pusatpusat bisnis pergerakan ekonomi. Kepadatan penduduk merata dengan jumlah penduduk 36.966 jiwa. Terdiri dari 18.113 jiwa laki-laki dan 18.853 jiwa perempuan, serta jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 11.448 KK. 3. Kepemilikan Puskesmas Tegalrejo merupakan unit pelaksana pembangunan kesehatan di wilayah kerja di kecamatan Tegalrejo merupakan Unit Teknis Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. Tugas utamanya sebagai unit pelaksana tingkat pertama pembangunan kesehatan yang dinamis terpola di wilayah kerja masing-masing yang memberikan kemudahan akses bagi penduduk di wilayah sekitarnya. Puskesmas sendiri sebagai unit pelaksana pertama hanya memberikan pelayanan tingkat pertama pula dengan kompetensi yang telah diatur oleh Dinas Kesehatan. Pada pelayanan tingkat lanjut puskesmas diarahkan memberikan rujukan ke pelayanan ditingkat atasnya RSUD/RSUP atau yang setingkat. 4. Visi, Misi, dan Tujuan Visi Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta yaitu Mitra Keluarga Mandiri Menuju Tegalrejo Sehat. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah : a. Meningkatkan kesehatan ibu dan anak b. Mendorong dan meningkatkan kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dalam lingkungan yang sehat 7

c. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan mengutamakan kepentingan pelanggan sesuai standar pelayanan d. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam mewujudkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat e. Meningkatkan dan mengefektifkan surveilans, monitoring dan informasi kesehatan. Berdasarkan visi dan misi tersebut, maka dapat disusun tujuan dan sasaran Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta dalam bidang kesehatan : a. Tujuan Umum : 1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mewujudkan Indonesia sehat pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu, merata, serta terjangkau sesuai SOP. 2) Pelayanan Kesehatan yang menyeluruh dan terpadu yang meliputi tindakan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. 3) Terwujudnya kemandirian masyarakat dalam memelihara kesehatan b. Tujuan Khusus : 1) Meningkatkan profesional tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, sehingga meningkatkan upaya kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau. 2) Memantapkan upaya penyelenggaraan kesehatan melalui peningkatan administrasi dan e-government. 3) Melaksanakan kegiatan penanggulangan pemberantasan penyakit menular, KLB, dan tugas pembantu lainnya. 4) Meningkatkan perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat untuk kesehatan 5) Menyelenggarakan sistem pembiayaan yang adil, berdaya guna, berhasil guna dan akuntabel 6) Meningkatkan lingkungan sehat untuk masyarakat 7) Mendukung peningkatan upaya kesehatan 5. Pelayanan Kegiatan pelayanan secara umum meliputi Balai Pengobatan Umum (BPU), Balai Pengobatan Gigi (BPG), BKIA/KB, Unit Farmasi, Unit Puskesmas Keliling, UKS, Konseling Gizi, Kesehatan Lingkungan, Promosi 8

Kesehatan (Promkes), Poli Lansia, KRR. Pelayanan khusus kepada balita dan usila dilakukan pada kegiatan-kegiatan luar gedung yaitu kegiatan Posyandu. 9